Dari segi fisik, orang yang mengalami obesitas akan mengalami rendah diri dan
merasa kurang percaya diri. Sehingga seringkali akan mengalami tekanan, baik dari dirinya
sendiri maupun dari lingkungannya Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan
idial, akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ
tubuh24
Kasus ini ditemukan pada orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Lebih dari 1,4
Miliar orang dewasa yang mengalami overweight dan lebih dari 500 juta orang dewasa
mengalami obesitas. Obesitas sendiri berkaitan dengan PTM ( Penyakit Tidak Menular) dan
menyebabkan kematian pada orang dewasa setiap tahunnya.25
Kejadian obesitas yang terjadi pada anak-anak dan remaja memiliki beberapa faktor
( multifactorial ) biasanya berhubungan dengan peningkatan asupan makan cepat saji (fast
food), rendahnya aktivitas fisik, faktor genetic,faktor psikologis, status social-ekonomi,
program diet, usia, dan jenis kelamin merupakan faktor-faktor yang berkontribusi pada
perubahan keseimbangan energi dan berujung pada kejadian obesitas.26
Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif. Penyakit
Gambar 1 menunjukkan penyesuaian kompensasi dari asupan dan pengeluaran
energi terhadap respon perubahan lemak tubuh.
1. Manifestasi klinis : Secara klinis obesitas dapat dengan mudah dikenali, antara lain
seperti wajah membulat, pipi tembam, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada
membusung dengan payudara membesar yang mengandung jaringan lemak, perut
membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat, kedua tungkai berbentuk X
dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan, pada
anak laki-laki penis tampak kecil karena tertutupi oleh jaringan lemak. 4 Faktor
penyebab obesitas antara lain adalah herediter (keturunan), pola makan, dan
aktifitas fisik. Obesitas berpotensi mengalami berbagai penyebab sakit dan kematian
akibat bermacam-macam gangguan sistem kardiovaskuler, penyakit diabetes
melitus dan lain-lain.10 Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral,
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular karena keterkaitannya dengan
sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin yang terdiri dari resistensi
insulin/hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/diabetes melitus, dislipidemia,
hiperurisemia, gangguan fibrinolisis, hiperfibrinogenemia, dan hipertensi.8 Obesitas
adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan
subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang meluas ke dalam jaringan
organnya.3
1. Diabetes Mellitus
Orang gemuk dengan BMI di atas 25, tiap peningkatan BMI 1 angka mempunyai
kecenderungan menjadi kencing manis sebesar 25%. Dengan bertambahnya ukuran
lingkaran perut dan panggul, terutama pada obesitas tipe sentral atau android,
menimbulkan resistensi insulin, suatu keadaan yang menyebabkan insulintubuh tidak
dapat bekerja dengan baik, maka terjadilah kencing manis.
2. Peningkatan Tekanan Darah (Hipertensi)8
Korotkov I, suara denyut mulai terdengar, tapi masih lemah dan akan mengeras
setelah tekanan diturunkan 10-15 mmHg; fase ini sesuai dsngan tekanan sistolik,
Korotkov II, suara terdengar seperti bising jantung (murmur) selama 15-20
mmHg berikutnya,
Korotkov III, suara menjadi kecil kualitasnya dan menjadi lebih jelas dan lebih
keras selama 5-7 mmHg berikutnya,
Korotkov V titik di mana suara menghilang; fase ini sesuai dengan tekanan
diastolik.
Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi. Bila
terdapat kelainan jantung atau kelainan pembuluh darah, maka tekanan darah harus
diukur baik pada lengan kanan maupun lengan kiri, bahkan bila perlu tekanan darah
tungkai juga diukur. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi hasil pengukuran tekanan
darah adalah lebar manset, posisi pasien dan emosi pasien. Dalam keadaan normal,
tekanan sistolik akan turun sampai 10 mmHg pada waktu inspirasi. Pada tamponade
perikardial atau asma berat, penurunan tekanan sistolik selama inspirasi akan lebih dari
10 mmHg.
Tekanan darah tinggi atau di atas 140/90 mm Hg, terdapat pada lebih dari sepertiga
orang obesitas. Gagal Jantung Sekalipun tanpa tekanan darah yang tinggi, obesitas
sendiri sudah dapat mengakibatkan kelemahan otot jantung atau cardiomyopathy,
sehingga mengganggu daya pompa jantung. Mekanisme terjadinya hipertensi pada
obesitas berhubungan dengan resistensi insulin, retensi natrium, peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatetik, aktivasi sistem renin-angiotensin aldosteron dan perubahan
fungsi vaskular.17 Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatetik pada obesitas terutama
terjadi pada aktivitas simpatetik pada ginjal dan otot skeletal. Peningkatan aktivasi
sistem saraf simpatetik yang berlebihan pada obesitas dipengaruhi oleh
hiperinsulinemia (resistensi insulin), peningkatan leptin, adiponectin atau adipokin
lainnya dan aktivitas berlebih dari sistem renin-angiotensin.8
3. Stroke
Seiring dengan meningkatnya tekanan darah, gula dan lemak darah, maka orang
obesitas sangat mudah terserang stroke.
4. Gagal Nafas
Osteoartritis biasanya terjadi pada obesitas, nyeri sendi umumnya pada sendi-sendi
besar penyanggah berat badan, misalnya lutut dan kaki. Pengapuran dan bengkak sendi
akan bertambah dengan bertambahnya usia atau memasuki masa menopause.
6. Batu Empedu
Pada obesitas dengan BMI diatas 30 didapatkan kecenderungan timbul batu empedu
dua kali lipat dibandingkan orang normal; pada obesitas dengan BMI lebih dari 45,
ditemukan angka 7 kali lipat.
7. Psikososial
8. Kanker
Kadar lipid : Kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL menurut NCEP ATP
III 20018
Pemeriksaan kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan
trigliserida berperan dalam diagnosis dyslipidemia pada penderita obesitas.
Pemeriksaan koleterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida
berturut-turut menggunakan metoda metoda enzimatik CHOD-PAP (Cholesterol
Oxidase-Peroxidase Aminoantipyrine Phenol), direct LDL, metode ultra HDL, dan
enzimatik.
a. Kolesterol total
Pemeriksaan Trigliserida
Persentasi lipid dan protein pada HDL "dewasa" adalah sekitar 1 : l dan
waktu paruh dalam plasma bervariasi 3,3 - 5,8 hari. Fungsi HDL penting dalarn
transpor kolesterol balik dari jaringan perifer ke hepar. ApoA-l adalah protein
struktural utarna. Kadar HDL-C yang tinggi diasosiasikan dengan penurunan risiko
penyakit kardiovaskular. Penyebab peningkatan Kolesterol-HDL (K-HDL) serum
adalah latihan fisik, peningkatan bersihan trigliserida, konsumsi alkohol sedang,
terapi insulin, terapi estrogen oral, penyakit lipid familial, hiperalfalipoproteinernia
(kelebihan HDL), hipobetalipoproteinemia. 8
Penurunan K-HDL dapat terjadi karena stress dan penyakit seperti infark
rniokard akut, stroke bedah, trauma; starvasi, obesitas, kurang latihan fisik,
merokok, diabetes rnelitus, hipotiroid dan hipertiroid, penyakit hepar akut dan
kronik, nefrosis, uremia, anemia kronik dan penyakit mieloproliferatif, obat-obatan
rnisalnya steroid anabolik, progestin, beta-bloker antihipertensi tiazida, neornisin,
fenotiazin. Kadar HDL yang rendah dapat juga karena penyakit genetik seperti
pada hipertrigliseridemia familial, hipoalfalipoproteinemia familial, penyakit
Tangier homozigot, defisiensi LCAT dan penyakit 'fish eye', penyakit viernann-
Pick nonneuropatik, defisiensi HDL dengan xantoma.8
d. LDL
LDL adalah produk hasil hidrolisis IDL, dirnana 80% partikel terdiri dari
lipid dan 20% protein. Kadar LDL dalarn darah dikenal sebagai faktor penting
dalam penyakit aterosklerotik. Ukuran partikel yang lebih kecil menyebabkan
partikel ini lebih mudah masuk kebawah tunika intima pembuluh darah. Adanya
faktor cedera endotel dibarengi dengan kolesterol LDL yang tinggi rnemperrnudah
terbentuknya aterosklerosis. Stress oksidatif bisa mernodifikasi LDL rnenjadi LDL-
teroksidasi dan/atau LDL-glikat. Bentuk-bentuk LDL termodifikasi ini rnempunyai
afinitas yang lebih rendah kepada reseptor LDL (LDL-R) dan dapat dikenali oleh
rnakrofag sebagai benda asing sehingga rnernpermudah terbentuknya foam cell.
LDL beredar dalarn sirkulasi selama + 3 hari.12 Kernudian LDL diarnbil oleh
hepar dan sel perifer melalui LDL-R dirnana protein LDL kernudian didegradasi
dan kolesterol yang ada digunakan dalarn rnetabolisme sel. Sekitar 33-66% LDL
didegradasi rnelalui sistern LDL-R, sedangkan sisanya melalui sistern sel
scavenger.8
Interpretasi:4,6
GDS Plasma vena < 110 < 6,1 110199 6,111,0 > 200 > 11,1
GDP Plasma vena < 110 < 6,1 110125 6,17,0 > 126 > 7,0
Darah kapiler < 90 < 5,0 90109 5,06,1 > 110 > 6,1
GD2PP Plasma vena < 140 < 7,8 140200 7,811,1 > 200 > 11,1
< 120 < 6,7 120200 6,711,1 > 200 > 11,1
Darah kapiler
Interpretasi TTGO.2,4
GDP
Kriteria 0 jam 2 jam
(mg/dL) (mmol/L) (mg/dL) (mmol/L)
GDPT > 110 serta < 126 6,1 > serta < 7,0 < 140 < 7,8
TGT < 126 < 7,0 > 140 serta < 200 7,8 > serta < 11,1
DM > 126 > 7,0 > 200 > 11,1
Individu dengan obesitas cenderung memiliki laju ekskresi ginjal yang lebih
rendah dan mengalami peningkatan produksi asam urat.Asam urat merupakan
produk akhir katabolisme purin yang disintesis terutama di hati dan diekskresikan
melalui saluran kemih. Peningkatan kadar asam urat yang melebihi kadar normal
disebut dengan hiperurisemia. obesitas berhubungan dengan penyakit gout yang
ditandai dengan adanya hiperurisemia. Meningkatnya kadar asam urat dapat
menyebabkan banyak masalah kesehatan terutama pada individu yang mengalami
obesitas. Seiring meningkatnya jumlah individu yang mengalami obesitas berarti
akan semakin banyak individu yang mengalami hiperurisemia.
2. Tes Immunoserologi
Pemeriksaan Leptin
Nilai titik potong indeks HOMA yang digunakan untuk diagnosis resistensi insulin
bervariasi pada berbagai studi populasi di beberapa negara.14,17-19 Nilai titik
potong tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya etnis, metode
estimasi klinis dan kondisi metabolik dari suatu populasi
REFERENSI
1. Charisma MA. 2017. Korelasi Kadar Rata-rata Glukosa Darah Puasa dan 2 Jam
Post Prandial 3 bulan terakhir dengan nilai HbA1C Pada Pasien DM
Prolaris BPJS Kabupaten Kediri Periode Mei-Agustus 2017. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Indonesia. 12(2). PP; 2, 5-6
2. Henry’s, Pincus. 2012. Clinical Diagnosis and Management by Laboratory
Methods. 22nd Edition. Pp: 209-225
3. Kurdanti Weni, dkk. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas
Pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 11(4). PP; 113-114
4. PERKENI. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia.
PB PERKENI. Pp ; 12
5. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL,. Buku Ajar Patologi. 2007. 7nd Ed, Vol.2
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. PP ; 718-732
6. Pedoman Pengendalian DM dan Penyakit Metabolik. 2010. Bakti Husada ;
Direktorat Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Lingkungan DEPKES RI
2008
7. Qibin Qi, Audrey Y, Jae H.Kang, et al. 2012. Sugar Sweetened and Genetic Risk Of
Obesity. NJEM. Pp; 15367
8. Setiati S, Alwi I, Sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2015. Ed.6.
Jakarta; Interna Publishing; Pp; 2602-4260
9. Sholihah MF. 2014. Diagnosis and Treatment Gout Artritis. J.Majority. 3(7). Pp;41
10. Sumarna U, Senjaya S, Suhendar I. 2020. Hubungan Antara Obesitas dengan
Kualitas Tidur pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas
Padjajaran Kampus Garut. Jurnal Kesehatan Bakti Husada; Jurnal Ilmu
Keperawatan, Analisis Kesehatan dan Farmasi. 20(1). Pp; 113-114
11. Sukartini N, Timan S. 2019. Role of laboratory in the era of personalized medicine.
Pendidikan berkesinambungan Patologi Klinik 2019. Departemen Patologi
Klinik FKUI. Pp: 31-51
12. Farida DR, Handayani D, Rasyid. 2015. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio
Lingkar Pinggang-Panggul Terhadap Kadar Glukosa Plasma Menggunakan
Tes Toleransi Glukosa Oral. Jurnal gizi klinik Indonesia. 12(1). Pp : 29-34
14. Agristika Aulia. 2015. Komplikasi Obesitas Pada anak dan upaya penanganannya.
Jurnal Majory. 4(7). Pp ; 82
15. Gozali TO, Sarawaty MR. 2017. Hubungan Obesitas pada orang tua dengan
terjadinya obesitas pada anak remaja SMA di Kota Denpasar Provinsi Bali.
Jurnal penyakit dalam Udayana. 1(1) . Pp ; 22-29
18. Liberty AI. 2016. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Prediabetes pada Wanita
Usia Produktif. JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME
3, NO. 2, APRIL 2016: 108-113
19. Soputra HE, sinulingga S, subandrate. 2018. Hubungan Obesitas dengan Kadar
Asam Urat Darah pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. SJM, Volume 1 No. 3, Oktober
2018, Hal 193-200, DOI: SJM.v1i3.35
20. Yunita EP, Fitriana DI, Gunawan A. 2018. Hubungan antara Obesitas, Konsumsi
Tinggi Purin, dan Pengobatan terhadap Kadar Asam Urat dengan
Penggunaan Allopurinol pada Pasien Hiperurisemia. Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia, Maret 2018. 7(1). Pp;1-9
21. Wijaksana, I Komang Evan. 2016. Infectobesity dan Periodontitis: Hubungan Dua
Arah Obesitas dan Penyakit Periodontal. Odonto Dental jurnal: 3(1)
22. Sumanto, Agus. 2009. Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta:
ArgoMedia Pustaka.
23. Misnadierly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Berbagai penyakit. Jakarta :
Pustaka Obor Populer.
24. Misnadierly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Berbagai penyakit. Jakarta :
Pustaka Obor Populer.
25. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2017).
Panduan Pelaksana Gerakan Nusantara Tekan Obesitas (GENTAS). Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
26. Weni kurdanti, isti suryani,dkk. 2015.Faktor Faktor yang mempengaruhi kejadian
obesitas pada remaja. Yogyakarta : Jurnal Gizi Klinik Indonesia