Anda di halaman 1dari 9

Lembaga Penguji Kelistrikan

 Lembaga Masalah Kelistrikan /LMK.


Di negara kita semua peralatan listrik sebelum digunakan oleh konsumen
harus melalaui uji kelayakan. Menurut ayat 202 A2 semua peralatan listrik yang
akan dipergunakan instalasi harus memenuhi ketentuan PUIL. Di Indonesia
peralatan listrik diuji oleh suatu lembaga dari Perusahaan Umum Listrik Negara,
yaitu Lembaga Masalah Kelistrikan disingkat LMK.

Peralatan listrik yang mutunya diawasi oleh LMK dan disetujui, diizinkan
untuk memakai tanda LMK. Bahan yang berselubung bahan termoplastik,
misalnya berselubung PVC, tanda ini dibuat timbul dan diletakan pada selubung
luar kabel. Lambang persetujuan ini dipasang pada kabel yang berselubung PVC,
misalnya kabel NYM. Sedangkan unruk kabel yang kecelil seperti NYA, lambang
persetujuan dari LMK. Di negara kita peralatan listrik yang telah diawasi mutu
produksinya oleh LMK baru kabel-kabel buatan dalam negeri.

Institusi ini berdiri tahun 1964 dengan nama Lembaga Masalah Ketenagaan
(LMK) di bawah naungan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
(PUTL), dengan tugas utama di bidang RDE (Research, Development &
Engineering Services) sebagai ketenagalistrikan dalam pencapaian sasaran
penyediaan tenaga listrik yang cukup handal, harga yang layak, dan mutu yang
tinggi. Tahun 1983 LMK berubah nama menjadi Pusat Penyelidikan Masalah
Kelistrikan (PLN PPMK) dan pada Agustus 1995 menjadi PT PLN (Persero) Jasa
Teknik Kelistrikan (PLN JTK).

Karena bidang kerjanya PLN JTK semakin luas, maka untuk lebih
mengefektifkan kompetisi dan kompetensi, sesuai dengan Surat Keputusan Direksi
Nomor 308.K/010/ DIR/2003 tanggal 19 November 2003 telah dilakukan
pemecahan organisasi PT PLN (Persero) Jasa Teknik Kelistrikan menjadi 2 unit
penunjang, yaitu PLN Jasa Sertifikasi dan PLN Penelitian dan Pengembangan
Ketenagalistrikan atau disingkat dengan nama PLN LITBANG Ketenagalistrikan.

Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero)


Nomor: 017.K/DIR/2010 sebutannya berubah menjadi PLN Pusat Penelitian dan
Pengembangan Ketenagalistrikan dan dipimpin oleh seorang Kepala Pusat
Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan.

Bisnis Inti PLN Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan meliputi :

 Penelitian dan Pengembangan untuk bidang Pembangkitan dan Transmisi &


Distribusi.
 Kegiatan Jasa Teknik yang mencakup kalibrasi, pengujian Konsultasi
Teknik dan Sistem Manajemen bidang ketenagalistrikan.
 Manajemen Pengetahuan melalui standardisasi dan inovasi bidang
ketenagalistrikan.

 Visi & Misi

Visi

Menjadi sebuah institusi penelitian dan pengembangan di bidang ketenagalistrikan


yang unggul dan terpercaya.

Misi

 Menyelenggarakan penelitian, pengembangan, Standardisasi dan inovasi di


bidang ketenagalistrikan yang meliputi pembangkitan, transmisi dan
distribusi guna memenuhi kebutuhan di lingkungan PLN.
 Menyelenggarakan kegiatan jasa pengujian, kalibrasi, serta konsultasi teknik
dan sistem manajemen dibidang ketenagalistrikan yang meliputi
pembangkitan, transmisi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan di
lingkungan PLN.
 MOTTO
 Puslitbang Mendukung Ketenagalistrikan untuk Kehidupan yang Lebih
Baik.
Simbol Persetujuan Layak Pakai

Simbol - simbol dalam peralatan listrik yang menandakan layak dipakai


adalah sebagai berikut :

Peralatan listrik yang mutunya diwasi oleh LMK dan telah disetujui,
diizinkan untuk memakai tanda persetujuan LMK (gambar1.1). Pada kabel yang
berselubung bahan termoplastik, misalnya berselubung PVC, tanda persetujuan ini
dibuat timbul dan diletakkan pada selubung luar kabel. Dibawah ini adalah simbol
nya

Cara ini sulit dilaksanakan untuk kabel-kabel ukuran kecil, misalnya


NYA ukuran kecil. Untuk kabel-kabel demikian digunakan kartu sebagai
tanda persetujuan LMK. Berikut adalah kartu persetujuan LMK.
Standar Nasional pada peralatan listrik
Secara kronologis sejarah standardisasi dibidang ketenagalistrikan sudah berlangsung
lama dimulai dari pembakuan-pembakuan standar peralatan dan instalasi di PT. PLN (Persero)
yang dikenal sebagai Standar PLN (SPLN) sebagai pelaksanaan ketentuan dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Nomor 023-PRT-1978 tentang Peraturan Instalasi
Listrik. Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000
tentang Standardisasi Nasional, maka Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral yang
merupakan salah satu instansi teknis melalui Panitia Teknis mempunyai kewenangan untuk
melakukan perumusan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) di Bidang
Ketenagalistrikan. Setelah melalui konsensus dari semua pihak yang terkait serta para pemangku
kepentingan kemudian RSNI ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh BSN
(Badan Standardisasi Nasional).
Sasaran utama dalam pelaksanaan standardisasi, adalah meningkatnya ketersediaan
Standar Nasional Indonesia (SNI) yang mampu memenuhi kebutuhan industri dan pekerjaan
instalasi guna mendorong daya saing produk dan jasa dalam negeri, secara umum SNI
mempunyai manfaat, sebagai berikut:
1. Dari sisi produsen, ada kejelasan target kualitas produk yang akan diproduksi, sehingga terjadi
persaingan usaha yang lebih adil.
2. Dari sisi konsumen, dapat mengetahui kualitas produk yang ditawarkan, sehingga dapat
melakukan evaluasi baik terhadap kualitas maupun harga produk.
3. Dari sisi Pemerintah, dapat melindungi produk dalam negeri dari produk luar yang murah tapi
tidak terjamin kualitas dan keamanan penggunanya, serta dapat meningkatkan keunggulan
kompetitif produk dalam negeri di pasaran internasional.
Contoh standard SNI pada peralatan listrik misalnya :
 SNI 04-6292.2.3- Setrika listrik ,
 SNI 04-6292.2.7- mesin cuci ,
 SNI 04-6292.2.4-Pengering mesin cuci ,
 SNI 04-6292.2.41-Pompa air ,
 SNI 04-6292.2.24-Kulkas ,
 SNI 04-6292.2.40-AirConditioner,
 04–6292.2.80–Kipas angin ,
 04–6203.1-Saklar ,
Jadi, setelah membaca uraian diatas yang bersumber dari presentasi “ kebijakan standarisasi
ketenaga listrikan “ dari Dirjen listrik dan pemanfaat energi . Maka yang harus dilakukan adalah
Membeli peralatan listrik yang berlogo SNI.

 PUIL 2011 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik)


Standar ini adalah standar yang dipakai di seluruh Indonesia. Persyaratan warna insulasi
inti kabel berlaku untuk semua instalasi magun atau fleksibel, termasuk instalasi dalam
perlengkapan listrik.
 PUIL menjelaskan bahwa kabel netral menggunakan warna birum
dan kabel grounding menggunakan warna hijau-kuning. Sedangkan
untuk kabelphase mengacu pada IEC 60446.
Berikut ini adalah standar yang menjelaskan warna kabel tersebut.

Standar identifikasi warna kabel PUIL 2011

Standar Penggunaan Warna Kabel berdasarkan PUIL 2011

 Tabel Perbandingan
Untuk mempermudah mengidentifikasi warna kabel, berikut ini adalah tabel
rangkuman perbandingan dari beberapa standar internasional dan nasional seperti
yang dijelaskan di atas.
Tabel Warna Kabel

Standar Yang Protective


Fasa/Phase Netral/Neutral
Dipergunakan earth/grounding
IEC 60446 L1,
L2, L3

Kabel
AS/NZS
L1,
L2, L3
AS/NZS 3000
Standar Eropa

L1,
L2, L3

BS 7671 L1,
L2, L3

PUIL 2011 L1,


L2, L3

Standar internasional pada peralatan listrik


 IEC 60446 (International Electrotechnical Commission)
Standar ini memberikan aturan umum dalam penggunaan warna-warna tertentu
untuk mengidentifikasi penghantar atau konduktor dengan tujuan menghindari
ambiguitas dan memastikan operasi yang aman. Warna konduktor ini dimaksudkan
untuk diterapkan di kabel atau core, busbar, peralatan listrik dan instalasi listrik.
Label alphanumerics perlu ditambahkan, apabila warna identifikasi kabel tersebut
masih ambigu.
Pada aturan IEC 60446, standar warna kabel yang di izinkan adalah warna hitam,
coklat, merah, oranye, kuning, hijau, biru, ungu, abu-abu, putih, pink, turquoise.
Tabel A.1 dalam standar tersebut menyebutkan identifikasi konduktor tertentu
dengan cara tertentu dari kode warna dan alfanumerik.
Berikut ini adalah standar yang menjelaskan penggunaan warna kabel tersebut.

Standar identifikasi warna kabel berdasarkan IEC 60446

Standar identifikasi warna kabel berdasarkan IEC 60446 (sambungan)


AS/NZS 3000 (Australia Standard/New Zealand Standard)
Standar ini menetapkan persyaratan minimum untuk disain, konstruksi dan
pengujian instalasi listrik, termasuk pemilihan dan pemasangan peralatan listrik
yang menjadi komponen dari suatu instalasi listrik.
Pada aturan AS/NZS 3000 tabel 3.4 mengenai standar warna kabel yang di izinkan:
 Kabel phase berwarna merah atau warna coklat. Atau selain warna hijau-
kuning, hijau, kuning, hitam dan biru muda
 Kabel netral berwarna hitam. Bila tidak ada bisa digantikan dengan warna
biru muda
 Kabel grounding adalah hijau-kuning. Bila tidak ada bisa digantikan dengan
warna hijau
 Kabel bawah tanah di identifikasi dengan warna oranye.
Berikut ini adalah standar yang menjelaskan warna kabel tersebut.

Standar identifikasi warna kabel berdasarkan AS/NZS 3000

 BS 7671 (British Standard)


Standar ini menetapkan persyaratan minimum untuk disain, konstruksi dan
pengujian instalasi listrik, termasuk pemilihan dan pemasangan peralatan listrik
yang yang menjadi komponen dari suatu instalasi listrik.
Warna penghantar phase dalam suatu sistem satu phase warna coklat, sedangkan
sistem tiga phase berwarna coklat, hitam dan abu-abu bukan merah, kuning dan
biru. Konduktor netral atau mid-point dalam suatu instalasi listrik diharuskan
dengan menggunakan warna biru.
Berikut ini adalah standar yang menjelaskan warna kabel tersebut.
Standar identifikasi warna kabel berdasarkan BS 7671

Anda mungkin juga menyukai