Anda di halaman 1dari 45

PERANCANGAN PROYEK DISTRIBUSI DAN GARDU

DISTRIBUSI
SEMESTER GANJIL 2021/2022
PERANCANGAN JARINGAN DISTRIBUSI JTM 20kV DAN JTR
220V

OLEH :
ADITYA DACOSTA
321 190 52
KELAS 3C

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah


memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas final
ini tepat pada waktunya.

Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Ir. H. Hamma, M.T. yang telah


membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan
kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari, bahwa tugas final yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga tugas ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Makassar, 18 Januari 2022

Aditya Dacosta
TEORI DASAR SISTEM DISTRIBUSI

1. Jaringan Tegangan Menengah

Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi


yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria
enjinering keamanan ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman
minimal antara Fase dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan
tersebut menggunakan saluran udara atau ketahanan isolasi jika menggunakan kabel
udara pilin tegangan menengah atau kabel bawah tanah tegangan menengah serta
kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan jaringan dalam keadaan
bertegangan (PDKB) pada jaringan utama. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha
menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen.
Ukuran dimensi konstruksi selain untuk pemenuhan syarat pendistribusian
daya, juga wajib memperhatikan syarat ketahanan isolasi penghantar untuk keamanan
pada tegangan 20 kV.
Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di Indonesia
dimulai dari terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari transformator penurun
tegangan Gardu Induk atau transformator penaik tegangan pada Pembangkit untuk
sistem distribusi skala kecil, hingga peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (in-
coming) transformator distribusi 20 kV - 231/400V.

1.1 Jenis konstruksi JTM


Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat dikelompokkan
menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut:
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

SUTM adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada
daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan
Tegangan Menengah yang digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah
penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang
besi/beton. Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan
faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman
minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau
dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia. Termasuk
dalam kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah juga bila penghantar yang
digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated single
core). Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap tegangan
sentuh yangdipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko gangguan temporer
khususnya akibat sentuhan tanaman. Saluran udara tegangan menengah ditunjukkan
pada gambar 2.1.

Gambar 1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)

Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga listrik,


penggunaan pengh antar telanjang atau penghantar berisolasi setengah pada
konstruksi jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV, dapat juga digantikan
dengan konstruksi penghantar berisolasi penuh yang dipilin. Isolasi penghantar tiap
Fase tidak perlu di lindungi dengan pelindung mekanis. Berat kabel pilin menjadi
pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang beton penopangnnya.
Kabel udara tegangan menengah ditunjukkan pada gambar 2.2.
Gambar 2 Kabel Udara Tegangan Menengah

3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)


Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yan aman dan andal untuk
mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk
penyaluran daya yang sama. Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi
penghantar per Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya
yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung adalah termurah bila dibandingkan
dengan penggunaan konduit atau bahkan tunneling (terowongan beton). Penggunaan
Saluran Kabel bawah tanah Tegangan Menengah (SKTM) sebagai jaringan utama
pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai upaya utama peningkatan kwalitas
pendistribusian. Dibandingkan dengan SUTM, penggunaan SKTM akan
memperkecil resiko kegagalan operasi akibat faktor eksternal / meningkatkan
keamanan ketenagalistrikan. Secara garis besar, termasuk dalam kelompok SKTM
adalah : 1. SKTM bawah tanah – underground MV Cable. 2. SKTM laut – Submarine
MV Cable.
Selain lebih aman, namun penggunaan SKTM lebih mahal untuk penyaluran
daya yang sama, sebagai akibat konstruksi isolasi penuh penghantar per Fase dan
pelindung mekanis yang dipersyaratkan sesuai keamanan ketenagalistrikan.
Penerapan instalasi SKTM seringkali tidak dapat lepas dari instalasi Saluran
Udara Tegangan Menengah sebagai satu kesatuan sistem distribusi sehingga masalah
transisi konstruksi diantaranya tetap harus dijadikan perhatian. Kabel tanah tegangan
menengah ditunjukkan pada gambar 2.3.

Gambar 3 Kabel Tanah Tegangan Menengah

1.2 Standar Konstruksi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah

A. Konstruksi TM – 1
Merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk rute jaringan lurus, dengan satu
traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah isolator jenis pin insulator dan tidak
memakai treck skoor (guy wire).
Penggunaan kontruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170° - 180°.
Konstruksi TM-1 ini termasuk tiang penyangga yang merupakan tiang yang dipasang
pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat
penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.

Gambar 4 Konstruksi TM – 1
Konstruksi TM-1D. Pada dasarnya konstruksi TM-1D sama dengan TM-1, bedanya
TM-1D digunakan untuk saluran ganda (double sircuit), dengan dua traves (cross-
arm) dan enam buah isolator jenis pin insulator. Satu taves diletakkan pada puncak
tiang, sedangkan traves yang lain diletakkan dibawahnya.

B. Konstruksi TM – 2
Konstruksi TM-2. Konstruksi TM-2 digunakan untuk tiang tikungan dengan
sudut 150° –170°, menggunakan double traves dan double isolator. Karena tiang
sudut maka konstruksi TM-2 mempunyai treck skoor.

Gambar 5 Konstruksi TM -2
Konstruksi TM-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang
dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok
dan arah gaya tarikan kawat horizontal. Konstruksi TM-2D.
Konstruksi TM-2D mempunyai konstruksi sama dengan TM-2, bedanya TM-
2D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), dan menggunakan double treck
schoor yang diletakkan dibawah masingmasing traves
C. Konstruksi TM – 3
Konstruksi TM-3 terpasang pada konstruksi tiang lurus, mempunyai double
traves. Isolator yang digunakan enam buah isolator jenis suspention insulator dan tiga
buah isolator jenis pin insulator. Konstruksi TM-3 ini tidak memakai treck schoor.

Gambar 6 Konstruksi TM – 3
Konstruksi TM-3D. Konstruksi TM-3D sama dengan konstruksi TM-3, bedanya
TM-3D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), empat buah traves, 12
isolator jenis suspension insulator, dan 6 isolator jenis pin insulator.

D. Konstruksi TM – 4
Konstruksi TM-4. Konstruksi TM-4 digunakan pada konstruksi tiang TM akhir.
Mempunyai double traves, dengan tiga buah isolator jenis suspension insulator dan
memakai treck schoor.
Gambar 7 Konstruksi TM – 4
Konstruksi TM-4 ini termasuk tiang awal atau tiang akhir yang merupakan tiang
yang dipasang pada permulaan atau pada akhir penerikan kawat penghantar, dimana
gaya tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari satu arah.
Konstruksi TM-4D. Konstruksi TM-4D sama dengan konstruksi TM-4, bedanya
TM-4D mempunyai double sirkuit dengan double treck schoor

E. Konstruksi TM - 5
Konstruksi TM-5. Terpasang pada konstruksi tiang TM lurus dengan belokan
antara 120° – 180°, menggunakan double traves dengan enam buah isolator jenis
suspension dan tiga buah isolator jenis pin insulator, dan memakai treck schoor.

Gambar 8 Konstruksi TM - 5
Konstruksi TM-5D. Konstruksi TM-5D sama dengan TM-5, namun TM-5D
digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit) dengan double treck schoor.

F. Konstruksi TM - 6
Konstruksi TM-6 ini terpasang pada konstruksi tiang TM siku (60° - 90°).
Masing-masing double traves disilang 4. Isolator yang digunakan jenis suspension
insulator sebanyak 6 buah dan satu isolator jenis pin insulator. Konstruksi ini
memakai treck skoor ganda. Konstruksi TM-6 ini termasuk tiang sudut, yang
merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah
penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.

Gambar 9 Konstruksi TM - 6

G. Konstruksi TM-7
Konstruksi TM-7 digunakan pada konstruksi pencabangan jaringan tegangan
menengah dengan sudut siku (90°). Masing-masing double traves disilang 4. Pada
TM induk memakai isolator suspension, pada TM percabangan juga memakai isolator
suspension dan menggunakan isolator jenis pin. Konstruksi ini memakai treck skoor.
Konstruksi TM-7D terpasang pada konstruksi percabangan Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) sudut siku (90°). Masing-masing satu traves disilang 2. TM induk
memakai isolator tumpu dan pada TN percabangan juga memakai isolator tumpu.
Type isolator tumpu. Dan memakai treck skoor.

H. Konstruksi TM-8
Konstruksi TM-8 ini terpasang pada konstruksi percabangan JTM sudut siku
(90°). Masing-masing double traves disilang 4. TM induk memakai isolator tumpu
dan TM percabangan memakai isolator suspension. Type isolator yang digunakan ada
dua jenis. Memakai treck skoor. TM-8 hampir sama dengan TM-7 hanya bedanya
pada isolator TM induknya. Konstruksi TM-8D sama dengan TM-8 hanya bedanya
TM-8D mempunyai double sirkuit.

I. Konstruksi TM - 9
Konstruksi TM-9 terpasang pada konstruksi jaringan TM penyangga lurus. Satu
traves. Type isolator tumpu. Tidak pakai treck skoor. TM-9 biasanya lebih banyak
digunakan pada daerah perkotaan yang banyak bangunan

Gambar 10 Konstruksi TM – 9

Konstruksi TM-9 ini termasuk konstruksi tiang penyangga yang merupakan tiang
yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga
kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban
kawat.
J. Konstruksi TM-10
Konstruksi TM-10 sama dengan konstruksi TM-6. TM-10 terpasang pada
konstruksi tiang tikungan siku (sudut 60° - 90°). Masing-masing double traves
disilang 4. Isolator type suspension.
Memakai treck skoor ganda.

K. Konstruksi TM - 11
Konstruksi TM-11 terpasang pada konstruksi tiang TM akhir, Opstijg kabel. TM
double traves. Isolator type suspension. Satu traves untuk lightnig arrester. Dan
memakai treck skoor.

Gambar 11 Konstruksi TM – 11

Konstruksi TM-11 merupakan tiang akhir yang merupakan tiang yang dipasang
pada permulaan dan akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat
pekerja terhadap tiang dari satu arah.

L. Konstruksi TM - 12
Konstruksi TM-12 merupakan tiang penyangga lurus. Terpasang pada konstruksi
tiang pada hutan lindung. Mempunyai isolator jenis tumpu. Tidak memakai traves.
Konstruksi TM-12 merupakan tiang penyangga, yaitu tiang yang dipasang pada
saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar
dimana gaya yang ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.

M. Konstruksi TM-13
Konstruksi TM-13. Merupakan konstruksi tiang penyangga lurus. Terpasang
pada konstruksi tiang hutan lindung. Isolator type tumpu. Tidak memakai traves.
Konstruksi TM-13 merupakan tiang penyangga, yaitu tiang yang dipasang pada
saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar
dimana gaya yang ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.

N. Konstruksi TM-14
Konstruksi TM-14 merupakan konstruksi tiang tarik vertical (sudut 150° - 170°).
Terpasang pada konstruksi tiang hutan lindung. Type isolator suspension. Tidak
memakai traves.

O. Konstruksi TM-15
Konstruksi TM-15 merupakan TM yang terpasang pada konstruksi tiang tarik
akhir dengan menggunakan Arrester. Mempunyai double traves. Type isolator tumpu.
Memakai treck skoor.
Gambar 12 Konstruksi TM-15
Konstruksi TM-15 merupakan tiang akhir, yang merupakan tiang yang dipasang
pada permulaan dan akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat
pekerja terhadap tiang dari satu arah.

P. Konstruksi TM-16
Konstruksi TM-16 merupakan konstruksi tiang portal dengan double traves.
Isolator yang digunakan jenis suspension, dan jenis pin. Konstruksi TM-16 digunakan
untuk jaringan yang melalui sungai dengan treck schoor.

Gambar 13 Konstruksi TM-16


Q. Konstruksi TM-16.A
Konstruksi TM-16.A hampir sama dengan konstruksi TM-16 hanya pada TM-
16A digunakan untuk double circuit dengan 2 pasang double traves.

Gambar 14 Konstruksi TM-16.A

R. Konstuksi TM-17
Konstuksi TM-17 merupakan konstruksi tiang tarik vertikal dengan
menggunakan isolator jenis suspension dan isolator jenis pin. Konstruksi TM-17 ini
digunakan untuk jaringan bersudut 120°-180° dengan treck schoor.

S. Konstruksi TM-18
Konstruksi TM-18 ini digunakan untuk sudut 90° yang merupakan kontruksi
tiang tarik vertikal yang menggunakan double treck schoor. Isolator yang digunakan
jenis suspension tanpa travers.

T. Konstruksi TM-19
Konstruksi TM-19 merupakan tiang khusus yang dipasang LBS (Load Break
Switch) pada bagian puncaknya. Mempunyai double traves. Isolator yang digunakan
jenis suspension.
Gambar 15 Konstruksi TM-19

2. Jaringan Tegangan Rendah

Jaringan Tegangan Rendah ialah jaringan tenaga listrik dengan tegangan


rendah yang mencakup seluruh bagian jaringan tersebut beserta perlengkapannya.
dari sumber penyaluran tegangan rendah tidak termasuk SLTR. Sedangkan
Sambungun tenaga listrik tegangan rendah (SLTR) ialah penghantar di bawah atau di
atas tanah termasuk peralatannnya mulai dari titik penyambungan pada JTR sampai
dengan alat pembatas dan pengukur (App). (SPLN No.56 tahun 1984). Jaringan
tegangan rendah merupakan jaringan yang berhubungan langsung dengan konsumen
tenaga listrik. Pada JTR sistem tegangan distribusi primer 20 kV diturunkan menjadi
tegangan rendah 220 V [10]
. Sistem penyaluran daya listrik pada JTM maupun JTR
dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) Jenis penghantar yang dipakai
adalah kabel telanjang (tanpa isolasi) seperti kabel AAAC, kabel ACSR.

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR) Jenis penghantar yang


dipakai adalah kabel berisolasi seperti kabel LVTC (Low Voltage Twisted
Cable).ukuran kabel LVTC adalah : 2 x 10 mm2, 2 x 16 mm2, 4 x 25 mm2, 3 x
35 mm2, 3 x 50 mm2, 3 x 70 mm2.

Penyambungan JTR menurut SPLN No.74 tahun 1987 yaitu “sambungan


JTR adalah sambungan rumah (SR) penghantar di bawah tanah atau di atas tanah
termasuk peralatannya mulai dari titik penyambungan tiang JTR sampai alat
pembatas dan pengukur (APP)”[11]. Spesifikasi umum sambungan rumah yaitu
sebagai berikut :
1) Rugi Tegangan Jatuh tegangan maksimum yang diperkenankan sepanjang
penghantar SR ialah 2%. Dengan catatan dalam hal ini SR diperhitungkan
dari titik penyambung pada STR. Khusus untuk penyambungan langsung dari
papan bagi TR di gardu transformator jatuh tegangan diperkenankan
maksimum 5%.
2) Ukuran Penghantar Minimum Ukuran penghantar minimum saluran rumah
(SLP dan SMP) ialah untuk SLP, baik di atas ataupun di bawah tanah
minimal 10mm2. Sedangkan untuk SMP penghantar aluminium minimal
10mm2 atau tembaga minimum 4mm2 . Sambungan rumah digunakan kabel
pilin berinti tembaga atau aluminium, dengan ukuran inti tembaga adalah 4
mm2 , 6 mm2 , l0 mm2,16 mm2, 25 mm2 . Ukuran inti aluminium adalah l0
mm2 ; 16 mm2 , 25 mm2 , 35 mm2.

3) Jumlah Langganan/Sambungan Seri Dengan memperhitungkan jatuh


tegangan maksimum yang diizinkan cos φ : 0,85 impedansi saluran dan “
demand factor” = 0,5 maka didapatkan jumlah sambungan seri menurut
ukuran dari dari jenis kabel SR, jarak SR dan besar beban tersambung rata-
rata.
3. Komponen-Komponen Utama Konstruksi

3.1 Penghantar
a. Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor)
Konduktor dengan bahan utama tembaga(Cu) atau alluminium (Al) yang di
pilin bulat padat , sesuai SPLN 42 -10 : 1986 dan SPLN 74 : 1987.
Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini
adalah AAC atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini
belum memungkinkan penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan
yang baik.
b. Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)
Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material XLPE
(croslink polyetilene langsung), dengan batas tegangan 6 kV dan harus memenuhi
SPLN No 43-5-6 tahun 1995.
c. Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core)
XLPE dan berselubung PVC berpenggantung penghantar baja dengan tegangan
Pengenal 12/20 (24) kV Penghantar jenis ini khusus digunakan untuk SKUTM dan
berisolasi penuh. SPLN 43-5-2:1995-Kabel.

3.2 Isolator
Bahan yang digunakan untuk membuat isolator yang paling banyak digunakan
pada system distribusi antara lain sebagai berikut.
a. Isolator Gelas
Isolator gelas pada umumnya terbuat dari bahan campuran antara pasir silikat,
dolomit, dan phospat. Komposisi dari bahan-bahan tersebut dan cara pengolahannya
dapat menentukan sifat dari siolator gelas ini. Isolator gelas memiliki sifat
mengkondensir (mengembun) kelembaban udara, sehingga lebih mudah debu
melekat dipermukaan isolator tersebut. Makin tinggi tegangan sistem makin mudah
pula terjadi peristiwa kebocoran arus listrik (leakage current) lewat isolator tersebut,
yang berarti mengurangi fungsi isolasinya. Oleh karena itu isolator gelas ini lebih
banyak dijumpai pemakaiannya pada jaringan distribusi sekunder. Kelemahan
isolator gelas ini adalah memiliki kualitas tegangan tembus yang rendah, dan
kekuatannya berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan temperatur. Oleh
sebab itu bila terjadi kenaikan dan penurunan suhu secara tiba-tiba, maka
isolator gelas ini akan mudah retak pada permukaannya. Berarti isolator gelas ini
bersifat mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu disekelilingnya. Tetapi bila isolator
gelas ini mengandung campuran dari bahan lain, maka suhunya akan turun. Selain
dari pada itu, isolator gelas ini harganya lebih murah bila dibandingkan dengan
isolator porselin.

b. Isolator Porselin
Isolator porselin dibuat dari dari bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan
veld spaat, yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan isolator
tersebut tidak berpori-pori. Dengan lapisan glazuur ini permukaan isolator menjadi
licin dan berkilat, sehingga tidak dapat mengisap air. Oleh sebab itu isolator porselin
ini dapat dipakai dalam ruangan yang lembab maupun di udara terbuka. Isolator
porselin memiliki sifat tidak menghantar (non conducting) listrik yang tinggi, dan
memiliki kekuatan mekanis yang besar. Ia dapat menahan beban yang menekan serta
tahan akan perubahan-perubahan suhu. Akan tetapi isolator porselin ini tidak tahan
akan kekuatan yang menumbuk atau memukul. Ukuran isolator porselin ini tidak
dapat dibuat lebih besar, karena pada saat pembuatannya terjadi penyusutan bahan.
Walaupun ada yang berukuran lebih besar namun tidak seluruhnya dari
bahan porselin, akan tetapi dibuat rongga di dalamnya, yang kemudian akan di
isi dengan bahan besi atau baja tempaan sehingga kekuatan isolator porselin
bertambah. Cara yang demikian ini akan menghemat bahan yang digunakan.
Karena kualitas isolator porselin ini lebih tinggi dan tegangan tembusnya
(voltage gradient) lebih besar maka banyak disukai pemakaiannya untuk jaringan
distribusi primer. Walaupun harganya lebih mahal tetapi lebih memenuhi
persyaratan yang diinginkan. Kadang-kadang kita jumpai juga isolator porselin ini
pada jaringan distribusi sekunder, tetapi ukurannya lebih kecil.
Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan tiang
penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :
1) Pin insulator (Isolator Tumpu)
Insulator pin adalah alat yang mengisolasi kawat dari pendukung fisik seperti
pin (kayu atau logam paku berdiameter sekitar 3 cm dengan ulir sekrup) pada
telegraf atau tiang listrik. Ini adalah bentuk, lapisan tunggal yang terbentuk yang
terbuat dari bahan non-budidaya, biasanya porselen atau kaca. Hal ini dianggap
sebagai insulator overhead yang dikembangkan paling awal dan masih populer
digunakan dalam jaringan listrik hingga 33 KV. Insulator pin tunggal atau ganda
dapat digunakan pada satu dukungan fisik, namun jumlah isolator yang digunakan
tergantung pada tegangan aplikasi. Adapun bentuk fisik dari pin insulator (isolator
tumpu) dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah.

Gambar 16 Pin Insulator (Isolator Tumpu)

2) Pin post insulator (Isolator Tarik)


Isolator Pin Post 20KV "Long Shank" adalah isolator untuk tegangan menengah
20KV, type standard yang kebanyakan di gunakan di jaringan distribusi Indonesia.

Tipe ini memiliki stud bolt (Baut) yang panjang sekitar 15 cm (Kurang Lebih). tipe
isolator ini di gunakan untuk traves yang berbentuk "U". Adapun bentuk fisik dari
pin post insulator (isolator tarik) dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut.

Gambar 17 Pin Post Insulator (Isolator Tarik)

3.3 Peralatan Hubung


Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk maksud
kemudahan operasional harus di pasang Pemutus Beban (Load Break Switch: LBS),
selain LBS dapat juga dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).

Gambar 18 Fuse Cut Out

3.4 Tiang
Tiang listrik merupakan material yang terbuat dari besi, beton dan kayu agar
jaringan tidak mengenai bangunan, pohon dan manusia atau binatang.
Tiang listrik adalah salah satu komponen utama dari jaringan listrik tegangan
rendah dan tegangan menengah yang menyanggah antaran listrik serta
perlengkapannya tergantung dari keadaan lapangan. Adapun fungsi-fungsi tiang
antara lain :
a. Tiang Awal / Tiang Akhir
Tiang Awal/Tiang Akhir adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik yang
lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar serta
perlengkapannya, dimana gaya yang diderita oleh tiang adalah gaya karena bersatu
sudut.
b. Tiang Penyangga
Tiang peyangga adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada
tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat adalah
berlawanan.
c. Sudut Tiang.
Sudut adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang
tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat adalah berlawanan.
d. Tiang Penegang/Tiang Tarik.
Tiang penegang/Tiang tarik adalah yang dipasang pada saluran listrik yang
lurus, dimana gaya tarik kawat bekerja terhadap tiang dari dua arah yang berlawanan.
e. Tiang Penopang.
Tiang penopang adalah tiang yang digunakan untuk menyangga tiang akhir,
tiang sudut dan tiang penegang agar kemungkinan tiang menjadi miring akibat gaya
tarik kawat penghantar dapat terhindar.
Setelah mengetahui fungsi dari tiang listrik, berikut ini dijelaskan jenis-jenis
dari tiang listrik itu.
1) Tiang Kayu
Tiang kayu banyak digunakan sebagai penyangga jaringan karena
konstruksinya yang sederhana dan biaya investasi lebih murah bila dibandingkan
dengan tiang jenis yang lain. Selain itu tiang kayu merupakan penyekat (isolator)
yang paling baik sebagai penompang saluran udara terhadap gangguan hubung
singkat, konstruksi yang sederhana dan bebas dari petir. Adapun bentuk tiang kayu
dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut :
Gambar 19 Tiang Kayu
2) Tiang Besi
Tiang Besi adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga
diperoleh kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan. Walaupun lebih mahal, pilihan
tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih ringan
dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan utama juga dimungkinkan bila mana total
biaya material dan transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton akibat
diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton.Adapun bentuk tiang besi dapat
dilihat pada gambar 2.5 berikut.

Gambar 20 Tiang Besi


3) Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di seluruh
PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya
termasuk terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi profil.
Adapun bentuk tiang beton dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah.

Gambar 21 Tiang Beton

Tiang beton bertulang dapat diklasifikasikan menurut cara pembuatannya dan


menghimpunnya ditunjukkan pada berikut:
Tabel 1 Jenis-Jenis Beton

Tinggi titik
Panjang Diameter Beban Kerja
lampu (batas
(m) (cm) (daN)
tanam) (m)
7 1,2 12,4/14 100
9 1,5 15,7 20/100
19 350/500
22 800/1200
11 1,9 19 200/350/500
22 800/1200

3.5 Tahanan Pembumian


Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman
langsung terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau
kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan jaringan
distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan lebih dimana
gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan sistem pentanahan.
Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam jaringan distribusi
yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan badan peralatan
instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi, terhambatlah atau
bertahannya tegangan sistem karena terputusnya arus oleh alat -alat pengaman
tersebut. Pembumian pada peralatan ditiang diperlukan untuk tujuan:
1. Membatasi besar tegangan yang disebabkan oleh petir
2. Membatasi besar tegangan yang disebabkan oleh terjadinya hubung tidak
sengaja dengan bagian yang bertegangan.
3. Menstabilkan tegangan ketanah dalam kondisi abnormal.
Karena itu pemasangan sistem pembumian harus dilakukan dengan standar
sesuai ketentuan yang berlaku sebagai elektroda pembuian biasanya digunakan
eloktroda batang berbentuk pipa baja galvanis diameter 25 mm atau baja berdiameter
15 mm yang dialapisi tembaga setebal 2,5 m dengan panjang 2,5 m atau 3 . untuk
penghantar bumi biasanya digunakan tembaga 50 mm2 dan sampai dengan 2,5 m dari
atas tanah harus dilindungi dengan pipa baja dari keruakan mekanis.
Tahanan pembumian yang dapat dicapai sangat tergantung pada jenis elektroda,
jenis tanah, dan kedalaman penanaman elektroda. Pada tanah kering yang berbatu
tidak mungkin untuk mendapatkan harga di bawah 100 ohm bila hanya ditanam 1
batang elektroda 3 meter. Walaupun dengan memasang beberapa elektroda secara
paralel dapat menurunkan harga tahanan pembumian, tetapi kenyataannya
penurunannya tidaklah menjadi R/n (R tahanan untuk 1 elektroda, n jumlah
elektroda) seperti diperkerikan. Bila peralatan dan kondisi tanah setempat
memungkinkan akan lebih menguntungkan bila elektroda ditanam secara seri.
Keuntungan lain dengan cara ini adlah pengaruh musim dapat diperkecil karena
dicapainya air tanah.
Bila kondisi tanah tidak memungkinkan untuk menanam secara seri beberapa
batan pipa, maka untuk memperoleh harga tahanan yang rendah pipa–pipa elektroda
dapat dipasang secara parallel. Jarak antar elektroda tersebut minimum harus dua kali
panjang elektroda (PUIL 1987 pasal 3221 A4).
Pemeliharaan Pembumian antara lain yang dilakukan adalah :
- Pemeriksaan secara visual kondisi pembumian.
- Pemeriksaan / perbaikan terhadap baut kelm yang kendor, lepas atau putus
- Membersihkan bagian–bagian dari kotoran dan benda–benda yang bersifat
menyekat.
- Mengganti kabel yang sudah rusak.

4. Gardu Distribusi
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi
yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk
membagikan/mendistribusikan tenaga listrik pada beban/konsumen baik konsumen
tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah.
Gardu Distribusi merupakan kumpulan/gabungan dari perlengkapan hubung
bagi baik tegangan menengah dan tegangan rendah. Jenis perlengkapan hubung bagi
tegangan menengah pada gardu distribusi berbeda sesuai dengan jenis konstruksi
gardunya.
1. Jenis gardu distribusi
a. Jenis pemasangannya :
1) Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol
2) Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios
b. Jenis Konstruksinya :
1) Gardu Beton (bangunan sipil : Batu, beton)
2) Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
3) Gardu Kios Jenis Penggunaannya :
A. Gardu Pelanggan Umum
B. Gardu Pelanggan Khusus
2. Macam-macam gardu distribusi

a. Gardu Beton
Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan
switching/proteksi, terangkai di dalam bangunan sipil yang di rancang, di bangun dan
difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton. Konstruksi ini dimaksudkan
untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan.

Gambar 22 Gardu Beton

(Sumber: Suhadi, Dkk. Teknik distribusi tenaga listrik)

b. Gardu Portal

Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai
konstruksi dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan transformator sekurang-
kurangnya 3 meter di atas tanah dan ditambahkan platform sebagai fasilitas
kemudahan kerja teknisi operasi dan pemeliharaan.
Gambar 23 Gardu Portal dan Bagan satu garis
(Sumber: Suhadi, Dkk. Teknik distribusi tenaga listrik)
c. Gardu Cantol
Gardu cantol mengunakan transformator yang terpasang adalah jenis CSP
(Completely Self Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya
sudah terpasang lengkap dalam tangki transformator.

Gambar 24 Gardu Cantol


(Sumber: Suhadi, Dkk. Teknik distribusi tenaga listrik)
d. Gardu kios
Kotak tempat peralatan listrik terbuat dari bahan besi. Gardu kios bukan
merupakan gardu permanen tetapi hanya merupakan gardu sementara, sehingga dapat
mudah untuk dipindah-pindahkan.

Gambar 25 Gardu Kios


(Sumber: Suhadi, Dkk. Teknik distribusi tenaga listrik)

e. Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation


Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation adalah gardu yang
berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan
aliran listrik, program pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan
kontinuitas pelayanan. Isi dari instalasi Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban
(Load Break switch – LBS), dan atau pemutus tenaga yang terhubung paralel. Gardu
Hubung juga dapat dilengkapi sarana pemutus tenaga pembatas beban pelanggan
khusus Tegangan Menengah. Konstruksi Gardu Hubung sama dengan Gardu
Distribusi tipe beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung dapat dilengkapi dengan
ruang untuk Gardu Distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana pelayanan kontrol
jarak jauh. Ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada pada ruang
yang sama dengan ruang Gardu Hubung, namun terpisah dengan ruang Gardu
Distribusinya.
ACUAN PERANCANGAN

Dalam perencanaan ini diasumsikan beberapa hal yang menjadi acuan dalam

penentuan bahan pada konstruksi JUTR, JUTM dan Gardu Distribuasi sebagai

berikut:

 Gambar yang sudah disampaikan sebelumnya, digambar dengan menggunakan

skala jarak antara tiang yang ada, dengan jarak rata-rata 42 meter.

 Beri notasi pada tiang terkait dengan konstruksi JUTR, JUTM dan Gardu

Distribuasi serta sistim penopang.

 Jumlah pelanggan dihitung berdasarkan jumlah tiang yang terpasang JUTR,

dimanan setiap ting melayani 5 pelanggan.

 Jumlah pelanggan dengan daya 900 VA adalah 75 % dari total pelanggan.

 Jumlah pelanggan dengan daya 1300 VA adalah 25 % dari total pelanggan.

 Faktor keserampakan beban (perumahan sederhana) yang lebih besar dari 40

pelanggan adalah 0,4.

 Pembebanan maksimum trafo 80 %.

 Faktor teknias panjang penghantah JUTR adalah 4 %.

 Faktor teknis untuk JUTM adalah 3 %., Kawat AAAC 70 mm2.


DAFTAR MATERIAL

1. PERINCIAN MATERIAL UNTUK JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)


Tabel 2 Material Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
NO URAIAN VOLUME SATUAN KETERANGAN
I Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah
1. Tiang beton 11 m, 250 daN 47 Batang
(42 × 47 × 3) × (1+
2. Kawat 3 x 70 mm2 AAAC 6099,66 Meter
3 %)
3. Single Arm Post Insulator Assembly Steel
39 Set
Pole/ Tumpu Tunggal 20 KV
 Cross arm UNP10 100.50.5 x 1800 mm 39 Buah 39 × 1
 Klem beugel type I 50 x 6 mm 39 Buah 39 × 1
 Mur baut dan ring 5/8” x 70 mm 156 Buah 39 × 1
 Steel plat type I 78 Buah 39 × 4
 Mur baut spring washer 5/8” x 148 mm 78 Buah 39 × 2
 Arm tie brace 50.50 x 1270 mm 78 Buah 39 × 2
 Priform too ties 117 Buah 39 × 3
 Klem beugel type II 50 x 6 mm 78 Buah 39 × 2
 Isolator tumpu type post 117 Set 39 × 3
 
4. Double Arm Post Insulator Assembly Steel
2 set
Pole/ Tumpu Ganda 20 KV
 Cross arm UNP10 100.50.5 x 2000 mm 4 Buah 2×2
 Klem beugel type II 50 x 6 mm 8 Buah 2×4
 Double arming bolt 5/8” x 300 mm 4 Buah 2×2
 Arm tie brace 50.50 x 1270 4 Buah 2×2
 Steel plat type I 8 Buah 2×4
 Mur baut spring washer 5/8” x 148 mm 24 Buah 2 × 12
 Mur baut spring washer 5/8” x 970 mm 8 Buah 2×4
 Steel plat type II 8 Buah 2×4
 Isolator tumpu type post 12 Set 2×6
 Double side ties 12 Buah 2×6
 
5. Double Arm Termination Assembly / akhir
2 set
jaringan JTM/ Aspan Tunggal 20 KV
 Cross arm UNP10 100.50.5 x 2000 mm 4 Buah 2×2
 Klem beugel type II 50 x 5 mm 4 Buah 2×2
 Double arming bolt 5/8” x 300 mm 4 Buah 2×2
 Arm tie brace 50.5.5 x 1270 mm 4 Buah 2×2
 Steel plat type I 4 Buah 2×2
 Mur baut spring washer 5/8” x 148 mm 16 Buah 2×8
 Steel plot type II 8 Buah 2×4
 Isolator tarik 6 Buah 2×3
 Arrester 20 kV 5/10 A 6 Buah 2×3
 H Connector 12 Buah 2×6
 Mur baut spring washer 5/8” x 70 mm 4 Meter 2×2
 
6. Section Pole Assembly / Aspan Ganda 20 KV 3 Set
 Cross arm UNP10 100.50.5 x 2000 mm 6 Buah 3×2
 Arm tie brace 50.5.5 x 1270 mm 6 Buah 3×2
 Klem beugel type II tiang beton bulat 12 Buah 3×4
 Double arming bolt 5/8” x 300 mm 6 Buah 3×2
 Klem beugel type I tiang beton bulat 12 Buah 3×4
 Mur baut spring washer 5/8” x 148 mm 30 Buah 3 × 10
 Steel plat type I 12 Buah 3×4
 Steel plot type II 12 Buah 3×4
 Isolator tumpu type post 3 Set 3×1
 Isolator penegang/aspan long rod 18 Set 3×6
 Priform top ties 3 Buah 3×1
 Parallel groove/non tension joint 18 Buah 3×6

7. Right Angle Termination Assembly/aspan


1 set
tunggal + aspan tunggal 20 KV ( A’+A’)
 Cross arm UNP10 100.50.5 x 2000 mm 4 Buah 1×4
 Double arming bolt 5/8” x 300 mm 4 Buah 1×4
 Klem beugel type II 50 x 6 mm 4 Buah 1×4
 Steel plat type I 4 Buah 1×4
 Steel plot type II 8 Buah 1×8
 Mur baut spring washer 5/8” x 148 mm 16 Buah 1 × 16
 Arm tie brace 50.5.5 x 1270 mm 4 Buah 1×4
 Isolator type post 1 Set 1×1
 Side ties 1 Buah 1×1
 Isolator tarik 6 Set 1×6
 Parallel groove 6 Buah 1×6

8. Tupang Tarik 5 Set


 Strain Insulator for guy 12 kV 5 Buah 5×1
 Double Bougle 5 Buah 5×1
 Mur Baut 5/8” x 100 mm2 25 Buah 5×5
 Spanscroef 5/8” 5 Buah 5×1
 Plat Beton 40 x 40 x 15 cm 5 Buah 5×1
 Angker rod + klem penyambung 5 Buah 5×1
 U Klem 40 Buah 5×8
 Kaos baja 10 Buah 5×2
 Steel wire 70 mm2 75 Meter 5 × 15

9. Tupang Tekan 1 Set


 Tiang beton 11 m, 200 daN 1 Batang 1×1
 Sangga Tupang Tekan 1 Batang 1×1
 Double Beugle 2 Buah 1×2
 Beugle 1 Buah 1×1
 Plat beton 40 x 40 x 15 cm 1 Buah 1×1
 Mur baut 5/8” x 100 mm 1 1×1

10. Tupang tarik dengan tiang bantu 1 Set


 Tiang beton 11 m, 200 daN 1 Batang 1×1
 Strain Insulator for guy 12 kV 1 Buah 1×1
 Double Beugle 3 Buah 1×3
 Mur Baut 5/8” x 100 mm2 11 Buah 1 × 11
 Spanscroef 5/8” 1 Buah 1×1
 Plat Beton 40 x 40 x 15 cm 1 Buah 1×1
 Angker rod + klem penyambung 1 Buah 1×1
 U Klem 16 Buah 1 × 16
 Kaos baja 4 Buah 1×4
 Steel wire 70 mm2 35 Meter 1 × 35

2. PERINCIAN MATERIAL UNTUK JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR)


Tabel 3 Material Jaringan Tegangan Rendah
NO URAIAN JUMLAH SATUAN KETERANGAN
II Kontruksi Jaringan Tegangan Rendah
1. Tiang Beton 83 Batang
(83 × 42) × (1 +
2. Kabel LVTC 3 x 25 mm2 + 1 x 10 mm2 3.625,44 Meter
4%)
3. Suspension Assembly Small Angle /
86 Set
  konstruksi lurus
   Stainless steel strap 1,2 m 172 Meter 86 × 2
   Suspension clamp 86 Set 86 × 1
   Suspension Bracket 86 Buah 86 × 1
   Plastic strap 258 Buah 86 × 3
   Stopping Buckle 172 Buah 86 × 2
4. Konstruksi tiang dengan sudut 30°-90° 7 Set
   Tension Bracket 7 Meter 7×1
   Strain clamp 14 Set 7×2
   Stainless Steel Strip 1,2m 14 Meter 7×2
   Stopping buckle 14 Buah 7×2
   Plastic Strap 14 Buah 7×2

5. Konstruksi tiang satu percabangan 3 Set


 Tension bracket 3 Buah 3×1
 Suspension bracket 3 Buah 3×1
 Tension bracket 3 Buah 3×1
 Strain clamp 3 Buah 3×1
 Suspension clamp 3 Buah 3×1
 Stainless steel strap 1,2m 12 Meter 3×4
 Stopping buckel 12 Buah 3×4
   Connector 12 Buah 3×4
 Plastic strap 12 Buah 3×4
 Turn buckle 3 Buah 3×1

  6. Konstruksi tiang dua percabangan 4 Set


   Stainless steel strap 1,2m 32 Meter 4×8
 Suspension clamp 4 Set 4×1
   Pole bracket 8 Buah 4×2
   Plastic strap 24 Buah 4×6
   Connector 32 Buah 4×8
   Stopping buckle 16 Buah 4×4
   Strain clamp 8 Buah 4×2
   Turnbuckle 4 Buah 4×1

7. Dead End Assembly (DA) / konstruksi pada


13 Set
ujung jaringan
 Strain clamp 13 Buah 13 × 1
 Pole bracket 13 Buah 13 × 1
 Plastic strap 26 Buah 13 × 2
 PVC tube 60 cm 13 Buah 13 × 1
 Stopping buckle 52 Buah 13 × 4
 Link 25 x 50 26 Buah 13 × 2
 Terminal CAP 52 Meter 13 × 4
 Stainless steel strip 78 Buah 13 × 6
 Turnbuckle light 13 Buah 13 × 1
3. GARDU DISTRIBUSI
Tabel 4 Material Gardu Distribusi

NO URAIAN JUMLAH SATUAN KETERANGAN


III Gardu Distribusi 1 Set
1. Kabel dari trafo menuju lemari NYY 4x50
9 Meter 1×9
mm2
2. Kabel dari lemari menuju jaringan NYY 4x30
12 Meter 1 × 12
mm2
3. Konstruksi dudukan trafo 2 Set 1×2
4. Arrester 6 Buah 1×3
5. Fuse Cut Out 6 Buah 1×3
6. Trafo Distribusi 160 KV 2 Set 1×2
7. Pipa galvanis 3”(pelindung naik turun kabel)
3 Set 1×3
6 meter
8. Konstruksi dudukan lemari 2 Set 1×2
  9. Sistem pembumian 9 Set 1×9
  10. Pipa galvanis 1” 3 m ( ystem pembumian) 9 Batang 1×9
  11. Double Beugel 6 Batang 1×6
  12. Elektroda Pembumian 2 Buah 1×2
13. Mur baut 5/8‘‘ x 2inc 20 Buah 6×3
14. Kabel 70 1x50mm2 CU 72 Meter 8×9
15. Klem pipa 240x1” 18 Buah 2×9
16. Rak bagi TR 3 Buah 1×3
17. Busbar 50cm x 4 3 Buah 1×3
18. NT Fuse 100A 9 Buah 3×3
19. Kabel CU 1 x 90mm2 40 Meter 1 × 40
20. Schon CU 90mm2 18 Buah 1 × 18
21. Mur Baut CU 1/2” x 1” 15 Buah (4 x 3) + 3
 Gardu distribusi

Pada gardu distribusi Terdiri dari 3 jalur yang masing-masing disuplai oleh 1 feeder.
Artinya kita menggunakan 3 feeder. Feeder pertama melayani 35 tiang, feeder kedua
melayani 40 tiang, dan feeder ke tiga melayani 35 tiang.
1. Feeder 1
- Melayani 36 tiang dengan rata-rata pelanggan yang tersambung/tiang adalah
5 pelanggan dengan daya yang berbeda.
- Rata-rata daya tersambung
Total daya yang dibutuhkan pada Feeder 1 dengan pembagian daya tiap fasa
pada feeder 1 sebagai berikut :
 Fasa R1

a. Rumah dengan daya 900 VA berjumlah 45 unit.

45 x 900 VA = 40.500 VA

b. Rumah dengan daya 1300 VA berjumlah 15 unit.

15 x 1.300 VA = 19.500 VA +
Jumlah Daya Fasa R1 = 60.000 VA

 Fasa S1

a. Rumah dengan daya 900 VA berjumlah 45 unit.

45 x 900 VA = 40.500 VA

b. Rumah dengan daya 1300 VA berjumlah 15 unit.

15 x 1.300 VA = 19.500 VA +
Jumlah Daya Fasa R1 = 60.000 VA
 Fasa T1

a. Rumah dengan daya 900 VA berjumlah 45 unit.

45 x 900 VA = 40.500 VA

b. Rumah dengan daya 1300 VA berjumlah 15 unit.

15 x 1.300 VA = 19.500 VA +
Jumlah Daya Fasa R1 = 60.000 VA
Jumlah Daya Pada Feeder 1 = 180.000 VA
- Faktor keserampakan beban = 180.000 x 0.4 = 72.000 VA
- Arus Nominal,

S
I n=
√3 × V S
72.000
I n=
√3 × 400
I n=103,92 A

- KHA= 125% x I nominal = 1,25 x 103,92 = 129,9 A


- Kabel yang biasa digunakan untuk distribusi salah satunya adalah NFA2X.
Keterangan untuk penggunaan kabel NFA2X dapat kita lihat pada PUIL 7.3-
12a.
- Berdasarkan PUIL 7.3-12a, dengan KHA 129,9 A, penghantar yang
digunakan adalah NFA2X 2x50 + 25 mm2.
- Pengujian teknis:

2. Feeder 2
- Melayani 40 tiang dengan rata-rata pelanggan yang tersambung/tiang adalah
5 pelanggan dengan daya yang berbeda.
- Rata-rata daya tersambung
Total daya yang dibutuhkan pada Feeder 2 dengan pembagian daya tiap fasa
pada feeder 2 sebagai berikut :
 Fasa R2

a. Rumah dengan daya 900 VA berjumlah 48 unit.

48 x 900 VA = 43.200 VA

b. Rumah dengan daya 1300 VA berjumlah 17 unit.

17 x 1.300 VA = 22.100 VA +
Jumlah Daya Fasa R2 = 65.300 VA
 Fasa S2

a. Rumah dengan daya 900 VA berjumlah 51 unit.

51 x 900 VA = 45.900 VA

b. Rumah dengan daya 1300 VA berjumlah 17 unit.

17 x 1.300 VA = 22.100 VA +
Jumlah Daya Fasa S2 = 68.000 VA
 Fasa T2

a. Rumah dengan daya 900 VA berjumlah 51 unit.

51 x 900 VA = 45.900 VA

b. Rumah dengan daya 1300 VA berjumlah 16 unit.

16 x 1.300 VA = 20.800 VA +
Jumlah Daya Fasa T2 = 66.700 VA
Jumlah Daya Pada Feeder 2 = 200.000 VA
- Faktor keserampakan beban = 200.000 x 0.4 = 80.000 VA
- Arus Nominal,
S
I n=
√3 × V S
80.000
I n=
√ 3 × 400
I n=115,47 A

- KHA= 125% x I nominal = 1,25 x 115,47 = 144,33 A


- Kabel yang biasa digunakan untuk distribusi salah satunya adalah NFA2X.
Keterangan untuk penggunaan kabel NFA2X dapat kita lihat pada PUIL 7.3-
12a
- Berdasarkan PUIL 7.3-12a, dengan KHA 144,33 A, penghantar yang
digunakan adalah NFA2X 2x50 + 25 mm2.
- Pengujian teknis:

3. Feeder 3
- Melayani 35 tiang dengan rata-rata pelanggan yang tersambung/tiang adalah
5 pelanggan dengan daya yang berbeda.
- Rata-rata daya tersambung
Total daya yang dibutuhkan pada Feeder 3 dengan pembagian daya tiap fasa
pada feeder 3 sebagai berikut :
 Fasa R3

a. Rumah dengan daya 900 VA berjumlah 44 unit.

44 x 900 VA = 39.600 VA

b. Rumah dengan daya 1300 VA berjumlah 15 unit.

15 x 1.300 VA = 19.500 VA +
Jumlah Daya Fasa R3 = 59.100 VA
 Fasa S3

a. Rumah dengan daya 900 VA berjumlah 43 unit.

43 x 900 VA = 38.700 VA

b. Rumah dengan daya 1300 VA berjumlah 15 unit.

15 x 1.300 VA = 19.500 VA +
Jumlah Daya Fasa S3 = 58.200 VA
 Fasa T3

 Rumah dengan daya 900 VA berjumlah 43 unit.

43 x 900 VA = 38.700 VA

 Rumah dengan daya 1300 VA berjumlah 15 unit.

15 x 1.300 VA = 19.500 VA +
Jumlah Daya Fasa T3 = 58.200 VA
Jumlah Daya Pada Feeder 3 = 175.500 VA
- Faktor keserampakan beban = 175.500 x 0.4 = 70.200 VA
- Arus Nominal,

S
I n=
√3 × V S
70.200
I n=
√ 3 × 400
I n=101,32 A

- KHA= 125% x I nominal = 1,25 x 101,32 = 126,65 A


- Kabel yang biasa digunakan untuk distribusi salah satunya adalah NFA2X.
Keterangan untuk penggunaan kabel NFA2X dapat kita lihat pada PUIL 7.3-
12a
- Berdasarkan PUIL 7.3-12a, dengan KHA 126,65 A, penghantar yang
digunakan adalah NFA2X 2x50 + 25 mm2.
- Pengujian teknis:

Total beban puncak pada 3 feeder (72.000 + 80.000 + 70.200) = 222.200 VA /


222,2 kVA
Total beban rata-rata pada 3 feeder (222,2 / 0,8) = 277,75 kVA
Jadi pada Gardu distribusi cukup menggunakan transformator 160 kVA
sebanyak dua buah.
GAMBAR RANGKAIAN

Anda mungkin juga menyukai