Anda di halaman 1dari 10

LABORATORIUM POWER SYSTEM

SEMESTER GANJIL 2021/2022


PENGUJIAN PERBANDINGAN BELITAN
TRASFORMATOR

OLEH :
ADITYA DACOSTA
321 19 052
KELAS 3C
KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2021
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengukur dan menetukan perbandingan jumlah kumparan sisi primer
dan sisi sekunder.
2. Untuk menentukan error perbandingan belitan transformer antara name plate dan
pengukuran.
3. Untuk mengetahui tapping pada transformator dan kegunaannya.

II. TEORI DASAR


Tujuan dari pengetesan perbandingan belitan (winding ratio) pada transformator
adalah untuk memastikan bahwa semua belitan memiliki jumlah lilitan (belitan) sesuai
dengan desain atau yang tersebut dalam name plate. Jika transformator memiliki beberapa
tapping maka pada transformator tersebut juga perlu dilakukan pengujian perbandingan
transformator pada setiap tapping-nya.
Berdasarkan standard ANSI dan IEEE bahwa ratio tegangan terukur antara dua
belitan berada sekitar ± 0.5% dari yang tercantum pada nameplate. Pada ratio dengan
tegangan kerja tinggi pada salah satu sisinya (misal 70 kV, 150 kV), pengetesan
dilakukan dengan memberikan tegangan rendah pada sisi tegangan yang lebih rendah dan
mengukur tegangan outputnya pada sisi tegangan yang lebih tinggi.
Dalam konsepsi dasar, transformator adalah peralatan yang sederhana. Dibentuk dari
dua gulungan kawat berisolasi pada inti besi. Salah satu gulungan dihubungkan ke
sumber atau generator yang selanjutnya di sebut sisi primer. Kemudian daya dari sisi
primer akan ditransfer ke beban, yang disebut sebagai sisi sekunder. Energi ditransfer dari
satu sisi ke sisi lainnya dengan menggunakan prinsip induksi magnet (magnetic
induction). Semakin banyak gulungan (turn) pada belitan, maka semakin besar impedansi
yang dihasilkan, serta makin besar tegangan yang dibentuk pada terminal belitan tersebut
dan arusnya menjadi lebih kecil (terkait percobaan tahanan kumparan). Jika sisi sekunder
memiliki jumlah lilitan yang lebih banyak dari sisi primer, maka tegangan sisi sekunder
akan lebih tinggi dibandingkan sisi primer dengan arus yang mengalir lebih rendah.
Kondisi ini disebut transformator “step-up” (step-up transformer). Sebaliknya jika sisi
sekunder memiliki jumlah lilitan lebih sedikit dibandingkan maka akan dihasilkan step-
down transformer.
Hubungan langsung antara jumlah belitan dan tegangan antara sisi primer terhadap
sekunder dinyatakan sbb:
Vp Np
= =α ……………….(1)
Vs Ns
Dimana :
Vp = tegangan primer
Vs = tegangan sekunder
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Pada step-up transformer nilai perbandingan a > 1, sebaliknya step-down transformer
nilai perbandingan a < 1.
Notasi standar untuk indikasi sisi belitan yang lebih tinggi adalah “H” dengan
terminasi H1 dan H2. Belitan tegangan lebih rnedah dinotasikan “X” dengan terminasi
X1 dan X2. Sumber tegangan dapat dihubungkan ke dua sisi tranformator, tergantung
kebutuhan apakah digunakan sebagai step-up transformer atau step-down transformer.

Gambar 2.1 Notasi terminasi pada transformator

Rangkaian pengganti transformator juga dapat digambarkan sbb:

Gambar 2.2 Rangkaian ekuivalent transformator


Dimana :
Vp = tegangan masuk / sisi primer (Volt)
Vs = tegangan keluar / sisiskunder (Volt)
Ep = g.g.l. induksipadasisi primer (Volt)
Es = g.g.l. induksipadasisiskunder (Volt)
NP = jumlah lilitan sisi primer
NS = jumlah liltan sisi sekunder
A = rasio perbandingn belitan

III. ALAT DAN BAHAN


1. 3 unit transformator 1 phase atau 1 unit transformator 3 fase (1 modul
tranformator).
2. 2 buah Voltmeter (analog / digital).
3. Kabel penghubung secukupnya.
4. Sumber tegangan 3 fase.

IV. RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar 4.1 Rangkaian Percobaan Transformer Ratio 1 dan Ratio 2


Gambar 4.2 Rangkaian Percobaan Transformer Ratio 3
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mencatatat ratio trafo, sesuai yang tercantum pada belitan trafo.
2. Menyiapkan alat dan bahan percobaan.
3. Mengkalibrasi alat ukur.
4. Merangkai alat percobaan (transformator dan kabel) sesuai gambar 3.
5. Sebelum mehubungkan sumber tegangan ke rangkaian, periksa besar tegangan
output sumber tegangan.
6. Mencatat dan menghitung nameplate transformer ratio pada setiap tapping.
7. Menghubungkan sumber tegangan sesuai rangkaian percobaan.
8. Menyalakan (ON) sumber tegangan.
9. Mengukur tegangan sesuai table.
10. Mengukur tegangan pada sisi sekunder, untuk semua tapping.
11. Mencatat hasil pengukuran.
12. Mengulangi untuk tap ratio lainnya sesuai gambar dan table.

VI. DATA PERCOBAAN


1. Untuk Rangkaian 1 (2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1 tidak terhubung).
Tabel 6.1 Hasil Pengukuran Tegangan Belitan Transformator pada Rangkaian 1
No Titik Ukur Tegangan
SISI PRIMER
1. 1U 1 – 1V 1 398 V
2. 1V 1 – 1W1 401 V
3. 1W 1 – 1U 1 397,4 V
4. 1U 1 – 1U 2/N (primer) 228,1 V
5. 1V 1- 1V 2/N (primer) 229,7 V
6. 1W 1 – 1W 2/N (primer) 230,4 V
SISI SEKUNDER 1
1. 2U 1 – 2V 1 120,6 V
2. 2V 1 – 2W 1 121,5 V
3. 2W 1 – 2U 1 120,5 V
4. 2U 1 – 2U 2/N (sekunder 1) 69,0 V
5. 2V 1 – 2V 2/N (sekunder 1) 69,7 V
6. 2W 1 – 2W 2/N (sekunder 1) 69,7 V
SISI SEKUNDER 2
1. 3U 1 – 3V 1 31,4 V
2. 3V 1 – 3W 1 29,95 V
3. 3W 1 – 3U 1 30,70 V
4. 3U 1 – 3U 2/N (sekunder 2) 69,1V
5. 3V 1 – 3V 2/N (sekunder 2) 69,7 V
6. 3W 1 – 3W 2/N (sekunder 2) 69,7 V
Perbandingan Tegangan Untuk Percobaan 1
450
399 401 397,4
400

350

300 Primer
31,4 Sekunder 1
250 228,1 229,7 230,4
Sekunder 2
200 29,95 30,70

150 69,1 69,7 69,7


120,6 121,6 120,5
100 69 69.3 70
50

Grafik 6.1 Perbandingan tegangan untuk percobaan 1

2. Untuk Rangkaian 2 (2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1 tidak terhubung).
Tabel 6.2 Hasil Pengukuran Tegangan Belitan Transformator pada Rangkaian 2
No Titik Ukur Tegangan
SISI PRIMER
1. 1U 1 – 1V 1 399 V
2. 1V 1 – 1W1 402 V
3. 1W 1 – 1U 1 397,7 V
4. 1U 1 – 1U 3/N (primer) 227,1 V
5. 1V 1- 1V 3/N (primer) 232,3 V
6. 1W 1 – 1V 3/N (primer) 228,6 V

SISI SEKUNDER 1
1. 2U 1 – 2V 1 166,9 V
2. 2V 1 – 2W 1 121,7 V
3. 2W 1 – 2U 1 165,9 V
4. 2U 1 – 2U 2/N (sekunder 1) 117,9 V
5. 2V 1 – 2V 2/N (sekunder 1) 73,4 V
6. 2W 1 – 2W 2/N (sekunder 1) 67,8 V
SISI SEKUNDER 2
1. 3U 1 – 3V 1 156,6 V
2. 3V 1 – 3W 1 29,50 V
3. 3W 1 – 3U 1 155,6 V
4. 3U 1 – 3U 2/N (sekunder 2) 117,4 V
5. 3V 1 – 3V 2/N (sekunder 2) 73,5 V
6. 3W 1 – 3W 2/N (sekunder 2) 68,4 V

Perbandingan Tegangan Untuk Percobaan 3


450 29,50
156,6 115,6
399 402 397,7
400

350

300 117,4
73,4 68,4 Primer
250 227,1 232,3 228,6 Sekunder 1
166,9 121,7 165,9 Sekunder 2
200

150 117,9 73,4 67,8


100

50

Grafik 6.2 Perbandingan tegangan untuk percobaan 2

VII. ANALISIS DATA PENGUKURAN


Pada percobaan ini yaitu Pengujian Perbandingan Belitan Transformator, dapat kita
perhatikan pada :
A. PERCOBAAN PERTAMA
1. Pada percobaan pertama untuk rangkaian 1 dapat dilihat pada table 6.1. Tegangan
pada sisi primer untuk pengukuran tegangan tertinggi terjadi pada belitan 1V1-1W1
yakni 398 V dikarenakan tegangan masukan yang ada pada primer langsung dari
sumber PLN 3 phase, jadi nilianya di atas 380 V. Sedangkan pada sisi primer-netral
didapatkan pengukuran tegangan tertinggi ada pada belitan 1W1-N yakni 230,4 V
dikarenakan pada belitan ini hanya menggunakan 1 phase dan
dipadukan/disambungkan dengan netral sehingga didapatkan tegangan diatas 220 V.
Pada sisi sekunder 1 untuk pengukuran tegangan tertinggi terdapat pada belitan 2V1-
2W1 yakni 121,5 V sedangkan pada sisi sekunder-netral nilai tegangan tertinggi
terdapat pada belitan 2W1-N yakni 69,7 V. Pada sisi sekunder 2 untuk pengukuran
tegangan tertinggi didapatkan pada belitan 3U1-3V1 yakni 31,4 V dan memakai ke 2
sisi sekunder yang ada pada transformator sehingga nilainya 2 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai tegangan pada sisi sekunder 1 (Sekunder-Sekunder).
Begitu pula pada Sekunder 2 dengan netral, nilai tegangan tertinggi didapatkan 69,7
V pada sisi belitan 3W1-Netral.
2. Pada percobaan pertama untuk rangkaian 2 dapat dilihat pada table 6.3 . Tegangan
pada sisi primer untuk pengukuran tegangan tertinggi terjadi pada belitan 1V1-1W1
yakni 402 V dikarenakan tegangan masukan yang ada pada primer langsung dari
sumber PLN 3 phase, jadi nilianya diatas dari 380 V. Sedangkan pada sisi primer-
netral didapatkan pengukuran tegangan tertinggi ada pada belitan 1W1-N yakni 228,6
V dikarenakan pada belitan ini hanya menggunakan 1 phase dan
dipadukan/disambungkan dengan netral sehingga didapatkan tegangan diatas 220 V.
Pada sisi sekunder 1 untuk pengukuran tegangan tertinggi terdapat pada belitan 2V1-
2W1 yakni 73,4 V sedangkan pada sisi sekunder-netral nilai tegangan tertinggi
terdapat pada belitan 2W1-N yakni 67,8 V. Pada sisi sekunder 2 untuk pengukuran
tegangan tertinggi didapatkan pada belitan 3V1-3W1 yakni 29,50 V dan memakai ke
2 sisi sekunder yang ada pada transformator sehingga nilainya 2 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai tegangan pada sisi sekunder 1 (Sekunder-Sekunder).
Begitu pula pada Sekunder 2 dengan netral, nilai tegangan tertinggi didapatkan 68,4V
pada sisi belitan 3W1-Netral.

VIII. KESIMPULAN
1. Semakin banyak gulungan (turn) pada belitan, maka semakin besar impedansi yang
dihasilkan, serta makin besar tegangan yang dibentuk pada terminal belitan tersebut
dan arusnya menjadi lebih kecil (terkait percobaan tahanan kumparan).
2. Jika sisi sekunder memiliki jumlah lilitan yang lebih banyak dari sisi primer, maka
tegangan sisi sekunder akan lebih tinggi dibandingkan sisi primer dengan arus yang
mengalir lebih rendah. Kondisi ini disebut transformator “step-up”.
3. Jika sisi sekunder memiliki jumlah lilitan lebih sedikit, maka tegangan sisi primer
akan lebih kecil dibandingkan sisi primer dengan arus yang mengalir lebih tinggi.
Kondisi ini disebut dengan trasnformator “Step-Down”.
4. Pada percobaan pertama pada table 6.1 tegangan pada sisi primer lebih tinggi
dibandingkan sisi sekunder jadi kondisi ini dapat dikatakan sebagai transformator
“Step-Down”.

Perbandingan Tegangan pada Trafo Step Down


450
399.3 404 398.3
400
350
300 Primer
241.5 228.2 230.5 231.5 Sekunder
250
200
150 127.4 138 139.3 139.6
119.7
100
50
0

Grafik 7.1 Perbandingan Tegangan Primer Sekunder pada Trafo Step Down
5. Pada percobaan ketiga hasil pengukuran dapat dilihat pada table 6.2. Tegangan pada
sisi sekunder lebih tinggi dibandingkan dengan sisi primer, maka dapat disebut juga
sebagai transformator “Step-up”

Perbandingan Tegangan pada Trafo Step Up


450 417 421 416
396.7 400 395.5
400
350
300 266.4 Primer
250 238.2 240.5
228.8 241.2
229.4 Sekunder
200
150
100
50
0

Grafik 7.1 Perbandingan Tegangan Primer Sekunder pada Trafo Step Up

Anda mungkin juga menyukai