Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRANSFORMATOR 3 PHASE

Oleh:

APRILIANI FARADILLA
421 19 255
Kelompok 1
4C RPL Teknik Listrik

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2023
I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui secara dini kondisi isolasi trafo.
2. Untuk mengetahui kemungkinan adanya ganguan hubung singkat
3. Untuk memastikan transformator cukup aman untuk diberi dioperasikan

II. TEORI DASAR


Setiap kawat listrik dalam suatu sistem tenaga listrik - baik itu motor, generator, kabel,
switch, transfrmator, dan lain-lain yang dilindungi atau ditutupi oleh suatu isolasi listrik.
Kawat yang digunakan biasanya tembaga (copper) atau aluminium, yang dikenal sebagai
penghantar listrik yang baik. Isolasi adalah kebalikan dari konduktor, dimana isolasi tahan
terhadap arus dan tetap menjaga agar arus mengalir pada konduktor saja.

Untuk memahami tujuan isolasi disekitar konduktor maka hal tersebut dapat
dianalogikan seperti pipa yang mengalirkan air. Gambar 1. memperlihatkan perbandingan
antara hukum Ohm terhadap pengaliran air. Tekanan air dari pompa menghasilkan
pengaliran air sepanjang pipa, jika pada pipa terdapat kebocoran maka air akan terbuang
dan mengurangi tekanan air dalam pipa.

Dalam listrik, tegangan bertindak seperti tekanan pompa, menyebabkan pengaliran


listrik sepanjang kawat tembaga/ aluminium. Dan seperti halnya pada pipa, maka akan ada
tahanan pengaliran, namun jauh lebih kecil dibandingkan tahanan sepanjang isolasi.

Gambar 1. Perbandingan pengaliran air (a) dan arus listrik (b).

Semakin kecil tahanan pada penghantar, maka semakin besar arus yang mengalir pada
tegangan yang sama. Seperti dinyatakan dalam hokum Ohm:
V=IxR
Dimana, V = Tegangan dalam Volt
I = Arus dalam Ampere
R = Tahanan dalam Ohm

Sebagai catatan bahwa tidak ada isolasi yang sempuna – tahanan tak terbatas – jadi akan
ada pengaliran arus melalui isolasi atau melalui ground. Namun sangat kecil (boleh jadi
sekitar satu mikroampere) tetapi itulah dasar dari peralatan pengukuran isolasi. Semakin
besar tegangan yang diberikan ke isolasi maka semakin besar pula arus yang akan melalui
isolasi. Sejumlah kecil arus ini tidak akan membahayakan isolasi yang masih baik akan
tetapi menjadi suatu masalah bagi isolasi yang telah mulai buruk/ rusak (deteriorated).

Pertanyaannya yang akan muncul “apakah isolasi yang baik itu?” Pada dasarnya
“baik” berarti relatif untuk tahanan yang tinggi tehadap arus, dan untuk bahan isolasi,
“baik” juga dapat berarti kemampuan untuk menjaga tahanan tinggi. Sehingga,
pengukuran tahanan isolasi yang tepat dapat memberikan kita informasi tentang
bagaimana kondisi isolasi dari suatu bahan. Serta dengan melakukan pengecekan tahanan
isolasi secara teratur dapat diperoleh kecenderungan terjadinya deteriorated.

Peralatan listrik yang baru seharusnya memiliki tahanan isolasi yang baik (memenuhi
standar nilai tahanan isolasi, sesuai tegangan kerjanya). Namun seiring waktu operasi, ada
banyak faktor yang menyebabkan tahanan isolasi menjadi menurun, antara lain karena
kerusakan mekanik, vibrasi, panas atau dingin yang berlebihan, kotor, minyak, korosif atau
hanya karena kelembaban dan semuanya ini akan ter-kombinasi oleh faktor tekanan listrik
(electrical stresses).

Jadi isolasi yang baik itu adalah yang memiliki tahanan yang tinggi sedangkan isolasi
yang buruk cenderung memiliki tahanan yang rendah. Tinggi rendahnya tahanan isolasi
sangat dipengaruhi oleh factor-faktor yang disebutkan sebelumnya. Gambar 2,
memperlihatkan rangkaian tipikal untuk pengukuran tahanan isolasi. Alat ukur tahanan
isolasi (Insulation Resistance Test) akan mengukur tahanan isolasi secara langsung dengan
memberikan nilainya dalam satu Ohm. Tahanan isolasi yang baik biasanya terukur dalam
level MegaOhm bahkan sampai dengan GigaOhm.

Gambar 2. Tipikal Alat Ukur Tahanan Isolasi

Untuk alat ukur tahanan isolasi analog, maka skala pengukurannya akan terlihat seperti
gambar 3.
Gambar 3. Tipikal skala suatu alat ukur tahanan
isolasi

Tipe-Tipe Pengujian Tahanan Isolasi


1. Short-Time atau Spot-Reading Test Method
Dalam metode ini, kita menghubungkan alat ukur dengan terminal yang akan dites
dan dioperasi secara singkat (biasanya direkomendasikan selama 60 detik). Seperti
pada gambar 4., maka tahanan isolasi semakin lama semakin meningkat, sampai
dengan 60 detik, baca dan catat hasil pengukura. Perlu diketahui bahwa hasil
pembacaan ini dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban.

Gambar 4. Tipikal kurva tahanan isolasi dengan metod pengetesan short time
atau spot reading

2. Time-resistance Method
Metode ini tidak dipengaruhi oleh suhu dan dapat memberikan kita informasi pasti
akan kondisi isolasi peralatan tanpa membutuhkan data pengetesan yang lampau/
sebelumnya. Kita hanya melakukan pembacaan pada interval waktu tertentu, lihat
gambar 4.5. Pengetesan ini terkadang didasari pada pengetesan penyerapan (absortion
test). Tahanan isolasi yang baik akan memiliki kurva pembacaan yang meningkat dan
tidak terputus, namun jika isolasi telah terkontaminasi, maka aka nada arus bocor
tinggi, sehingga pembacaan tahanan menjadi rendah (R = V/I).
Gambar 5. Tipikal kurva tahanan isolasi dengan “time-resistance test” (biasanya
digunakan pada motor dengan belitan besar)

Namun dalam percobaan ini, yang akan kita gunakan adalah short- time method.
Dengan pertimbangan keamanan peralatan praktikum, karena pada dasarnya
pengetesan tahanan isolasi adalah pengetesan “merusak”.

Untuk memudahkan penentuan baik tidaknya tahanan isolasi, para professional


pemeliharaan telah lama menggunakan aturan bahwa “tahanan isolasi seharusnya
mendekati 1 megaohm untuk setiap 1000 Volt tegangan operasi, dengan nilai minimum
1 megaohm.

Tegangan Pengujian Tehadap Rating peralatan

Umumnya pengujian tahanan isolasi menggunakan tegangan DC dengan besar


tegangan tergantung rating tegangan peralatan , seperti pada tabel di bawah ini”
Tabel 1.

Penggunaan tegangan dc ini dikarenakan kelebihannya dibandingkan pengetesan dengan


tegangan ac , yakni:
- Biaya yang lebih murah

- Lebih ringan

- Ukuran yang lebih kecil

- Tidak merusak
Pengukuran tahanan isolasi pada transformator, meliputi:

- Kumparan primer – Ground (R – G, S – G, T – G)

- Kumparan primer – primer (R – S, R – T, S – T)

- Kumparan primer – sekunder (R – r, R – s, R – t, S – r, S – s, S – t, T – r, T – s, T – t)

- Kumparan sekunder – ground (r – G, s – G, t - G)

- Kumparan sekunder – sekunder (r – s, r – t, s - t)

III. ALAT DAN BAHAN


a. 1 unit transformator 3 fase

b. Alat ukur tahanan isolasi

c. Kabel penghubung secukupnya

IV. RANGKAIAN PERCOBAAN

a. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi, Primer - Ground

MODUL TRANSFORMATOR
1U 1
2U 1
Phase E arth/Ground

Insu latuion 1U 3 2U 2
Tester
3U 1

1U 2
3U 2

1V 1
2V 1

1V 3 2V 2

3V 1

1V 2
3V 2

1W 1
2W 1

1W 3 2W 2

3W 1

1W 2
3W 2
b. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi, Primer - Primer

MODUL TRANSFORMATOR
1U 1
2U 1
Phase E arth/Ground

Insu latuion 1U 3 2U 2
Tester
3U 1

1U 2
3U 2

1V 1
2V 1

1V 3 2V 2

3V 1

1V 2
3V 2

1W 1
2W 1

1W 3 2W 2

3W 1

1W 2
3W 2

c. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi, Primer – Sekunder

MODUL TRANSFORMATOR
1U 1
2U 1

Phase E arth/Ground

Insulatuion 1U 3 2U 2
Tester
3U 1

1U 2
3U 2

1V 1
2V 1

1V 3 2V 2

3V 1

1V 2
3V 2

1W 1
2W 1

1W 3 2W 2

3W 1

1W 2
3W 2
d. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi, Sekunder – Ground

MODUL TRANSFORMATOR

E arth/Ground
1U 1
2U 1

Phase
1U 3 2U 2
Insulatuion
3U 1 Tester
1U 2
3U 2

1V 1
2V 1

1V 3 2V 2

3V 1

1V 2
3V 2

1W 1
2W 1

1W 3 2W 2

3W 1

1W 2
3W 2

e. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi, Sekunder – Sekunder

MODUL TRANSFORMATOR

E arth/Ground
1U 1
2U 1

Phase
1U 3 2U 2
Insulatuion
3U 1 Tester
1U 2
3U 2

1V 1 2V 1

1V 3 2V 2

3V 1

1V 2
3V 2

1W 1
2W 1

1W 3 2W 2

3W 1

1W 2
3W 2

V. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Menyiapkan alat dan bahan


b. Memastikan modul transformator tidak bertegangan
c. Memeriksa kondisi battery dari insulation tester, jika telah kurang dari 50%,
selanjutnya menghubungkan power supplay ke alat test
d. Membuat rangkaian seperti pada rangkaian percobaan, dimulai dengan tahanan
isolasi primer – ground.
e. Memilih tegangan injeksi sesuai tegangan operasi transformator (pilih 500 Vdc
atau maksimal 1000 Vdc)
f. Menekan tombol test, perhatikan display alat ukur, setelah pembacaan mencapai
waktu periode injeksi, selanjutnya membaca dan mencatat hasil pengukuran
(perhatikan satuan pengukuran, MOhm atau GigaOhm)
g. Mengulangi langkah 4 – 6 untuk titik percobaan selanjutnya
h. Menganalisa data dan menyimpulkan

VI. HASIL PERCOBAAN


Tabel 1. Data Hasil Percobaan
No. Titik Pengukuran Tahanan Isolasi (MΩ atau GΩ)
(1) (2) (3)
R-G 774 MΩ
1. Primer – Ground S-G 882 MΩ
T-G 236 MΩ
R–S 1.91 GΩ
2. Primer - Primer R–T 9.80 GΩ
S–T 913 MΩ
R–r 2.12 GΩ
R–s 1.36 GΩ
R–t 1.11 GΩ
S–r 1.69 GΩ
3. Primer - Sekunder S–s 1.60 GΩ
S–t 2.07 GΩ
T–r 1.71 GΩ
T–s 1.82 GΩ
T–t 2.13 GΩ
r–G 1.01 GΩ
4. Sekunder - Ground s–G 1,08 GΩ
t-G 1.25 GΩ
r–s 1.97 GΩ
5. Sekunder - Sekunder r–t 1.14 GΩ
. s–t 2.33 GΩ
VII. ANALISIS HASIL PERCOBAAN
1. Tahanan isolasi antara belitan primer dengan inti besi

774 𝑥 106 Ω
𝑇𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐼𝑠𝑜𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛) = = 1.548 𝑀Ω
500 𝑉𝑜𝑙𝑡

774 𝑥 106 Ω 1000Ω


>
500 1𝑉
Untuk mengetahui besaran arus yang diinjeksi yaitu ;
𝑉
𝐼=
𝑅
500
𝐼 = = 0.646 𝑥 10−6 𝐴
774 𝑥 106

1000Ω
Pada nilai tahanan antara belitan primer dengan inti besi lebih besar dari 1𝑉
,
maka kemungkinan tidak dapat terjadi gangguan hubung singkat atau adanya
kebocoran arus pada permukaan isolasi dan trasnformator dapat dioperasikan.

Tabel 2. Hasil Pengukuran tahanan isolator trafo antara belitan primer dengan ground
(inti besi)

Tahanan Isolasi Tahanan Isolasi


Titik Pengukuran Arus Injeksi
(pengukuran) (perhitungan
R–G 774 MΩ 1.548 MΩ 0.646 𝑥 10−6
Primer - Ground S–G 882 MΩ 1.764 MΩ 0.566 𝑥 10−6
T–G 236 MΩ 0.472 MΩ 2.118 𝑥 10−6

2. Tahanan isolasi antara belitan primer dengan belitan primer


1.91 𝑥 109 Ω
𝑇𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐼𝑠𝑜𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛) = = 3.82 𝑀Ω
500 𝑉

1.91 𝑥 109 Ω 1000 Ω


>
500 𝑉 1𝑉

Untuk mengetahui besaran arus yang diinjeksi yaitu ;


𝑉
𝐼=
𝑅
500
𝐼 = = 0.261 𝑥 10−6 𝐴
1.91 𝑥 109
1000Ω
Pada nilai tahanan antara belitan primer dengan inti besi lebih besar dari ,
1𝑉

maka kemungkinan tidak dapat terjadi gangguan hubung singkat atau adanya
kebocoran arus pada permukaan isolasi dan trasnformator dapat dioperasikan.

Tabel 3. Hasil Pengukuran tahanan isolator trafo antara belitan primer dengan belitan
primer

Tahanan Isolasi Tahanan Isolasi


Titik Pengukuran Arus Injeksi
(pengukuran) (perhitungan
R–S 1.91 GΩ 3.82 MΩ 0.261 𝑥 10−6
Primer - Primer R–T 9.80 GΩ 19.6 MΩ 0.051 𝑥 10−6
S–T 913 MΩ 1.82 GΩ 0.547 𝑥 10−6

3. Tahanan isolasi antara belitan primer dengan belitan sekunder


2.12 𝑥 109 Ω
𝑇𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐼𝑠𝑜𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛) = = 4.24 𝑀Ω
500 𝑉

2.12 𝑥 109 Ω 1000Ω


>
500 𝑉 1𝑉
Untuk mengetahui besaran arus yang diinjeksi yaitu ;
𝑉
𝐼=
𝑅
500
𝐼 = = 0.235 𝑥 10−6 𝐴
2.12 𝑥 109
1000Ω
Pada nilai tahanan antara belitan primer dengan inti besi lebih besar dari 1𝑉
,

maka kemungkinan tidak dapat terjadi gangguan hubung singkat atau adanya
kebocoran arus pada permukaan isolasi dan trasnformator dapat dioperasikan.

Tabel 4. Hasil Pengukuran tahanan isolator trafo antara belitan primer dengan belitan
sekunder
Tahanan Isolasi Tahanan Isolasi
Titik Pengukuran Injeksi Arus
(pengukuran) (perhitungan)
(1) (4)
(2) (3)

R–r 2.12 GΩ 4.24 MΩ 0.235 𝑥 10−6 𝐴


Primer - Sekunder
R–s 1.36 GΩ 2.72 MΩ 0.367 𝑥 10−6 𝐴

R–t 1.11 GΩ 2,22 MΩ 0.450 𝑥 10−6 𝐴


(1) (2) (3) (4) (5)

S–r 1.69 GΩ 3.38 MΩ 0.295 𝑥 10−6 𝐴

S–s 1.60 GΩ 3.20 MΩ 0.312 𝑥 10−6 𝐴

S–t 2.07 GΩ 4.14 MΩ 0.241 𝑥 10−6 𝐴

T–r 1.71 GΩ 3.42 MΩ 0.292 𝑥 10−6 𝐴

T–s 1.82 GΩ 3.64 MΩ 0.274 𝑥 10−6 𝐴

T–t 2.13 GΩ 4.26 MΩ 0.234 𝑥 10−6 𝐴

4. Tahanan isolasi antara belitan sekunder dengan inti besi


1.01 𝑥 109 Ω
𝑇𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐼𝑠𝑜𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛) = = 2.02 𝑀Ω
500 𝑉

1.01 𝑥 109 Ω 1000Ω


>
500 1𝑉
Untuk mengetahui besaran arus yang diinjeksi yaitu ;
𝑉
𝐼=
𝑅
500
𝐼 = = 0,495 𝑥 10−6 𝐴
1.01 𝑥 109

1000Ω
Pada nilai tahanan antara belitan primer dengan inti besi lebih besar dari 1𝑉
,

maka kemungkinan tidak dapat terjadi gangguan hubung singkat atau adanya
kebocoran arus pada permukaan isolasi dan trasnformator dapat dioperasikan.
Tabel 5. Hasil Pengukuran tahanan isolator transformator antara belitan sekunder dengan
ground (inti besi)
Tahanan Isolasi Tahanan Isolasi
Titik Pengukuran Arus Injeksi
(pengukuran) (perhitungan)
r–G 1.01 GΩ 2.02 MΩ 0.495 𝑥 10−6 𝐴
Sekunder - Ground s–G 1,08 GΩ 2.16 MΩ 0.462 𝑥 10−6 𝐴
t-G 1.25 GΩ 2.50 MΩ 0.400 𝑥 10−6 𝐴
5. Tahanan isolasi antara belitan sekunder dengan belitan sekunder

1.97 𝑥 109 Ω
𝑇𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐼𝑠𝑜𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛) = = 3.94 𝑀Ω
500 𝑉

1.97 𝑥 109 Ω 1000 Ω


>
500 𝑉 1𝑉
Untuk mengetahui besaran arus yang diinjeksi yaitu ;
𝑉
𝐼=
𝑅
500
𝐼 = = 0.985 𝑥 10−6 𝐴
1.97 𝑥 109
1000Ω
Pada nilai tahanan antara belitan primer dengan inti besi lebih besar dari 1𝑉
,

maka kemungkinan tidak dapat terjadi gangguan hubung singkat atau adanya
kebocoran arus pada permukaan isolasi dan trasnformator dapat dioperasikan.

Tabel 6. Hasil Pengukuran tahanan isolator transformator antara sekunder dengan


sekunder
Tahanan Isolasi Tahanan Isolasi
Titik Pengukuran Arus Injeksi
(pengukuran) (perhitungan)
r–s 1.97 GΩ 3.94 MΩ 0.985 𝑥 10−6 𝐴
Sekunder -
r–t 1.14 GΩ 2.28 MΩ 0.438 𝑥 10−6 𝐴
Sekunder
s–t 2.33 GΩ 4.66 MΩ 0.214 𝑥 10−6 𝐴
VIII. KESIMPULAN

Transformator memiliki 3 bagian yaitu belitan primer, belitan sekunder dan inti trafo.
Pada belitan primer yaitu belitan yang diberi supply tegangan, kemudian belitan sekunder
yaitu belitan yang memberikan tegangan ke beban, dan inti trafo yaitu suatu media yang
dapat memudahkan terjadinya fluks yang ditimbulkan oleh arus listrik melalui belitan. Pada
percobaan ini dapat kita ketahui bahwa apabila nilai tahanan belitan isolator pada
1000 Ω
transformator lebih besar dari 1𝑉
maka dapat dipastikan tidak dapat terjadi kebocoran

arus pada permukaan isolator transformator dan dipastikan juga transformator tersebut aman
untuk digunakan. Kemudian sebaliknya ketika nilai tahanan isolator pada transformator
1000 Ω
lebih kecil dari 1𝑉
maka dapat dipastikan dapat terjadi kebocoran arus pada permukaan

isolator transformator dan dipastikan transformator tersebut tidak aman untuk digunakan.

Anda mungkin juga menyukai