MODUL II
TRAFO TEGANGAN
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan rasio transformasi trafo tegangan pada sisi tegangan primer yang
bervariasi dan untuk mengetahui pengaruh beban pada rasio transformasi.
2. Memahami istilah kesalahan transformasi (kesalahan tegangan) dan tingkat
keakuratan.
3. Merakit rangkaian trafo tegangan untuk pengukuran pada jaringan tiga fasa.
Dimana:
a : Ratio transformasi
N1 > N2
N1 : Jumlah belitan primer
N2 : Jumlah belitan sekunder
E1 : Tegangan primer
E2 : Tegangan sekunder
``
Rangkaian Ekuivalen Trafo Tegangan
Dimana:
Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga tetapi rancangan trafo
tegangan berbeda yaitu:
o Kapasitasnya kecil (10 – 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat ukurrelai dan
peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil.
o Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
o Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan.
Sedangkan berdasarkan penggunaannya, dibagi menjadi dua yaitu untuk pengukuran dan untuk
tujuan proteksi.
1. Untuk pengukuran, harus teliti pada daerah kerja 80% - 120% dari tegangan nominal. Standar
kelas ketelitian trafo tegangan untuk pengukuran ialah: 0.1 – 0.2 – 0.5 – 1.0 – 3.0
Untuk batas kesalahannya sesuai dengan tabel 1 di bawah.
Tabel 1 Batas Kesalahan Transformasi dan pergeseran sudut untuk PT pengukuran
Kelas % kesalahan Pergeseran sudut +/-
ratio tegangan +/- (menit)
0.1 0.1 5
0.2 0.2 10
``
0.5 0.5 20
1.0 1.0 40
3.0 3.0 -
Tabel 1 berlaku untuk trafo tegangan yang bekerja pada tegangan dari 80 % - 120 % tegangan
nominal dengan burden 25 % - 100 % beban nominal (rated burden) dan power factor (pf) 0.8
lagging.
2. Untuk proteksi, trafo tegangan memiliki ketelitian yang relatif rendah tetapi daerah kerjanya
lebar yaitu dari 5% sampai dengan 190 % dari nilai nominal tegangan pengenal.
Tabel 2 yang memperlihatkan batas kesalahan transformasi dan pergeseran sudut.
Tabel 2 Batas Kesalahan Transformasi dan pergeseran sudut untuk VT proteksi
Kelas % kesalahan Pergeseran sudut +/-
ratio tegangan +/- (menit)
3P 3.0 120
6P 6.0 240
Pada Transformator Tegangan dikenal istilah-istilah yang mempunyai pengertian yang spesifik
antara lain;
1. Perbandingan transformasi (Transformation Ratio) :
2. Tegangan Pengenal Primer (Primary voltage)
3. Tegangan Sekunder (Secondary voltage)
4. Penandaan Polaritas (Polarity Marking)
Penandaan ini dilakukan untuk menunjukkan terminal mana yang bertegangan lebih tinggi.
Misalnya:
Untuk sisi primer dituliskan: 1U1 – 1U2, 1V1-1V2, 1W1 – 1W2
Untuk sisi sekunder dituliskan: 2U1 – 2U2, 2V1-2V2, 2W1 – 2W2
5. Beban (burden)
Besar beban yang terhubung pada sekunder trafo tegangan dalam besaran VA, yang termasuk
dalam hal ini adalah, beban kawat kawat penghubung,
`` alat alat pengukuran dan proteksi
A. Langkah-langkah percobaan
1. Merangkai alat percobaan sesuai gambar IV.1, pastikan Polaritas battery benar dan switch
dalam kondisi off.
Switch 1U
Or Push L1
Button 1V
L2
1W
L3
``
1U1 380 1V1 1W1
Battery 3
1U2 1V2 1W2
3W1
3U1 100 5VA (e)
3U2 3W2
(n) 3
N
Amperemeter 2U2 100 15VA 2W2
Analog 2U1 3 2W1
~A PE 2U 2V 2W PE
Gambar IV.1
Rangkaian Percobaan Polaritas VT
2. Setelah point satu terpenuhi, tutup switch dan perhatikan pergerakan jarum Amperemeter
analog. Jika bergerak ke arah kanan, maka polaritas VT telah benar. Jika sebaliknya,
rangkain perlu diperbaiki.
3. Ulangi langkah pada point 1-2 untuk phase berikutnya (S dan T).
1U Voltmeter-1
L1
L1
1V
L2
L2
1W
L3
L3
3W1
(e)
SUMBER
3U2 3U1 100 5VA 3W2
(n) 3
TEGANGAN
2U2
N TIGA FASE
N 100 15VA 2W2
2U1 3 2W1 ``
2U 2V 2W PE
PE
Voltmeter-2
Voltmeter-2
A. Langkah-langkah percobaan
1. Merangkai alat percobaan sesuai gambar IV.3, Pastikan semua terminal VT tidak
dihubungkan dengan sumber tegangan ataupun arus.
2. Pertama lakukan pengukuran tahanan isolasi primer – primer, yaitu R-S, S-T, dan T-R,
3. Putar knop tegangan injeksi ke tegangan 500 V.
4. Tekan tombol test, lihat dan catat hasil pengukun di display alat ukur.
5. Lakukan pengukuran tahanan isolasi kembali (ulangi point 1 – 4) untuk:
a. Primer – Sekunder (P1 – S1) untuk phase R – r, S – s, dan T – t sesuai gambar IV.2B
(contoh pada gambar untuk percobaan phase S – t)
b. Primer – Ground (P1 – G) untuk phase R – G, S – G dan T – G, rangkaian seperti gambar
IV.3 (contoh pada gambar untuk rangkaian phase R- G)
c. Sekunder – Ground (S1 – G) untuk phase r – G, s – G dan t – G, rangkaian seperti gambar
``
IV.3(contoh pada gambar untuk rangkaian sekunder phase R - G)
``
Gambar IV.3 Rangkaian Percobaan Tahanan Isolasi VT
V.1 Hasil Percobaan Ratio VT
Untuk percobaan Rasio VT tidak dilaksanakan karena pada saat melakukan percobaan, alat
ukur tidak menunjukkan nilai, dan peralatan menjadi panas.
R P1 + P2 - S1 + S2 - Sesuai
S P1 + P2 - S1 + S2 - Sesuai
T P1 + P2 - S1 + S2 - Sesuai
1 MegaOhm = 1 kV
Hal ini berarti tiap 1 MΩ masih dapat bekerja dengan baik untuk 1000 V
tegangan yang diberikan.
VI.2 Analisis Percobaan Polaritas Transformator VT
R P1 + P2 - S1 + S2 - Sesuai
S P1 + P2 - S1 + S2 - Sesuai
T P1 + P2 - S1 + S2 - Sesuai
VIII. Kesimpulan
dan ada yang tidak, dikatakan sesuai jika voltmeter yang digunakan menunjukkan
nilai tegangan, dan tidak sesuai ketika jarum penunjuk voltmeter menunjukkan nilai
tegangan dibawah 0.
3. Pengukuran polaritas ini dibutuhkan untuk menetukan jenis polaritas transformator,
apakah bersifat trafo penambahan, atau trafo pengurangan, dari hal ini juga dapat
dijadikan acuan kerja dari transformator, ketika bersifat penambahan maka
transformator dapat dikatan bekerja Step Up, sedangkan sebaliknya Step Down.
``
``