gangguan. Gangguan pada sistem tenaga listrik antara lain disebabkan oleh
Tegangan Menengah) yang terbanyak merupakan gangguan satu fasa ke tanah yang
diperkecil dengan memakai sistem dan alat pengaman yang sesuai, baik dan
memadai.
Dalam hal ini di karenakan di daerah Ujung Loe Bulukumba sering terjadi
gangguan di SUTM, oleh karena itu PT. PLN Area Bulukumba menggunakan
pengaman arus lebih pada sistem distribusi di sisi tegangan menengah yaitu dengan
dinyatakan dalam bentuk jumlah rata-rata pemutusan akibat gangguan yang sering
terjadi, juga ditentukan oleh lamanya waktu pemutusan akibat gangguan tersebut
dan pengembalian pelayanan pada bagian yang tidak terganggu maupun bagian
1
sehingga pemadaman listrik dapat diantisipasi, sehingga daerah pemadaman tidak
meluas sehingga kontinyuitas penyaluran tenaga listrik dapat berjalan dengan baik.
Dalam proses bekerjanya alat recloser ini , harus didukung dengan peralatan
proteksi lainnya salah satunya yaitu rele arus lebih. Rele arus lebih ini berguna
recloser untuk trip. Koordinasi antara recloser dan rele arus lebih sangat dibutuhkan
supaya mendapatkan hasil kerja yang semestinya dan proteksi jaringan distribusi
menjadi aman.
Begitu juga halnya dengan penyulang yang ada di gardu induk Bulukumba
khusunya penyulang di trafo daya satu dan dua. Koordinasi antara recloser dan
rele arus lebih harus di analisa supaya mendapatkan hasil kerja yang maksimal
recloser untuk pengaman arus lebih pada jaringan distribusi 20 kv pada gardu
induk Bulukumba.
2
1.2 Rumusan Masalah
gangguan.
macam jenisnya, berdasarkan judul dari pembahasan tugas akhir ini, perlu adanya
1. Untuk menganalisa kemampuan sistem proteksi dan unjuk kerja dari recloser
3
1.4.2 Manfaat Penelitian
dan pengaturan recloser di wilayah kerja PT. PLN (Persero) area Bulukumba.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan
adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang
paling banyak mengalami gangguan, sehingga masalah utama dalam operasi sistem
PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah
transformator) yang ada pada pusat listrik. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui
saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik ke gardu induk (GI) untuk
tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang diapakai PLN adalah
20 KV, 12 KV, dan 6 KV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan
jaringan antara pusat listrik dengan GI disebut jaringan transmisi. Setelah tenaga
listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer makan kemudian tenaga listrik
rendah dengan tegangan 380/220 volt 220/110 volt, kemudian disalurkan melalui
5
jaringan tegangan rendah (JTR) untuk selanjutnya disalurkan ke rumah – rumah
pada jaringan tegangan menengah bahkan ada pula yang disambung pada
gangguan dengan cepat karena gangguan yang terbanyak dalam sistem tenaga
listrik terdapat dalam sistem distribusi jaringan distribusi tegangan menengah atau
juga disebut jaringan distribusi primer. Gangguan pada SUTM jumlahnya lebih
banyak dan kebanyakan bersifat temporer sedangkan pada kabel tanah jumlah
lebih sedikit tetapi kebanyakan bersifat sementara. Oleh karena itu banyak dipakai
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik yaitu : sistem Radial, sistem Ring
di inginkan.
6
Khusus dalam pembahasan disini, uraian mengenai bentuk jaringan
mendistribusikan tenaga listrik. Sistem ini dikatakan karena dari kenyataan bahwa
jaringan ini ditarik secara radial dari gardu ke pusat-pusat beban/konsumen yang
dilayaninya. Sistem ini terdiri dari saluran utama dan saluran cabang.
Pelayanan tenaga listrik untuk suatu daerah beban tertentu dilaksanakan dengan
memasang transformator pada sembarang titik pada jaringan yang terdekat mungkin
dengan daerah beban yang dilayaninya. Transformator ini berguna untuk menurunkan
tenaga sistem agar dapat dikonsumsikan pada beban konsumen. Untuk daerah beban
yang menyimpang jauh dari saluran utama atau saluran cabang maka akan ditarik lagi
semakin dekat dengan suberdaya distribusi kerapatan arusnya akan semakin besar.
7
Gambar 1 Bentuk jaringan tipe Radial
Kelemahan yang dimiliki oleh sistem radial ini adalah voltage dropnya
cukup besar dan bila terjadi ganguan pada sistem akan dapat mengakibatkan
seperti rumah sakit, instalasi militer atau beban lainnya yang memerlukan tingkat
tertutup.
8
Gambar 2 Bentuk Jaringan Tipe Ring
bagian (seksi-seksi), guna melokalisir gangguan yang mungkin terjadi pada sistem.
Antara saluran primer yang satu dengan saluran primer lainnya juga dipasang
peralatan pemutus seksi otomatis yang berfungsi sebagai Loop switch. Untuk
memisahkan saluran secara otomatis bila saat salah satu salurannya mengalami
pengoperasian normally open (NO) maka sistem akan bekerja sebagai Loop
terbuka, sedangkan untuk pengoperasian normally closed (NC) maka sistem akan
dengan kerapatan beban yang cukup tinggi, seperti beban-beban industri, beban
komersial, rumah sakit dan sebagainya. Sifat-sifat lain yang dimiliki oleh sistem
9
rangkaian tertutup adalah drop tegangannya cukup rendah. Tingkat keandalan
jaringan Loop – Radial. Beberapa feeder utama keluar dari sebuah gardu induk dan
Jaringan spindel ini normalnya adalah radial, rel daya pada gardu induk
mensupplai daya ke masing – masing kabel kerja ( feeder utama). Jika terjadi
gangguan di suatu seksi, pemutus daya akan feeder yang bersangkutan akan
open pada bus refleksi dimasukkan, sehingga daya akan mengalir dari gardu induk
Sebuah pola spindel terdiri dari beberapa kabel kerja dan sebuah kabel
kabel-kabel kerja. Jadi kabel cadangan hanya berfungsi untuk menyalurkan daya
listrik kesepanjang kabel kerja yang masih sehat, setelah daerah gangguan
dipisahkan dari jaringan yang beroperasi. Untuk dipergunakan setiap saat, disini
perlunya kabel cadangan selalu bertentangan agar kerusakan yang mungkin terjadi
pada kabel ini dengan segera dapat diketahui. Sistem spindel sangat baik digunakan
10
2. Penurunan/penekanan rugi-rugi akbat gangguan pada sistem.
jaringan distribusi lainnya, namun kerugian adalah biaya investasi awalnya cukup
Sistem proteksi tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada
11
kondisasi sistem itu sendiri. Abnormal itu dapat berupa antara lain : hubung singkat,
sekecil mungkin.
pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem
proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang
circuit breaker (CB) yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau
memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang
secara manual.
12
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin
dilakukan proteksi. Hal ini juga perlu satuan peralatan yang digunakan untuk
atau sistem terganggu dan peralatan tersebut kita kenal dengan relai.
Berdasarkan PUIL 2011, “Arus hubung singkat adalah arus lebih yang di
akibatkan oleh gangguan impedansi yang sangat kecil mendekati nol antara dua
arus hubung singkat dari sistem 20 kV yang di pasok dari gardu induk, Untuk
menghitung arus hubung singkat pada sistem diatas, pertama – tama hitung
impedansi sumber (reaktansi) dalam hal ini diambil dari data hubung sinkat pada
bus 150 kV, kedua menghitung reaktansi trafo tenaga, ketiga menghitung
impedansi penyulang.
𝑘𝑉 2
Rumus: 𝑍𝑠 = ..................................................(1)
𝑀𝑉𝐴ℎ𝑠
Keterangan:
Zs = Impedansi sumber (dalam hal ini pada sisi sumber 150 kV) (Ohm)
13
MVAhs = Short circuit level trafotenaga (MVA)
Perlu di ketahui bahwa impedansi sumber ini adalah nilai ohm pada sisi 150
kV, karena arus gangguan hubung singkat yang akan di hitunga dalah gangguan
hubung singkat sisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus di konversikan
sumber 20 kV, sehingga pada perhitungan arus gangguan nanti sudah menggunakan
sumber 20 kV. Untuk mengkonversikan impedansi yang terletak disisi 150 kV,
𝑘𝑉 2
𝑍𝑠 (𝑠𝑖𝑠𝑖 20 𝑘𝑉) = × 𝑍𝑠 (𝑠𝑖𝑠𝑖 150 𝑘𝑉) .............................(2)
𝑀𝑉𝐴ℎ𝑠
𝑘𝑉 2
𝑋𝑡 = 𝑍% 𝑥 ...............................................................(3)
𝑀𝑉𝐴(𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜)
Keterangan :
Reaktansi urutan nol ini didapat dengan memperhatikan data trafo tenaga itu
sediri yaitu dengan melihat kapasitas belitan delta yang ada dalam trafo itu :
1. Untuk trafo dengan hubungan belitan Δ/Y dimana kapasitas belitan delta
2. Untuk trafo tenaga dengan belitan Yyd dimana kapasitas belitan delta (d)
14
menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada dalam tetapi tidak
Xt0 = 3 x Xt1........................................................................................(4)
3. Untuk trafo tenaga dengan hubungan YY dan tidak mempunyai belitan delta
didalamnya
dimana besar nilainya dibentuk dari konfigurasi tiang yang digunakan untuk
jaringan SUTM atau dari jenis kabel tanah untuk jaringan SKTM. Dalam
Keterangan :
dalam perhitungan ini disimulasikan terjadi pada lokasi dengan jarak 0%, 25%,
impedansi positif (Z1 eq), negatif (Z2 eq), dan nol (Z0 eq) dari titik gangguang sampai
ke sumber, sesuai dengan urutan di atas. Karena dari sumber ke titik gangguan
15
impedansi yang terbentuk adalah tersambung seri, maka perhitungan Z1 eqdan Z2
tenaga yang terpasang mempunyai hubungan Yyd, dimana mempunyai nilai Xt0 =
3Xt1.
Keterangan :
Karena lokasi gangguan disimulasikan terjadi pada 25%, 50%, 75%, dan
100% panjang penyulang maka Z1 eq(Z2 eq) yang didapat juga pada lokasi tersebut.
Perhitungan Z0 eq :
Keterangan :
Karena lokasi gangguan disimulasikan terjadi pada 25%, 50%, 75%, dan
100% panjang penyulang maka Z0 eq yang didapat juga pada lokasi tersebut.
16
mengguanakan rumas dasar seperti dijelaskan sebelumnya, hanya saja impedansi
ekivalen mana yang dimasukan ke dalam rumus dasar tersebut adalah tergangtung
fasa yang letaknya paling atas pada transmisi atau distribusi, dengan konfigurasi
Kemungkinan lain adalah akibat pohon yang cukup tinggi dan berayun
sewaktu angin kencang, kemudian menyentuh ketiga kawat pada transmisi dan
𝑉𝐿−𝑁
Rumus: 𝐼𝑓3∅ = 𝑍
Keterangan :
20000
VL-N = Tegangan fasa – netral sistem 20 kV = (V)
√3
17
Sehingga arus gangguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung sebagai
berikut:
20000
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 √3 11547
𝐼3𝑓𝑎𝑠𝑎 = = .............................................(8)
𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞
fasa tengah pada transmisi atau distribusi. Kemungkinan lainnya adalah dari
singkat 2 fasa.
sebagai berikut :
√3𝑉𝐿−𝑁
𝐼𝑓2∅ = 𝑍1+𝑍2
18
Keterangan :
berikut:
𝑉𝑝ℎ−𝑝ℎ 20000
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = =
𝑍1𝑒𝑞 + 𝑍2𝑒𝑞 𝑍1𝑒𝑞 + 𝑍2𝑒𝑞
fasa juga dihitung untuk lokasi yang di asumsikan terjadi pada 25%, 50%, 50%,
75% dan 100% panjang penyulang. Dalam hal ini dianggap nilai Z1eq = Z2eq,
sederhanakan menjadi :
𝑉𝑝ℎ−𝑝ℎ
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = .....................................................................(9)
2×𝑍1𝑒𝑞
overantara tiang ke salah satu kawat transmisi atau distribusi. Sesaat setelah tiang
tersambar petir yang besar walaupun tahanan kaki tiangnya cukup rendah namun
bisa juga gangguan fasa ke tanah ini terjadi sewaktu salah satu kawat fasa transmisi
atau distribusi tersentuh pohon yang cukup tinggi dan lain – lain. Berikut gambar
19
Gambar 6 Gangguan hubung singkat 1 fasa
3𝑉𝐿−𝑁
𝐼𝑓∅−𝐺 = 2𝑍2 + 𝑍0
Keterangan :
20000
VL-N= Tegangan fasa-netral sistem 20 kV = = Vph
√3
𝐼1 𝑓𝑎𝑠𝑎𝑘𝑒𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ = 3 × 𝐼0
20
Sehingga arus gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah dapat dihitung
sebagai berikut :
20000
3 ×
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 3 × 𝑉𝑝ℎ √3
𝐼1 𝑓𝑎𝑠𝑎 = = 3 × 𝐼0 = =
𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞
34641,016
=
𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞
34641,016
= 2𝑍 ............................................(10)
1 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞
Kembali sama halnya dengan perhitungan arus gangguan 3 fasa dan 2 fasa,
arus gangguan 1 fasa ketanah juga dihitung untuk lokasi gangguan yang
diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang, sehingga
dengan rumus terakhir diatas dapat dihitung besarnya arus gangguan 1 fasa ketanah
Kata Inverse berarti semakin tinggi arus gangguan yang terdeteksi melewati suatu
sistim yang diproteksi , maka semakin cepat waktu dari relay proteksi tersebut
sistim. Nilai Arus dan waktu trip pada relay proteksi sangat bervariasi, sesuai
dengan karakteristik beban dan jaringan yang akan dilindungi sehingga terjadinya
21
gangguan pada salah satu titik pada sebuah jaringan tenaga listrik tidak akan
berikut :
berikut ini :
22
Keterangan :
Ir = If / Is
Dimana :
kurva Inverse)
TMS = Time Multiplier Setting dari 0,025 – 1,5 detik (Parameter Waktu yang
lebih, karena hubung singkat anatara fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah,
dimana recloser ini memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan
selang waktu yang dapat diatur sesuai dengan setting interval recloser.
daerah yang terganggu pada gangguan sesaat, recloser akan memisahkan daerah
gangguan sesaat sampai gangguan tersebut akan dianggap hilang, dengan demikian
recloser akan masuk kembali sesuai dengan settingannya sehingga jaringan akan
23
2.6.2 Urutan Kerja Recloser
gambar dibawah.
24
Keterangan untuk gambar 7 dan 8 :
disetting untuk bekerja membuka dan menutup beberapa kali secara otomatis.
gangguan sementara tersebut tidak membuat feeder terputus, maka recloser akan
minimum dan urutan operasi recloser dapat dilakukan dengan mudah tanpa
mengeluarkan recloser. Arus pada saluran dideteksi oleh trafo arus yang
25
dipasang pada bushing recloser, kemudian arus sekundernya dialirkan ke
Rele urutan kerja akan direset timing pada posisi semula untuk mengatur
hilang, maka pada pembukaan yang terakhir sesuai urutan kerja recloser akan
berada pada posisi lock out ( terkunci). Diagarm blok recloser dapat dilihat pada
26
2.7 ETAP 12.6.0
dikarenakan sulitnya meng-uji coba suatu sistem tenaga listrik dalam skala
yang besar terhadap kondisi transien yang ekstrim. ETAP Power Station 6.0.0
untuk simulasi hasil perancangan dan analisis suatu sistem tenaga listrik yang
meliputi:
atau kondisi nyata di lapangan. Spesifikasi ini juga dapat dipilih sesuai data
umumnya yang dapat diambil dari library atau data yang ada pada program.
Misalnya, panjang dan ukuran kabel, kapasitas dan rating trafo, kapasitas dan
27
Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada
gambar berikut :
28
BAB III METODE PENELITIAN
Lopi yang beralamat di Jl. S. Majidi No. 17 Kec. Ujung Bulu Kab. Bulukumba.
29
3.3 Alat dan Bahan
berikut :
berikut :
30
3.5 Metode Pengumpulan Data
1. Survei ke Instansi
2. Studi Literatur
atau teori (buku dan internet) yang berkaitan dengan penelitian dalam
untuk mengetahui perbandingan teori dan data pada recloser di area PT. PLN
31
Berikut gambar diagram alir penelitan ini sebagai berikut :
MULAI
STUDI LITERATUR
y
PENGAMBILAN
DATA aY
A
TIDAK
DATA SUDAH
LENGKAP?
YA
KESIMPULAN
DAN SARAN
SELESAI
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
suatu jaringan agar di dapat suatu unjuk kerja yang optimal dari pengaman sesuai
Dalam hal ini di wilayah PT.PLN Area Bulukumba sering terjadi gangguan
Bulukumba yang sering terjadi gangguan adalah Penyulang Ujun Loe yang dipasok
dari GI Bulukumba oleh trafo tenaga dengan kapasitas trafo sebesar 30 MVA,
150/20 KV, In 900 A dengan impedansi 12,44 % dengan panjang penyulang 26,52
Kms (kilometer system) . Untuk itu perlu dipasang suatu alat pengaman yaitu
recloser untuk mengatasi gangguan yang terjadi serta dapat mengurangi tingkat
pemadaman.
33
Tabel 3 Data Setting OCR dan GFR INCOMING
Merk SCHNEIDER
Tipe MICOM P122
Karakteristik STANDARD INVERS
Rasio CT 1200/5
TMS OCR 0,15
TMS GFR 0,15
34
Tabel 5 Data Recloser
Untuk menghitung arus gangguan pada sistem distribusi, tahapan yang perlu
dilakukan adalah:
penyulang.
35
4.3.1 Menghitung Impedansi Sumber
sumber, yaitu :
KV²
Xs = MVA
150²
Xs = 502
Xs = 44,82 Ω
20²
Xs = 150² 𝑥 44,82
Xs = 0,79 Ω
Persentase pada trafo tenaga adalah 12,44 % berdasarkan name plate dengan
kapasitas trafo tenaga 30 MVA, maka dalam menghitung impedansi trafo tenaga
dengan menggunakan persamaan (3) di dapatkan reaktansi urutan positif pada sisi
20 KV, yaitu:
KV²
Xt1 = Xt2 = Z% x 𝑀𝑉𝐴
20²
Xt1 = Xt2 = 12,44% x 30
36
Sedangkan untuk menghitung reaktansi urutan negatifnya dengan
= 3 x 1,658
= 4,974 Ω
impedansi jaringan yang telah ditentukan yang nilainya tergantung dari panjang
37
Pada penyulang Ujung Loe, kawat penghantar yang digunakan adalah kawat
Z1 = Z2 = (0,2162 + j0,3305)
Zo = (0,3441 + j1,6180 )
Z1 = Z2 = (0,4608 + j0,3572)
Zo = (0,6088 + j1,6447)
kms.
38
100 % => 100 % x 11,17 (0,3441 + j1,6180) = 3,843 + j18,073 Ω
positif.
= j2,448 + Z1 penyulang
39
Karena telah ditentukan tempat titik-titik panjang penyulang maka :
penyulang
menjumlahkan impedansi trafo tenaga, tahanan dalam (RN) yang terdapat pada
trafo tenaga yaitu sebesar 40 ohm dan impedansi jaringan urutan nol.
40
a. Impedansi ekivalen urutan nol dari GI hingga recloser
11547 11547
1 % => I = ——————— = ———————— = 4648,33377 A
(0,024 + j2,484) √0,024² + 2,484²
41
11547 11547
25 % => I = ——————— = ———————— = 3372,84147 A
(0,829 + j3,37) √0,603² + 3,37²
11547 11547
50 % => I = ——————— = ———————— = 2589,33252 A
(1,207 + j4,293) √1,207² + 4,293²
11547 11547
75 % => I = ——————— = ———————— = 2091,29962 A
(1,811 + j5,216) √1,811² + 5,216²
11547 11547
100 % => I = ——————— = ———————— = 1750,45554 A
(2,414 + j6,139) √2,414² + 6,139²
gangguan. Apabila gangguan hubung singkat yang terjadi jaraknya 1 % atau yang
lebih dekat 4648,33377 amper, untuk lokasi 25 % atau lebih dekat dari GI adalah
2091,29962 amper dan untuk lokasi gangguan yang terjadi di ujung penyulang atau
b. Perhitungan arus hubung singkat tiga fasa dari recloser hingga ujung
penyulang
20000
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 √3 11547
𝐼3𝑓𝑎𝑠𝑎 = =
𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞
11547 11547
1 % => I = ——————— = ———————— = 4622,09225 A
(0,0331 + j2,498) √0,0331² + 2,498²
42
11547 11547
25 % => I = ——————— = ———————— = 3032,81988 A
(0,829 + j3,716) √0,829² + 3,716²
11547 11547
50 % => I = ——————— = ———————— = 2198,23111 A
(1,659 + j4,984) √1,659² + 4,984²
11547 11547
75 % => I = ——————— = ———————— = 1716,89316 A
(2,489 + j6,248) √2,489² + 6,248²
11547 11547
100 % => I = ——————— = ———————— = 1416,74259 A
(3,31 + j7,448) √3,31² + 7,448²
gangguan. Apabila gangguan hubung singkat yang terjadi jaraknya 1 % atau yang
lebih dekat 4622,09225 amper, untuk lokasi 25 % atau lebih dekat dari GI adalah
1716,89316 amper dan untuk lokasi gangguan yang terjadi di ujung penyulang atau
20000/√3
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = 2×𝑍1𝑒𝑞
43
11547
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = 2×𝑍1𝑒𝑞
11547 11547
1 % => I = ——————— = ———————— = 2324,16688 A
2 x (0,024 + j2,484) √0,048² + 4,968²
11547 11547
25 % => I = ——————— = ———————— = 1663,60897 A
2 x (0,829 + j3,37) √1,658² + 6,74²
11547 11547
50 % => I = ——————— = ———————— = 1294,66626 A
2 x (1,207 + j4,293) √2,414² + 8,586²
11547 11547
75 % => I = ——————— = ———————— = 1045,64981 A
2 x (1,811 + j5,216) √3,622² + 10,432²
11547 11547
100 % => I = ——————— = ———————— = 875,227769 A
2 x (2,414 + j6,139) √4,828² + 12,278²
gangguan. Apabila gangguan hubung singkat yang terjadi jaraknya 1 % atau yang
lebih dekat 2324,16688 amper, untuk lokasi 25 % atau lebih dekat dari GI adalah
1045,64981 amper dan untuk lokasi gangguan yang terjadi di ujung penyulang atau
44
b. Perhitungan arus hubung singkat tiga fasa dari recloser hingga ujung
penyulang
11547 11547
1 % => I = ——————— = ———————— = 2311,04735 A
2 x (0,033 + j2,498) √0,066² + 4,996²
11547 11547
25 % => I = ——————— = ———————— = 1516,40994 A
2 x (0,829 + j3,716) √1,658² + 7,432²
11547 11547
50 % => I = ——————— = ———————— = 1099,11555 A
2 x (1,659 + j4,984) √3,318² + 9,968²
11547 11547
75 % => I = ——————— = ———————— = 858,446579 A
2 x (2,489 + j6,248) √4,978² + 12,496²
11547 11547
100 % => I = ——————— = ———————— = 708,371294 A
2 x (3,31 + j7,448) √6,62² + 14,896²
gangguan. Apabila gangguan hubung singkat yang terjadi jaraknya 1 % atau yang
lebih dekat 2311,04735 amper, untuk lokasi 25 % atau lebih dekat dari GI adalah
858,446579 amper dan untuk lokasi gangguan yang terjadi di ujung penyulang atau
45
4.4.3 Menghitung Arus Hubung Singkat 1 Fasa
3 x 20.000/√3 34640
1Ø = ————————— = ———————— A
2 (Z1eq) + (Zoeq) 2 (Z1eq) + (Zoeq)
34640 34640
1 % => I = ———————————————— = ————————
2(0,0241 + j2,484) + (120,038 + j5,154) (120,0862 + j10,122)
34640
= ———————— = 287,442176 A
√120,0862² + 10,112²
34640 34640
25 % => I = ———————————————— = ———————
2(0,603 + j3,37) + (120,96 + j9,492) (122,166 + j16,232)
34640
= ———————— = 281,078389 A
√122,166² + 16,232²
34640 34640
50 % => I = —————————————————— = ———————
2(1,207 + j4,293) + (121,921 + j14,01) (124,335 + j22,596)
34640
= ———————— = 274,112306 A
√124,335² + 22,596²
34640 34640
75 % => I = —————————————————— = ————————
2(1,811 + j5,216) + (122,882 + j18,528) (126,504 + j28,96)
34640
= ———————— = 266,920407 A
√126,504² + 28,96²
46
34640 34640
100 % =>I = ————————————————— = ————————
2(2,414 + j6,139) + (123,843 + j23,047) (128,671 + j35,325)
34640
= ———————— = 259,608012 A
√128,671² + 35,325²
gangguan. Apabila gangguan hubung singkat yang terjadi jaraknya 1 % atau lebih
dekat dari GI adalah 287,442176 amper, untuk jaraknya yang berada 25 % atau di
tengah penyulang adalah 281,078389 amper, untuk jaraknya yang berada 50 % atau
GI adalah 266,920407 amper dan untuk lokasi gangguan yang terjadi di ujung
penyulang atau jarak lokasi sekitar 100 % dari GI adalah 259,608012 amper.
b. Perhitungan arus hubung singkat satu fasa dari recloser hingga ujung
penyulang
34640 34640
1 % => I = ———————————————— = ———————
2(0,033 + j2,498) + (120,052 + j5,222) (120,1182 + j10,218)
34640
= ———————— = 287,344833 A
√120,1182² + 10,218²
34640 34640
25 % => I = ———————————————— = ———————
2(0,829 + j3,716) + (121,32 + 11,174) (122,978 + j18,606)
34640
= ———————— = 278,506882 A
√122,978² + 18,606²
34640 34640
47
50 % => I = ———————————————— = ———————
2(1,659 + j4,984) + (122,64 + j17,392) (125,958 + j27,36)
34640
= ———————— = 268,745342 A
√125,958² + 27,36²
34640 34640
75 % => I = ———————————————— = ————————
2(2,489 + j6,248) + (123,96 + j23,594) (128,938 + j36,09)
34640
= ———————— = 258,71289 A
√128,938² + 36,09²
34640 34640
100 % => I = ———————————————— = ————————
2(3,31 + j7,448) + (125,12 + j29,804) (131,74 + j44,7)
34640
= ———————— = 248,999186 A
√131,74² + 44,7²
gangguan. Apabila gangguan hubung singkat yang terjadi jaraknya 1 % atau lebih
dekat dari GI adalah 287,344833 amper, untuk jaraknya yang berada 25 % atau di
tengah penyulang adalah 278,506882 amper, untuk jaraknya yang berada 50 % atau
GI adalah 258,71289 amper dan untuk lokasi gangguan yang terjadi di ujung
penyulang atau jarak lokasi sekitar 100 % dari GI adalah 248,999186 amper.
48
Dari hasil perhitungan diatas dapat di buatkan grafik kurva arus gangguan
4000 3372.84147
3000 2589.33252
2324.16688
2091.29962
2000 1663.60897 1750.45554
1294.66626
1045.64981 875.227769
1000
287.442176 281.078389 274.112306 266.920407 259.608012
0
1 2 3 4 5
4000
3032.81988
3000 2311.04735 2198.23111
2000 1516.40994 1716.89316
1416.74259
1099.11555 858.446579
1000 708.371294
287.344833 278.506882 268.745342 258.71289 248.999186
0
1 2 3 4 5
49
4.5 Perhitungan Setelan Recloser Dan Relay Arus Lebih (OCR)
Is = 1,05 x In
= 1,05 x 200 A
= 210 A
1
𝐼𝑝 = 210 𝑥 300/5
𝐼𝑝 = 3,5
0,14 𝑥 𝑇𝑀𝑆
𝑡= 𝐼𝑓 0,02
{[ 𝐼𝑠 ] −1}
0,14 𝑥 0,3
𝑡= 4622,09225 0,02
{[ ] −1}
210
𝑡 = 0,65 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
50
4.5.2 Penyetelan Arus Dan TMS Di Sisi masukan 20 kV
invers.
Is = 1,05 x In
= 1,05 x 960 A
= 1008 A
1
𝐼𝑝 = 1008 𝑥 1200/5
𝐼𝑝 = 4,2
ΔTMS = 0,7
0,14 𝑥 𝛥𝑇𝑀𝑆
𝑡= 𝐼𝑓 0,02
{[ 𝐼𝑠 ] −1}
0,14 𝑥 0,7
𝑡= 4648,33377 0,02
{[ 1008
] −1}
𝑡 = 0,9 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
51
Dari hasil perhitungan diatas maka dapat nilai-nilai setelan recloser dan rele
Sementara itu, dilihat dari setelan arus lebih yang di dapat dari data PLN,
Sehingga kedua data ini memiliki perbedaan kurva yang dihasilkan. Untuk
itu, perlu dilakukan perbandingan antara settingan yang di dapat dari perhitungan,
4.6 Perbandingan Settingan Dari Data PLN Dan Settingan Dari Hasil
Perhitungan
Data yang didapatkan dari PLN dan data yang didapat dari hasil perhitungan
memiliki perbedaan yang di dapat dari setelan arus di sisi penyulang dan di sisi
incoming 20 kV. Untuk itu, perlu dilakukan simulasi supaya terlihat perbedaannya
52
Dari hasil simulasi yang dilakukan menggunakan software ETAP 12.6.0 di
dapat kurva koordinasi antara recloser dan rele arus lebih. Adapun gangguan
Gangguan 3 Fasa
53
Gangguan 2 Fasa
54
Gangguan 1 Fasa
55
Gambar 18 Sequence viewer simulasi ETAP 12.6.0 berdasarkan data PLN 3
fasa
56
Gambar 20 Sequence viewer simulasi ETAP 12.6.0 berdasarkan data PLN 1
fasa
57
B. Berdasarkan Hasil Perhitungan
Gangguan 3 Fasa
58
Gangguan 2 Fasa
59
Gangguan 1 Fasa
60
Gambar 24 Sequence viewer simulasi ETAP 12.6.0 berdasarkan data hasil
perhitungan 3 fasa
61
Gambar 26 Sequence viewer simulasi ETAP 12.6.0 berdasarkan data hasil
perhitungan 1 fasa
ETAP 12.6.0, settingan berdasarkan data pada PLN memiliki koordinasi yang
cukup baik saat terjadi gangguan hubung singkat di sisi penyulang pada trip
pertama namun dalam pemutusan yang kedua dan ketiga terlihat kurang tepat
karena yang seharusnya bekerja terlebih dahulu yaitu recloser baik itu gangguan 3
fasa, 2 fasa, dan 1 fasa seperti yang ditujukan pada gambar 15 sampai gambar 20.
antara recloser dan rele arus lebih yang berjalan semestinya seperti yang di tujukan
62
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan judul Analisa
recloser.
2. Waktu trip pada recloser bergantung dari besarnya arus gangguan yang
diterima.
3. Besarnya arus gangguan hubung singkat bergantung pada jarak titik gangguan
dari sumber hingga ujung jaringan. Semakin jauh jarak titik gangguan hubung
maka semakin kecil juga arus gangguan hubung singkat yang akan dihasilkan
begitupula sebaliknya.
4. Waktu trip ganggun 3 fasa lebih cepat di banding 2 fasa dan 1 fasa
5. Koordinasi recloser dan rele arus lebih (OCR) lebih sesuai kerjanya terhadap
data yang diambil dari perhitungan dibanding setelan yang ada dari PLN.
63
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan untuk pengembangan lebih lanjut
2. Perlu dilakukan perubahan pengaturan untuk recloser dan rele arus lebih.
Fuse Cut Out (FCO), Sectionaliser (SSO), Load Break Switch (LBS), dan
pengaman lainnya.
64