Anda di halaman 1dari 64

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendistribusian tenaga listrik ke konsumen biasanya sering terdapat

gangguan. Gangguan pada sistem tenaga listrik antara lain disebabkan oleh

gangguan hubung singkat. Gangguan hubung singkat di SUTM (Saluran Udara

Tegangan Menengah) yang terbanyak merupakan gangguan satu fasa ke tanah yang

sifatnya temporer (sementara). Frekwensi pemadaman karena gangguan dapat

diperkecil dengan memakai sistem dan alat pengaman yang sesuai, baik dan

memadai.

Dalam hal ini di karenakan di daerah Ujung Loe Bulukumba sering terjadi

gangguan di SUTM, oleh karena itu PT. PLN Area Bulukumba menggunakan

pengaman arus lebih pada sistem distribusi di sisi tegangan menengah yaitu dengan

menggunakan recloser yang diletakan di wilayah yang rawan terjadi gangguan.

Penggunaan recloser ini akan sangat membantu dalam meningkatkan

keandalan dalam sistem distribusi. Tingkat keandalan dalam sistem distribusi

dinyatakan dalam bentuk jumlah rata-rata pemutusan akibat gangguan yang sering

terjadi, juga ditentukan oleh lamanya waktu pemutusan akibat gangguan tersebut

dan pengembalian pelayanan pada bagian yang tidak terganggu maupun bagian

yang terganggu setelah terjadi clearing ataupun setelah gangguan diisolir

Pemutus Balik Otomatis / Recloser merupakan salah satu peralatan

pengaman SUTM 20 kv yang berfungsi untuk mengantisipasi gangguan sesaat

1
sehingga pemadaman listrik dapat diantisipasi, sehingga daerah pemadaman tidak

meluas sehingga kontinyuitas penyaluran tenaga listrik dapat berjalan dengan baik.

Dalam proses bekerjanya alat recloser ini , harus didukung dengan peralatan

proteksi lainnya salah satunya yaitu rele arus lebih. Rele arus lebih ini berguna

untuk merasakan adanya gangguan yang terjadi sehingga dapat memerintah

recloser untuk trip. Koordinasi antara recloser dan rele arus lebih sangat dibutuhkan

supaya mendapatkan hasil kerja yang semestinya dan proteksi jaringan distribusi

menjadi aman.

Begitu juga halnya dengan penyulang yang ada di gardu induk Bulukumba

khusunya penyulang di trafo daya satu dan dua. Koordinasi antara recloser dan

rele arus lebih harus di analisa supaya mendapatkan hasil kerja yang maksimal

dengan menggunakan sebuah program simulator. Adapun simulator tersebut

adalah software ETAP versi 12.6.

Maka berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba menganalisa penggunaan

recloser untuk pengaman arus lebih pada jaringan distribusi 20 kv pada gardu

induk Bulukumba.

2
1.2 Rumusan Masalah

Dalam tugas akhir ini yang menjadi rumusan masalah adalah :

1. Bagaimana recloser bekerja mulai dari mendapatkan arus gangguan trip

sampai dengan recloser kembali beroperasi seperti sebelum terjadinya

gangguan.

2. Unjuk kerja recloser akan trip jika terjadi arus gangguan

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Permasalahan yang terdapat pada sistem tenaga litrik adalah bermacam-

macam jenisnya, berdasarkan judul dari pembahasan tugas akhir ini, perlu adanya

pembatasan permasalahan sebagai berikut.

 Pembahasan mengenai sistem cara kerja dari recloser pada jaringan

distribusi 20 kV di wilayah PT. PLN (PERSERO) area Bulukumba.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk menganalisa kemampuan sistem proteksi dan unjuk kerja dari recloser

jika terjadi gangguan pada jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV.

2. Untuk menganalisa seberapa besar perbedaan waktu trip jika terjadi

gangguan phase-trip dan ground-trip pada recloser.

3
1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang keandalan recloser

sebagai sistem proteksi pada jaringan distribusi 20 kV.

2. Manfaat bagi peneliti adalah memperdalam pengetahuan tentang karakteristik

dan pengaturan recloser di wilayah kerja PT. PLN (Persero) area Bulukumba.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem jaringan distribusi

Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan

adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

paling banyak mengalami gangguan, sehingga masalah utama dalam operasi sistem

distribusi adalah mengatasi gangguan.

Tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik seperti PLTA, PLTU,

PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah

terlebih dahulu dianikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up

transformator) yang ada pada pusat listrik. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui

saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik ke gardu induk (GI) untuk

diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step down

transformator) menjadi tegangan menengah atau juga yang disebut sebagai

tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang diapakai PLN adalah

20 KV, 12 KV, dan 6 KV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan

distribusi primer PLN yang berkembang adalah 20 KV.

Jaringan setelah keluar dari GI bisa disebut jaringan distribusi, sedangkan

jaringan antara pusat listrik dengan GI disebut jaringan transmisi. Setelah tenaga

listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer makan kemudian tenaga listrik

diturunkan tegangannya dalam gardu – gardu distribusi menjadi tegangan

rendah dengan tegangan 380/220 volt 220/110 volt, kemudian disalurkan melalui

5
jaringan tegangan rendah (JTR) untuk selanjutnya disalurkan ke rumah – rumah

pelanggan (konsumen) PLN.

Pelanggan yang mempunyai daya tersambung besar tidak dapat

disambung melalui jaringan tegangan rendah melainkan disambung langsung

pada jaringan tegangan menengah bahkan ada pula yang disambung pada

jaringan tegangan tinggi, tergantung besarnya daya tersambung.

2.2 Bentuk Jaringan

Masalah utama dalam operasi sistem distribusi adalah bagaimana mengatasi

gangguan dengan cepat karena gangguan yang terbanyak dalam sistem tenaga

listrik terdapat dalam sistem distribusi jaringan distribusi tegangan menengah atau

juga disebut jaringan distribusi primer. Gangguan pada SUTM jumlahnya lebih

banyak dan kebanyakan bersifat temporer sedangkan pada kabel tanah jumlah

lebih sedikit tetapi kebanyakan bersifat sementara. Oleh karena itu banyak dipakai

penutup balik (recloser) untuk SUTM.

Ada beberapa bentuk sistem distribusi yang umum dipergunakan untuk

menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik yaitu : sistem Radial, sistem Ring

dan sistem Spindel.

Pemilihan dari masing-masing jaringan distribusi tersebut tergantung pada

keperluan dan keandalan sistem yang di inginkan, seperti kontiniutas

penyalur/pelayanan tenaga listrik, perkembangan beban dan faktor ekonomis yang

di inginkan.

6
Khusus dalam pembahasan disini, uraian mengenai bentuk jaringan

distribusi akan dibatasi, akan di bahas antara lain :

2.2.1 Jaringan Radial

Sistem radial merupakan bentuk sistem jaringan distribusi yang paling

sederhana dan yang paling umum dipakai untuk menyalurkan dan

mendistribusikan tenaga listrik. Sistem ini dikatakan karena dari kenyataan bahwa

jaringan ini ditarik secara radial dari gardu ke pusat-pusat beban/konsumen yang

dilayaninya. Sistem ini terdiri dari saluran utama dan saluran cabang.

Pelayanan tenaga listrik untuk suatu daerah beban tertentu dilaksanakan dengan

memasang transformator pada sembarang titik pada jaringan yang terdekat mungkin

dengan daerah beban yang dilayaninya. Transformator ini berguna untuk menurunkan

tenaga sistem agar dapat dikonsumsikan pada beban konsumen. Untuk daerah beban

yang menyimpang jauh dari saluran utama atau saluran cabang maka akan ditarik lagi

saluran tambahan yang dicabangkan pada saluran tersebut.

Ditinjau dari besarnya penampang saluran maka penampang yag terdekat

dengan sumber daya akan memiliki penampang terbesar, kemudian akan

berangsur-angsur mengecil ke arah ujung saluran. Hal ini disebabkan karena

semakin dekat dengan suberdaya distribusi kerapatan arusnya akan semakin besar.

Gambar bentuk jaringan tipe radial dapat dilihat pada gambar 1.

7
Gambar 1 Bentuk jaringan tipe Radial

Kelemahan yang dimiliki oleh sistem radial ini adalah voltage dropnya

cukup besar dan bila terjadi ganguan pada sistem akan dapat mengakibatkan

jatuhnya sebagian atau keseluruhan bagian sistem.

Sistem radial ini kurang cocok dipergunakan untuk mensupplay beban

seperti rumah sakit, instalasi militer atau beban lainnya yang memerlukan tingkat

keandalan yang cukup tinggi.

2.2.2 Jaringan Ring

Sistem ini disebut rangkaian tertutup, karena saluran primer yang

menyalurkan daya sepanjang daerah beban yang dilayaninya membentuk suatu

rangkaian tutup. Gambar 2 menujukkan bentuk umum dari sistem rangkaian

tertutup.

8
Gambar 2 Bentuk Jaringan Tipe Ring

Pada gambar tampak pada bagian-bagian tertentu dari sistem rangkaian

tertutup dipasang peralatan pemisah / penghubung untuk memerlukan saluran

bagian (seksi-seksi), guna melokalisir gangguan yang mungkin terjadi pada sistem.

Antara saluran primer yang satu dengan saluran primer lainnya juga dipasang

peralatan pemutus seksi otomatis yang berfungsi sebagai Loop switch. Untuk

memisahkan saluran secara otomatis bila saat salah satu salurannya mengalami

gangguan. Pengoperasian dari peralatan pemutus ini juga akan menentukan

pengoperasian normally open (NO) maka sistem akan bekerja sebagai Loop

terbuka, sedangkan untuk pengoperasian normally closed (NC) maka sistem akan

bekerja sebagai loop tertutup.

Sistem rangkai tertutup banyak digunakan untuk mensupplay daerah beban

dengan kerapatan beban yang cukup tinggi, seperti beban-beban industri, beban

komersial, rumah sakit dan sebagainya. Sifat-sifat lain yang dimiliki oleh sistem

9
rangkaian tertutup adalah drop tegangannya cukup rendah. Tingkat keandalan

cukup tinggi dan baik dan cukup baik perluasan jaringan.

2.2.3 Jaringan Spindel

Sistem spindel ini sebetulnya merupakan perkembangan dari sistem

jaringan Loop – Radial. Beberapa feeder utama keluar dari sebuah gardu induk dan

kemudian bertemu ujung-ujungnya pada sebuah gardu hubung (bus – refleksi).

Jaringan spindel ini normalnya adalah radial, rel daya pada gardu induk

mensupplai daya ke masing – masing kabel kerja ( feeder utama). Jika terjadi

gangguan di suatu seksi, pemutus daya akan feeder yang bersangkutan akan

terbuka. Setelah gangguan diisolir, sementara disconnect–switch yang normaly–

open pada bus refleksi dimasukkan, sehingga daya akan mengalir dari gardu induk

melalui kabel cadangan (exprees - feeder), masuk ke bus refleksi, kemudian

mensupplai kabel sisanya.

Sebuah pola spindel terdiri dari beberapa kabel kerja dan sebuah kabel

cadangan (express-feeder). Gardu-gardu trafo distribusi disambungkan hanya

kabel-kabel kerja. Jadi kabel cadangan hanya berfungsi untuk menyalurkan daya

listrik kesepanjang kabel kerja yang masih sehat, setelah daerah gangguan

dipisahkan dari jaringan yang beroperasi. Untuk dipergunakan setiap saat, disini

perlunya kabel cadangan selalu bertentangan agar kerusakan yang mungkin terjadi

pada kabel ini dengan segera dapat diketahui. Sistem spindel sangat baik digunakan

untuk memenuhi kebutuhan :

1. Peningkatan keandalan/kontiniutas pelayanan sistem.

10
2. Penurunan/penekanan rugi-rugi akbat gangguan pada sistem.

3. Sangat baik dipergunakan untuk mensuplai daerah beban yang memiliki

kerapatan yang cukup tinggi.

4. Perluasan jaringan dapat dilakukan dengan mudah/baik

Tingkat keandalan dari sistemspindel adalah paling baik diantara sistem

jaringan distribusi lainnya, namun kerugian adalah biaya investasi awalnya cukup

tinggi dibandingkan dengan siste jaringan sebelumnya. Gambar jaringan tipe

spindel dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Bentuk Jaringan Tipe Spindel

2.3 Sistem Proteksi Jaringan Distribusi

Sistem proteksi tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada

sebuah peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya motor

generator, transformer, jaringa dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal over

11
kondisasi sistem itu sendiri. Abnormal itu dapat berupa antara lain : hubung singkat,

tegangan lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain.

Manfaat dari sistem proteksi adalah sebagai berikut :

1. Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat

gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat

proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan

kepada kemungkinan kerusakan alat.

2. Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi

sekecil mungkin.

3. Dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi

kepada konsumen dan juga mutu listrik yang baik.

4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan

pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem

proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang

merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoperasikan

circuit breaker (CB) yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau

memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang

operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan

menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut

secara manual.

12
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin

dilakukan proteksi. Hal ini juga perlu satuan peralatan yang digunakan untuk

mendeteksi keadaan keadaan yang tidak normal tersebut dan selanjutnya

menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian

atau sistem terganggu dan peralatan tersebut kita kenal dengan relai.

2.4 Gangguan Hubung Singkat Pada Saluran Distribusi

Berdasarkan PUIL 2011, “Arus hubung singkat adalah arus lebih yang di

akibatkan oleh gangguan impedansi yang sangat kecil mendekati nol antara dua

penghantar aktif dalam kondisi operasi normal berbeda potensialnya”. Perhitungan

arus hubung singkat dari sistem 20 kV yang di pasok dari gardu induk, Untuk

menghitung arus hubung singkat pada sistem diatas, pertama – tama hitung

impedansi sumber (reaktansi) dalam hal ini diambil dari data hubung sinkat pada

bus 150 kV, kedua menghitung reaktansi trafo tenaga, ketiga menghitung

impedansi penyulang.

2.4.1 Menghitung Impedansi Sumber

Berdasarkan rumus perhitungan impedansi sumber maka data yang

diperlukan adalah data hubung singkat pada bus primer trafo.

𝑘𝑉 2
Rumus: 𝑍𝑠 = ..................................................(1)
𝑀𝑉𝐴ℎ𝑠

Keterangan:

Zs = Impedansi sumber (dalam hal ini pada sisi sumber 150 kV) (Ohm)

kV = Tegangan pada sisi primer ( Volt)

13
MVAhs = Short circuit level trafotenaga (MVA)

Perlu di ketahui bahwa impedansi sumber ini adalah nilai ohm pada sisi 150

kV, karena arus gangguan hubung singkat yang akan di hitunga dalah gangguan

hubung singkat sisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus di konversikan

sumber 20 kV, sehingga pada perhitungan arus gangguan nanti sudah menggunakan

sumber 20 kV. Untuk mengkonversikan impedansi yang terletak disisi 150 kV,

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

𝑘𝑉 2
𝑍𝑠 (𝑠𝑖𝑠𝑖 20 𝑘𝑉) = × 𝑍𝑠 (𝑠𝑖𝑠𝑖 150 𝑘𝑉) .............................(2)
𝑀𝑉𝐴ℎ𝑠

2.4.2 Menghitung Reaktansi Trafo

Untuk menghitung reaktansi trafo, digunakan rumus sebagai berikut :

𝑘𝑉 2
𝑋𝑡 = 𝑍% 𝑥 ...............................................................(3)
𝑀𝑉𝐴(𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜)

Keterangan :

Xt = Reaktansi trafo (Ω)

Z = Reaktansi trafo (%)

Reaktansi urutan nol (Xt0)

Reaktansi urutan nol ini didapat dengan memperhatikan data trafo tenaga itu

sediri yaitu dengan melihat kapasitas belitan delta yang ada dalam trafo itu :

1. Untuk trafo dengan hubungan belitan Δ/Y dimana kapasitas belitan delta

sama besar dengan kapasitas belitan Y, maka Xt0 = Xt1

2. Untuk trafo tenaga dengan belitan Yyd dimana kapasitas belitan delta (d)

biasanya sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan yang dipakai untuk

14
menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada dalam tetapi tidak

dikeluarkan kecuali satu terminal delta untuk ditanahkan) maka :

Xt0 = 3 x Xt1........................................................................................(4)

3. Untuk trafo tenaga dengan hubungan YY dan tidak mempunyai belitan delta

didalamnya

2.4.3 Menghitung Impedansi Penyulang

Menghitung impedansi penyulang, impedansi penyulang ini dihitung

tergantung dari besarnya impedansi per meter penyulang yang bersangkutan,

dimana besar nilainya dibentuk dari konfigurasi tiang yang digunakan untuk

jaringan SUTM atau dari jenis kabel tanah untuk jaringan SKTM. Dalam

perhitungan disini diambil dengan impedansi.

Z1 = Z2 = % panjang × panjang penyulang × (R1 + jX1).............(5)

Keterangan :

Z1= impedansi urutan positif (Ω)

Z2= impedansi urutan negatif (Ω)

Dengan menghitung nilai impedansi penyulang untuk lokasigangguan yang

dalam perhitungan ini disimulasikan terjadi pada lokasi dengan jarak 0%, 25%,

50%, 75% dan 100% panjang penyulang.

2.4.4 Menghitung Impedansi Ekivalen Penyulang

Perhitungan yang akan dilakukan disini adalah perhitungan besarnya nilai

impedansi positif (Z1 eq), negatif (Z2 eq), dan nol (Z0 eq) dari titik gangguang sampai

ke sumber, sesuai dengan urutan di atas. Karena dari sumber ke titik gangguan

15
impedansi yang terbentuk adalah tersambung seri, maka perhitungan Z1 eqdan Z2

eqdapat langsung menjumlahkan impedansi – impedansi tersebut.

Sedangkan untuk perhitungan Z0 eqdimulai dari titik gangguan sampai ke trafo

tenaga yang netralnya ditanahkan. Untuk menghitung Z0 eqini, diumpamakan trafo

tenaga yang terpasang mempunyai hubungan Yyd, dimana mempunyai nilai Xt0 =

3Xt1.

Adapun rumus perhitungan Z1 eqdan Z2 eq adalah sebagai berikut :

Z1 eq= Z2 eq= Z1s+ Z1t+ Z1 penyulang ...............................................(6)

Keterangan :

Z1s= Hitungan impedansi sumber

Z1t= Hitungan impedansi trafo

Z1 penyulang= Tergantung dari lokasi gangguan

Karena lokasi gangguan disimulasikan terjadi pada 25%, 50%, 75%, dan

100% panjang penyulang maka Z1 eq(Z2 eq) yang didapat juga pada lokasi tersebut.

Perhitungan Z0 eq :

Z0 eq= Zt0 + 3Rn+ Z0 penyulang .........................................................(7)

Keterangan :

Rn= Pentanahan netral pada trafo (Ω)

Karena lokasi gangguan disimulasikan terjadi pada 25%, 50%, 75%, dan

100% panjang penyulang maka Z0 eq yang didapat juga pada lokasi tersebut.

Setelah mendapatkan impedansi ekivalen sesuai dengan lokasi gangguan,

selanjutnya perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan

16
mengguanakan rumas dasar seperti dijelaskan sebelumnya, hanya saja impedansi

ekivalen mana yang dimasukan ke dalam rumus dasar tersebut adalah tergangtung

dari hubung singkat 3 fasa, 2 fasa dan 1 fasa ke tanah.

2.4.5 Gangguan Hubung Singkat 3 fasa

Kemungkinan terjadinya gangguan 3 fasa adalah putusnya salah satu kawat

fasa yang letaknya paling atas pada transmisi atau distribusi, dengan konfigurasi

kawat antar fasanya disusun secara vertikal. Kemungkinan terjadinya memang

sangat kecil, tetapi dalam analisanya tetap harus diperhitungkan.

Kemungkinan lain adalah akibat pohon yang cukup tinggi dan berayun

sewaktu angin kencang, kemudian menyentuh ketiga kawat pada transmisi dan

distribusi. Gangguan hubung singkat 3 fasa dihitung dengan menggunakan rumus

hukum ohm. Berikut adalah gambar hubung singkat 3 fasa :

Gambar 4 Gangguan hubung singkat 3 fasa

𝑉𝐿−𝑁
Rumus: 𝐼𝑓3∅ = 𝑍

Keterangan :

𝐼𝑓3∅ = Arus gangguan hubung singkat 3 fasa (A)

20000
VL-N = Tegangan fasa – netral sistem 20 kV = (V)
√3

Z = Impedansi urutan positif (Z1 eq) (Ω)

17
Sehingga arus gangguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung sebagai

berikut:
20000
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 √3 11547
𝐼3𝑓𝑎𝑠𝑎 = = .............................................(8)
𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞

2.4.6 Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa

Kemungkinan terjadinya gangguan 2 fasa dosebabkan oleh putusnya kawat

fasa tengah pada transmisi atau distribusi. Kemungkinan lainnya adalah dari

rusaknya isolator di transmisi atau distribusi sekaligus 2 fasa. Gangguan seperti

ini biasanya mengakibatkan 2 fasa ke tanah. Berikut gambar rangkaian hubung

singkat 2 fasa.

Gambar 5 Gangguan hubung singkat 2 fasa

Gangguan hubung singkat 2 fasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

√3𝑉𝐿−𝑁
𝐼𝑓2∅ = 𝑍1+𝑍2

18
Keterangan :

𝐼𝑓2∅ = Arus gangguan hubung singkat 2 fasa (A)

VL-N= Tegangan fasa – netral sistem 20 kV (V)

Z1= Impedansi urutan positif (Z1 eq) (Ω)

Z2= impedansi urutan negatif (Z2 eq) (Ω)

Sehingga arus gangguan hubung singakat 2 fasa dapat dihitung sebagai

berikut:
𝑉𝑝ℎ−𝑝ℎ 20000
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = =
𝑍1𝑒𝑞 + 𝑍2𝑒𝑞 𝑍1𝑒𝑞 + 𝑍2𝑒𝑞

Seperti halnya gangguan hubung singkat 3 fasa , gangguan hubung singkat 2

fasa juga dihitung untuk lokasi yang di asumsikan terjadi pada 25%, 50%, 50%,

75% dan 100% panjang penyulang. Dalam hal ini dianggap nilai Z1eq = Z2eq,

sehingga persamaan arus gagguan hubung singkat 2 fasa diatas dapat di

sederhanakan menjadi :
𝑉𝑝ℎ−𝑝ℎ
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = .....................................................................(9)
2×𝑍1𝑒𝑞

2.4.7 Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa

Kemungkinan terjadinya gangguan satu fasa ketanah adalah back flash

overantara tiang ke salah satu kawat transmisi atau distribusi. Sesaat setelah tiang

tersambar petir yang besar walaupun tahanan kaki tiangnya cukup rendah namun

bisa juga gangguan fasa ke tanah ini terjadi sewaktu salah satu kawat fasa transmisi

atau distribusi tersentuh pohon yang cukup tinggi dan lain – lain. Berikut gambar

rangkaian hubung singkat satu fasa.

19
Gambar 6 Gangguan hubung singkat 1 fasa

Berikut rumus yang dikemukakan ole Yulistiawan, dkk (2012:92)

3𝑉𝐿−𝑁
𝐼𝑓∅−𝐺 = 2𝑍2 + 𝑍0

Keterangan :

𝐼𝑓∅−𝐺 = Arus gangguan urutan nol = I0

20000
VL-N= Tegangan fasa-netral sistem 20 kV = = Vph
√3

Z1= Impedansi urutan positif (Z1eq)

Z2= Impedansi urutan negatif (Z2eq)

Z0= Impedansi urutan nol (Z0eq)

𝐼1 𝑓𝑎𝑠𝑎𝑘𝑒𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ = 3 × 𝐼0

20
Sehingga arus gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah dapat dihitung

sebagai berikut :

20000
3 ×
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 3 × 𝑉𝑝ℎ √3
𝐼1 𝑓𝑎𝑠𝑎 = = 3 × 𝐼0 = =
𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞

34641,016
=
𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞

34641,016
= 2𝑍 ............................................(10)
1 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞

Kembali sama halnya dengan perhitungan arus gangguan 3 fasa dan 2 fasa,

arus gangguan 1 fasa ketanah juga dihitung untuk lokasi gangguan yang

diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang, sehingga

dengan rumus terakhir diatas dapat dihitung besarnya arus gangguan 1 fasa ketanah

sesuai lokasi gangguan.

2.5 IDMT Untuk Setting Relay

IDMT (Inverse Definite Minimum Time) merupakan tipe karakteristik

kurva proteksi yang digunakan dalam menentukan parameter proteksi.

Kata Inverse berarti semakin tinggi arus gangguan yang terdeteksi melewati suatu

sistim yang diproteksi , maka semakin cepat waktu dari relay proteksi tersebut

untuk memerintahkan agar Circuit Breaker bekerja untuk memutuskan (trip)

sistim. Nilai Arus dan waktu trip pada relay proteksi sangat bervariasi, sesuai

dengan karakteristik beban dan jaringan yang akan dilindungi sehingga terjadinya

21
gangguan pada salah satu titik pada sebuah jaringan tenaga listrik tidak akan

menyebabkan gangguan secara total.

Berdasarkan IEC 60255, standar untuk kurva IDMT ditetapkan sebagai

berikut :

 Standard Invers (SI)

 Very Inverse (VI)

 Extremelly Inverse (EI)

 Defenite Time (DT)

Bagaimana karakteristik SI,VI dan EI bekerja, dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

Gambar 7 Karakteristik SI, VI, dan EI Bekerja

22
Keterangan :

Ir = If / Is

Dimana :

If = Arus yang terukur, arus yang mengalir pada jaringan

Is = Arus settingan (Parameter Arus yang ditetapkan pada parameter Proteksi

kurva Inverse)

TMS = Time Multiplier Setting dari 0,025 – 1,5 detik (Parameter Waktu yang

ditetapkan pada parameter Proteksi kurva Inverse).

2.6 Pemutus Balik Otomatis (Recloser)

Recloser merupakan suatu peralatan pengaman yang dapat mendeteksi arus

lebih, karena hubung singkat anatara fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah,

dimana recloser ini memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan

selang waktu yang dapat diatur sesuai dengan setting interval recloser.

2.6.1 Fungsi Recloser

Pada suatu gangguan permanen, recloser berfungsi memisahkan daerah atau

jaringan yang terganggu sistemnya secara cepat sehingga dapat memperkecil

daerah yang terganggu pada gangguan sesaat, recloser akan memisahkan daerah

gangguan sesaat sampai gangguan tersebut akan dianggap hilang, dengan demikian

recloser akan masuk kembali sesuai dengan settingannya sehingga jaringan akan

aktif kembali secara otomatis.

23
2.6.2 Urutan Kerja Recloser

Waktu membuka dan menutup recloser dapat diatur melalui kurva

karakteristiknya. Secara garis besar urutan kerja recloser diperlihatkan pada

gambar dibawah.

Gambar 8 Urutan Operasi Recloser Gangguan Permanen

Gambar 9 Urutan Operasi Recloser Gangguan sementara

24
Keterangan untuk gambar 7 dan 8 :

Ib : arus beban normal

Imt : arus trip minimum

Ihs : arus hubungan singkat

1 : waktu trip pertama (TCC)

2 : interval waktu reclose pertama

3 : waktu trip cepat kedua

4 : interval waktu reclose waktu kedua

5 : waktu trip lambat pertama

6 : interval waktu reclose waktu ketiga

7 : waktu trip lambat kedua

2.6.3 Prinsip Kerja Recloser

Recloser hampir sama dengan circuit breaker, hanya recloser dapat

disetting untuk bekerja membuka dan menutup beberapa kali secara otomatis.

Apabila feeder mendapat gangguan sementara, bila circuit breaker yang

digunakan untuk feeder yang mendapat gangguan sementara, akan menyebabkan

hubungan feeder terputus. Tetapi jika recloser yang digunakan diharapkan

gangguan sementara tersebut tidak membuat feeder terputus, maka recloser akan

bekerja beberapa kali sampai akhirnya recloser membuka.

Perlengkapan elektronik ditempatkan pada sebuah kotak yang terpisah dari

tangka recloser. dalam melakukan perubahan karakteristik, tingkat arus penjatuh

minimum dan urutan operasi recloser dapat dilakukan dengan mudah tanpa

mengeluarkan recloser. Arus pada saluran dideteksi oleh trafo arus yang

25
dipasang pada bushing recloser, kemudian arus sekundernya dialirkan ke

elektronik control box. Setelah mencapai waktu tunda yang ditentukan

oleh program karakteristik arus – waktu , maka rangkaian trip (penjatuh)

mengirimkan sinyal untuk melepaskan kontak utama recloser.

Rele urutan kerja akan direset timing pada posisi semula untuk mengatur

penutupan kembali berikutnya. Apabila ternyata gangguan yang terjadi belum

hilang, maka pada pembukaan yang terakhir sesuai urutan kerja recloser akan

berada pada posisi lock out ( terkunci). Diagarm blok recloser dapat dilihat pada

gambar 10 dibawah ini.

Gambar 10 Diagram Blok Recloser

26
2.7 ETAP 12.6.0

Dalam perancangan dan analisis sebuah sistem tenaga listrik, sebuah

software aplikasi sangat dibutuhkan untuk merepresentasikan kondisi real.Hal ini

dikarenakan sulitnya meng-uji coba suatu sistem tenaga listrik dalam skala

yang besar terhadap kondisi transien yang ekstrim. ETAP Power Station 6.0.0

merupakan salah satu software aplikasi yang banyak digunakan untuk

mensimulasikan sistem tenaga listrik. Secara umum ETAP dapat digunakan

untuk simulasi hasil perancangan dan analisis suatu sistem tenaga listrik yang

meliputi:

1. Menggambarkan denah beban-beban

2. Men-setting data-data beban dan jaringan

3. Merancang diagram satu garis (One Line Diagram)

4. Menganalisis aliran daya (Load Flow)

5. Menghitung gangguan hubung singkat (Short Circuit)

6. Menganalisis Motor Starting atau keadaan Transien.

Setiap komponen Sistem Tenaga Listrik dapat digambarkan dalam

worksheet atau ruang kerja program dengan lambang-lambang tertentu.

Spesifikasi masing-masing komponen dapat disesuaikan keadaan sebenarnya

atau kondisi nyata di lapangan. Spesifikasi ini juga dapat dipilih sesuai data

umumnya yang dapat diambil dari library atau data yang ada pada program.

Misalnya, panjang dan ukuran kabel, kapasitas dan rating trafo, kapasitas dan

tegangan beban dan lain-lain.

27
Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada

gambar berikut :

Gambar 11 Tampilan program ETAP dan keterangan singkatnya

28
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di wilayah PT. PLN (PERSERO) Panrita

Lopi yang beralamat di Jl. S. Majidi No. 17 Kec. Ujung Bulu Kab. Bulukumba.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dan pengambilan data berlangsung selama 4 bulan yang

dilaksanakan mulai pada bulan Februari – Mei 2018.

3.2 Jadwal Penelitian

Tabel 1 Jadwal Penelitian

FEBRUARI MARET APRIL MEI


KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
STUDI LITERATUR
PENGAMBILAN DATA
MENGHITUNG HUBUNG SINGKAT DAN TMS
PEMBUATAN SIMULASI
MEMBANDINGKAN DATA DAN TEORI
ANALISIS

29
3.3 Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Satu unit personal komputer

2. Perangkat lunak ETAP 12.6.0 sebagai alat bantu simulasi

3. Data primer dan sekunder

3.4 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagi

berikut :

1. Mengumpulkan data dari PT. PLN (PERSERO) PANRITA LOPI

2. Menghitung arus gangguan hubung singkat yang terdapat pada penyulang

yang memiliki recloser

3. Menghitung penyetelan arus dan TMS di recloser dan penyulang

4. Membuat simulasi di ETAP

5. Menganalisis data yang telah di dapatkan

6. Membuat kesimpulan dan hasil dari penelitian

30
3.5 Metode Pengumpulan Data

1. Survei ke Instansi

Melakukan kunjungan pada PT. PLN (PERSERO) PANRITA LOPI,

untuk mengetahui konsisi dan mendapatkan data-data yang diperlukan dan

informasi penting lainnya dalam penyusunan skripsi ini.

2. Studi Literatur

Studi literatur dimaksudkan untuk mempelajari berbagai sumber refrensi

atau teori (buku dan internet) yang berkaitan dengan penelitian dalam

menganalisis penggunaan recloser pada jaringan distribusi 20 kV.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis menggunakan software ETAP, yaitu

untuk mengetahui perbandingan teori dan data pada recloser di area PT. PLN

(PERSERO) PANRITA LOPI.

31
Berikut gambar diagram alir penelitan ini sebagai berikut :

MULAI

STUDI LITERATUR

y
PENGAMBILAN
DATA aY

A
TIDAK

DATA SUDAH
LENGKAP?

YA

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN
DAN SARAN

SELESAI

Gambar 12 Diagram Alir Penelitian

32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Studi Kasus Hubung Singkat

Penggunaan alat proteksi merupakan urutan kerja sistem pengaman pada

suatu jaringan agar di dapat suatu unjuk kerja yang optimal dari pengaman sesuai

dengan setting dan letak gangguan.

Dalam hal ini di wilayah PT.PLN Area Bulukumba sering terjadi gangguan

dan kurangnya alat pengaman untuk mengurangi gangguan. Daerah Area

Bulukumba yang sering terjadi gangguan adalah Penyulang Ujun Loe yang dipasok

dari GI Bulukumba oleh trafo tenaga dengan kapasitas trafo sebesar 30 MVA,

150/20 KV, In 900 A dengan impedansi 12,44 % dengan panjang penyulang 26,52

Kms (kilometer system) . Untuk itu perlu dipasang suatu alat pengaman yaitu

recloser untuk mengatasi gangguan yang terjadi serta dapat mengurangi tingkat

pemadaman.

4.2 Data Peralatan

Tabel 2 Data Trafo Daya

DATA TRAFO TENAGA


Merk SIEMENS
Daya 30 MVA
Arus HS sisi 150 120 A
Tegangan 150/20
Impedansi (Z) 12,44%
Inominal 960 A
Vektor Group YNyno

33
Tabel 3 Data Setting OCR dan GFR INCOMING

DATA SETTING OCR DAN GFR INCOMING

Merk SCHNEIDER
Tipe MICOM P122
Karakteristik STANDARD INVERS
Rasio CT 1200/5
TMS OCR 0,15
TMS GFR 0,15

Tabel 4 Data Setting OCR Dan GFR Feeder

DATA SETTING OCR DAN GFR FEEDER

Penyulang EXPRESS PAJUKUKANG UJUNG LOE


Jarak 20,03 23,33 100,14
Tipe MICOM P123 MICOM P123 MICOM P123
Karakteristik S.I S.I S.I
TMS OCR 0,1 0,1 0,1
TMS GFR 0,1 0,075 0,095

34
Tabel 5 Data Recloser

DATA RECLOSER PENYULANG UJUNG LOE


Merk COOPER POWER SYSTEM
Tipe ME (elektronik)
Arus Kontinyu 200 A
Arus trip min fasa – fasa 200 A
Arus trip min fasa – tanah 15 A
Arus pemutus maksimum 6000 A
Waktu membuka 0,05 detik
Waktu menutup kembali 5

4.3 Langkah-langkah Dalam Menghitung Arus Gangguan

Untuk menghitung arus gangguan pada sistem distribusi, tahapan yang perlu

dilakukan adalah:

1. Gambarkan diagram satu garisnya

2. Pilihlah KVA/MVA untuk keseluruhan sistem

3. Gambarkan urutan positipnya, urutan negatif dan nolnya.

Untuk menghitung arus gangguan hubung singkat, pertama yang dilakukan

adalah menghitung impedansi sumber, impedansi trafo tenaga dan impedansi

penyulang.

35
4.3.1 Menghitung Impedansi Sumber

Dengan menggunakan persamaan (1 & 2) di peroleh perhitungan impedansi

sumber, yaitu :

KV²
Xs = MVA

150²
Xs = 502

Xs = 44,82 Ω

Dimana : KV² = Tegangan di Bus 150 KV

MVA = Kapasitas hubung singkat di busbar 502 MVA

Karena gangguan terjadi di sisi 20 KV, maka impedansi dikonversikan di

sisi 20 KV, maka :

20²
Xs = 150² 𝑥 44,82

Xs = 0,79 Ω

4.3.2 Menghitung Impedansi Trafo

Persentase pada trafo tenaga adalah 12,44 % berdasarkan name plate dengan

kapasitas trafo tenaga 30 MVA, maka dalam menghitung impedansi trafo tenaga

dengan menggunakan persamaan (3) di dapatkan reaktansi urutan positif pada sisi

20 KV, yaitu:

KV²
Xt1 = Xt2 = Z% x 𝑀𝑉𝐴

20²
Xt1 = Xt2 = 12,44% x 30

Xt1 = Xt2 = j 1,658 Ω

36
Sedangkan untuk menghitung reaktansi urutan negatifnya dengan

menggunakan persamaan (4), yaitu :

Xto = (Yy Xto) = 3 x Xt

= 3 x 1,658

= 4,974 Ω

4.3.3 Menghitung Impedansi Jaringan

Sebelum menghitung impedansi hantaran, harus diketahui dulu harga

impedansi jaringan yang telah ditentukan yang nilainya tergantung dari panjang

penyulang dan konfigurasi tiang.

Tabel 6 Impedansi urutan positif dan nol penghantar AAAC

Penampang jari-jari Jumlah GMR impedansi Impedansi urutan


nominal (mm) urat (mm) urutan positif (Ω nol (Ω / km)
(mm²) / km)
16 2,2563 7 1,638 2,0161 + j0,4036 1,1641 + j1.6911

25 2,8203 7 2,0475 1,2903 + j0,3895 1,4384 + j1,6770

35 3,3371 7 2,4227 0,9217 + j0,3790 1,0697 + j1,6665

50 3,9886 7 2,8957 0,6452 + j0,3678 0,7932 + j1,6553

70 4,7193 7 3,4262 0,4608 + j0,3572 0,6088 + j1,6447

95 5,4979 19 4,1674 0,3396 + j0,3449 0,4876 + j1,6324

120 6,1791 19 4,6837 0,2688 + j0.3376 0,4618 + j1,6251

150 6,9084 19 5,2365 0,2162 + j0.3305 0,3441 + j1.6180

185 7,6722 19 5,8155 0,1744 + j0,3239 0,3224 + j1,6114

240 8,7386 19 6,6238 0,1344 + j0.3158 0,2824 + j1,6003

37
Pada penyulang Ujung Loe, kawat penghantar yang digunakan adalah kawat

A3C pada sistem distribusi 3 fasa 3 kawat.

Untuk kawat penghantar A3C 150 mm² (jalur tama)

Z1 = Z2 = (0,2162 + j0,3305)

Zo = (0,3441 + j1,6180 )

Untuk kawat penghantar A3C 70 mm² (percabangan)

Z1 = Z2 = (0,4608 + j0,3572)

Zo = (0,6088 + j1,6447)

Dengan demikian dapat menghitung impedansi hantaran dengan jarak lokasi

yang telah ditentukan pada gambar diatas.

a. Impedansi hantaran dari GI hingga Recloser dengan panjang saluran 11,17

kms.

Impedansi urutan positif :

1 % => 1 % x 11,17 (0,2162 + j0,3305) = 0,0241 + j0,0369 Ω

25 % => 25 % x 11,17 (0,2162 + j0,3305) = 0,603 + j0,922 Ω

50 % = > 50 % x 11,17 (0,2162 + j0,3305) = 1,207 + j1,845 Ω

75 % = > 75 % x 11,17 (0,2162 + j0,3305) = 1,811 + j2,768 Ω

100 % => 100 % x 11,17 (0,2162 + j0,3305) = 2,414 + j3,691 Ω

Impedansi urutan nol

1% => 1 % x 11,17 (0,3441 + j1,6180) = 0,038 + j0,18 Ω

25% => 25 % x 11,17 (0,3441 + j1,6180) = 0,96 + j4,518 Ω

50% => 50 % x 11,17 (0,3441 + j1,6180) = 1,921 + j9,036 Ω

75% => 75 % x 11,17 (0,3441 + j1,6180) = 2,882 + j13,554 Ω

38
100 % => 100 % x 11,17 (0,3441 + j1,6180) = 3,843 + j18,073 Ω

b. Impedansi hantaran dari recloser hingga ujung penyulang dengan panjang

saluran 15,35 kms

Impedansi urutan positif :

1 % => 1 % x 15,35 (0,2162 + j0,3305) = 0,0331 + j0,05 Ω

25 % => 25 % x 15,35 (0,2162 + j0,3305) = 0,829 + j1,268 Ω

50 % = > 50 % x 15,35 (0,2162 + j0,3305) = 1,659 + j2,536 Ω

75 % = > 75 % x 15,35 (0,2162 + j0,3305) = 2,489 + j3,8 Ω

100 % => 100 % x 15,35 (0,2162 + j0,3305) = 3,31 + j5 Ω

Impedansi urutan nol

1% => 1 % x 15,35 (0,3441 + j1,6180) = 0,052 + j0,248 Ω

25 % => 25 % x 15,35 (0,3441 + j1,6180) = 1,32 + j6,2 Ω

50 % => 50 % x 15,35 (0,3441 + j1,6180) = 2,64 + j12,418 Ω

75 % => 75 % x 15,35 (0,3441 + j1,6180) = 3,96 + j18,62 Ω

100 % => 100 % x 15,35 (0,3441 + j1,6180) = 5,12 + j24,83 Ω

4.3.4 Menghitung Impedansi Ekivalen Jaringan Urutan Positif

Untuk menghitung ini menggunakan persamaan (6), dimana dengan

menjumlahkan impedansi sumber, impedansi trafo dan impedansi jaringan urutan

positif.

Z1eq = Z2eq = Zs + Zt + Z1 penyulang

= j0,79 + j1,658 + Z1 penyulang

= j2,448 + Z1 penyulang

39
Karena telah ditentukan tempat titik-titik panjang penyulang maka :

a. Impedansi ekivalen jaringan urutan positif dari GI hingga recloser

1 % => j2,448 + (0,0241 + j0,036) = 0,0241 + j2,484 Ω

25 % => j2,448 + (0,603 + j0,922) = 0,603 + j3,37 Ω

50 % => j2,448 + (1,207 + j1,845) = 1,207 + j4,293 Ω

75 % => j2,448 + (1,811 + j2,768) = 1,811 + j5,216 Ω

100 % => j2,448 + (2,414 + j3,691) = 2,414 + j6,139 Ω

b. Impedansi ekivalen jaringan urutan positif dari recloser hingga ujung

penyulang

1 % => j2,448 + (0,0331 + j0,05) = 0,0331 + j2,498 Ω

25 % => j2,448 + (0,829 + j1,268) = 0,829 + j3,716 Ω

50 % => j2,448 + (1,659 + j2,536) = 1,659 + j4,984 Ω

75 % => j2,448 + (2,489 + j3,8) = 2,489 + j6,248 Ω

100 % => j2,448 + (3,31 + j5) = 3,31 + j7,448 Ω

4.3.5 Menghitung Impedansi Ekivalen Jaringan Urutan Nol

Untuk menghitung ini menggunakan persamaan (7) dengan cara

menjumlahkan impedansi trafo tenaga, tahanan dalam (RN) yang terdapat pada

trafo tenaga yaitu sebesar 40 ohm dan impedansi jaringan urutan nol.

Zoeq = Zto + 3 RN + Zo penyulang

= j4,974 + 3(40) + Zo penyulang

40
a. Impedansi ekivalen urutan nol dari GI hingga recloser

1 % => j4,974 +120 + (0,038 + j0,18) = 120,038 + j5,154 Ω

25 % => j4,974 +120 + (0,96 + j4,518) = 120,96 + j9,492 Ω

50 % => j4,974 +120 + (1,921 + j9,036) = 121,921 + j14,01 Ω

75 % => j4,974 +120 + (2,882 + j13,554) = 122,882 + j18,528 Ω

100 % => j4,974 +120 + (3,843 + j18,073) = 123,843 + j23,047 Ω

b. Impedansi ekivalen urutan nol dari recloser hingga ujung penyulang

1 % => j4,974 +120 + (0,052 + j0,248) = 120,052 + j5,222 Ω

25 % => j4,974 +120 + (1,32 + j6,2) = 121,32 + j11,174 Ω

50 % => j4,974 +120 + (2,64 + j12,418) = 122,64 + j17,392 Ω

75 % => j4,974 +120 + (3,96 + j18,62) = 123,96 + j23,594 Ω

100 % => j4,974 +120 + (5,12 + j24,83) = 125,12 + j29,804 Ω

4.4 Menghitung Arus Hubung Singkat

4.4.1 Menghitung Arus Hubung Singkat 3 Fasa

Untuk menghitung arus hubung singkat 3 fasa yaitu dengan menggunakan

persamaan (8) seperti di bawah ini:

a. Perhitungan arus hubung singkat tiga fasa dari GI hingga recloser


20000
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 √3 11547
𝐼3𝑓𝑎𝑠𝑎 = =
𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞

11547 11547
1 % => I = ——————— = ———————— = 4648,33377 A
(0,024 + j2,484) √0,024² + 2,484²

41
11547 11547
25 % => I = ——————— = ———————— = 3372,84147 A
(0,829 + j3,37) √0,603² + 3,37²

11547 11547
50 % => I = ——————— = ———————— = 2589,33252 A
(1,207 + j4,293) √1,207² + 4,293²

11547 11547
75 % => I = ——————— = ———————— = 2091,29962 A
(1,811 + j5,216) √1,811² + 5,216²

11547 11547
100 % => I = ——————— = ———————— = 1750,45554 A
(2,414 + j6,139) √2,414² + 6,139²

Berdasarkan perhitungan di atas, apabila terjadi gangguan hubung singkat

tiga fasa, maka dapat diperkirakan/diketahui besarnya berdasarkan lokasi

gangguan. Apabila gangguan hubung singkat yang terjadi jaraknya 1 % atau yang

lebih dekat 4648,33377 amper, untuk lokasi 25 % atau lebih dekat dari GI adalah

3372,84147 amper, untuk jaraknya yang berada 50 % atau di tengah penyulang

adalah 2589,33252 amper. Sedangkan yang jaraknya 75 % dari GI adalah

2091,29962 amper dan untuk lokasi gangguan yang terjadi di ujung penyulang atau

jarak lokasi sekitar 100 % dari GI adalah 1750,45554 amper.

b. Perhitungan arus hubung singkat tiga fasa dari recloser hingga ujung

penyulang
20000
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 √3 11547
𝐼3𝑓𝑎𝑠𝑎 = =
𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞

11547 11547
1 % => I = ——————— = ———————— = 4622,09225 A
(0,0331 + j2,498) √0,0331² + 2,498²

42
11547 11547
25 % => I = ——————— = ———————— = 3032,81988 A
(0,829 + j3,716) √0,829² + 3,716²

11547 11547
50 % => I = ——————— = ———————— = 2198,23111 A
(1,659 + j4,984) √1,659² + 4,984²

11547 11547
75 % => I = ——————— = ———————— = 1716,89316 A
(2,489 + j6,248) √2,489² + 6,248²

11547 11547
100 % => I = ——————— = ———————— = 1416,74259 A
(3,31 + j7,448) √3,31² + 7,448²

Berdasarkan perhitungan di atas, apabila terjadi gangguan hubung singkat

tiga fasa, maka dapat diperkirakan/diketahui besarnya berdasarkan lokasi

gangguan. Apabila gangguan hubung singkat yang terjadi jaraknya 1 % atau yang

lebih dekat 4622,09225 amper, untuk lokasi 25 % atau lebih dekat dari GI adalah

3032,81988 amper, untuk jaraknya yang berada 50 % atau di tengah penyulang

adalah 2198,23111 amper. Sedangkan yang jaraknya 75 % dari GI adalah

1716,89316 amper dan untuk lokasi gangguan yang terjadi di ujung penyulang atau

jarak lokasi sekitar 100 % dari GI adalah 1416,74259 amper.

4.4.2 Menghitung Arus Hubung Singkat 2 Fasa

Untuk menghitung arus hubung singkat 2 fasa yaitu dengan menggunakan

persamaan (9) seperti di bawah ini:

a. Perhitungan arus hubung singkat dua fasa dari GI hingga recloser


𝑉𝑝ℎ−𝑝ℎ
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = 2×𝑍1𝑒𝑞

20000/√3
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = 2×𝑍1𝑒𝑞

43
11547
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = 2×𝑍1𝑒𝑞

11547 11547
1 % => I = ——————— = ———————— = 2324,16688 A
2 x (0,024 + j2,484) √0,048² + 4,968²

11547 11547
25 % => I = ——————— = ———————— = 1663,60897 A
2 x (0,829 + j3,37) √1,658² + 6,74²

11547 11547
50 % => I = ——————— = ———————— = 1294,66626 A
2 x (1,207 + j4,293) √2,414² + 8,586²

11547 11547
75 % => I = ——————— = ———————— = 1045,64981 A
2 x (1,811 + j5,216) √3,622² + 10,432²

11547 11547
100 % => I = ——————— = ———————— = 875,227769 A
2 x (2,414 + j6,139) √4,828² + 12,278²

Berdasarkan perhitungan di atas, apabila terjadi gangguan hubung singkat

tiga fasa, maka dapat diperkirakan/diketahui besarnya berdasarkan lokasi

gangguan. Apabila gangguan hubung singkat yang terjadi jaraknya 1 % atau yang

lebih dekat 2324,16688 amper, untuk lokasi 25 % atau lebih dekat dari GI adalah

1663,60897 amper, untuk jaraknya yang berada 50 % atau di tengah penyulang

adalah 1294,66626 amper. Sedangkan yang jaraknya 75 % dari GI adalah

1045,64981 amper dan untuk lokasi gangguan yang terjadi di ujung penyulang atau

jarak lokasi sekitar 100 % dari GI adalah 875,227769 amper.

44
b. Perhitungan arus hubung singkat tiga fasa dari recloser hingga ujung

penyulang

11547 11547
1 % => I = ——————— = ———————— = 2311,04735 A
2 x (0,033 + j2,498) √0,066² + 4,996²

11547 11547
25 % => I = ——————— = ———————— = 1516,40994 A
2 x (0,829 + j3,716) √1,658² + 7,432²

11547 11547
50 % => I = ——————— = ———————— = 1099,11555 A
2 x (1,659 + j4,984) √3,318² + 9,968²

11547 11547
75 % => I = ——————— = ———————— = 858,446579 A
2 x (2,489 + j6,248) √4,978² + 12,496²

11547 11547
100 % => I = ——————— = ———————— = 708,371294 A
2 x (3,31 + j7,448) √6,62² + 14,896²

Berdasarkan perhitungan di atas, apabila terjadi gangguan hubung singkat

tiga fasa, maka dapat diperkirakan/diketahui besarnya berdasarkan lokasi

gangguan. Apabila gangguan hubung singkat yang terjadi jaraknya 1 % atau yang

lebih dekat 2311,04735 amper, untuk lokasi 25 % atau lebih dekat dari GI adalah

1516,40994 amper, untuk jaraknya yang berada 50 % atau di tengah penyulang

adalah 1099,11555 amper. Sedangkan yang jaraknya 75 % dari GI adalah

858,446579 amper dan untuk lokasi gangguan yang terjadi di ujung penyulang atau

jarak lokasi sekitar 100 % dari GI adalah 708,371294 amper.

45
4.4.3 Menghitung Arus Hubung Singkat 1 Fasa

Untuk menghitung arus hubung singkat 1 fasa-tanah yaitu dengan

menggunakan persamaan (10) seperti di bawah ini:

a. Perhitungan arus hubung singkat satu fasa dari GI hingga recloser

3 x 20.000/√3 34640
1Ø = ————————— = ———————— A
2 (Z1eq) + (Zoeq) 2 (Z1eq) + (Zoeq)

34640 34640
1 % => I = ———————————————— = ————————
2(0,0241 + j2,484) + (120,038 + j5,154) (120,0862 + j10,122)

34640
= ———————— = 287,442176 A
√120,0862² + 10,112²

34640 34640
25 % => I = ———————————————— = ———————
2(0,603 + j3,37) + (120,96 + j9,492) (122,166 + j16,232)

34640
= ———————— = 281,078389 A
√122,166² + 16,232²

34640 34640
50 % => I = —————————————————— = ———————
2(1,207 + j4,293) + (121,921 + j14,01) (124,335 + j22,596)

34640
= ———————— = 274,112306 A
√124,335² + 22,596²

34640 34640
75 % => I = —————————————————— = ————————
2(1,811 + j5,216) + (122,882 + j18,528) (126,504 + j28,96)

34640
= ———————— = 266,920407 A
√126,504² + 28,96²

46
34640 34640
100 % =>I = ————————————————— = ————————
2(2,414 + j6,139) + (123,843 + j23,047) (128,671 + j35,325)

34640
= ———————— = 259,608012 A
√128,671² + 35,325²

Berdasarkan perhitungan di atas, apabila terjadi gangguan hubung singkat

satu fasa-tanah, maka dapat diperkirakan/diketahui besarnya berdasarkan lokasi

gangguan. Apabila gangguan hubung singkat yang terjadi jaraknya 1 % atau lebih

dekat dari GI adalah 287,442176 amper, untuk jaraknya yang berada 25 % atau di

tengah penyulang adalah 281,078389 amper, untuk jaraknya yang berada 50 % atau

di tengah penyulang adalah 274,112306 amper. Sedangkan yang jaraknya 75 % dari

GI adalah 266,920407 amper dan untuk lokasi gangguan yang terjadi di ujung

penyulang atau jarak lokasi sekitar 100 % dari GI adalah 259,608012 amper.

b. Perhitungan arus hubung singkat satu fasa dari recloser hingga ujung

penyulang

34640 34640
1 % => I = ———————————————— = ———————
2(0,033 + j2,498) + (120,052 + j5,222) (120,1182 + j10,218)

34640
= ———————— = 287,344833 A
√120,1182² + 10,218²

34640 34640
25 % => I = ———————————————— = ———————
2(0,829 + j3,716) + (121,32 + 11,174) (122,978 + j18,606)

34640
= ———————— = 278,506882 A
√122,978² + 18,606²

34640 34640

47
50 % => I = ———————————————— = ———————
2(1,659 + j4,984) + (122,64 + j17,392) (125,958 + j27,36)

34640
= ———————— = 268,745342 A
√125,958² + 27,36²

34640 34640
75 % => I = ———————————————— = ————————
2(2,489 + j6,248) + (123,96 + j23,594) (128,938 + j36,09)

34640
= ———————— = 258,71289 A
√128,938² + 36,09²

34640 34640
100 % => I = ———————————————— = ————————
2(3,31 + j7,448) + (125,12 + j29,804) (131,74 + j44,7)

34640
= ———————— = 248,999186 A
√131,74² + 44,7²

Berdasarkan perhitungan di atas, apabila terjadi gangguan hubung singkat

satu fasa-tanah, maka dapat diperkirakan/diketahui besarnya berdasarkan lokasi

gangguan. Apabila gangguan hubung singkat yang terjadi jaraknya 1 % atau lebih

dekat dari GI adalah 287,344833 amper, untuk jaraknya yang berada 25 % atau di

tengah penyulang adalah 278,506882 amper, untuk jaraknya yang berada 50 % atau

di tengah penyulang adalah 268,745342 amper. Sedangkan yang jaraknya 75 % dari

GI adalah 258,71289 amper dan untuk lokasi gangguan yang terjadi di ujung

penyulang atau jarak lokasi sekitar 100 % dari GI adalah 248,999186 amper.

48
Dari hasil perhitungan diatas dapat di buatkan grafik kurva arus gangguan

hubung singkat yang di tujukan pada gambar 13 dan 14 di bawah ini.

GRAFIK GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PENYULANG


UJUNG LOE (DARI GI HINGGA RECLOSER)
5000 4648.33377

4000 3372.84147
3000 2589.33252
2324.16688
2091.29962
2000 1663.60897 1750.45554
1294.66626
1045.64981 875.227769
1000
287.442176 281.078389 274.112306 266.920407 259.608012
0
1 2 3 4 5

3 fasa 2 fasa 1 fasa

Gambar 13 Grafik gangguan hubung penyulang Ujung Loe dari GI hingga


Recloser

GRAFIK GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PENYULANG


UJUNG LOE (DARI RECLOSER HINGGA UJUNG
PENYULANG)
5000 4622.09225

4000
3032.81988
3000 2311.04735 2198.23111
2000 1516.40994 1716.89316
1416.74259
1099.11555 858.446579
1000 708.371294
287.344833 278.506882 268.745342 258.71289 248.999186
0
1 2 3 4 5

3 fasa 2 fasa 1 fasa

Gambar 14 Grafik gangguan hubung singkat penyulang Ujung Loe dari


Recloser hingga ujung penyulang

49
4.5 Perhitungan Setelan Recloser Dan Relay Arus Lebih (OCR)

4.5.1 Penyetelan Arus Dan TMS Di Recloser

a. Nilai Setelan Arus di Recloser

Setelan arus pada recloser

 Arus Settingan Primer

Is = 1,05 x In

= 1,05 x 200 A

= 210 A

 Arus Settingan Sekunder


1
𝐼𝑝 = 𝐼𝑠 𝑥 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇

1
𝐼𝑝 = 210 𝑥 300/5

𝐼𝑝 = 3,5

b. Nilai Setelan Waktu di Recloser

0,14 𝑥 𝑇𝑀𝑆
𝑡= 𝐼𝑓 0,02
{[ 𝐼𝑠 ] −1}

0,14 𝑥 0,3
𝑡= 4622,09225 0,02
{[ ] −1}
210

𝑡 = 0,65 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

50
4.5.2 Penyetelan Arus Dan TMS Di Sisi masukan 20 kV

Perhitungan penyetelan rele arus lebih dilakukan menggunakan standart

invers.

a. Nilai Setelan Arus di sisi masukan 20 kV

Setelan arus pada recloser

 Arus Settingan Primer

Is = 1,05 x In

= 1,05 x 960 A

= 1008 A

 Arus Settingan Sekunder


1
𝐼𝑝 = 𝐼𝑠 𝑥 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇

1
𝐼𝑝 = 1008 𝑥 1200/5

𝐼𝑝 = 4,2

b. Nilai Setelan TMS di sisi masukan 20 kV

ΔTMS = TMS Recloser + TMS OCR

ΔTMS = 0,3 + 0,4

ΔTMS = 0,7

0,14 𝑥 𝛥𝑇𝑀𝑆
𝑡= 𝐼𝑓 0,02
{[ 𝐼𝑠 ] −1}

0,14 𝑥 0,7
𝑡= 4648,33377 0,02
{[ 1008
] −1}

𝑡 = 0,9 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

51
Dari hasil perhitungan diatas maka dapat nilai-nilai setelan recloser dan rele

arus lebih ditunjukkan pada tabel 7.

Tabel 7 Tabel perhitungan penyetelan recloser dan rele arus lebih

NO SETELAN Iset Iset t (setelan


Ibeban
ARUS LEBIH primer sekunder waktu)
SISI
1 200 A 210 A 3,5 A 0,65 s
RECLOSER
2 SISI OCR 960 A 1008 4,2 0,9 s

Sementara itu, dilihat dari setelan arus lebih yang di dapat dari data PLN,

memiliki setelan sebagi berikut :

a. Untuk settingan rele incoming setelan waktu adalah 0,150 detik

b. Untuk settingan recloser setelan waktu adalah 0,05 detik

Sehingga kedua data ini memiliki perbedaan kurva yang dihasilkan. Untuk

itu, perlu dilakukan perbandingan antara settingan yang di dapat dari perhitungan,

melalui simulasi software ETAP 12.6.0.

4.6 Perbandingan Settingan Dari Data PLN Dan Settingan Dari Hasil

Perhitungan

Data yang didapatkan dari PLN dan data yang didapat dari hasil perhitungan

memiliki perbedaan yang di dapat dari setelan arus di sisi penyulang dan di sisi

incoming 20 kV. Untuk itu, perlu dilakukan simulasi supaya terlihat perbedaannya

dan dapat juga di ambil sebagai settingan yang seharusnya.

52
Dari hasil simulasi yang dilakukan menggunakan software ETAP 12.6.0 di

dapat kurva koordinasi antara recloser dan rele arus lebih. Adapun gangguan

gangguan yang dilakukan pada simulasi terdapat pada sisi penyulang :

A. Untuk setelan PLN

 Gangguan 3 Fasa

Gambar 15 Setelan data PLN gangguan dari sisi penyulang 3 fasa

53
 Gangguan 2 Fasa

Gambar 16 Setelan data PLN gangguan dari sisi penyulang 2 fasa

54
 Gangguan 1 Fasa

Gambar 17 Setelan data PLN gangguan dari sisi penyulang 1 fasa

55
Gambar 18 Sequence viewer simulasi ETAP 12.6.0 berdasarkan data PLN 3
fasa

Gambar 19 Sequence viewer simulasi ETAP 12.6.0 berdasarkan data PLN 2


fasa

56
Gambar 20 Sequence viewer simulasi ETAP 12.6.0 berdasarkan data PLN 1
fasa

57
B. Berdasarkan Hasil Perhitungan

 Gangguan 3 Fasa

Gambar 21 Setelan data hasil perhitungan gangguan dari sisi penyulang 3


fasa

58
 Gangguan 2 Fasa

Gambar 22 Setelan data hasil perhitungan gangguan dari sisi penyulang 2


fasa

59
 Gangguan 1 Fasa

Gambar 23 Setelan data hasil perhitungan gangguan dari sisi penyulang 1


fasa

60
Gambar 24 Sequence viewer simulasi ETAP 12.6.0 berdasarkan data hasil
perhitungan 3 fasa

Gambar 25 Sequence viewer simulasi ETAP 12.6.0 berdasarkan data hasil


perhitungan 2 fasa

61
Gambar 26 Sequence viewer simulasi ETAP 12.6.0 berdasarkan data hasil
perhitungan 1 fasa

Terlihat dari kurva yang dihasilkan dari simulasi menggunakan software

ETAP 12.6.0, settingan berdasarkan data pada PLN memiliki koordinasi yang

cukup baik saat terjadi gangguan hubung singkat di sisi penyulang pada trip

pertama namun dalam pemutusan yang kedua dan ketiga terlihat kurang tepat

karena yang seharusnya bekerja terlebih dahulu yaitu recloser baik itu gangguan 3

fasa, 2 fasa, dan 1 fasa seperti yang ditujukan pada gambar 15 sampai gambar 20.

Sedangkan hasil yang di dapatkan dari hasil perhitungan, memiliki koordinasi

antara recloser dan rele arus lebih yang berjalan semestinya seperti yang di tujukan

pada gambar 21 sampai gambar 26.

62
BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan judul Analisa

Penggunaan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 kV di GI Bulukumba dapat

diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Ada enam penyulang yang terdapat di GI bulukumba, 3 diantaranya memiliki

recloser.

2. Waktu trip pada recloser bergantung dari besarnya arus gangguan yang

diterima.

3. Besarnya arus gangguan hubung singkat bergantung pada jarak titik gangguan

dari sumber hingga ujung jaringan. Semakin jauh jarak titik gangguan hubung

maka semakin kecil juga arus gangguan hubung singkat yang akan dihasilkan

begitupula sebaliknya.

4. Waktu trip ganggun 3 fasa lebih cepat di banding 2 fasa dan 1 fasa

5. Koordinasi recloser dan rele arus lebih (OCR) lebih sesuai kerjanya terhadap

data yang diambil dari perhitungan dibanding setelan yang ada dari PLN.

63
5.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan untuk pengembangan lebih lanjut

penelitian ini adalah :

1. Pada tiga penyulang yang belum memiliki recloser sebaiknya dipasang

recloser dan pada penyulang yang sudah memiliki recloser sebaiknya

ditambah recloser sesuai keperluan tiap-tiap penyulang.

2. Perlu dilakukan perubahan pengaturan untuk recloser dan rele arus lebih.

Sehingga, koordinasi antara recloser dan rele bekerja dangan semestinya.

3. Untuk mendapatkan pengaman yang lebih bagus, perlu dilakukan analisis

untuk semua jenis pengaman yang terdapat di jaringan 20 kV, diantaranya

Fuse Cut Out (FCO), Sectionaliser (SSO), Load Break Switch (LBS), dan

pengaman lainnya.

64

Anda mungkin juga menyukai