Anda di halaman 1dari 2

NOTULENSI DISKUSI BUKU

Makassar, 20 Maret 2017


At Rumah Baca Philosophia

CAPITAL IN THE 21 CENTURY


By THOMAS PIKETTY
INTRODUCTION
Menurut Karl Marx, di abad 19 Akumulasi modal pribadi hanya menimbulkan kekayaan
pada beberapa pihak saja atau biasa disebut konsentrasi pada kepemilikan pribadi yang tentu akan
menyebabkan ketimpangan, sedangkan Simon Kuznets (ekonom/ pakar ketimpangan)
mengemukakan pada abad 20 Keseimbangan akan pertumbuhan, kompetisi, dan perkembangan
teknologi membuat distribusi antar kelas terjalin sehingga akan mengurangi ketimpangan. Apa
yang dapat kita pelajari dari itu?
Kedua orang diatas mengemukakan pendapatnya dengan banyak data yang historis dalam
tiga abad dan lebih dari 20 negara dengan menggunakan kerangka pikir yang berdasarkan
pengalaman historis yang sistematis. Dengan pertumbuhannya ekonomi modern dan difusi ilmu
pengetahuan yang membuat Marxist apocalypse semakin tidak terjadi, cuma struktur kepemilikan
modal masih tetap ada dan sama atau banyak yang tidak ada perubahan paling optimis (tingkat
ketimpangan paling rendah) sejak WW II. Jika pertumbuhan modern terjadi harusnya ketimpangan
juga berkurang namun hal itu tidak terjadi. Menghilangkan berbagai macam ketimpangan, Piketty
mendukung pertumbuhan demokrasi. Rate of return on Capital lebih besar daripada pertumbuhan
output ataupun pendapatan maka akan menghancurkan demokrasi (Membandingkan tingkat
pengembalian modal pada seluruh orang, dan bila lebih tinggi daripada pertumbuhan output atau
pendapatan maka akan menyebabkan ketimpangan besar). Karena ketimpangan dan struktur modal
yang menyebabkan nilai-nilai meritocracy (memilih seseorang berdasarkan kompetisinya)
berkurang. Banyak cara mendukung demokrasi tapi kepemilikan pribadi tetap terjaga dengan
menjaga keterbukaan ekonomi dan sekaligus menghindari proteksionisme dan reaksi nasionalis.
Kepemilikan pribadi tidak dihilangkan tapi ditarik pajak besar untuk menyejahterahkan
masyarakat kecil.
A Debate Without Data?
Debat intelektual dan politik hanya berdasarkan praduga-praduga saja dan kurang akan
fakta. Kita pun tidak boleh meremehkan penjelasan dalam novel, film dan literature karena
memiliki penjelasan yang detail mengenai struktur ketimpangan seperti novel oleh Jane Austin
yang menjelaskan distribusi ketimpangan di Britania dan Perancis pada 1790 dan 1830. Dia dapat
menjelaskan ketimpangan tanpa menggunakan statistic ataupun analisis teori yang sesuai. Ia
menggambarkan realitas seolah-olah benar dan dapat diterjemahkan dalam bahasa novel sehingga
meningkatkan memori dan kenangan.
Distribusi ketimpangan masih jadi hal yang menarik dan tidak bisa diabaikan oleh ekonom,
sejarahwan, sosiolog dan filsuf. Realitas dan fakta ketimpangan dapat dilihat dengan mata
telanjang tapi kontradisi terhadap keputusan politik. Petani dan bangsawan, pekerja dan pemilik
perusahaan, waiter dan banker (kelas-kelas di masyarakat) ; mereka mempunyai nilai unit
tersendiri, ia mempunyai cara pandangnya tersendiri yang unik terhadap yang lain dan sadar akan

1
adanya relasi kuasa yang ada di lingkungannya maka muncul dominasi. Dan harus mereka terima
karena telah mendarah daging dan akan selalu ada pandangan yang subjektif secara prsikologis
telah termakan akan kesenjangan sehingga tidak dapat dihindari. Sehingga negara demokrasi
takkan pernah digantikan oleh Republic yang dikuasai orang-orang ahli (scientific analysis), dan
hal ini adalah hal yang sangat baik. Analisys scientific menurut Pikkety dirasa tidak mampu
menyelesaikan ketimpangan yang berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda misal sudut
pandang petani, sudut pandang bangsawan dan sebagainya. Jadi meski banyak pandangan akan
ketimpangan, distribusi akan ketimpangan patut dikaji dan dipaparkan dengan metodologi yang
jelas dan sistematis. Tanpa adanya definisi yang jelas akan metodologi dan sistematis yang
dibicarakan maka akan menghasilkan pandangan yang saling bertolak belakang. Beberapa orang
percaya ketimpangan selalu meningkat dan dunia semakin tak adil, tapi ada juga yang percaya
ketimpangan akan semakin turun dan adanya harmoni yang otomatis, dan tak perlu melakukan
apa-apa untuk mengganggu equilibrium akan dua pandangan tersebut. Piketty menganggap bahwa
dialog yang terjadi itu seperti dialog antar orang tuli, maka setiap kelompok akan menjustifikasi
kemalasan intelektual melalui kemalasan intelektual yang lain. oleh karena itu pentingnya riset
yang sistematis dan metodologis, karena penelitian dapat menjembatani kemalasan intelektual
yang lain. Sedangkan disatu sisi, penelitian social scientific juga takkan pernah sempurna tapi
mencoba membantu menjelaskan kembali tema-tema debat antar dua kubu dan juga mengungkap
ide yang berupa gagasan yang salah.

Anda mungkin juga menyukai