Anda di halaman 1dari 25

Pemeliharaan Pemutus Tenaga dengan Media

Pemutus Menggunakan Minyak Pada Gardu Induk



Pembahasan

2.1 Definisi dan Fungsi Pemutus Tenaga ( PMT )
Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker adalah suatu peralatan pemutus
rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik. Pemutus tenaga yang terpasang pada
Gardu Induk berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan arus beban atau arus
gangguan, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya pada kondisi
tegangan yang normal ataupun tidak normal.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan fungsinya
dengan baik, antara lain:
1. PMT harus mensuplai arus maksimum sistem secara kontiniu atau terus-menerus.
2. PMT mampu membuka dan menutup jaringan baik dalam keadaan berbeban
maupun terhubung singkat tanpa merusak peralatan pada pemutus tenaga itu sendiri.
3. Saat terjadi arus hubung singkat, PMT mampu memutuskan arus hubung singkat
tersebut dengan kecepatan tinggi agar peralatan system tidak mengalami kerusakan,
membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.

2.2 Fenomena Busur Api
Pada waktu menghubungkan atau memutus beban akan terjadi tegangan recovery
yaitu suatu fenomena tegangan lebih dan busur api. Hal tersebut terjadi karena pada
saat kontak PMT dipisahkan , beda potensial diantara kontak akan menimbulkan
medan elektrik diantara kontak tersebut, seperti ditunjukkan pada gambar 1. Arus yang
sebelumnya mengalir pada kontak akan memanaskan kontak dan menghasilkan emisi
thermis pada permukaan kontak. Sedangkan medan elektrik menimbulkan emisi medan
tinggi pada kontak katoda (K).


Kedua emisi ini menghasilkan elektron bebas yang sangat banyak dan bergerak
menuju kontak anoda (A). Elektron-elektron ini membentur molekul netral media isolasi
dikawasan positif, benturan-benturan ini akan menimbulkan proses ionisasi. Dengan
demikian, jumlah elektron bebas yang menuju anoda akan semakin bertambah dan
muncul ion positif hasil ionisasi yang bergerak menuju katoda, perpindahan elektron
bebas ke anoda menimbulkan arus dan memanaskan kontak anoda.
Ion positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek yang berbeda. Jika
kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya tinggi, misalnya tungsten atau karbon,
maka ion positif akan akan menimbulkan pemanasan di katoda. Akibatnya, emisi
thermis semakin meningkat. Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya rendah,
misal tembaga, ion positif akan menimbulkan emisi medan tinggi. Hasil emisi thermis ini
dan emisi medan tinggi akan melanggengkan proses ionisasi, sehingga perpindahan
muatan antar kontak terus berlangsung dan inilah yang disebut busur api.
Untuk memadamkan busur api tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat
menimbulkan proses deionisasi, antara lain dengan cara sebagai berikut:
1. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel hasil ionisai dijauhkan
dari sela kontak.
2. Menyemburkan minyak isolasi kebusur api untuk memberi peluang yang lebih
besar bagi proses rekombinasi.
3. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga memberi
peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.
4. Membuat medium pemisah kontak dari gas elektronegatif, sehingga elektron-
elektron bebas tertangkap oleh molekul netral gas tersebut.
Jika pengurangan partikel bermuatan karena proses deionisasi lebih banyak daripada
penambahan muatan karena proses ionisasi, maka busur api akan padam. Ketika busur
api padam, di sela kontak akan tetap ada terpaan medan elektrik. Jika suatu saat terjadi
terpaan medan elektrik yang lebih besar daripada kekuatan dielektrik media isolasi
kontak, maka busur api akan terjadi lagi.
Jenis media pemadam busur api pada pemutus tenaga yaitu: Gas, vaccum, minyak,
dan udara.



2.3 Klasifikasi Pemutus Tenaga
Pemadaman busur api listrik saat pemutusan atau peng-hubungan arus beban atau
arus gangguan dapat dilakukan olehbeberapa macam bahan, yaitu di antaranya: gas,
udara, minyak atau dengan hampa udara (vacum). Maka dari itu, jenis-jenis PMT
berdasarkan media insulator dan material dielektriknya, adalah terbagi menjadi empat
jenis, yaitu: sakelar PMT dengan gas SF6, sakelar PMT udara hembus, sakelar PMT
minyak, dan sakelar PMT vakum.

2.3.1 Sakelar PMT Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 765 kV. Media gas yang digunakan pada tipe ini adalah
gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak
berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas 150 C, gas SF6
mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic dan bermacam bahan yang umumnya
digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi.
Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali
udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Sifat lain
dari gas SF6 ialah mampu mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, tidak
terjadi karbon selama terjadi busur api dan tidak menimbulkan bunyi pada saat pemutus
tenaga menutup atau membuka.

Tabel 1 Karakteristik gas SF6

Tabel 2 Batas tekanan gas SF6 pada pemutus tenaga,

pada suhu 20C, tekanan atmosphir 760 mmHg.
Selama pengisian, gas SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki penyimpanan
dan akan panas kembali jika dipompakan untuk pengisian kedalam bagian/ruang
pemutus tenaga. Oleh karena itu gas SF6 perlu diadakan pengaturan tekanannya
beberapa jam setelah pengisian, pada saat gas SF6 pada suhu lingkungan.
Pada awalnya PMT dengan media pemutus menggunakan SF6 terdiri dari 2 tipe,
yaitu Tipe tekanan ganda (Double Pressure Type) dan Tipe tegangan tunggal (single
Pressure Type).
1. PMT Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type), dimana pada saat ini sudah
tidak diproduksi lagi. Pada tipe ini, gas dari sistem tekanan tinggi dialirkan melalui
nozzle ke gas sistem tekanan rendah selama pemutusan busur api. Pada sistem gas
tekanan tinggi, tekanan gas SF6 kurang lebih 12 Kg/cm2 dan pada sistem gas tekanan
rendah, tekanan gas SF6 kurang lebih 2 kg/cm2. Gas pada sistem tekanan rendah
kemudian dipompakan kembali ke sistem tekanan tinggi.
2. PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single Pressure Type), PMT SF6 tipe ini diisi dengan
gas SF6 dengan tekanan kira-kira 5 Kg/cm2 . selama pemisahan kontak-kontak, gas
SF6 ditekan kedalam suatu tabung yang menempel pada kontak bergerak. Pada waktu
pemutusan kontak terjadi, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang
mematikan busur api.

2.3.2 Sakelar PMT Udara Hembus (Air Blast Circuit Breaker)
PMT ini menggunakan udara sebagai pemutus busur api dengan mengembuskan udara
ke ruang pemutus. PMT ini disebut PMT udara hembus (Air Blast Circuit Breaker). Pada
PMT udara hembus (disebut juga sebagai compressed air circuit breaker), udara
tekanan tinggi dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak pemisah ionisasi
media antara kontak dipadamkan oleh hembusan udara. Setelahpemadaman busur api
dengan udara tekanan tinggi, udara ini jugaberfungsi mencegah restriking voltage
(tegangan pukul). Kontak PMT ditempatkan di dalam isolator, dan juga katup embusan
udara.
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 765 kV. PMT udara hembus dirancang untuk mengatasi
kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan
yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan kontak, sehingga
pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat. Saat busur api
timbul, udara tekanan tinggi dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak
pemisah dan ionisasi media diantara kontak dipadamkan oleh hembusan udara tekanan
tinggi itu dan juga menyingkirkan partikel-partikel bermuatan dari sela kontak, udara ini
juga berfungsi untuk mencegah restriking voltage (tegangan pukul ulang).

Gambar 2. Pemadaman busur api pada pemutus daya udara hembus

Kontak pemutus ditempatkan didalam isolator, dan juga katup hembusan udara. Pada
sakelar PMT kapasitas kecil, isolator ini merupakan satu kesatuan dengan PMT, tetapi
untuk kapasitas besar tidak demikian halnya.

2.3.3 Sakelar PMT Vakum (Vacuum Circuit Breaker)
Kontak-kontak pemutus dari PMT ini terdiri dari kontak tetap dankontak bergerak yang
ditempatkan dalam ruang hampa udara. Ruanghampa udara ini mempunyai kekuatan
dielektrik (dielektrik strength)yang tinggi dan sebagai media pemadam busur api yang
baik.PMT jenis vacuum kebanyakan digunakan untuk teganganmenengah dan hingga
saat ini masih dalam pengembangan sampaitegangan 36 kV.Jarak (gap) antara kedua
katoda adalah 1 cm untuk 15 kV danbertambah 0,2 cm setiap kenaikan tegangan 3 kV.
Untuk pemutusvacuum tegangan tinggi, digunakan PMT jenis ini dengan
dihubungkansecara seri.Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan
antaralain porcelain, kaca atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya
tidak dapat dipelihara dan umur kontak utama sekitar 20tahun. Karena kemampuan
ketegangan dielektrikum yang tinggi maka bentukpisik PMT jenis ini relatip kecil.
Pada PMT vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum. Untuk mencegah udara
masuk kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup rapat dan kontak bergeraknya diikat
ketat dengan perapat logam.

Gambar 3. Kontak pemutus daya vakum.

Jika kontak dibuka, maka pada katoda kontak terjadi emisi thermis dan medan
tegangan yang tinggi yang memproduksi elektron-elektron bebas. Elektron hasil emisi
ini bergerak menuju anoda, elektron-elektron bebas ini tidak bertemu dengan molekul
udara sehingga tidak terjadi proses ionisasi. Akibatnya, tidak ada penambahan elektron
bebas yang mengawali pembentukan busur api. Dengan kata lain, busur api dapat
dipadamkan.



2.3.4 Sakelar PMT Minyak
Pemutus tenaga (circuit breaker) jenis minyak adalah suatu pemutus tenaga atau
pemutus arus menggunakan minyak sebagai pemadam busur api listrik yang timbul
pada waktu memutus arus listrik. Jenis pemutus minyak dapat dibedakan menurut
banyak dan sedikit minyak yang digunakan pada ruang pemutusan yaitu:
pemutusmenggunakan banyak minyak (bulk oil) dan menggunakan sedikitminyak (small
oil).
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 500 kV. Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan
terjadi didalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung gas
yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan busur api, minyak
mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang bersifat menghambat
produksi pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman busur api tergantung pada
pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga tergantung pada jenis gas hasil
dekomposisi minyak.
Gambar 4. Pemadaman busur api pada pemutus daya minyak

Gas yang timbul karena dekomposisi minyak menimbulkan tekanan terhadap minyak,
sehingga minyak terdorong ke bawah melalui leher bilik. Di leher bilik, minyakini
melakukan kontak yang intim dengan busur api. Hal ini akan menimbulkan pendinginan
busur api, mendorong proses rekombinasi dan menjauhkan partikel bermuatan dari
lintasan busur api.
Minyak yang berada diantara kontak sangat efektif memutuskan arus. Kelemahannya
adalah minyak mudah terbakar dan kekentalan minyak memperlambat pemisahan
kontak, sehingga tidak cocok untuk sistem yang membutuhkan pemutusan arus yang
cepat.
Sakelar PMT minyak terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Sakelar PMT dengan banyak menggunakan minyak (Bulk Oil Circuit Breaker),
pada tipe ini minyak berfungsi sebagai peredam loncatan bunga api listrik selama
terjadi pemutusan kontak dan sebagai isolator antara bagian-bagian yang bertegangan
dengan badan, jenis PMT ini juga ada yang dilengkapi dengan alat pembatas busur api
listrik.
2. Sakelar PMT dengan sedikit menggunakan minyak (Low oil Content Circuit
Breaker), pada tipe ini minyak hanya dipergunakn sebagai peredam loncatan bunga api
listrik, sedangkan sebagai bahan isolator dari bagian-bagian yang bertegangan
digunakan porselen atau material isolasi dari jenis organic. Pemutusan arus dilakukan
di bagian dalam dari pemutus. Pemutus ini dimasukkan dalam tabung yang terbuat dari
bahan isolasi. Di antarabagian pemutus dan tabung diisi minyak yang berfungsi
untukmemadamkan busur api waktu pemutusan.
Pada jaringan listrik PT. PLN (Persero) P3B dijumpai beberapa merk dan tipe pemutus
minyak yaitu: Alsthom, Asea, Magrini Galileo, Merlin Gerlin, dan Westinghouse. Pada
prinsipnya pemutus tenaga minyak tersebut sama namun pemutus minyak merk Asea
tipe HLR yang sekarang masih banyak dioperasikan diwilayah kerja PLN P3B.

2.4 Mekanisme Penggerak PMT
Mekanisme penggerak berfungsi menggerakkan kontak bergerak untuk pemutusan dari
PMT. Terdapat macam-macam mekanisme penggerak kontak-kontak PMT diantaranya:
1. Pegas
Mekanis penggerak PMT dengan menggunakan pegas (spring). terdiri dari 2 macam
antara lain Pegas pilin (helical spring) dan Pegas gulung (scroll spring).
2. Pneumatik
Sistem pneumatik pada PMT terdiri dari kompresor unit dan bagian penggerak rod
untuk xed dan moving contactnya.
3. Hidrolik
Penggerak mekanik PMT hydraulic adalah rangkaian gabungan dari beberapa
komponen mekanik, elektrik, dan hydraulic oil yang dirangkai sedemikian rupa sehingga
dapat berfungsi sebagai penggerak untuk membuka dan menutup PMT.







2.5 Pemeliharaan PMT pada Gardu Induk
2.5.1 PMT Penghantar 70 kV Gardu Induk Seduduk Putih
Pemutus Tenaga yang digunakan pada penghantar-penghantar 70 kV di Gardu Induk
Seduduk Putih adalah jenis Pemutus Tenaga dengan minyak atau Oil Circuit Breaker (
OCB ). Pemutus tenaga ini menggunakan banyak minyak (Bulk Oil Circuit Breaker)
dengan sistem penggerak menggunakan pegas (spring) dengan jenis Pegas Pilin (
Helical Spring ).

2.5.1.1 PMT Menggunakan Banyak Minyak (Bulk Oil Circuit Breaker)
PMT dengan banyak menggunakan minyak secara umum dipergunakan pada sistem
tegangan sampai 245 kV. Pada tipe ini minyak berfungsi sebagai:
1. Peredam loncatan bunga api listrik selama pemutusan kontak-kontak.
2. Bahan isolasi antara bagian-bagian yang bertegangan dengan badan.
1. Tangki
2. Minyak dielektrik
3. Kontak yang bergerak
4. Gas yang terbentuk dari dekomposisi minyak dielektrik (hidrogen 70%)
5. Alat pembatas busur api listrik
6. Kontak tetap
7. Batang penegas (dari fiberglass)
8. Konduktor dari tembaga
9. Bushing terisi minyak atau tipe kapasitor
10. Konduktor (tembaga berlapis perak)
11. Inti busur api listrik
12. Gas hasil ionisasi
13. Gelembung-gelembung gas


Kelebihan dari PMT jenis minyak adalah Secara operasional keandalannya baik , dapat
dilakukan pemutusan berulang kali dan tidak mempengaruhi peralatan tambahan
lainnya.
Namun PMT jenis ini juga memiliki kelemahan yakni PMT terlalu berat dan besar
(makan tempat), mempunyai resiko terbakar, reaksi yang keras dengan tanah dan
resiko kegagalan pada bushing.

2.5.1.2 Bagian Utama PMT Menggunakan Banyak Minyak
a. Tangki
Tangki berfungsi menahan tekanan gas yang timbulselama proses pemadaman busur
api.
b. Kontak-kontak
Kontak-kontak terdiri dari kontak bergerak (movingcontact). Perencanaan kontak-kontak
ditentukan oleh tipe dari pengatur busur api (arc control device).

Gambar 7 Susunan kontak-kontak
Keterangan Gambar 7:


1. Penahan kontak (contact support ).
2. Kontak utama (main contact) terdiri dari electrolytic cooper dengan tungsten cooper
tips.
3. Beliatan pegas (coiled spring) terdiri dari phospher
4. Kotak bergerak
5. Ujung kontak (arcing tip) terdiri dari tungsten copper.
6. Tangkai kontak bergerak (moving contact stem) terdiri dari electrolytic copper.


c. Mekanisme Penggerak
Mekanisme penggerak berfungsi menggerakkan kontak bergerak untuk pemutusan
dari PMT. Bagian ini terdiri dari satu-kesatuan kerja tersendiri.

Gambar 8 Mekanis penggerak secara mekanik dengan pegas pilin
Keterangan Gambar 8


1. Lengan interlock
2. Pawl
3. Pegas penutup
4. Pegas pen-trip
5. Roda pengisi
6. Engkol
7. Motor
8. Kumparan pen-trip
9. Lengan Interlock
10. Alur pemberhentian.
11. Pawl
12. Penghubung
13. Batas pegas
14. Sektor penunjang
15. Batang PMT
16. Kumparan penutup



d. Bushing
Berfungsi sebagai isolasi antara bertegangan dengan beban.


2.5.1.3 Mekanis Penggerak PMT dengan Menggunakan Pegas Pilin ( Helical Spring )
a. Proses pengisian pegas (Spring charger )
Biasanya untuk penggerak pengisian pegas PMT dilengkapi motor penggerak (7) Motor
akan menggerakkan roda pengisi (5) pada batang pegas melalui (13) roda perantara
yang dihubungkan dengan dua buah rantai. Berputarnya roda pengisi (5) ,
mengakibatkan pegas penutup (3) menjadi terisi (meregang). Padasaat pegas penutup
(3) terisi (meregang) pada batas maximumnya, maka motor (7) akan berhenti.
Untuk meregangkan pegas penutup ini juga dapat dilakukan dengan cara manual
dengan menggunakan engkol (6).

b. Proses penutupan PMT (Closingof Breaker).
Dengan diberinya arus penguat pada kumparan penutup (16) atau dengan menekan
pushbutton, maka hubungan antara lengan interlock (1) dan pawl (2) akan terlepas,
sehingga batang pegas (13) juga akan terlepas dan pegas penutup (3) menjadi
mengendor. Penghubung (12) pada batangpegas (13) menggerakkan pawl (11)
sehingga berputar sepanjang sektor penunjang (14) dengan sudut 120 dan menutup
PMT melalui batang pemutus tenaga (15). Dan bersamaan dengan itu pegas pen-trip
(4) akan terisi, kemudian secara otomatis motor (7) akan menggerakkan roda pengisi
(5) kembali untuk tenaga pemasukkan selanjutnya.

c. Proses pembukaan PMT (Tripping of Breaker)
Dengan diberinya arus penguatan pada kumparan tripping (8) atau dengan push
button akan melepas hubungan antara tuas pengunci (9) dan sektor penunjang (14)
dan akhirnya masuk ke dalam alur stop groove (10). Pawl (11) didorong oleh sektor
penunjang (14) dan menyebabkan terlepasnya pegas pen-trip (4), menggerakkan
batang PMT (15) sehingga PMT trip dan sektor penunjang (14) kembali pada posisi
semula.
Gambar : 9 Mekanik PMT dengan sistem pegas pilin

Keterangan Gambar : 9


1. Lengan interlock (interlocking arm)
2. Pawl
3. Pegas penutup (closing spring)
4. Pegas pembuka (tripping spring)
5. Roda pengisi (charging whell)
6. Engkol (crank)
7. Motor (electric motor)
8. Kumparan pembuka (triping coil)
9. Lengan interlock Interlocking arm)
10. Alur pemberhentian (Stop groove)
11. Pawl
12. Penghubung (cam)
13. Batang pegas (spring shaft)
14. Sektor penunjang (guiding sector)
15. Batang PMT (circuit breaker shaft)
16. Kumparan penutup (closing coil)



2.5.1.4 Proses Pengaturan Busur Api
Pengatur busur api (Arc control Device) umumnya dipergunakan pada PMT dengan
banyak menggunakan minyak yang berkapasitas besar dan PMT dengan sedikit
menggunakan minyak. Pengatur busur api mengatur panjang nya busur api dapat di
jelaskan sebagai berikut:
Gambar 10 Proses pemadaman busur api



Keterangan Gambar 10:
1. Kontak tetap
2. Kontak bergerak
3. Pengatur busur api
4. Busur api
5. Gas bertekanan
6. Minyak






2.5.1.5 Pengoperasian PMT
a. Pembukaan Jaringan
PMT dioperasikan terlebih dahulu, baru kemudian pemisah-pemisahnya.
Sebelum pemisah dikeluarkan/dioperasikan harus diperiksa apakah PMT sudah
terbuka sempurna.
Urutan pembukaan jaringan:
1. PMT dikeluarkan
2. PMS dikeluarkan
3. PMS tanah dimasukkan

Gambar 11 Diagram satu garis urutan pembukaan jaringan.
b. Penutupan Jaringan
PMT dioperasikan setelah pemisah-pemisahnya dimasukkan lihat gambar.
Setelah PMT dimasukkan, diperiksa apakah terjadi kebocoran isolasi (misal
minyak) pada PMT.
Urutan penutupan jaringan:
1. PMS tanah dikeluarkan
2. PMS dimasukkan
3. PMT dimasukkan

Gambar 12 Diagram satu garis urutan penutupan jaringan










2.5.2 Pemeliharaan PMT
2.5.2.1 Definisi dan tujuan Pemeliharaan
Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses
kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat di cegah terjadinya gangguan yang
menyebabkan kerusakan.
Tujuan utama pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk menjamin
kontinuitas penyaluran tenaga listrik dan menjamin keandalan, antara lain :
Untuk meningkatkan reliability, availability dan effiency.
Untuk memperpanjang umur peralatan.
Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.
Meningkatkan tingkat keamanan pada peralatan.
Mengurangi lama waktu padam akibat sering gangguan
Faktor yang paling dominan dalam pemeliharaan peralatan proteksi adalah
memperoleh keyakinan bahwa peralatan proteksi tersebut dapat bekerja sesuai
fungsinya.
Dalam pemeliharaan peralatan proteksi, kita membedakan antara pemeriksaan /
monitoring (melihat, mencatat, meraba serta mendengar) dalam keadaan operasi dan
memelihara (kalibrasi / pengujian, koreksi / resetting serta memperbaiki / membersihkan
) dalam keadaan padam.

2.5.2.2 Klasifikasi Pemeliharaan
Pemeriksaan atau monitoring dapat dilaksanakan oleh operator atau petugas patroli
setiap hari dengan sistem check list atau catatan saja. Sedangkan pemeliharaan harus
dilaksanakan oleh regu pemeliharaan.
Pemeliharaan pada PMT dapat dibagi Menjadi 4 macam :
1. Predictive Maintenance (Condicional Maintenan).
Predictive Maintenance (Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan yang dilakukan
dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan
kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju kegagalan. Dengan memprediksi
kondisi tersebut dapat diketahui gejala kerusakan secara dini.
Cara yang biasa dipakai adalah memonitor kondisi secara online baik pada saat
peralatan beroperasi atau tidak beroperasi. Untuk ini diperlukan peralatan dan personil
khusus untuk analisa. Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan berdasarkan kondisi
(Condition Base Maintenance).
2. Preventive Maintenance (Time Base Maintenance).
Preventive Maintenance (Time Base Maintenance) adalah kegiatan pemeliharaan yang
dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan
untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya.
Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dengan berpedoman kepada : Instruction
Manual dari pabrik, standar-standar yang ada ( IEC, CIGRE, dll ) dan pengalaman
operasi di lapangan.
Pemeliharaan ini disebut juga dengan pemeliharaan berdasarkan waktu ( Time Base
Maintenance ).
3. Corrective Maintenance.
Corective Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terencana ketika
peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan
fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan
dan penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga Curative Maintenance,
yang bisa berupa Trouble Shooting atau penggantian part/bagian yang rusak atau
kurang berfungsi yang dilaksanakan dengan terencana.
4. Breakdown Maintenance.
Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan
mendadak yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.






2.5.2.3 Macam-Macam Alat Ukur Pemeliharaan
1. Meter Tahanan Isolasi
Biasa disebut Meger, untuk mengukur tahanan isolasi instalasi tegangan menengah
maupun tegangan rendah. Untuk instalasi tegangan menengah digunakan Meger
dengan batas ukur Mega sampai Giga Ohm dan tegangan alat ukur antara 5.000
sampai dengan 10.000 Volt arus searah. Untuk instalasi tegangan rendah digunakan
Meger dengan batas ukur sampai Mega Ohm dan tegangan alat ukur antara 500
sampai 1.000 Volt arus searah. Ketelitian hasil ukur dari meger juga ditentukan oleh
cukup tegangan batere yang dipasang pada alat ukur tersebut.

Gambar 13 Meter Tahanan Isolasi

2. Meter Tahanan Pentanahan
Biasa disebut dengan Meger Tanah atau Earth Tester, digunakan untuk mengukur
tahanan pentanahan kerangka kubikel dan pentanahan kabel. Terminal alat ukur terdiri
dari 3 ( tiga ) buah, 1 ( satu ) dihubungkan dgn elektroda yang akan diukur nilai tahanan
pentanahannya dan 2 ( dua ) dihubungkan dgn elektroda bantu yg merupakan bagian
dari alat ukurnya. Ketelitian hasil tergantung dari cukupnya nergy yang ada
pada batere.

Gambar 14 Meger Tahanan Pengetanahan

3. Meter Tahanan Kontak
Biasa disebut dengan Micro Ohm meter dan digunakan untuk mengukur tahanan
antara terminal masuk dan terminal keluar pada alat hubung utama kubikel. Nilai yang
dihasilkan adalah dalam besaran micro atau sepersatu juta ohm. Dua terminal alat ukur
yang dihubungkan ke terminal masuk dan keluar akan mengalirkan arus searah dengan
nilai minimal 200 Amper. Sebenarnya yang terukur pada alat ukurnya adalah jatuh
tegangan antara 2 ( dua ) terminal yg terhubung dengan alat ukur, tetapi kemudian
nilainya dikalibrasikan menjadi satuan micro ohm.

Gambar 15 Meter Tahanan Kontak

4. Test Keserempakan Kontak Alat Hubung
Alatnya disebut Breaker Analizer , yaitu untuk mengukur waktu pembukaan atau
penutupan Kontak ketiga fasa Alat Hubung.

Gambar 16 Breaker Analizer

5. Test Tegangan Tembus ( Dielectricum Test ).
Untuk menguji tegangan tembus minyak isolasi bagi PMT atau LBS yang menggunakan
media peredam berupa minyak. Kemampuan Alat Test minimal sampai 60 KV arus
searah dengan arus minimal 1 mA.
Gambar 17 Alat Tes Tegangan Tembus

6. Tester Tegangan Tinggi Arus Searah ( HVDC Test )
Test terhadap bagian yang bertegangan terhadap kerangka / body kubikel dengan
tegangan listrik arus searah 40 KV selama 1 menit. Kubikel dinyatakan laik operasi bila
arus yang mengalir tidak lebih dari 1 mili amper.

Gambar 18 Alat Tes Tegangan Tinggi DC

7. Tester 20 KV
Untuk memeriksa adanya tegangan pada kabel masuk / keluar kubikel.

Gambar 19 Alat Tes 20 KV



2.5.2.4 Pemeliharaan PMT GI Seduduk Putih
Periode pelaksanaan pemeliharaan PMT mengaju kepada SE.DIR. 032/PST/1984 dan
suplemennya tahun 2000 serta buku petunjuk pemeliharaan dari masing-masing
pabrikan.
Tabel 4.1 merupakan uraian kegiatan pemeliharaan dan periode yang diatur didalam
Suplemen tersebut serta yang berwewenang dalam pelaksanaanya sesuai dengan
Probis UPT dan TRAGI dilingkungan kerja PT PLN (persero) P3B Sumatera:


Tabel 3 Uraian Kegiatan Pemeliharaan PMT
2.5.2.5 Pengukuran Tahanan Isolasi
Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) ialah proses pengukurankebocoran
arus yang melalui isolasi.
Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kelemahan isolasi tahanan.
Pengujian isolasi secara rutin dapat dilakukan dengan menggunakan Megohmmeter,
atau megger Insulation Tester (meger) yang pembacaannya langsung dalam meghoms,
untuk memperoleh hasil (nilai/besaran) tahanan isolasi pemutus tenaga antara bagian
yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (Case) yang ditanahkan maupun antara
terminal masukan (I/P terminal) dengan terminal keluaran (O/P terminal) pada fasa
yang sama. Salah satu contoh penggunaan dari alat ukur Megger ini adalah untuk
mengukur kemungkinan gangguan lain adalah terjadinya hubung singkat pada belitan
antar phasa, antara phasa dengan bodi dan antar belitan pada phasa yang sama.
Jenis Insulation Tester (meger) yang digunakan adalah jenis meger dengan batas ukur
Mega Ohm dengan tegangan 500 5000 volt arus searah. Berikut ini gambar alat ukur
meger,
Gambar 20 Insulation Tester (meger)
Hasil pengukuran tahanan isolasi PMT juga dipengaruhi oleh kebersihan permukaan
isolator bushing, suhu, faktor usia dan kelembaban udara disekitarnya. Batasan dari
tahanan isolasi sesuai Buku Pemeliharaan Peralatan SE.032/PST/1984
adalah: menurut standard VDE (catalouge 228/4) minimum besarnya tahanan isolasi
pada suhu operasi dihitung 1 kilo Volt = 1 M (Mega Ohm) . Dengan catatan 1 kV =
besarnya tegangan fasa terhadap tanah, kebocoran arus yang diijinkan setiap kV = 1
mA.
Untuk mengetahui standar harga minimal hasil pengukuran tahanan isolasi suatu
peralatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus pendekatan:

R =


Dimana :
R = Tahanan isolasi minimal.
U = Tegangan kerja.
Q = Tegangan Megger.

Untuk tegangan kerja 70 kV dan dengan tegangan megger 5000 V maka didapatkan
tahanan isolasi minimal:
R =

Berdasarkan data diatas juga dapat dicari besarnya arus bocor dengan persamaan:

dimana:
I = Arus Bocor (Ampere)
V= Tegangan Uji ( 5000 V)
R= Tahanan Isolasi ( Ohm)

Dapat disimpulkan bahwa semakin besar tahanan isolasi maka semakin kecil arus
bocor sehingga semakin baik kondisi isolasi kontak.
2.5.2.6 Pengukuran Tahanan Kontak
Pengukuran tahanan kontak pemutus tenaga ( PMT ) ini dilakukan pada saat posisi
tertutup atau close. Dengan menggunkan alat ukur breakeranalizer. Satuan yang
digunakan untuk mengukur tahanan kontak adalah . Ketentuan arus yang digunkan
untuk mengukur besarnya tahanan kontak pemutus tenaga ( PMT ) yaitu : 100 A, 200A,
300A.
Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik sambungan.
Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa jenis konduktor bertemu
secara fisik sehingga arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa hambatan yang berarti.
Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu hambatan/resistent terhadap
arus yang melaluinya sehingga akan terjadi panas dan menjadikan kerugian teknis.
Rugi ini sangat signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi. Nilai tahanan kontak yang
normal disesuaikan dengan petunjuk dari pabrikan seperti std G.E. 100 350 , std
ASEA 45 , std MG 35 atau dengan ketentuan tahanan kontak dari unit lain
seperti P3B JB menggunakan standar R < 100 (P3B O&M PMT/001.01).
Pengukuran tahanan kontak yang dilakukan di GI Seduduk Putih menggunakan alat
CPM 500.
Gambar 21 Rangkaian Pengujian Tahanan Kontak

Gambar 22 Alat Penguji Tahanan Kontak

Jika hasil pengukuran tahanan kontak melebihi standar yang ada yaitu sebesar R < 100
micro ohm maka dilakukan pengujian ulang dan pengecekan pada PMT untuk
menganalisa penyebab kesalahan dan mengetahui apakah perlu dilakukan perbaikan.
Jika dipaksakan operasi, maka dikhawatirkan terjadi kerusakan pada PMT tersebut
akibat panas yang ditimbulkan oleh alat kontak. Kejadian ini tentu akan mengganggu
sistem operasi dan kerugian material. Namun apabila nilai tetap tidak memenuhi
standar maka perlu dipertimbangkan untuk mengganti PMT Baru dengan jenis isolasi
yang lebih baik lagi.
2.5.2.7 Pengujian Keserempakan
Berdasarkan cara kerja penggerak, maka PMT dapat dibedakan menjadi jenis Three
Pole ( penggerak PMT tiga phasa ) dan single pole ( penggerak PMT satu phasa ).
Untuk T/L Bay biasanya PMT menggunakan jenis single pole dengan maksud PMT
tersebut dapat trip satu phasa apabila terjadi gangguan satu phasa ke tanah dan dapat
reclose satu phasa yang disebut SPAR ( Single Pole Auto Reclose).
Namun apabila terjadi gangguan pada penghantar phasa-phasa maupun tiga phasa
maka PMT tersebut harus trip 3 phasa secara serempak. Apabila PMT tidak trip secara
serempak akan menyebabkan gangguan. Maka dari itu terdapat suatu sistem proteksi
Pole Discrepancy relai yang memberikan order trip kepada tiga PMT phasa R, S, T. Hal
yang sama juga diterapkan pada proses penutupan PMT. Pada waktu PMT trip akibat
terjadi suatu gangguan pada sistem tenaga listrik diharapkan PMT bekerja dengan
cepat sehingga clearing time yang diharapkan sesuai standard SPLN No 52-1 1983
untuk sistem 70 kV = 150 milidetik dan SPLN No 52-1 1984 untuk sistem 150 kV = 120
milidetik.
Pengukuran keserempakan PMT adalah pengukuran dengan tujuan untuk mengetahui
waktu kerja PMT secara individu dan mengetahui keserempakan PMT pada saat open
atau close. Pengujian ini menggunakan alat yaitu Circuit Breaker analizer. Alat ini
berfungsi untuk mengukur keserempakan buka tutup pole pada PMT atau circuit
breaker.

Apabila rata-rata keserempakan < 10 ms Maka PMT atau circuit breaker tersebut dapat
melaksanakan atau melakukan trip sesuai dengan kinerja keserempakan yang normal
atau keandalanya masih dapat teratasi. Tetapi apabila nilai rata-rata keserempakan >
10 ms maka unjuk kerja keserempakan PMT kurang mencapai keandalan atau
keandalanya kurang maka perlu diadakan bleeding atau penyetelan pada PMT
tersebut.
Gambar 23 Alat Penguji Keserempakan (Analize Circuit Breaker)
Gambar 24 Rangkaian Pengujian Keserempakan

Untuk pengujian waktu keserempakan dari PMT dilakukan pada saat PMT atau CB
tidak bertegangan dimana PMT diposisikan dalam keadaan lokal yaitu PMT dicontrol
mekanisme open-close dengan menggunakan breaker analizer. Pada pengujian ini
sumber DC dalam keadaan OFF. Lalu memposisikan alat uji pada PMT yang akan diuji.

Jika pada saat keadaan close nilai yang didapatkan melebihi standar, maka dilakukan
pengujian ulang dan perlu diadakan bleeding atau penyetelan pada PMT tersebut.
Namun apabila nilai tetap tidak memenuhi standar maka perlu dipertimbangkan untuk
mengganti PMT Baru dengan jenis isolasi yang lebih baik lagi.

III. Kesimpulan

Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker adalah suatu peralatan pemutus
rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan
atau memutuskan arus beban atau arus gangguan, termasuk arus hubung singkat,
sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi tegangan yang normal ataupun tidak
normal.
Kelebihan dari PMT jenis minyak adalah secara operasional keandalannya baik , dapat
dilakukan pemutusan berulang kali dan tidak mempengaruhi peralatan tambahan
lainnya. PMT jenis ini juga memiliki kelemahan yakni PMT terlalu berat dan besar
(makan tempat), mempunyai resiko terbakar, dan reaksi yang keras dengan tanah.

Tujuan pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk menjamin
kontinuitas penyaluran tenaga listrik dan menjamin keandalan, meningkatkan reliability,
availability dan effiency, memperpanjang umur peralatan, mengurangi resiko terjadinya
kegagalan atau kerusakan peralatan, meningkatkan tingkat keamanan peralatan, serta
mengurangi lama waktu padam akibat sering gangguan.
Jika dalam pengukuran dan pengujian terdapat nilai yang melebihi atau tidak memenuhi
standar maka dilakukan pengujian ulang dan pengecekan pada PMT untuk
menganalisa penyebab kesalahan dan mengetahui apakah perlu dilakukan perbaikan.
Namun apabila nilai tetap tidak memenuhi standar maka perlu dipertimbangkan untuk
mengganti PMT Baru dengan jenis isolasi yang lebih baik lagi.

Bibliography

Arismunandar, Artono dan Susumu Kuwahara. 1979. Buku Pegangan Teknik Tenaga
Listrik,Jilid III : Gardu Induk . Jakarta : PT. Pradya Paramita.
Aslimeri, dkk. 2008. Teknik Transmisi Tenaga Listrik. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
PT. PLN (Persero) P3B Sumatera. (tanpa tahun). Buku Petunjuk Operasi dan
Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik. Jakarta
PT. PLN (Persero) Udiklat Palembang. (tanpa tahun). Materi Pembelajaran D1
Beasiswa. Palembang
Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta: Graha ilmu
Workshop Operasional dan Pemeliharaan PT. PLN (Persero) P3B Sumatera. (tanpa
tahun).Himpunan Buku Petunjuk Operasi Dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran
Tenaga Listrik. Jakarta
Afifi, Hannan. 2012. Makalah Seminar Kerja Praktek: Circuit Breaker tegangan 4160 V
pada PLTU Tambak Lorok PT Indonesia Power
Semarang.http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F007
035_MKP.pdf. Diakses pada: Oktober 2012
Hage. 2008. Circuit breaker Saklar Pemutus Tenaga Bagian I. http://dunia-
listrik.blogspot.com/2008/10/circuit-breaker-sakelar-pemutus.html. Diakses pada:
September 2012
Hage. 2008. Circuit breaker Saklar Pemutus Tenaga Bagian II. http://dunia-
listrik.blogspot.com/2008/10/jenis-jenis-circuit-breaker-sakelar.html. Diakses pada:
September 2012
Nurastu, Brecia . 2012. Makalah Seminar Kerja Praktek: Antisipasi Gangguan dan
Pemeliharaan Jaringan Tegangan Menengah 20kV di PT. PLN (PERSERO) Unit
Pelayanan Jaringan Semarang Tengah. http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-
content/uploads/2012/05/L2F006 022_MKP.pdf, diakses pada : September 2012
Renanto, Leo. 2011. Pengertian CB atau PMT http://www.scribd.com/doc
/51203802/Pengertian-CB-atau-PMT. Diakses pada: September 2012
Simorangkir, Nobel Paoel. 2012 . Pembukaan PMT - Gardu Induk http://www
.scribd.com/doc/87291415/23/Pembukaan-PMT. Diakses pada: Oktober 2012
Syarif, Wahid. A. 2010. Pemeliharaan Pemutus Tenaga dengan Media Banyak
Minyak.http://www.scribd.com/doc/43614770/02-makalah. Diakses pada: Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai