Anda di halaman 1dari 9

Dasar Dasar Logika

Nama

: Dio Ananta F.G

NIM

: 07011381419154

Fakultas

: Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Program Studi

: Administrasi Negara

Dosen Pengasuh

: Dr.Ramiasa Putra,M.SI

Universitas Sriwijaya
Palembang
2014

BAB 2
UNSUR UNSUR PENALARAN
Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses
pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa
pernyataan lain yang telah diketahui. Pernyataan itu terdiri dari atas pengertian-pengertian
sebagai unsurna yang antara pengertian satu dengan yang lain ada batas-batas tertentu
untuk menghindarkan kekaburan arti.
Dalam proses pemikiran ini perlu dipelajari terlebih dahulu unsur-unsur dari
penalaran pada umumnya yang bertitik tolak pada materi yang dibicarakan. Unsur-unsur
disini bukan bagian-bagian yang menyusun suatu penalaran,tetapi segala sesuatu sebagai
prinsip yang harus diketahui terlebih dahulu karena penalaran adalah suatu proses yang
sifatnya dinamis tergantung pada pangkal pikirnya.
Menurut Noor Ms Bakry (1983), unsur-unsur penalaran yang dimaksudkan adalah
tentang pengertian, karena pengertian ini merupakan dasar dari semua bentuk penalaran.
Untuk mendapatkan pengertian sesuatu dengan baik, sering juga dibutuhkan suatu analisis
dalam bentuk pemecahbelahan sesuatu pengertian umum ke pengertian yang
menyusunnya, hal ini secara teknis disebut istilah pembagian. Selanjutnya diadakan
pembatasan arti atau definisi.

A. PENGERTIAN DAN TERM


Pengertian juga disebut konsep atau ide. Konsep adalah sebuat kata yang
berasal dari bahasa Latin conceptus (kata benda masculinum) yang dibentuk dari
kata conceptum yang berasal dari kata kerja concipio. Kata concipio berarti
mengambil ke dalam dirinya, menerima, mengisap, menampung, menyerap, atau
menangkap. Conceptum berarti mengambil, menyerap, membayangkan dalam
pikiran, mengerti, dan menangkap. Conceptus berarti cerapan, bayangan dalam
pikiran, pengertian, dan tangkapan.
Pengertian dalam logika diartikan hasil tangkapan akal manusia mengenai
suatu objek. Pengertian ini kalau di ungkapkan dalam bentuk kata atau simbol maka
pengungkapan itu disebut term. Jadi, term itu bentuknya dan pengertian itu isinya.
Term adalah pernyataan lahiriah dari pengertian. Term sebagai ungkapan pengertian
jika terdiri atas satu kata dinamakan dengan istilah term sederhana. Misalnya
manusia, hewan, kursi, meja, kera, dan sebagainya. Kalau terdiri atas beberapa kata
dinamakan term kompleks. Misalnya reaktor atom, kesenian daerah modern,
pesawat terbang, kepala sekolah, dan sebagainya.

Adapun kata, bisa dibedakan menjadi kata kategorimatis dan kata


sinkategorimatis. Kata kategorimatis adalah kata yang dapat mengungkapkan
sepenuhnya suatu pengertian yang berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain, meliputi
nama diri (misal; raji), kata sifat (misal; berakal), istilah yang mengandung pengertian
umum (misal; manusia). Kata sinkategorimatis adalah kata yang tidak dapat
mengungkapkan suatu pengertian yang berdiri sendiri jika tidak dibantu oleh kata
lain, misalnya kata adalah, jika , semua, maka, sebagian, barang siapa, dan, atau, dan
sebagainya (Noor Ms Bakry, 1983). Dalam logika banyak dipakai istilah term. Term
yang pasti punya pengertian, sedangkan kata ada yang punya pengertian dan juga
bisa tidak punya pengertian jika tidak di tambah kata lain yang menyertainya.

1. Komprehensi (Konotasi) dan Ekstensi (Denotasi)


Istilah komprehensi bisa disamakan dengan isi. Ekstensi bisa disamakan
dengan atau cakupan. Setiap pengertian mempunyai isi dan cakupannya.
Komprehensi dirumuskan keseluruhan arti ynag dimaksudkan oleh suatu
term. Misalnya term demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang
berdasarkan atas tuntunan dari rakyat dipertimbangkan oleh rakyat untuk
kepentingan rakyat. Term manusia adalah hewan yang berakal budi, dan sebagainya.
Ekstensi adalah keseluruhan hal yang ditunjuk oleh term. Misalnya term
manusia dapat diterapkan pada bangsa Indonesia, bangsa Cina, bangsa Yahudi,
dan sebagainya yang dapat ditunjuk atau disebut oleh term manusia.
Antara isi dan cakupan term terdapat suatu hubungan yang berbalikan (dasar
balik), artinya jika yang satu bertambah maka yang lain akan berkurang, demikian
sebaliknya, jika yang satu bertambah maka yang lain akan berkurang, demikian
sebaliknya, jika yang satu berkurang maka yang lain akan bertambah (Vloemans,
1985). Dalam hal ini terdapat empat kemungkinan, yakni :
1. Makin bertambah komprehensi makin berkurang ekstensi.
2. Makin berkurang komprehensi makin bertambah ekstensi.
3. Makin bertambah ekstensi makin berkurang komprehensi.
4. Makin berkurang ekstensi makin bertambah komprehensi.
Pelbagai term
Mengenai term dibedakan menjadi empat kelompok :
1.
2.
3.
4.

Pembagian term menuntun komprehensi.


Pembagian term menurut ekstensi.
Pembagian term menurut predikabilia.
Pembagian term menurut kategori.

Ad. 1. Pembagian term menurut komprehensi


Pembagian ini dapat dibedakan antara lingkungan hakikat dan sifat yang masingmasing dibedakan antara yang konkret dan abstrak. Lingkungan hakikat, yaitu term yang
mempunyai persamaan satuan dalam satu makna tanpa ada perbedaan tingkatan menurut
hakikatnya (semuanya sama tanpa ada perbedaan tingkatan). Misalnya manusia, pengertian
manusia ini baik yang berkulit putih maupun hitam sama dalam arti kemanusiaannya. Term
dalam lingkungan hakikat ini ada dua macam :
1) Konkret, yaitu menunjuk ke hal nya suatu kenyataan atau apa saja yang berkualitas
dan bereksistensi tertentu, misalnya manusia, kera, dan sebagainya.
2) Abstrak, yaitu menyatakan kualitas yang terlepas dari eksistensi tertentu, misalnya
kemanusiaan, kebenaran, dan sebagainya.
Lingkungan sifat, yaitu term yang di dalam halnya itu ada perbedaan tingkatan, misal
berbadan, arti dikandung dalam term ini terdapat suatu perbedaan kekuataan dan
kelemahan. Term dalam lingkungan sifat ini ada dua macam :
1) Konkret, yaitu menunjuk pen sifatan nya suatu kenyataan atau apa saja yang
berkualitas dan bereksistensi, misal berbadan, berindra, dan sebagainya.
2) Abstrak, yaitu menyatakan pensifatan yang terlepas dari eksistensi tertentu, misal
kerasionalan, kebijaksanaan, dan sebagainya. (Noor Ms Bakry, 1983)
Ad. 2. Pembagian term menurut ekstensi
Berdasarkan ekstensi (cakupan), term dapat dibedakan menjadi term yang bersifat
umum disebut term umum dan term yang bersifat khusus disebut term khusus. Term
umum, yaitu dapat mencakup hal-hal yang ditunjuk tiada terkecualinya. Term umum ini
dibedakan antara dua macam :
a. Universal, sifat umum yang berlaku di dalamnya tidak terbatas oleh ruang dan
waktu, misal organisme, manusia, bangsa, mahasiswa, dan sebagainya.
b. Kolektif, sifat umum yang berlaku di dalamnya menunjuk pada suatu kelompok
tertentu sebagai kesatuan, misal rakyat Indonesia, bangsa Cina, mahasiswa UI, dan
sebagainya.
Term khusus, yaitu hanya menunjuk sebagian dari keseluruhan sekurang-kurangnya
satu bagian atau satu hal. Term khusus juga dibedakan antara dua macam :
a. Partikalur, sifat khusus yang berlaku di dalamnya hanya menunjuk sebagian tidak
tertentu dari suatu keseluruhan, misal sebagian manusia, ada mahasiswa, beberapa
karyawan, dan sebagainya.
b. Singular, sifat khusus yang berlaku di dalamnya hanya menunjuk pada satu hal suatu
himpunan yang hanya mempunyai satu anggota, misal Presiden RI yang pertama,
nama diri, dan sebagainya

Dalam logika, untuk membedakan umum dan khusus hanya universal dan
partikular. Kalau dihubungkan antara umum dan khusus atau umum dengan umum,
sifatnya relatif. Artinya, term umum dapat juga menjadi khusus jika dihubungkan
dengan term yang lebih luas. Misalnya bangsa indonesia ini umum, kalau
dihubungkan dengan manusia menjadi khusus. (Noor Ms Bakry, 1983)
Ad. 3. Pembagian term menurut predikabilia
Predikabilia yang dimaksudkan cara menerangkan sesuatu. Predikabilia ini ada lima
macam. Dua di antaranya mengenai zat, yakni genus (jenis) dan spesies (golongan). Tiga di
antaranya mengenai sifat, yakni diferensia (sifat pembeda), propium (sifat khusus), dan
aksidens (sifat kebetulan). (Noor Ms Bakry, 1983)
a. Genus
Genus adalah himpunan golongan yang menunjukkan hakikat berbeda
bentuk, tetapi terpadu oleh persamaan sifat. Misalnya golongan manusia, kera,
kerbau, genusnya adalah hewan. Golongan etika, logika, estetika, metafisika,
epistemologi, genusnya adalah cabang filsafat. Golongan kursi, meja, lemari,
genusnya adalah perabot rumah tangga.
b. Spesies
Spesies adalah himpunan sesuatu yang menunjukkan hakikat bersamaan
bentuk maupun sifatnya sehingga dapat memisahkan dari golongan lain. Denotasi
spesies merupakan bagian dari denotasi genus. Misalnya term manusia dan term
hewan. Di sini manusia merupakan spesies dari genus hewan. Genus ilmu spesiesnya
dapat berupa ekonomi, politik, hukum, kimia, matematika, dan sebagainya.
c. Diferensia
Diferensia adalah sifat pembeda yang menunjukkan hakikat suatu golongan
sehingga terwujud kelompok diri. Misalnya term manusia, diferensianya adalah
berakal karena spesies seperti kerbau, kera, semut, dan sebagainya tidak berakal.
Term api, diferensianya adalah panas. Term kursi, diferensianya digunakan untuk
duduk.
d. Propium
Propium adalah sifat khusus sebagai predikat yang niscaya terlekat pada
hakikat sesuatu diri sehingga dimiliki oleh seluruh anggota golongan. Sifat khusus ini
merupakan kenaljutan dari sifat pembeda yang di luar hakikat, tetapi selalu
berhubungan. Misanya berpolitik, berkehendak bebas, bersifat sosial, bisa belajar
logika untuk term manusia. Beralas, punya kaki empat, untuk term kursi.

e. Aksidens
Aksidens adalah sifat kebetulan sebagai predikat yang tidak bertalian dengan
hakikat diri sehingga tidak dimiliki oleh seluruh anggota golongan. Misalnya
berambut pirang, berkulit putih, bergolongan darah O, gemuk untuk term manusia.
Lima predikabilia di atas ditinjau dari segia lingkungan zat dan lingkungan
sifat maka yang masuk lingkungan zat adalah genus dan spesies, sedangkan yang
masuk lingkungan sifat adalah diferensia, propium, dan aksidens. Berdasarkan uraian
pengertian tiap-tiap predikabilia dapat ditinjak dari segi substansi dan aksidensia
atau sering juga disebut esensia dan aksidensia maka yang masuk dalam esensia
adalah genus, spesies, dan diferensia karena ketiga hal itu menyatakan tentang
hakikat sesuatu, sedangkan yang masuk dalam aksidensia adalah propium dan
aksidens.
Contoh : Jika manusia sebagai spesies, genusnya adalah makhluk,
diferensianya berakal, propiumnya bisa belajar logika, dan aksidensnya di IISIP
Jakarta. Dengan demikian, proposisinya manusia adalah makhluk yang berakal
yang bisa belajar logika di IISIP Jakarta. Jika kursi sebagai spesies, genusnya adalah
perabot rumah tangga, diferensianya digunakan untuk duduk, propiumnya punya
alas, dan aksidens nya berwarna hitam, maka proposisinya kursi adalah perabot
rumah tangga yang digunakan untuk duduk sehingga punya alas dan kebetulan
berwarna hitam.

BAB 3
PENALARAN LANGSUNG PROPOSISI LANGSUNG

Penalaran adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi.
Penalaran terdiri atas penalaran langsung dan tidak langsung. Penalaran langsung adalah
penalaran yang didasarkan pada sebuat proposisi, kemudian disusul proposisi lain sebagai
kesimpulan dengan menggunakan term yang sama. Ada dua penalaran langsung, yakni
penalaran oposisi dan penalaran eduksi. Adapun penalaran tidak langsung adalah penalaran
yang didasarkan atas dua proposisi atau lebih kemudian disimpulkan. Kedua penalaran ini
digunakan untuk mengolah proposisi kategoris. Oleh karena itu, sebelum membahas
mengenai penalarannya harus dibahas dahulu pengertian proposisi kategoris.
A. PENGERTIAN PROPOSISI KATEGORIS
Proposisi kategoris adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan dua term
sebagai subjek dan predikat serta dapat dinilai benar atau salah. Di dalam proposisi
ini, Predikat (P) menerangkan Subjek (S) tanpa syarat. Proposisi ini dibagi menjadi dia
bagian, yaitu kategoris kuantitas dan kategoris kualitas. Kategoris kuantitas berisikan
dua hal, yaitu Universal (P menerangkan semua S, misal semua anak SD itu rajin),
dan partikular (P menerangkan semua S, misal sebagian anak SD itu miskin).
Sementara kategoris kualitas terdiri dari dua macam, yaitu positif (P dipersatukan
dengan S melalui kata penghubung yang bersifat mengakui (afirmatif), contoh :
Kambing adalah binatang), dan negatif (P dan S dihubungkan dengan kata hubung
yang bersifat mengingkari (menegasikan) misal : Pacar Adi bukan Sinta.
Jadi, unsur-unsur dalam proposisi kategoris adalah sebagai berikut :
1. Term sebagai subjek, hal yang diterangkan dalam pernyataan yang sering
disimbolkan dengan S.
2. Term sebagai predikat, hal yang menerangkan dalam pernyataan yang sering
disimbolkan dengan P.
3. Kopula, hal yang mengungkapkan adanya hubungan antara subjek dan predikat,
dapat mengiyakan atau mengingkari, yang menunjukkan kualitas pernyataan.
Misalnya : Semua mahasiswa ikut ujian. Dalam contoh ini, kualitas
pernyataannya adalah mengiyakan atau afirmatif, karena predikat (ikut ujian)
mengiyakan subjek (semua mahasiswa). Semua mahasiswa tidak ikut ujian. Ini
berarti kualitas pernyataannya mengingkari (negatif), karena predikat (tidak ikut
ujian) meningkari subjek (semua mahasiswa).

4. Kuantor, pembilang yang menunjukkan lingkungan yang dimaksudkan oleh


subjek, dapat berbentuk universasl atau partikular, yang sekaligus juga
menunjukkan kuantitas pernyataan.
Misalnya : Semua karyawan masuk kerja. Contoh ini kuantitasnya adalah
universal. Sebagian karyawan tidak masuk kerja. Contoh ini kuantitasnya adalah
partikular.

1.

2.

3.

4.

Dalam proposisi kategoris, jenis proposisi kategoris kuantitas dan kualitas


kemudian digabungkan. Hasil penggabungan kedua jenis proposisi kategoris ini
akan menghasilkan empat proposisi kategoris, yakni sebagai berikut :
Proposisi Universal Afirmatif, yakni proposisi yang kuantitas universal dan
kualitasnya afirmatif. Proposisi ini dilambangkan dengan Proposisi A, diambil
dari hufur yang pertama dari kata Latin Affirmo yang berarti mengiyakan.
Contoh : Semua mahasiswa mengikuti ujian
Proposisi Universal Negatif, yakni proposisi yang kuantitasnya universal dan
kualitasnya negatif. Proposal ini dilambangkan dengan Proposisi E, diambil dari
huruf kedua dari kata latin NEGO yang berarti mengingkari.
Contoh : Semua karyawan tidak masuk kerja.
Proposisi Partikular Afirmatif, yakni proposisi yang kuantitasnya partikular dan
kualitasnya afirmatif. Proposisi ini dilambangkan dengan Proposisi I, diambil dari
huruf keempat kata latin Affirmatif yang berarti mengiyakan.
Contoh :Sebagian Sarana Hum adalah Politikus.
Proposisi Partikular Negatif, yakni proposisi yang kuantitasnya partikular dan
kualitasnya negatif. Proposisi ini dilambangkan dengan Proposisi O, diambil dari
huruf keempat kata Latin NEGO yang berarti mengingkari.
Contoh : Sebagian gadis Bali tidak bisa menari.

Lambang Boole dan Diagram Venn


Seiring dengan lahirnya logika modern sejak pertengahan abad ke-19 yang
menggunakan lambang-lambang non bahasa, muncul pula sistem lambang yang
dipakai untuk melukiskan proposisi kategoris. George Boole, dalam sistemnya
melambangkan setiap kelas dengan huruf : << S << digunakan sebagai lambang kelas
yang mewakili term subjek dalam proposisi, sedangkan << P << sebagai lambang
kelas yang mewakili term predikatnya. Apabila huruf << S >> diberi garis di atasnya
itu berarti kelas tersebut tidak memiliki ciri << S >> dan dibawa non-S.
Demikian pula, bila huruf << P >> diberi garis di atasnya , itu berarti kelas
tersebut tidak memiliki ciri << P >> dalam sistem Boole dibaca non-P. Untuk
menghubungkan << S >> dan << P >> Boole menggunakan dua macam lambang,
selanjutnya, konsep sentral dalam sistem Boole adalah konsep kelas kosong, artinya
suatu kelas yang tidak mempunyai anggota. Kelas kosong ini dilambangkan dengan
<< O >>, sedangkan << SP >>, dua huruf yang ditulis secara berurutan,
melambangkan suatu kelas yang memiliki ciri-ciri dari kedua kelas itu bersama-sama.
Ahli matematika lainnya, John Venn menggunakan diagram untuk
menjelaskan lambang-lambang dalam sistem Boole. Ia menggambarkan sebuah kelas
dalam bentuk sebuah lingkaran dengan tanda huruf untuk menyatakan kelas apakah
yang dimaksud. Untuk menyatakan sebuah kelas itu kosong, bagian dalam lingkaran
itu diberi tanda bayang-bayang (diarsir) apabila kelas itu mempunyai anggota maka
bagian dalam dari lingkaran itu diberi tanda silang (X) sedangkan kalau kelas itu tidak
diketahui apakah kosong atau beranggota maka bagian dalam dari lingkaran itu tidak
diberi tanda apa pun juga (Hayon,2000, hlm. 95-97)

Anda mungkin juga menyukai