Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya
penulis diberi nikmat sehat dan nikmat iman hingga saat ini, serta diberikan
kemampuan untuk dapat menyusun proposal ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat
serta salam tidak lupa kami panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang
telah membawa kita semua kepada jalan diridhai ini. Dalam proposal ini penulis
akan menjelaskan tentang “Kampanye Public Relations dalam Penggunaan Media
Sosial” dengan menggunakan bahasa penulis sendiri dan sesuai dengan pemahaman
penulis tentang “Kampanye Public Relations dalam Penggunaan Media Sosial” itu
sendiri.
Tujuan dari penyusunan proposal ini adalah agar para pembaca dapat lebih
mudah mengerti tentang “Kampanye Public Relations dalam Penggunaan Media
Sosial”, karena di dalam proposal ini penulis membahas “Kampanye Public
Relations dalam Penggunaan Media Sosial” dengan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami oleh pembaca sehingga diharapkan dapat menambah wawasan
para pembaca.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut ambil bagian
dalam pembuatan proposal ini. Kami harap proposal ini dapat memberikan banyak
manfaat untuk para pembaca secara umum dan penulis sendiri secara khusus.
Mohon maaf apabila di dalam menyusun proposal ini terdapat kekurangan dan
sangat mengharapkan saran dan masukan untuk memperbaiki kedepannya.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kampanye Public Relations ........................................ 3
2.2 Tahapan Kampanye Public Relations di Media Sosial ................. 5
2.3 Pengaruh Kampanye Public Relations di Media Sosial ................ 9
2.4 Perlunya Kampanye Public Relations di Media Sosial................. 10
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Angka pengguna aktif media sosial di Indonesia tersebut tumbuh sebesar 10 juta
atau sekitar 6,3 persen dibandingkan bulan Januari 2020. Dalam periode yang sama,
pengguna internet di Indonesia tumbuh 27 juta atau 15,5 persen menjadi 202,6 juta.
Dilihat dari frekuensi penggunaan bulanan, urutan pertama aplikasi media sosial
yang paling banyak digunakan di Indonesia ternyata ditempati oleh YouTube,
disusul oleh WhatsApp, Instagram, Facebook, lalu Twitter secara berturut-turut.
1
Namun, jika dilihat dari total durasi pengguanaan masing-masing media sosial,
jejaring-jejaring dari Facebook duduk di urutan tiga besar. Mereka adalah
WhatsApp di mana pengguna media sosial Indonesia rata-rata menghabiskan 30,8
jam per bulan, kemudian Facebook dengan 17 jam per bulan, dan Instagram dengan
17 jam per bulan. TikTok menyusul di urutan keempat dengan rata-rata waktu
penggunaan 13,8 jam per bulan, kemudian Twitter di posisi kelima dengan 8,1 jam
per bulan.
Data menarik lainnya yang ikut diungkap adalah rata-rata orang Indonesia
ternyata memiliki 10 akun media sosial per orang. Selain itu, 60 persen pengguna
media sosial memakainya untuk bekerja seperti menjalin relasi dan menjalankan
bisnis.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan adalah:
1. Mengetahui pengertian kampanye public relations.
2. Tahap-tahap dalam kampanye public relations dalam penggunaan media
sosial.
3. Pengaruh kampanye public relations penggunaan media sosial bagi
khalayak.
4. Perlunya kampanye public relations penggunaan media sosial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Aktivitas kampanye public relations perlu disertai proses manajemen
tertentu agar sesuai dengan tujuannya. Solusi untuk melakukan aktivitas
kampanye public relations meliputi beberapa hal sebagaimana empat tahapan
public relations menurut Cutlip, Center dan Broom (2009:320), yaitu: (1)
mendefinisikan masalah; (2) perencanaan dan pemrograman; (3) mengambil
tindakan dan komunikasi; dan (4) evaluasi program. Proses tersebut dapat
dijadikan acuan agar kampanye public relations berjalan lebih efektif hingga
tercapainya tujuan.
Public relations dalam pelaksanaannya memiliki ruang lingkup tersendiri. Ruang
lingkup tersebut diperlukan agar dalam prakteknya, seorang praktisi menyadari hal
yang menjadi sasaran dan wewenangnya. Public relations dalam hal ini berorientasi
kepada dua publik sasaran yaitu membina hubungan ke dalam dengan publik internal
dan membina hubungan ke luar dengan publik eksternal. Peran public relations bersifat
dua arah antara lembaga dengan publiknya.
Tujuan public relations menurut Widjaja (2010:53), baik secara internal maupun
eksternal, perlu dilaksanakan melalui pendekatan yang bersifat informatif, edukatif,
persuasif dan menghindari pendekatan yang bersifat imperatif dan punitif. Pendekatan
dalam hal ini merupakan cara dalam penyampaian informasi bagi public relations agar
pesan dapat diterima dengan maksimal oleh publik. Fungsi public relations merupakan
acuan bagi suatu lembaga agar setiap aktivitas yang dilakukan berjalan sebagaimana
seharusnya dan tidak keluar dari ranah public relations. Sedangkan fungsi public
relations menurut Cutlip, Center dan Canfield (dalam Ruslan, 2012:19) sangat melekat
pada suatu lembaga, yaitu sebagai penunjang aktivitas utama manajemen dalam
mencapai tujuan bersama, baik dari pihak lembaga maupun publik.
Tujuan dalam pelaksanaan kampanye menyangkut kepentingan umum yang
dirancang demi kemajuan bersama antara suatu lembaga dan juga publiknya. Tujuan
kampanye secara umum adalah untuk memberikan pengetahuan serta mempengaruhi
publik terkait sikap dan perilaku yang lebih positif. Upaya perubahan yang dilakukan
dalam suatu kegiatan kampanye menurut Pfau dan Parrot (dalam Venus, 2009:10)
selalu terkait dengan beberapa aspek tertentu seperti pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude) dan perilaku (behavioural).
Kampanye dapat dikategorikan kedalam beberapa jenis sebagaimana yang
diungkapkan oleh Charles U. Larson (dalam Heryanto dan Zarkasy, 2012:83-84),
antara lain: (1) product-oriented campaigns, yaitu kampanye yang berkaitan dengan
kegiatan komersial dan biasanya terjadi di lingkungan bisnis; (2) candidate-oriented
4
campaigns, yaitu kampanye yang berorientasi pada politik, seperti kampanye pemilu
atau pemilukada; dan (3) ideologically or cause oriented campaigns, yaitu kampanye
yang bersifat khusus seputar keagamaan, berdimensi sosial, seperti kampanye suatu
program kegiatan untuk kepentingan masyarakat.
Kampanye public relations yang termasuk ideologically or cause oriented
campigns ini bertujuan untuk menciptakan pengetahuan, pengertian, pemahaman,
kesadaran, minat dan dukungan dari berbagai pihak yang dianggap sebagai publik
suatu lembaga. Definisi kampanye public relations menurut Kendal (dalam Rachmadi,
1992:3) yaitu merupakan suatu usaha yang terencana dari sebuah organisasi untuk
membangun hubungan dan bertanggung jawab sosial dengan mencapai tujuan melalui
riset serta aplikasi strategi komunikasi.
Kampanye public relations dalam arti sempit berujuan meningkatkan kesadaran
dan pengetahuan khalayak sasaran (target audiens) untuk merebut perhatian serta
menumbuhkan persepsi atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu
lembaga atau organisasi (corporate activities) agar tercipta suatu kepercayaan dan citra
yang baik melalui peyampaian pesan secara intesif dengan proses komunikasi dalam
jangka waktu tertentu yang berkelanjutan. Dalam arti umum dan luas, kampaye public
relations tersebut memberikan penerangan terus menerus serta pegertian dan
memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses
dan komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai publisitas dan
citra positif (Ruslan, 2000:60).
Kampanye public relations dalam hal ini lebih menitikberatkan untuk membangun
saling pengertian dan pemahaman melalui persuasi dari khalayak sasaran (Ruslan,
2007:66). Beda halnya dengan propaganda yang lebih menitikberatkan pada unsur
paksaan. Namun keduanya tetap memiliki kesamaan yaitu dilaksanakan melalui proses
penyampaian pesannya dengan komunikasi. Aktivitas kampanye yang dipelopori oleh
seorang public relations sangat dirasakan manfaatnya untuk menarik perhatian publik
atas jati diri suatu lembaga.
5
sebagaimana dijelaskan oleh Cutlip, Center dan Broom (2009:419) yaitu
meliputi beberapa hal.
Pertama, defining problems (mendefinisikan masalah) yaitu penelitian
dilakukan dengan proses penyelidikan dan pemantauan pengetahuan, opini,
sikap dan perilaku publik terkait aksi dan kebijakan suatu lembaga.
Mendefinisikan masalah dimulai dengan melakukan identifikasi tentang adanya
suatu persoalan. Setelah itu, dilakukan riset yang dirancang untuk
mendeskripsikan secara rinci masalah yang ditemukan.
Kedua, planning and programming (perencanaan dan pemrograman) yaitu
informasi yang dikumpulkan pada tahap pertama digunakan untuk membuat
keputusan tentang tujuan, program, strategi, tidakan, teknik dan sasaran.
Menurut Effendy (1993:127), perencanaan disusun dengan berdasar pada data
dan fakta tanpa adanya interpretasi dan bukan keinginan dari public relations.
Ketiga, taking action and communicating (mengambil tindakan dan
komunikasi) yaitu pengimplementasian program aksi dan komunikasi yang
didesain untuk mencapai tujuan program secara spesifik. Tindakan komunikasi
dilakukan guna menimbulkan kesan yang mempengaruhi pihak, yang dianggap
penting dan berpotensi untuk memberikan dukungan. Komunikasi, biasanya
merupakan komponen yang lebih tampak, kini berfungsi untuk
menginterpretasikan dan mendukung strategi aksi (Cutlip, dkk, 2009:392).
Terakhir, evaluating the program (mengevaluasi program) yaitu public
relations melakukan penilaian terhadap hasil dari program kerja atau aktivitas
public relations yang telah dilaksanakan termasuk mengevaluasi efektivitas dari
teknik manajemen dan komunikasi yang digunakan. Evaluasi adalah
pengukuran ilmiah terhadap peningkatan kesadaran, atau perubahan opini, sikap
dan perilaku (Cutlip, dkk, 2009:419).
6
Dalam Kasali (2003:5), humas memiliki fungsi strategi dalam manajemen,
yaitu melakukan komunikasi guna melahirkan pemahaman dan penerimaan
publik. Sementara itu, Ronald Smith berpendapat ada sembilan langkah untuk
merancang strategi kehumasan, yaitu:
1. Menganalisa situasi
Menganalisa situasi merupakan hal terpenting dapat dilakukan seorang
praktisi public relations sebelum mengkomunikasi kepada publik. Dengan
menganalisa suatu masalah, seorang praktisi public relations akan paham
dengan topik permasalahan yang sering muncul saat itu.
3. Menganalisa publik
Menganalisa publik merupakan salah satu hal yang harus dilakukan. Karena
dengan menganalisa publik, seorang praktisi public relations akan paham
dengan apa yang diingkan publik. Oleh karena itu, kedekatan praktisi public
relations dengan publik haruslah dibangun guna lancarnya komunikasi.
7
5. Mempertimbangkan langkah yang akan diambil di dalam situasi tertentu
(Proaktif atau Reaktif)
Mempertimbangkan langkah yang akan diambil di dalam situasi tertentu
merupakan satu langkah penting bagi seorang praktisi public relations agar
dapat menyesuaikan apa yang akan dia kerjakan terhadap publik.
9. Evaluasi
Proses evaluasi yang dilakukan seorang praktisi public relations dalam
sebuah instansi dapat menjadi proses pengukuran sebuah evektivitas
strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan bersama. Data yang
diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis
situasi program kehumasan berikutnya.
8
Adapun langkah-langkah diatas bisa menjadi acuan bagi seorang praktisi public
relation dalam berkampanye untuk instansinya menggunakan media sosial. dengan
begitu berkomunikasi dengan citra baik untuk sebuah instansi akan dapat berjalan
sesuai dengan yan diinginkan.
9
dipenuhi oleh publik. Dengan demikian, penggunaan media sosial sebagai alat
kampanye seorang praktisi public relations merupakan langkah yang tepat untuk
membangun sebuah citra baik untuk sebuah instansi yang diemban seorang praktisi
public relations tersebut.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Praktisi public relations harus menyambut baik dan antusias dengan
kehadiran media sosial. Mereka harus meyakini bahwa media sosial merupakan
cara baru dalam berkampanye untuk menyebarankan informasi dan berhubungan
dengan publiknya. Media sosial dapat menyampaikan informasi lebih cepat serta
menjangkau khalayak lebih luas dengan biaya yang lebih murah. Praktisi public
relations harus menyadari bahwa respon publik dari kegiatan penyebaran
informasi melalui media sosial lebih banyak didapatkan dan dapat direspon
seketika oleh pihak instansi. Media sosial memberikan kemudahan akses bagi
instansi maupun publik dalam berkomunikasi secara langsung dan bersifat dua
arah.
3.2 Saran
Pemanfaatan media sosial bagi praktisi public relations untuk membangun
hubungan dengan publik dengan cara yang lebih baik dari sebelumnya. Media
sosial digunakan sebagai salah satu sarana penyampaian saran dan kritikan bagi
publik kepada instansi. Beberapa diantara praktisi public relations juga sudah
mulai memanfaatkan media sosial dalam pemantauan perkembangan isu dan
komunikasi krisis serta penyebaran informasi mengenai kegiatan tanggung
jawab sosial perusahaan serta kampanye-kampanye sosial yang dilakukan
perusahaan. Diharapkan untuk kedepannya para praktisi public relations akan
semakin dapat memanfaatakan media sosial lebih optimal dari sebelumnya
dalam menunjang kegiatan public relations perusahaan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12