Anda di halaman 1dari 16

PERAN PERANCANGAN SISTEM TANDA (SIGN) DI GEDUNG KAMPUS SEKOLAH TINGGI MEDIA KOMUNIKASI TRISAKTI MENGGUNAKAN DESAIN KOMUNIKASI

VISUAL
Budiman
Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti. Email : boed-man02@yahoo.com Jl. Jenderal Ahmad Yani Kav. 85 Jakarta Timur 13210

Abstract Sign/symbol is often neglectful by some people, actually is not guidance only for new entry in a place, even people who are already familiar, they still need it. So Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti, sign/symbol is also necessary. In addition to place sign where we are, even if sign can transform beautiful to a place. Good sign/symbol fashion in design will form esthetical and can be pleasant as art creation, beside as main function namely guidance function/exist guidance. Key words : design, sign and symbol Abstrak Tanda (sign) atau simbol sering banyak diabaikan oleh oleh sebagian orang, sebenarnya tanda (sign) bukan hanya petunjuk bagi yang baru masuk dalam suatu tempat, bagi warga yang sudah familiar sekalipun tanda (sign) tetap dibutuhkan. Begitu juga bagi kampus Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti, tanda(sign) juga sangat penting. Selain sebagai tanda tempat dimana kita berada, tanda (sign) juga dapat memperindah suatu tempat. Pembuatan tanda (sign) atau simbol yang baik dari sisi desain, akan mendapatkan hasil yang estetis dan bisa dinikmati sebagai hasil karya seni, selain sebagai fungsi utama yaitu fungsi penunjuk/penanda keberadaan. Key words : disain,tanda dan simbol

PENDAHULUAN Sebuah bangunan kecuali rumah tinggal seperti gedung perkantoran, rumah sakit, kampus, bandara, dan lain-lain pasti memiliki fasilitas- fasilitas yang dapat

digunakan oleh publik pengunanya, seperti rumah sakit contohnya, ada ruang tunggu, ruang dokter, kamar mandi, ruang operasi, mushola, tempat parkir dan lain-lain. Bagaimana cara kita untuk dapat

78

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

menemukan fasilitas-fasilitas publik tersebut dengan mudah, selain bertanya dengan orang lain? Agar fasilitas-fasilitas mudah untuk ditemukan oleh publik maka kita membutuhkan yang namanya desain grafis lingkungan (Environmental Graphic Design), salah satunya berupa sistem tanda (sign system) yang bermanfaat untuk keperluan identifikasi tempat dan memberi informasi. Gedung Sekolah T inggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti Kampus C belum memiliki sistem tanda, kalaupun ada terkesan seadanya. Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti sebagai salah satu perguruan tinggi yang memiliki jurusan desain grafis (desain komunikasi visual) seharusnya memiliki sistem tanda yang baik. Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti membutuhkan desain grafis lingkungan yang tidak hanya berfungsi sebagai pemberi informasi yang

mahasiswa sebagai tempat beraktifitas sehari-hari, jadi sangat penting untuk menjaga emosi mahasiswa agar menjadi lebih kreatif dan giat menggali potensi dirinya. Menurut Okky Ardya W (dalam majalah Concept, 2008:12-13), Seiring waktu sistem tanda mulai berkembang tidak hanya sebatas pemberi informasi dan identifikasi tempat atau bangunan saja tetapi mulai digunakan untuk mengundang ketertarikan yang dapat menghibur sekaligus mempercantik lingkungannya. EGD mulai merambah ke shopping mall, taman bermain, showrooms, event-event, bandara dan rumah sakit. Desain

Komunikasi Visual (Desain Grafis) sangat lekat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Sutanto (2005:15-16)

menyatakan, desain komunikasi visual senantiasa berhubungan dengan

penampilan rupa yang dapat diserap banyak orang dengan pikiran maupun perasaannya. Desain komunikasi visual sebagai salah satu bagian seni terapan yang mempelajari perihal perencanaan dan perancangan berbagai bentuk informasi komunikasi visual (Dalam Tinarbuko,

komunikatif dan identifikasi yang unik saja, tetapi juga dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, inspiratif dan bisa digunakan sebagai sarana belajar bagi publik penggunanya. Menurut penulis, kampus merupakan rumah ke dua bagi

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

79

2008:26). Sedangkan menurut Safanayong (2006 :2-3), Desain komunikasi visual berfungsi untuk memberi inspirasi, informasi dan menggerakkan khalayak untuk beraksi. Sementara, desain grafis lingkungan (Evironmental Graphic Design) adalah sebuah disiplin ilmu, yang masih erat kaitannya dengan lingkup media desain komunikasi visual. Terkait dengan itu Tinarbuko (2008 : 3) mengatakan desain grafis (desain komunikasi visual) dipelajari dalam konteks tata letak dan komposisi, bukan seni grafis murni. Area kerja kreatif desain grafis diantaranya, desain grafis lingkungan berupa sign (tanda) penunjuk arah,papan nama, dan infografis chart, diagram, denah dan peta lokasi. Safanayong (2006 :73-74) berdasarkan Art Director Club, New York, 2006. Environmental Graphic Design masuk dalam kategori Graphic Design, berupa sitem penunjuk arah /lokasi tempat, Jendela toko/ marchendaising, environmental

diukirkan pada bangunan dan arsitektur untuk memberikan informasi termasuk penunjukkan identitas tempat atau bahkan pembuatan lukisan pada bangunan fresco (seni lukis pada dinding kapur yang berkembang pada zaman renaissance) (Okky Ardya W dalam majalah Concept, 2008 : 17). Environmental Graphic Design atau istilahnya grafik lingkungan adalah segala bentuk grafik yang ada dilingkungan. Termasuk didalamnya berupa tanda-tanda penunjuk arah, papan pengumuman, sebuah grafis pada bangunan, plat nama pada sebuah bangunan, juga segala bentuk tulisan pada objek dua dimensi maupun tiga dimensi (Okky Ardya W dalam majalah Concept, 2008 : 12-13).

Sistem tanda (sign system) Tanda menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005) adalah yang menyatakan sesuatu sedangkan sistem (dengan sumber yang sama) adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sistem tanda adalah sebuah perangkat yang menyatakan sesuatu secara teratur saling

(pertokoan, restoran, kantor, luar ruangan), galleri, museum, exhibition/installation. Desain grafis lingkungan mulai berkembang pada zaman Romawi ketika huruf-huruf

80

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Menurut Rina Hutajulu dalam majalah Concept (2008: 22-23) sistem tanda intinya berfungsi memandu orang berpindah dan mencari dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

unik dan mudah diingat. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat simbol dan desain penunjuk jalan (wayfinding) menurut Lance Wyman (noname dalam

Hwww.iroiro78.comH, 2009), yaitu: 1) Terlalu banyak simbol yang digunakan,

Penempatan Sistem Tanda Penempatan dan ukuran tulisan sistem tanda terutama berupa papan penunjuk arah harus memperhatikan penempatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan, contohnya untuk ukuran tulisan papan penunjuk arah yang dilihat oleh pengendara motor harus lebih besar ukuran tulisan dibandingkan untuk pejalan kaki, karena pengendara motor tidak bisa berlama-lama memalingkan pandangannya agar tidak terjadi kecelakaan. Sedangkan pejalan kaki bisa lebih bebas dalam memperhatikan papan penunjuk arah tersebut. Menurut M. Nawawi (2007:28) meskipun berukuran besar, sign yang tidak didesain dengan baik dan ditempatkan pada tempat yang tidak tepat akan menjadi sia-sia. Dalam dunia Enviromental Graphic Design, nama desainer Lance Wyman akan selalu dikenal karena karya-karyanya yang

Salah satu kesalahan paling umum ketika membuat desain wayfinding adalah menggunakan simbol yang terlalu banyak yang akibatnya dapat menimbulkan kebingungan bagi yang melihatnya. Sebenarnya simbol yang banyak akan bekerja secara efektif jika didesain dengan baik dan digunakan dengan seharusnya. 2). Simbol harus mudah untuk diingat, Sangat penting untuk memilih gambar atau simbol yang dapat dikenali secara universal. Maksud universal disini, simbol harus dapat dikenali dan diintrepretasikan oleh berbagai orang dari berbagai bahasa. 3) Arsitektur dapat digunakan sebagai refrensi yang efektif, Struktur Arsitektur kerap digunakan sebagai landasan untuk membantu navigasi dalam lingkungan perkotaan. Gambar

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

81

arsitektural digunakan sebagai simbol yang secara efektif dapat

komunikasi yang baik untuk semua orang yang melihatnya.

mengidentifikasikan sebuah dearah atau wilayah tertentu. Jika memang diperlukan untuk menggunakan lebih dari satu gambar arsitektural, kita dituntut untuk lebih fokus dalam membedakan tipe bangunan, bagian tertentu dari gedung atau detail lain yang lebih spesifik yang pada nantinya semua itu dapat menimbulkan gairah untuk menelusuri sebuah tempat lebih besar lagi. 4) Elemen-elemen sebuah simbol yang baik, Simbol yang baik dapat dilihat dari berbagai faktor seperti: lighting, ukuran, jarak pandang, dan masih banyak lagi. Simbol harus dibuat sesimpel mungkin dan langsung mengenai tujuannya tanpa harus kehilangan pesan yang ingin disampaikan. Ketika simbol terlalu rumit untuk dikenali, simbol itu hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif saja dan tidak menjadi sarana komunikasi. Akan lebih baik jika sign dapat menggabungkan kedua fungsi tersebut, yakni fungsi dekoratif yang menarik secara visual dan juga sebagai alat Piktogram Penggunaan piktogram sangat penting dalam sistem tanda, karena menggunakan tanda berupa gambar yang terkadang lebih efektif dalam menyampaikan pesan ketimbang teks. Dalam bukunya Scott Tujuan utama dalam membuat penunjuk jalan (wayfinding) Tujuan dasar dalam mendesain sebuah wayfinding system untuk dapat menjadi alat komunikasi yang baik bagi pemirsa multi bahasa. Wayfinding system juga harus dapat membuat gambar yang sesuai dengan pesannya. Jika semua itu sudah dicapai, akan lebih sempurna jika wayfinding system tersebut diberi sentuhan estetika yang pada akhirnya akan membuat wayfinding system tersebut terlihat unik dapat selalu diingat orang dan tak lekang oleh waktu. (wawancara Lance Wyman dengan HWebesteem MagazineH noname dalam Hwww.iroiro78.comH, 2009).

82

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

Mccloud yang berjudul Memahami Komik (2001 : 49) mengatakan sebagai berikut : Ketika kata-kata lebih bersifat langsung, lebih berani, diperlukan tingkat

Salah satu desainer yang terkenal dengan desain pictogram-nya ialah Olt Aicher. Karya desainer asal Jerman ini yang paling dikenang ialah rangkaian pictogram untuk olimpiade Munich tahun 1972. Rangkaian pictogram buatan Aicher ini akhirnya telah menjadi standar

pemahaman yang lebih rendah dan dapat diterima lebih cepat seperti halnya gambar. Ketika gambar lebih abstrak dari realita, diperlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi seperti halnya kata-kata. Menurut Okky Ardya W (dalam majalah Concept, 2008:25) Pictogram merupakan simbol yang mengacu pada sebuah benda, kegiatan, proses, atau konsep. Karakteristik pictogram adalah kesamaan bentuk penyederhanaan hanya menggunakan aspek atau detail terpenting dari sebuah objek benda, kegiatan, proses, atau konsep. Piktogram menjadi media komunikasi visual yang dapat menembus keterbatasan pemahaman akibat perbedaan latar belakang bangsa, bahasa, suku dan juga pendidikan.

internasional dan digunakan hingga sekarang (Hwww.iroiro78.comH, 2009)

PERMASALAHAN Banyak fasilitas kampus Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti yang belum teridentifikasi. Dengan adanya sistem tanda, selain dapat memberikan informasi arah dan identifikasi tempat, sistem tanda yang berbentuk visual juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi atau sarana belajar khususnya untuk mahasiswa baru jurusan desain grafis. Selain itu bisa juga untuk mempercantik tampilan gedung/lingkungan institusi yang

bersangkutan sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan dan inspiratif bagi publik penggunannya. Kemudian papan pengumuman sebagai sumber informasi diam yang sangat

Gambar Tanda panah yang mungkin sudah digunakan pada abad 19

dibutuhkan publik tidak tertata dengan baik

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

83

sehingga kurang efektif, terkadang ada pengumuman ditaruh tidak pada

Penggunaan tanda (sign) untuk kejelasan informasi sangat diperlukan, khususnya bagi mahasiswa baru yang sedang atau akan bergabung menjadi bagian civitas akademik. Untuk itu kebutuhan akan pemasangan tanda di lingkungan sekitar kampus bisa dipilah pilah berdasarkan penggolonganya yaitu : Tanda orientasi dan informasi

tempatnya menyebabkan tembok menjadi kotor dan berantakan akibat sisa bekas lem kertas yang menempel di tembok maupun dikaca-kaca jendela. Aktifitas masuk dan keluar mahasiswa maupun publik terlalu berfokus pada satu sisi tangga saja yaitu dari arah kanan gedung, sedangkan area tangga lainnya kurang dimanfaatkan. Fasilitas dan kebutuhan Sistem Tanda (Sign System) di Kampus Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

diantaranya area hotspot, area parkir, peta Kampus Sekolah T inggi MEDIA

KOMUNIKASI Trisakti, dan nomor alamat gedung kampus.

Gambar 1 : Peta Kampus ST Media Komunikasi

84

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

Tanda penunjuk arah, perpustakaan dan kamar mandi dan ruang computer,monumen pahlawan reformasi, perpustakaan, ruang ketua jurusan, poliklinik, mesin ATM dan ruang akademik / administrasi

Gambar 2

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

85

Gambar 3 & 4

86

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

Gambar 5

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

87

Tanda identifikasi ruangan atau tempat, ruang dosen,ruang kelas (2 ruangan) Lt.2 Gd.B, perpustakaan, musholla,kamar mandi, ruang Komputer, ruang Percetakan, ruang akademik/ administrasi, ruang ketua jurusan dan poliklinik. Tanda larangan dan perhatian, Sticker dilarang menggunakan telepon seluler (Hanhpone) pada saat proses belajar berlangsung (ruang kelas), Sticker dilarang minum makan di perpustakaan dan

Gambar 6

88

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

Gambar 7

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

89

ruangan (di sesuaikan dengan kebutuhan), Sticker Senyum itu sedekah.

Mural (lukisan dinding), Dinding disamping anak tangga dan dinding diluar ruang perpustakaan

Gambar 8 & 9

90

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

Gambar 10 & 11

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

91

Gambar 12

KESIMPULAN Dari hasil yang dikemukakan di atas, maka kesimpulan yang dapat di kemukakan adalah, Kampus SEKOLAH TINGGI MEDIA KOMUNIKASI Trisakti menempati dua gedung dengan fasilitas-fasilitasnya yang cukup banyak sehingga membutuhkan sistem tanda yang konsisten agar fasilitasfasilitas kampus mudah untuk dikenali dan mudah di temukan serta dapat

yang terkait agar menjadi pembeda dari gedung yang lain disekitarnya. Pengelola SEKOLAH TINGGI MEDIA KOMUNIKASI Trisakti belum menyadari manfaat dari sistem tanda sebagai sumber inspirasi dan sarana belajar bagi mahasiswa tingkat awal. Untuk hal tersebut disaran untuk pengelola kampus MEDIAKOM Trisakti agar menjadi lebih baik dan dicintai para mahasiswanya yaitu : memasang sistem tanda pada fasilitas-fasilitas kampus yang ada untuk memudahkan publik pengguna dalam

mempengaruhi publik penggunanya. Selain itu juga harus memiliki ciri khas dari institusi

92

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

mengidentifikasinya, simbol pada sistem tanda harus dibuat simpel dan langsung mengenai tujuannya tanpa harus

Mccloud, Scott. 2001. Understanding Comics the Invisible Arts : Memahami Komik. Penterjemah S. Kinanti. Jakarta : Kepustakaan Muchyar. 2005. Mimpi Berjumpa Tuan Gutenberg. Dalam Majalah Desain Grafis Concept. Edisi 5, Th Ke- 1. Jakarta. Nawawi, M. 2007. Membuat Sign yang Efektif. Dalam B & B Majalah Outdoor

kehilangan pesan yang ingin disampaikan, sistem tanda yang bersifat larangan atau peraturan dari kampus, disosialisasikan sangsinya apabila dilanggar oleh pengguna sehingga dampaknya lebih efektif.

Daftar pustaka Ardya W, Okky. 2008. Biar Lambat asal Tak Tersesat. Dalam Majalah Desain Grafis Concept. Edisi 23, Th Ke- 4. Jakarta. Ardya W, Okky. 2008. Ketika Grafis Tidak Sekedar Pelengkap. Dalam Majalah Desain Grafis Concept. Edisi 23, Th Ke4. Jakarta. Cal Swann. Dalam Majalah Versus No. 6, Th Ke- 1. Jakarta. Dameria, Anne. 2004. Color Management. Jakarta : Link & Match Graphic. Haswanto, Naomi. 2009. Typhography with a Sticky in the Sand with

AD Marketing & Public Relations. No. 55, Th Ke- 4. Jakarta. Purwanto, Bambang. 2006. Legibility dan Readibility untuk apa?. Dalam Majalah Grafisi. No. 3, Th Ke-2. Jakarta. Rustan, Surianto. 2009. Mendesain Logo. Jakarta : Gramedia. Safanayong, Yongky. 2006. Desain Komunikasi Visual Terpadu. Jakarta : Arte Intermedia. Sardjono, Agus. 2008. Hak Cipta dalam Desain Grafis. Jakarta :Yellow Dot Publishing

Hutajulu, Rina. 2008. Social Function of Design. Dalam Majalah Desain Grafis Concept. Edisi 23, Th Ke- 4. Jakarta.

Jurnal Sekolah Tinggi MEDIA KOMUNIKASI Trisakti

93

Anda mungkin juga menyukai