Anda di halaman 1dari 4

KONTRIBUSI JURUSANKU UNTUK INDONESIA

Program Studi Pendidikan Tata Busana telah dirintis sejak berdirinya


Departemen Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) pada tahun 1967 di dalam
lingkup Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(IKIP) Bandung. Saat itu, Departemen PKK menyelenggarakan bidang studi
busana, boga dan bimbingan perawatan anak. Dalam perjalanannya, Departemen
PKK ditetapkan untuk pindah dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ke Fakultas
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) berdasarkan SK MENDIKBUD
Nomor 0174 Tahun 1983. Sejak saat itu, Departemen PKK membina dua program
studi, yaitu Program Studi Spesialisasi Pendidikan Tata Busana dan Pendidikan
Tata Boga.
Penggunaan nama Program Studi Pendidikan Tata Busana dilakukan
ketika UPI termasuk Departemen PKK melaksanakan revisi kurikulum pada tahun
2004. Selanjutnya, dalam rangka lebih memantapkan kedudukan Program Studi
Pendidikan Tata Busana, dilaksanakan revisi kurikulum kembali pada tahun 2006,
berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia
No.8048/J33/PP.03.02/2006 tentang “Pembukaan Program Studi Pendidikan Tata
Busana dan Program Studi Pendidikan Tata Boga pada Fakultas Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia yang dikukuhkan
dengan Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia No.60/DIKTI/Kep/2007 tentang “Penataan dan
Penetapan Kembali Ijin Penyelenggaraan Program Studi pada Universitas
Pendidikan Indonesia di Bandung”. Saat ini Prodi Pendidikan Tata Busana
terakreditasi BAN-PT dengan nilai A.
Pendidikan Tata Busana atau yang kita sering sebut dengan Fashion
Design Education, merupakan salah satu program pendidikan (prodi) yang ada di
dalam Departemen Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), di bawah naungan
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK). Jadi, sebenarnya,
Pendidikan Tata Busana di Universitas Pendidikan Indonesia bukan termasuk ke
dalam “jurusan”, melainkan “prodi”. Dikarenakan Pendidikan Tata Busana adalah
prodi di dalam Departemen PKK, maka dari itu, apa yang kita pelajari bukan
hanya seputar “busana”-nya. Tetapi banyak hal-hal lain yang dipelajari untuk
menunjang kesejahteraan keluarga dalam lingkup visualisasi penampilan yang
menunjang estetika berbusana seperti dasar rias.
Visi yang ingin dicapai oleh Program studi Pendidikan Tata Busana adalah
“menjadi Program Studi pelopor dan unggul dalam disiplin ilmu Pendidikan Tata
Busana di Indonesia pada tahun 2020, dan di Asia pada tahun 2025, sehingga
mampu memberikan inspirasi serta menjadi rujukan kebijakan pendidikan
nasional, dan menjadi program studi terpandang, berwibawa, baik pada tatanan
nasional maupun internasional.”
Untuk dapat mendukung ketercapaian visi yang ditargetkan, Program
Studi Pendidikan Tata Busana memiliki misi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pendidikan dalam lingkup tata busana untuk
menyiapkan tenaga pendidik profesional yang berdaya saing global.
2. Melakukan penelitian untuk mengembangkan teori-teori pendidikan dan
keilmuan di bidang tata busana yang inovatif serta penerapannya dalam
pendidikan formal, non formal dan informal.
3. Menyelenggarakan layanan pengabdian kepada masyarakat secara
profesional untuk memecahkan masalah dalam lingkup pendidikan tata
busana dan kewirausahaan di bidang tata busana.
4. Berperan aktif sebagai pusat informasi dan diseminasi dalam lingkup
pendidikan tata busana.
5. Menyelenggarakan internasionalisasi pendidikan melalui pengembangan
dan pengokohan jejaring dan kemitraan pada tingka t nasional, regional,
dan internasional.
6. Melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan seperti SMK Bidang
Keahlian Tata Busana, Tata Kecantikan, Seni Kerajinan dan Pariwisata;
serta lembaga non kependidikan untuk menghasilkan lulusan yang dapat
mengembangkan kemampuan akademik dan profesional dalam bidang
keilmuan tata busana.
Di era modern ini, fast fashion sangat populer di kalangan masyarakat.
Harganya yang relatif murah dengan pilihan yang beragam menjadikan fast
fashion ini sangat digemari. Model yang trendy, corak yang beragam, dan ukuran
yang bervariasi menjadi alasan bagi konsumen dalam memilih produk fast
fashion. Gerai fast fashion tersebar di berbagai pusat perbelanjaan di seluruh
dunia. Pemesanan secara online juga dapat diakses dan dilakukan dengan mudah
dari gadget. Namun, dibalik segala keunggulan fast fashion tersebut terdapat pula
kelemahan yang tidak banyak diketahui oleh publik.
Dampak yang ditimbulkan dari industri Fast Fashion sangatlah besar.
Tekanan untuk mengurangi biaya dan mempercepat waktu produksi, memiliki arti
bahwa lingkungan produksi juga pasti menyempit. Dampak negatif dari Fast
Fashion, termasuk di dalamnya penggunaan pewarna tekstil yang murah dan
berbahaya. Penggunaan pewarna yang berbahaya tersebut, membuat industri
mode menjadi industri pencemar air bersih terbesar kedua secara global setelah
industri pertanian.
Tekstil yang murah juga meningkatkan dampak yang ditimbulkan oleh
Fast Fashion. Poliester adalah salah satu jenis kain paling populer yang berasal
dari bahan bakar fosil. Kain tersebut memiliki kontribusi terhadap pemanasan
global dan dapat melepaskan serat mikro yang menambah tingkat plastik di lautan
ketika dicuci. Namun tak hanya bahan poliester, "bahan alami" pun dapat menjadi
masalah pada skala tuntutan Fast Fashion. Bahan katun membutuhkan air dan
pestisida dalam jumlah yang banyak, khususnya pada negara-negara berkembang.
Hal ini meningkatkan risiko kekeringan, menciptakan tekanan besar pada
sumber air, masalah pada kualitas tanah, serta berbagai masalah lingkungan
lainnya. Namun, tak hanya manusia dan lingkungan, hewan juga terkena dampak
dari adanya Fast Fashion. Selain pewarna berbahaya yang dibuang pada saluran
air, serat mikro yang terdapat di dalamnya juga dapat dicerna oleh kehidupan laut.
Ada begitu banyak bulu asli di peternakan yang diproduksi dengan kondisi yang
mengerikan. Kondisi tersebut membuat bahan baku bulu menjadi lebih murah
untuk dibeli dan diproduksi apabila dibandingkan dengan bulu palsu.
Pada akhirnya, produk Fast Fashion dapat memengaruhi konsumen itu
sendiri. Mendorong budaya "mudah membuang pakaian" sebagai akibat dari
kualitas produk yang rendah dan kecepatan produksi mode tren terbaru. Fast
Fashion secara tidak langsung membuat kita percaya bahwa kita harus berbelanja
dengan lebih sering dan lebih banyak lagi agar tetap bisa mengikuti arus tren yang
ada. Hal itu pun akan menimbulkan sikap kebutuhan sekaligus ketidakpuasan
secara konstan dan bergantian.
Pendidikan Tata Busana berperan penting dalam memberantas dan
mengurangi dampak mengerikan dari fast fashion. Dengan mempelajari tata
busana mahasiswa mampu mengubah trend dan fenomena fast fashion menuju
slow fashion. Karena pembuatan busana yang rumit mulai dari rancangan desain,
pembuatan pola, proses menjahit, dan juga penambahan detail yang dominan
dilakukan secara manual.
Dengan beralih ke produk slow fashion kita dapat meminimalisir sampah
tekstil dan menghasilkan produk yang lebih ramah lingkungan. Hal ini dapat
mengurangi dampak fast fashion yang menghasilkan banyak sampah dan residu
dari pembuatan produk fashion dalam jumlah banyak dengan waktu singkat
sekaligus.
Mahasiswa Pendidikan Tata Busana juga mampu membuka usaha yang
menyediakan lapangan pekerjaan bagi para ibu rumah tangga ataupun masyarakat
sekitar dengan bayaran yang pantas dan sebanding karena memerlukan keahlian
dan keterampilan. Hal ini berbanding terbalik dengan industry fast fashion yang
memerlakukan para pekerjanya dengan semena-mena.
Busana yang dihasilkan akan memiliki nilai yang lebih tinggi karena
proses pembuatan dan lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu jenis
busana. Tidak seperti fast fashion yang memproduksi banyak produk fashion
dalam waktu singkat. Hal ini menyebabkan produk slow fashion memiliki kualitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan fast fashion. Dengan demikian produk
slow fashion dikenakan lebih lama. Masyarakat tidak perlu cepat-cepat membuang
pakaian mereka karena sudah tidak layak pakai. Atau masyarakat dapat menjual
kembali pakaiannya sehinggal tidak berakhir di tempat pembuangan sampah.
Mahasiswa Pendidikan Tata Busana mampu menghasilkan produk yang
ramah lingkungan tanpa merugikan hewan atau siapapun. Dengan demikian
mahasiswa Pendidikan Tata Busana memiliki kontribusi besar dalam
menyelamatkan dunia dan melestarikan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai