BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh :
1. Aliya Daffa D. (21050404026/ Angkatan 2021)
2. Fariha Rizqi Amelia (21050404028/ Angkatan 2021)
3. Meika Tri Riskia( 210504040032/ Angkatan 2021)
3. Maulana Ahmad B. A. (21050524040/ Angkatan 2021)
4. M. Alfan Tsalits (21051214054/ Angkatan 2021)
…………………………….
Menyetujui
……………………………………………………………. …………………………………………………………….
Dosen Pendamping
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dan
Alumni Unesa
……………………………………………………………. …………………………………………………………….
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Industri fashion termasuk penyumbang devisa terbesar ketiga di Indonesia pada tahun
2019 dan berkembangnya teknologi menjadikan jumlah industri ini semakin banyak setiap tahun.
Bahkan, item fashion menjadi barang yang paling sering dibeli lewat e-commerce.
Meningkatnya permintaan dari masyarakat juga menjadi salah satu faktor mengapa industri ini
semakin banyak dan berkembang. Berbagai kalangan masyarakat gemar membeli item fashion
karena selain harganya yang murah, model dan jenisnya juga beragam sesuai tren yang sedang
berlaku. Tren yang berubah sangat cepat menyebabkan masyarakat berperilaku konsumtif.
Perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang
rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf tidak rasional lagi
(Sumartono, 2002). Dampak dari adanya perilaku konsumtif menyebabkan sifat boros dan
menghasilkan banyak sampah. Sifat manusia yang tidak pernah puas juga menjadi pemicu
perilaku konsumtif. Oleh karena itu, dalam mengkonsumsi suatu hal manusia selalu ingin lebih
untuk memenuhi rasa puasnya, walaupun sebenarnya tidak ada kebutuhan akan barang tersebut
(Fromm, 1995). Karena tren fesyen berubah dengan cepat, maka industri fesyen juga berlomba-
lomba untuk memproduksi produk yang sesuai dengan tren. Dan hal inilah yang disebut “fast
fashion”, dimana proses produksi busana mengikuti tren yang ada dengan harga yang murah dan
mudah diperoleh dalam skala yang besar ,tetapi menggunakan bahan berkualitas rendah. Hal ini
mendorong banyaknya produk fesyen yang diproduksi serta didistribusikan kepada masyarakat
dengan cepat agar mengikuti perkembangan tren yang ada.
Munculnya fast fashion menyebabkan dampak buruk terhadap lingkungan yaitu polusi
dari emisi gas yang dihasilkan dari pengolahan industri tekstil. Dikutip dari zerowaste.id, industri
fesyen menyumbang polusi terbesar dibandingkan gabungan industri penerbangan dan
perkapalan yang dijadikan satu. Sedangkan dilansir dari kompasiana.com industri fesyen
merupakan salah satu penyumbang limbah terbesar yang paling merusak lingkungan belum lagi
penggunaan lebih dari 1 miliar liter air pertahun untuk proses pembuatan bahan tekstil dan hasil
limbah kimia cair yang mengandung racun yang langsung di buang ke sungai tanpa adanya
pengolahan limbah terlebih dahulu yang dapat merusak dan mencemari ekosistem sungai.
Tidak hanya permasalahan lingkungan, fast fashion juga banyak mengancam keselamatan
nyawa para pekerja industri tersebut, harga yang murah dan proses yang cepat menjadi
permasalahan. Menurut jurnal Tri Apriliani, “Hubungan Kerja Dalam Industry Fast Fashion”
para pengusaha industri banyak menekan biaya produksi sekecil mungkin agar produknya dapat
dijangkau konsumen yang berkeinginan memperoleh luxury brand namun dengan harga murah
tanpa memperhatikan kesejahteraan para buruh. Dan dikutip dari sumber BBC terdapat
kecelakaan berskala besar di pabrik-pabrik tekstil Bangladesh, mesin pemanas di Dhaka
(Bangladesh) yang meledak dan terbakar menyebabkan 10 korban tewas ,50 luka-luka.
Sebelumnya di bulan yang sama pabrik tekstil di kota pelabuhan Chittagong terbakar dan
menewaskan 65 orang. Sedangkan pada November 2012, kebakaran pabrik Tazreen Fashions
yang menewaskan 112 pekerja dan melukai lebih dari 150 pekerja . Disusul bulan April tahun
berikutnya lebih dari 100 orang tewas dan ratusan cedera saat gedung dikompleks pabrik tekstil
runtuh yang diduga akibat pihak pabrik yang menghiraukan peringatan adanya retakan pada
bangunan.
Meskipun dari segi perekonomian negara industri ini cukup menguntungkan, tetapi masih
banyak kerugian yang dihasilkan pula, seperti korban jiwa, kerusakan lingkungan, dan perubahan
nilai moral pada manusia. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Dampak Tren Fast Fashion dan Gaya Hidup Konsumtif Terhadap Generasi Z di Era Industri 4.0
”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi generasi Z sebagai agen perubahan perilaku konsumtif dan kerusakan
lingkungan?
2. Bagaimana strategi pengembangan edukasi limbah pakaian oleh generasi Z yang berbasis
digital di era industri 4.0?