Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MATA KULIAH

PANCASILA
Dosen : Deti Rahmawati S.IP.,MT.

“ Critical Thingking About Fast Fashion ”

Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Naufal Zuhair
NRP : 2042231005
Kelas : 1A

PRODI D4 TEKNOLOGI REKAYASA INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN TEKNIK INSTRUMENTASI
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2023
Fast fashion adalah masalah yang kompleks dan beragam yang telah dibahas secara
luas dalam literatur. Fast fashion, yang ditandai dengan produksi cepat dan pembuangan
pakaian murah, saat ini, telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak lingkungan dan
sosialnya. Sifat global rantai pasokan, tekanan terhadap lingkungan, dan dampaknya terhadap
masyarakat dan perilaku individu adalah beberapa masalah utama yang disorot dalam
literatur. Salah satu perspektif adalah bahwa fast fashion telah menyebabkan ketidakadilan
lingkungan global, karena proses produksi dan pembuangan industri yang cepat berkontribusi
terhadap pencemaran lingkungan, penggunaan air yang berlebihan, dan generasi limbah
tekstil (Centobelli et al., 2022).
Industri ini mengganggu lingkungan, ekonomi, model bisnis, kesejahteraan orang, dan
hubungan serta perilaku yang dimiliki masyarakat dengan tren sosial saat ini (Webster, n.d.).
Fast fashion mendorong pembelian impulsif dan sangat murah, yang mengarah ke budaya
"membuang" dan menciptakan rasa kebutuhan dan ketidakpuasan tertinggi yang konstan
(sumber: 22FA_EH102E: Abby, Albert, Jocelyn: Fast Fashion (bsc.edu)). Ada beberapa
masalah utama dan solusi potensial meliputi:
1. Pencemaran lingkungan: Fast fashion berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan
melalui penggunaan pewarna sintetis dan proses finishing, yang melepaskan bahan
kimia berbahaya ke dalam pasokan air. Hal ini dapat menyebabkan kontaminasi air
dan membahayakan kehidupan laut.
2. Penggunaan air yang berlebihan: Produksi pakaian fast fashion sering membutuhkan
air dalam jumlah besar, yang dapat berkontribusi pada kelangkaan air di beberapa
daerah.
3. Limbah tekstil: Produksi pakaian fast fashion yang cepat menyebabkan sejumlah
besar limbah tekstil, yang dapat berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibakar.
4. Eksploitasi tenaga kerja: Perusahaan fast fashion sering memprioritaskan biaya
produksi yang rendah daripada kesejahteraan pekerja, yang mengarah pada kondisi
kerja yang buruk dan upah rendah untuk pekerja garmen di negara-negara
berkembang.
5. Konsumsi berlebihan dan pemborosan: Fast fashion mendorong pembelian impulsif
dan mempromosikan budaya "membuang", yang mengarah pada konsumsi berlebihan
dan timbulan limbah.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa solusi potensial meliputi:
1. Beralih ke nilai-nilai mode melingkar dan lambat: Ini melibatkan merancang pakaian
yang tahan lama, abadi, dan mudah diperbaiki atau digunakan kembali, mengurangi
limbah dan meningkatkan umur panjang.
2. Mempromosikan transparansi dalam rantai pasokan: Transparansi yang lebih besar
dalam proses produksi dapat membantu konsumen membuat pilihan berdasarkan
informasi tentang merek yang mereka dukung dan mendorong perusahaan untuk
mengadopsi praktik yang lebih berkelanjutan.
3. Mendukung merek lokal dan berkelanjutan: Memilih desainer dan merek lokal dapat
membantu mengurangi dampak lingkungan dari transportasi dan mempromosikan
praktik produksi yang lebih berkelanjutan.
4. Mengadopsi kebiasaan konsumsi yang lebih sadar dan bertanggung jawab: Konsumen
5. dapat mengurangi dampaknya terhadap industri fast fashion dengan membeli pakaian
bekas, memperbaiki dan menggunakan kembali pakaian, dan mendukung merek yang
berkelanjutan dan diproduksi secara etis.
6. Intervensi kebijakan: Pemerintah dapat menerapkan peraturan untuk mempromosikan
praktik yang berkelanjutan dan bertanggung jawab dalam industri fast fashion, seperti
pajak atas limbah tekstil, insentif untuk produksi berkelanjutan, dan standar tenaga
kerja

Secara keseluruhan, pemikiran kritis tentang fast fashion menekankan perlunya pendekatan
yang lebih berkelanjutan dan adil untuk produksi dan konsumsi pakaian. Mengatasi dampak
lingkungan dan sosial dari fast fashion membutuhkan respons multi-segi dari industri,
pembuat kebijakan, dan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai