Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL KEGIATAN PENELITIAN

PENGARUH STRATEGI BISNIS FAST FASHION TERHADAP SIKAP,


KESADARAN DAN PERILAKU KONSUMEN WANITA

DISUSUN OLEH -

NIM :-

FAKULTAS

UNIVERSITAS

2023
Daftar Isi

Daftar Isi ............................................................................................................................................................ 2


BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 2
1.1 Permasalahan ....................................................................................................................................... 3
1.1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................................3
1.1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................................................3
1.1.3 Batasan Masalah ............................................................................................................................4
1.1.4 Rumusan Masalah .........................................................................................................................4
1.2 Tujuan dan Manfaat ...............................................................................................................................4
1.2.1 Tujuan .............................................................................................................................................. 4
1.2.2 Manfaat Penelitian ........................................................................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................... 6
2.1 Gambaran Umum Teori .........................................................................................................................6
2.2 Definisi Konseptual Variabel ................................................................................................................ 6
2.3 Kaitan dalam Variabel ........................................................................................................................... 7
2.4 Kerangka pikiran dan Hipotesis ............................................................................................................ 8
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................................9

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Permasalahan

1.1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, industri fashion dan tekstil berada di bawah tekanan
untuk memenuhi harapan pelanggan. Mengutip data yang diperoleh We Are Social, hingga
Februari 2022, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 204,7 juta pengguna atau
setara dengan 73,7% total penduduk Indonesia (Kemp, Simon, 2022). Selain itu, jumlah
pengguna aktif media sosial di Indonesia khususnya pada Februari 2022 sebanyak 191,4
juta pengguna atau setara dengan 68,9% total penduduk Indonesia. Jejaring sosial juga
merupakan cara untuk menyebarkan fast fashion ke seluruh dunia. Pesatnya perkembangan
teknologi dan kemudahan akses bagi pengguna membuat setiap tren sangat terlihat dan
dapat diakses dalam waktu singkat. Saat ini tren fashion sedikit banyak dipengaruhi oleh
tren fashion luar negeri seperti Amerika dan Korea. Dengan munculnya tren tersebut,
peluang bisnis fashion di Indonesia semakin terbuka. Namun, dibalik keindahan warna dan
desain yang diciptakan para pengusaha fast fashion, industri ini juga mempunyai banyak
dampak negatif, termasuk dampak terhadap lingkungan. Pada tahun 2030, jumlah ini
(sampah pakaian) diperkirakan mencapai 134 juta ton (Segran, 2021). Industri fesyen
membutuhkan sekitar 10.000 liter air untuk menghasilkan satu kilogram kapas atau sekitar
3.000 liter air untuk memproduksi satu kemeja katun. Selain itu, pewarnaan kain
memerlukan bahan kimia beracun yang kemudian dibuang ke laut, tempat sekitar 20% air
limbah global dikaitkan dengan proses produksi industri fesyen (Le, 2020).

1.1.2 Identifikasi Masalah

Menurut data statistik e-commerce tahun ini (2021), 46.05D44 perusahaan e-


commerce termasuk dalam kategori usaha G. Perusahaan dagang pakaian bekas
merupakan klasifikasi yang berasal dari klasifikasi utama kode G 47749 (Kamus Standar
Statistik, 2021). Selanjutnya menurut statistik pada tahun e-commerce (2021), metode
pembelian offline (langsung) menjadi online (melalui e-commerce), menjadi fenomena
atau peristiwa yang tidak dapat diterima, apalagi sejak pandemi covid-19. Sebanyak 20,71
produk yang dijual di e-commerce termasuk dalam kategori fashion atau pakaian.
Berdasarkan data diatas dapat kita simpulkan bahwa penjualan baju bekas melalui e-
commerce termasuk dalam kategori bisnis fashion yang paling banyak terjual terutama
sejak pandemi covid-19. Tapi meskipun begitu ada banyak akun e-commerce profesional,
yang melakukan bisnis online juga hampir sama banyaknya yang mengalami kegagalan.
1.1.3 Batasan Masalah

Strategi fast fashion adalah pendekatan bisnis dalam industri pakaian yang
bertujuan untuk merespon tren fashion dengan cepat, memproduksi pakaian dalam
jangka waktu yang singkat, dan menawarkan produk dengan harga terjangkau. Namun,
ada beberapa masalah dan tantangan yang muncul dalam strategi ini. Berikut
beberapa batasan yang perlu dipertimbangkan, yaitu dampak lingkungan, penggunaan
material yang murah dan produksi massal yang cepat seringkali menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan, seperti pencemaran air dan udara serta tingginya
penggunaan sumber daya alam. Siklus produksi yang cepat juga menghasilkan limbah
tekstil dalam jumlah besar.Kondisi kerja yang buruk, untuk menjaga harga tetap
rendah, perusahaan-perusahaan fast fashion dapat merekrut pekerja di negara-negara
dengan upah rendah dan kondisi kerja yang buruk. Hal ini dapat menimbulkan
masalah seperti eksploitasi tenaga kerja dan pelanggaran hak asasi manusia.Kualitas
produk, produk fast fashion seringkali memiliki kualitas yang lebih rendah
dibandingkan pakaian yang diproduksi dengan kecepatan yang lebih lambat. Hal ini
dapat menyebabkan pembusukan produk dengan cepat dan mempercepat siklus
pembelian konsumen. Tren berubah dengan cepat, fast fashion harus selalu mengikuti
tren fashion yang berubah dengan cepat sehingga membutuhkan produksi yang sangat
cepat. Hal ini dapat memberikan tekanan yang sangat besar pada rantai pasokan dan
perusahaan untuk selalu menghasilkan produk baru.

1.1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan :

1. Apakah Attitudes Berpengaruh Terhadap Fast Fashion ?

2. Apakah Injunctive Norms Berpengaruh Terhadap Fast Fashion ?

3. Apakah Descriptive Norms Berpengaruh Terhadap Fast Fashion ?

4. Apakah Moral Norms Berpengaruh Terhadap Fast Fashion ?

5. Apakah Preceived Behavioural Control Berpengaruh Terhadap Fast Fashion ?

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk Menganalisis Pengaruh Attitudes Terhadap Fast Fashion.
2. Untuk Menganalisis Pengaruh Injunctive Norms Terhadap Fast Fashion.
3. Untuk Menganalisis Pengaruh Descriptive Norms Terhadap Fast Fashion.
4. Untuk Menganalisis Pengaruh Moral Norms Berpengaruh Terhadap Fast Fashion.
5. Untuk Menganalisis Pengaruh Preceived Behavioural Control Terhadap Fast
Fashion.

1.2.2 Manfaat Penelitian

Penelitian terhadap strategi fast fashion memiliki sejumlah manfaat penting, baik
dalam konteks bisnis maupun dalam memahami dampak sosial dan lingkungan. Berikut
beberapa manfaat penelitian terkait strategi fast fashion:
1. Pemahaman lebih dalam mengenai industri garmen:
2. Identifikasi tantangan dan peluang:
3. Mengembangkan model ekonomi berkelanjutan:
4. Meningkatkan etika perusahaan dan tanggung jawab sosial:
5. Meningkatkan kesadaran konsumen:
Untuk memahami dan mengatasi tantangan yang terkait dengan strategi fast
fashion, penelitian yang cermat dan berkelanjutan sangatlah penting. Hal ini dapat
membantu menciptakan perubahan positif dalam industri pakaian jadi dan memberikan
manfaat bagi dunia usaha, konsumen, dan lingkungan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Teori

Pendapat atau sikap terhadap fashion bisa sangat bervariasi dari individu ke
individu. Sikap-sikap ini mencerminkan preferensi, nilai, dan keyakinan pribadi
seseorang tentang mode dan pakaian. Untuk sikap pada fashion biasanya meliputi
pentingnya penampilan, beberapa orang memiliki sikap yang sangat kuat terhadap
penampilan dan fashion mereka. Injunctive Norms ini adalah norma-norma yang
mengatur perilaku berdasarkan persepsi tentang apa yang dianggap “baik” atau
“buruk” oleh individu atau kelompok sosial. Dalam dunia fashion, aturan preskriptif
menciptakan ekspektasi tentang bagaimana seseorang harus berpakaian berdasarkan
standar moral atau nilai sosial tertentu. Descriptive Norms ini mengacu pada norma-
norma yang menggambarkan perilaku aktual yang diamati dalam suatu kelompok
atau komunitas. Dalam dunia fesyen, standar deskriptif mencerminkan apa yang
biasanya dipakai orang di lingkungan tertentu. Moral Norms standar etika mengacu
pada pandangan moral individu atau masyarakat mengenaipilihan pakaian. Hal ini
dapat mencakup etika yang berkaitan dengan hak asasi manusia, produksi yang etis,
dan penggunaan bahan ramah lingkungan dalam fesyen. Preceived Behavioural ini
adalah persepsi individu mengenai sejauh mana mereka dapat mengendalikan
perilaku berpakaiannya. Faktor-faktor seperti ketersediaan modal, akses terhadap
item pakaian tertentu, dan kemampuan mengikuti tren fesyen tertentu dapat
memengaruhi persepsi pengendalian perilaku dalam konteks fesyen.

2.2 Definisi Konseptual Variabel

Konsep variabel dalam konteks fast fashion mengacu pada faktor atau aspek
tertentu yang dapat diukur, diamati atau digunakan untuk menggambarkan atau
mengukur fenomena fast fashion. Variabel konseptual fast fashion membantu
peneliti atau analis untuk memahami, mengukur atau menjelaskan berbagai aspek
yang berkaitan dengan bisnis atau fenomena tersebut. Contoh variasi konseptual
dalam fast fashion meliputi tingkat respons tren, kecepatan produksi, rangkaian
produk, harga rata-rata, kualitas produk, metode produksi, frekuensi perubahan
koleksi, menggunakan bahan yang ramah lingkungan, pengaruh di jejaring sosial,
loyalitas konsumen. Variabel konseptual ini membantu menganalisis dan
mempelajari fenomena fast fashion, baik dari perspektif komersial maupun dari
perspektif dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dalam praktiknya, penelitian
sering kali menggunakan kombinasi variabel-variabel ini untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih komprehensif tentang dinamika industri fast fashion dan
implikasinya.

2.3 Kaitan dalam Variabel

Ada kaitan yang erat antara variabel sikap (attitude), norma injunktif
(injunctive norms), norma deskriptif (descriptive norms), norma moral (moral
norms), dan kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control)
dengan fast fashion. Ini karena variabel-variabel ini memainkan peran penting
dalam memahami perilaku konsumen terkait dengan fast fashion, serta dampaknya
pada industri dan masyarakat. Sikap (Attitude): Sikap konsumen terhadap fast
fashion memengaruhi perilaiannya terhadap merek-merek dan produk-produk
dalam industri ini. Norma Injunktif (Injunctive Norms): Norma injunktif dalam fast
fashion mencerminkan pandangan sosial tentang apa yang dianggap sebagai "benar"
atau "salah" dalam berpakaian dan berbelanja. Norma ini dapat memengaruhi
keputusan konsumen terkait dengan berpakaian sesuai dengan tren terbaru,
mengikuti norma formal dalam berpakaian, atau mendukung merek yang mematuhi
standar etika dalam produksi dan distribusi pakaian. Norma Deskriptif (Descriptive
Norms): Norma deskriptif mencerminkan perilaku aktual yang diamati dalam
komunitas atau lingkungan tertentu dalam konteks fashion. Norma Moral (Moral
Norms): Norma moral dalam fast fashion mencakup pandangan etika terkait dengan
produksi, penjualan, dan konsumsi pakaian. Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan
(Perceived Behavioral Control): Kontrol perilaku yang dipersepsikan
mencerminkan sejauh mana konsumen merasa memiliki kendali atas perilaku
berbelanja mereka dalam fast fashion.
2.4 Kerangka pikiran dan Hipotesis

Fast fashion telah mengubah cara tren mode dikomunikasikan dan diterima
oleh konsumen, perubahan yang cepat dalam tren mode memengaruhi keputusan
konsumen untuk berbelanja dan mempengaruhi siklus hidup produk, norma sosial
dan etika bermain peran penting dalam keputusan pembelian konsumen dalam fast
fashion, pertimbangan norma-norma moral, injunktif, dan deskriptif dapat
memengaruhi pilihan berpakaian dan merek yang dipilih, penggunaan bahan murah
dan produksi masal dalam fast fashion telah menciptakan kekhawatiran tentang
kualitas produk dan dampak lingkungan, pertimbangan tentang keberlanjutan
semakin memengaruhi preferensi konsumen, media sosial memainkan peran kunci
dalam penyebaran tren mode dan promosi merek fast fashion.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, beberapa hipotesis yang dapat
diajukan dalam penelitian tentang fast fashion antara lain:
1. Perubahan yang cepat dalam tren mode dalam fast fashion akan
berdampak positif terhadap penjualan produk-produk baru, karena konsumen akan
merasa perlu untuk terus membeli produk terbaru.
2. Kualitas produk fast fashion yang lebih rendah akan memengaruhi siklus
hidup produk dan mempercepat pemborosan.
3. Pengaruh media sosial akan memiliki dampak positif pada penjualan
produk fast fashion, karena konsumen akan terdorong untuk mengikuti tren yang
dilihat di platform tersebut.
Dengan menggunakan kerangka pemikiran dan hipotesis ini, penelitian
tentang fast fashion dapat dilakukan untuk menguji teori-teori dan konsep-konsep
dalam industri ini serta untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang perilaku konsumen dan dampaknya secara keseluruhan.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. (2019). Ekspor dan Impor Desember 2019. Dipetik October
04, 2022, dari https://www.bps.go.id/exim/ .
David, F. R., & David, F. R. (2016). Manajemen Strategik: Suatu Pendekatan
Keunggulan Bersaing - Konsep (Edisi 15 ed.). Jakarta: Salemba Empat.
David, F. R., & David, R. F. (2016). The Internal Factor Evaluation Matrix. Dalam
S. Wall (Penyunt.), Strategic Management a Competitive Advantage Approach,
Concepts and Cases (hal. 117). South Carolina: Pearson.
Direktorat Statistik Keuangan, Teknologi Informasi, dan Pariwisata. (2021).
Statistik E-Commerce 2021. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Hidayatullah, T., & Barton, K. (2021). Thrifting Shop, Jual Beli Barang Seken yang
Lagi Digandrungi Milenial. Dipetik Oktober, 10,2023 dari
https://lokadata.id/artikel/thrifting-shop-jual-beli-barang-seken-yang-lagi-
digandrungi-milenial
Kamus Pembakuan Statistik. (2021). Perdagangan Eceran Barang Bekas Lainnya.
Dipetik Oktober, 10,2023 dari
https://www.bps.go.id/klasifikasi/app/view/kbli2009/47749 Kemp, Simon. (2022).

Indonesian Digital Report 2022. Dipetik Oktober,10,2023 dari


https://datareportal.com/reports/digital2022-indonesia Kotler, P., & Armstrong, G.
(2016). Principles of Marketing - Global Edition (16th ed.). Harlow: Pearson
Education.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). Business Unit Strategic Planning. Dalam
Marketing Management (hal. 70-71). Harlow:Essex Pearson Education Limited.

Anda mungkin juga menyukai