Disusun Oleh:
Kelompok 3
Aldi 2202010001
Ananda Nurul Sholihah 2202010012
Ajeng Siva Wulan Sari 2202010014
Nazwa Nur Zannatul Firdaus 2202010018
Rida Nurulaida 2202010030
Egi Dia Safitri 2202010036
Kami juga berterimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen mata kuliah Etika dan Hukum
Bisnis yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan bahkan jauh dari
kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari segenap pembaca
pemakainya agar tercipta makalah yang lebih baik dari sebelumnya.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3
2.1 Perhatian Untuk Konsumen ....................................................................................3
2.2 Tanggung Jawab Bisnis Untuk Menyediakan Produk yang Aman.........................5
2.3 Tanggung Jawab Bisnis Lainnya Terhadap Konsumen...........................................6
2.4 Pengertian Periklanan .............................................................................................7
2.5 Fungsi Periklanan ...................................................................................................8
2.6 Definisi etika periklanan .........................................................................................9
2.7 Fungsi etika periklanan ...........................................................................................10
2.8 Makna etika dan estetika dalam islam ....................................................................12
2.9 Pengontrolan terhadap iklan ...................................................................................12
2.10 Hukum dan UU Periklanan di Indonesia ...............................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah Etika Seputar Konsumen, Serta Periklanan dan Etika. Dimana pengertian dari
Periklanan dan Etika merupakan suatu tema yang tidak mudah dan tentu tidak mungkin
diuraikan. Etika Bisnis adalah penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada wilayah
perilaku manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis. Secara konkret teori etika
ini sering terfokuskan pada perbuatan.
Konsumen merupakan stakeholder yang sangat hakiki dalam bisnis modern. Bisnis tidak
mungkin berjalan kalau tidak ada konsumen yang menggunakan produk atau jasa yang dibuat
dan ditawarkan oleh bisnis. Dalam hal ini tentu cukup, bila konsumen tampil satu kali saja
pada saat bisnis dimulai.
Konsumen harus diperlakukan dengan baik secara moral, tidak saja tuntutan etis,
melainkan juga syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan dalam bisnis.
Iklan merupakan akses informasi dan promosi dari pihak produsen kepada konsumen.
Iklan pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang dimaksud untuk
mendekatkan barang yang hendak dijual kepada konsumen, dengan kata lain mendekatkan
produsen dan konsumen. Sasaran akhir seluruh kegiatan adalah agar barang yang telah
dihasilkan bisa dijual kepada konsumen. Secara positif iklan adalah suatu metode yang
digunakan untuk memungkinkan barang dapat dijual kepada konsumen.
Kegiatan periklanan ini juga tak lepas dari badan hukum dan etika yang harus ditaati oleh
para pelaku periklanan khususnya di Indonesia. Sebagaimana diketahui pemerintah sudah
mengatur tata cara beriklan di dalam undang-undang pers di Indonesia, jadi etika dalam
periklanan ini harus selalu dijaga segala batasan-batasan dalam kegiatan periklanan
hendaknya harus ditaati dan dipatuhi oleh para pelaku periklanan khususnya di Indonesia
jangan sampai melanggar etika dan undang-undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
1
2
1.3 Tujuan
3
4
Menurut Dewan Periklanan Indonesia (DPI), etika adalah sekumpulan norma/ azaz/
sistem perilaku yang dibuat oleh sekelompok tertentu yang harus ditaati oleh individu/
kelompok dividedu yang menjadi anggotanya atas dasar moralitas baik-buruk atau benar-
salah untuk hal/ aktivitas/ budaya tertentu. Etika adalah lini arahan atau aturan moral dari
sebuah situasi dimana seseorang bertindak dan mempengaruhi tindakan orang atau kelompok
lain. Definisi etika ini juga berlaku untuk kelompok media subjek etis yang ada. Pilihan-
pilihan etis juga harus berdasarkan kaidah norma atau nilai yang menjadi prinsip utama
tindakan etis.
Etika memiliki beberapa sifat yang bersifat universal, yaitu :
a. Punya nilai moral (benar-salah, baik-buruk)
b. Punya nilai relatif (melindi kepentingan orang yang lebih banyak)
c. Bersifat relatif (sesuatu yang dianggap baik/benar pada kelompok/era tertentu
belum tentu baik/benar pada kelompok/era lainnya)
d. Buatan manusia (dibuat oleh suatu kebutuhan untuk mengatur perilaku sesame
demi kepentingan masyarakat banyak.)
e. Melestarikan tujuan bersama.
f. Memiliki moral enforcement (yang tidak mengikuti/ menyimpang akan dikoreksi
bersama dan jika hasilnya negatif maka pelaku akan terkena public expose)
Etika periklanan adalah ukuran kewajaran nilai dan kejujuran dalam sebuah
iklan.Menurut Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), etika periklanan
adalah seperangka norma dan padan yang mesti diikuti oleh para politis periklanan
11
dalam mengemas dan menyebarluaskan pesan iklan kepada khalayak ramai baik
melalui media massa maupun media ruang.
Secara umum etika periklanan bisa diartikan sebagai kumpulan ketentuan
normatif yang berkaitan dengan profesi serta usaha di bidang periklanan yang telah
disepakati bersama, dan hendaknya diterapkan dalam menjalankan usaha periklanan.
Etika berbeda dengan hukum. Karena etika lebih mengarah pada kode etik yang
dibuat oleh suatu organisasi tertentu, dan harus diikuti oleh individu atau kelompok yang
tergabung didalamnya. Etika periklanan di Indonesia diatur dalam Etika Pariwara Indonesia
(EPI), versi terbaru amandemen 2020, yang di terbitkan oleh Dewan Periklanan Indonesia.
Etika Pariwara Indonesia disusun untuk mengatur sikap dan cara berperilaku para pengusaha
periklanan, terutama organisasi yang bergabung dalam Asosiasi Anggota Dewan Periklanan
Indonesia.
Pedoman EPI ini juga menjadi rujukan dalam segala upaya penengakan perilaku atau
peraturan yang berkaitan dengan periklanan, baik secara internal maupun eksternal. Berikut
gambaran isi Etika Pariwara Indonesia (EPI) Amandemen 2020 dijelaskan sebuah poin
mengenai periklanan. Berikut penjelasan singkatnya:
Definisi iklan, iklan korporat, iklan layanan masyarakat, iklan produk pangan, iklan
nirkomersial, iklan komersial, iklan spot, iklan televisi waktu-blokiran, dan lain
sebagainya.
Definisi tentang segala hal yang berkaitan dengan periklanan, seperti fotografer, anak,
balita, bayi, konsumen, khalayak, media, lembaga penegak etika dan lain-lain.
Tata krama terkait isi iklan, Bahasa, tanda asteris, pencantuman harga, garansi, janji
pengembalian uang, agama serta budaya, rasa takut dan takhayul, kekerasan, dan
seterusnya.
Pembagian ragam iklan, antara lain, minuman keras, rokok dan produk tembakau,
obat-obatan dan produk pangan, vitamin, mineral dan suplemen, produk peningkat
kemampuan seks, komestika serta produk perawatan tubuh, dan lain sebagainya.
Kriteria pemeran iklan yang mencakup anak-anak, perempuan, jender, pejabat negara,
tokoh agama, anumerta, pemerai sebagi duta merek (brand ambassador) orang yang
berkebutuhan khusus (difabel), tenaga professional, pemeran yang mirip tokoh
nasional atau internasional, pemeran lainnya, hewan seta tokoh animasi.
Ketentuan wahana iklan, yakni media cetak, elektronik, radio, bioskop, media luar
griya, media daring, layanan pesanan singkat, promosi penjualan, pemasaran atau
12
Fungsi iklan yang pada akhirnya membentuk citra sebuah produk dan perusahaan
di mata masyarakat. Citra ini terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah
produk yang diiklankan dengan informasi yang disampaikan dalam iklan tersebut,
Prinsip etika dalam bisnis yang paling relevan dalam hal ini adalah nilai kejujuran
dalam menyampaikan iklan. Dengan demikian, iklan yang membuat pernyataan salah
atau tidak benar dengan maksud memperdaya konsumen adalah sebuah tipuan semata.
Jujur, yaitu tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk yang
diiklankan.
Tidak memicu konflik dan sara SARA.
Tidak mengandung pornografi di dalamnya
Tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
Tidak melanggar etika bisnis, contoh: saling menjatuhkan produk tertentu dan
sebagainya.
Tidak plagiat atau meniru iklan produk lain.
2.9 Pengontrolan Terhadap Iklan
Seperti yang dilakukan oleh Mentri Kesetaraan Inggris pada produk kecantikan
yang beredar di Negaranya, dimana antara model yang digunakan pada iklan
tersebut kurang sesuai dengan wajah aslinya. Di Indonesia sendiri beberapa
Undang-undang telah ditetapkan untuk melindungi konsumen terhadap
beberapa produk yang menyalahi aturan, diantaranya telah terdapat iklan
tentang makanan dan obat yang diawasi oleh Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan (POM) dari Departemen Kesehatan.
Nasional Indonesia), SPS (Serikat Penerbit Surat Kabar) dan Yayasan TVRI
(Yayasan Televisi Republik Indonesia).
Sedang di Amerika terdapat National Advertising Review Board (NARB) yang
disponsori oleh American Association of Advertising Agencies, American
Advertising Federation, Association of National Advertisers, dan Council of
Better Bussines Bureaus. Tujuannya adalah pengaturan diri oleh para pengiklan.
NARB ini menyelidiki semua keluhan tentang periklanan dan memberitahukan
hasilnya kepada instansi yang mengajukan keluhannya, dan kegiatan ini
diumumkan juga setiap bulan melalui sebuah press release.
2.9.3 Kontrol oleh masyarakat
Masyarakat luas tentu harus ikut serta dalam mengawasi mutu etis periklanan.
Dalam hal ini suatu cara yang terbukti membawa banyak hasil dalam
menetralisasiefek-efek negatif dari periklanan adalah mendukung dan
menggalakkan lembaga-lembaga konsumen, diantaranya yang terdapat di
Indonesia (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia di Jakarta dan kemudian
Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen di Semarang).
Selain menjaga agar periklanan tidak menyalahi batas-batas etika melalui
pengontrolan terhadap iklan-iklan dalam media massa, ada juga cara lebih
positif untuk meningkatkan mutu etis dari iklan dengan memberikan
penghargaan kepada iklan yang dinilai paling baik. Penghargaan untuk iklan
tersebut bisa diberikan oleh instansi pemerintah, Lembaga Swadaya
Masyarakat, sebuah majalah, atau lain-lain. Di Indonesia sendiri kita
mempunyai Citra Adhi Pariwara yang setiap tahun dikeluarkan oleh “Persatuan
Perusahaan Periklanan Indonesia”. Dan apresiasi tersebut dapat memberikan
pengaruh positif terhadap perusahaan lain untuk dapat berkreasi secara lebih
baik.
Dalam periklanan kita tidak bisa lepas asri teori yang diterapkan, etika, dan Undang-
undang yang berlaku. Dimana didalam iklan itu sendiri mencakup pokok-pokok bahasan
yang menyangkut reaksi kritis masyarakat khususnya di Indonesia tentang sebuah iklan yang
dapat dipandang sebagai kasus etika dalam periklanan. Sebuah perusahaan harus
memperhatikan etika dan estetika dalam sebuah iklan dan terus memperhatikan hak-hak
konsumen dan apa yang akan didapat dengan adanya iklan tersebut.
Maka demikian menjaga etika dalam kegiatan periklanan ini sangatlah penting karena
dengan terciptanya iklan-iklan yang baik dan mendidik maka akan baik pula citra periklanan
khususnya di Negara Indonesia yang dengan penduduknya berasal dari berbagai suku dan
Bahasa.
3.2 Saran
Dalam penulisan ini penyusun memberikan saran yaitu dalam bisnis periklanan
perlulah adanya control tepat yang dapat mengimbangi kerawanan tersebut sehingga tidak
merugikan konsumen. Sebuah perusahaan harus memperhatikan kepentingan dan hak-hak
konsumen, dan tidak hanya memikirkan keuntungan semata.
18
DAFTAR PUSTAKA