Anda di halaman 1dari 11

KASUS YANG BERKAITAN DENGAN ETIKA

PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DIMENSI


ETIS IKLAN

OLEH KELOMPOK 9 :

1. I GUSTI NGURAH MADE SUGIANTARA ( 1515151011 )

2. I WAYAN JHONY HARTAWAN ( 1515151033 )

3. I WAYAN AGUS WIDIANA ( 1515151034 )

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana

Mahasiswa Program Ekstensi


Tahun Ajaran 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah – Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan “Kasus yang berkaitan dengan etika produksi
dan pemasaran serta dimensi etis iklan” Adapun maksud dan tujuan dari penulis Paper ini
selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Paper ini dengan baik, namun penulis
pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa.
Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan,
maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik.

Serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami
untuk dapat menyempurnakan paper ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.
Harapan kami paper ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.

Denpasar,18 September 2016

Penyusun Anggota kelompok 09

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Masalah……………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kasus Pelanggaran Etika Pemasaran dan Produksi………………..............2-3

2.2 Dimensi Etis Iklan…………………………………………………………4-5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................... .6

3.2 Saran………………………………………………………………………...6

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 7

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Produksi dan Pemasaran merupakan salah satu urat nadi dalam proses bisnis. Segala
macam produksi, output dengan hasil terbaik pun tidak akan optimal diserap oleh konsumen
jika tidak melakukan kegiatan pemasaran atau memiliki pemasaran yang bagus. Berbagai
macam cara dapat dilakukan dalam memasarkan suatu produk sehingga sampai di tangan
konsumen. Salah satu yang memiliki peranan penting saat ini adalah penggunaan iklan. Iklan
atau periklanan merupakan bagian tak terpisahkan dari bisnis modern. Iklan dianggap sebagai
metode yang ampuh untuk menyebarluaskan informasi kepada khalayak mengenai suatu
produk yang dihasilkan dalam bisnis.

Aneka ragam iklan mulai dari yang ditayangkan secara tradisional melalui media-media
cetak maupun melalui media yang lebih modern seperti radio, televisi dan internet.
Kesemuanya itu sedikit banyak telah meningkatkan penjualan dari produk yang telah
ditawarkan oleh suatu unit usaha. Dibalik keberhasilan iklan dalam mendongkrak penjualan
produk dalam bisnis, terselip beberapa permasalahan yang bermuara pada persoalan etika.
Etika yang dimaksud disini adalah dari content serta visualisasi iklan tersebut yang dianggap
sebagai pembodohan serta penipuan terhadap konsumen.

B. MASALAH

Beberapa permasalahan terkait dengan etika produksi dan pemasaran serta iklan dapat
ungkapkan beberapa permasalahan sebagai berikut :

Masih ada produsen yang menggunakan bahan kimia bebahaya

Iklan yang ditampilkan tidak mendidik

Iklan yang ditampilkan cenderung menyerang produk lain

1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kasus Pelanggaran Etika Pemasaran dan Produksi
Kasus Pelanggaran Etika Pemasaran dan Produksi yang dilakukan oleh Produk HIT di
Indonesia.

Produk HIT dianggap merupakan anti nyamuk yang efektif dan murah untuk
menjauhkan nyamuk dari kita. Tetapi, ternyata murahnya harga tersebut juga membawa
dampak negatif bagi konsumen HIT. Telah ditemukan zat kimia berbahaya di dalam
kandungan kimia HIT yang dapat membahayakan kesehatan konsumennya, yaitu Propoxur dan
Diklorvos. 2 zat ini berakibat buruk bagi manusia, antara lain keracunan terhadap darah,
gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan
kanker lambung.

Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis
semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang). Departemen Pertanian juga telah mengeluarkan
larangan penggunaan Diklorvos untuk pestisida dalam rumah tangga sejak awal 2004. Hal itu
membuat kita dapat melihat dengan jelas bahwa pemerintah tidak sungguh-sungguh berusaha
melindungi masyarakat umum sebagai konsumen. Produsen masih dapat menciptakan produk
baru yang berbahaya bagi konsumen tanpa inspeksi pemerintah.

Jika dilihat menurut UUD, PT Megarsari Makmur sudah melanggar beberapa pasal, yaitu :

1. Pasal 4, hak konsumen adalah :

Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa”

Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa”

PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya


zat-zat berbahaya di dalam produk mereka. Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan
dengan alasan mengurangi biaya produksi HIT.

2. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :

Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”

PT Megarsari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk mereka, dimana
seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida, harus dibiarkan selama setengah
jam sebelum boleh dimasuki lagi.

3. Pasal 8

2
Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau
jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan”

Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran”

PT Megarsari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT tersebut tidak
memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut. Seharusnya, produk HIT
tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi
mereka tetap menjualnya walaupun sudah ada korban dari produknya.

4. Pasal 19 :

Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan”

Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”

Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi”

Menurut pasal tersebut, PT Megarsari harus memberikan ganti rugi kepada konsumen karena
telah merugikan para konsumen

PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan dengan
memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak buruk pada konsumen
yang menggunakan produk mereka. Salah satu sumber mengatakan bahwa meskipun
perusahaan sudah melakukan permintaan maaf dan berjanji menarik produknya, Namun
permintaan maaf itu hanyalah sebuah klise dan penarikan produk tersebut seperti tidak di
lakukan secara sungguh –sungguh karena produk tersebut masih ada dipasaran.

Pelanggaran Prinsip Etika Pemasaran yang dilakukan oleh PT. Megarsari Makmur yaitu
Prinsip Kejujuran dimana perusahaan tidak memberikan peringatan kepada konsumennya
mengenai kandungan yang ada pada produk mereka yang sangat berbahaya untuk kesehatan
dan perusahaan juga tidak memberi tahu penggunaan dari produk tersebut yaitu setelah suatu
ruangan disemprot oleh produk itu semestinya ditunggu 30 menit terlebih dahulu baru
kemudian dapat dimasuki /digunakan ruangan tersebut.

Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh dilakukan
asal tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini perusahaan
seharusnya lebih mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan produknya
3
karena dengan meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaan maka
perusahaan itu sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan /
loyalitas konsumen terhadap produk itu sendiri.

2.2 Dimensi etis iklan

Dunia periklanan memang merupakan dunia glamour dalam bisnis modern saat ini,
selain sebagai alat promosi kepada konsumen, iklan merupakan salah satu alat komunikasi
interaktif antara konsumen dan produsen. Iklan-iklan yang tayangkan secara massal dan
intensif kepada masyarakat pada umumnya tidak mendidik, selain itu periklanan memamerkan
suatu suasana hedonis dan meterialistis yang pada akhirnya menumbuhkan ideologi
konsumerisme. Etika bisnis merupakan penjabaran etika dalam artian seseorang/individu atau
kelompok organisasi bertindak secara benar sesuai dengan moral yang dimilikinya.

Penayangan suatu iklan pada ruang publik seharusnya menyandarkan diri pada prinsip
utama serta fungsi utama sebuah iklan. Tentunya kita telah mafhum bahwa iklan berfungsi
sebagai alat informatif dan persuasif. Iklan yang sesuai dengan etika binis adalah iklan yang
penyampaiannya kepada masyarakat sesuai dengan kebenaran, artinya apa-apa yang
diinformasikan melalui iklan tersebut memang pada kenyataannya adalah benar. Jika suatu
produk memiliki kelemahan-kelemahan tertentu, namun dalam pengiklanan kepada masyarakat
di manipulasi sehinga seolah terlihat sempurna, maka jenis iklan seperti ini adalah iklan yang
tidak etis.

Selain itu, manipulasi dalam periklanan juga merupakan hal yang cukup merugikan
bagi konsumen. Manipulasi disini diartikan sebagi tindakan yang dilakukan oleh si pengiklan
terhadap si konsumen untuk membeli produk yang dihasilkan tanpa si konsumen itu hendak
membelinya. Contoh riil pada kasus ini adalah apa yang dinamakan subliminal advertising.
Subliminal advertising adalah teknik periklanan yang secara sekilas menyampaikan suatu
pesan dengan begitu cepat, sehingga tidak dipersepsikan dengan sadar, tapi tinggal dibawah
ambang kesadaran. Teknik ini dipakai dibidang visual maupun audio.

Dalam dunia visual, suatu pesan dimasukkan sebentar saja dalam film, sehingga
penonton tidak melihatnya dengan sadar pada layar, namun demikian pesan tersebut akan
diingat oleh penonton. Subliminal advertise yang lain adalah mempengaruhi konsumen melalui
iklan dengan memanfaatkan faktor-faktor psikologis seperti status, gengsi, seks dan lainnya.
Kedua jenis advertise subliminal tersebut secara etis telah mempengaruhi keindependenan
konsumen, walau tidak dipungkiri bahwa fungsi sebuah iklan adalah untuk mengajak sebanyak
mungkin konsumen untuk membeli suatu produk.

Beberapa permasalahan yang telah disebutkan dimuka terkait periklanan oleh dunia bisnis yang
bersinggungan dengan nilai-nilai dan etika, dapat kita perinci sebagai berikut :

4
 Iklan yang ditampilkan tidak mendidik

Dari sisi content, suatu iklan terkadang malah sering menampilkan sisi-sisi yang sama
sekali tidak mendidik terhadap konsumen, taruhlah iklan tersebut secara isi adalah benar,
namun dalam visualisasi terhadap konsumen dapat tidak mendidik. Kita dapat melihat
beberapa tayangan iklan ditelevisi seperti iklan mobil kijang yang menggunakan anak-anak
sebagai model, sekilas penulis tangkap sebagai didikan kepada anak untuk bergaya hidup
konsumeris.

Iklan-iklan yang tidak logis seperti seorang anak dapat tumbuh besar serta pintar karena
mengkonsumsi produk-produk tertentu dan sebagainya. Belum, lagi iklan-iklan yang
menonjolkan kekerasan serta sensualitas dalam penayangannya, secara etis iklan-iklan seperti
ini tidak layak untuk ditampilkan. Jika boleh penulis merekomendasikan iklan “internet masuk
desa” sera “telepon masuk desa” sebagai contoh iklan yang mendidik baik secara content
maupun visualisasi terhadap masyarakat.

 Iklan yang ditampilkan cenderung menyerang produk lain

Selain beberapa iklan yang kurang atau bahkan tidak mendidik, terdapat pula seberapa iklam
yang dalam pengiklanannya saling menjatuhkan produk yang lain, tentunya ini secara etis
merupakan suatu bentuk persaingan yang tidak dibenarkan, karena tindakan tersebut
merugikan pihak lain.

 Iklan berupa spammer merugikan pengguna internet

Penggunaan internet yang akhir-kahir ini sangat pesat perkembangnya ternyata telah
mengundang kalangan bisnis untuk terjun kedalamnya, tentunya dalam bentuk iklan. Spam,
yakni suatu pesan dalam jumlah yang banyak dan berulang ke dalam email, atau secara terus
menerus terakses walaupun kita tidak hendak mengaksesnya ketika kita mengunjungi sebuah
situs merupakan sebuah bentuk baru pengiklanan yang tentunya bagi beberapa pihak
menguntungkan, namun untuk sebagian pihak lain hal tersebut amat menjengkelkan dan
menyusahkan. Prilaku seperti ini, dalam kajian etika bisnis merupakan suatu tindakan yang
tidak etis karena telah mengganggu kebebasan orang lain.

5
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian mengenai masalah produksi dan pemasarn serta periklanan , dapat
kami kemukakan beberapa kesimpulan yakni :

1. Produksi dan pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang mana di
dalamnya terdapat individu dan kelompok untuk mendapatkan apa saja yang mereka
inginkan dan butuhkan dengan cara menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain
2. Iklan adalah pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual,
dipasang di dalam media massa (surat kabar atau majalah) atau ditempat umum.
3. Etika Bisnis adalah penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada suatu wilayah
prilaku manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis
4. di Indonesia khususnya terdapat permasalahan-permasalahan dalam dunia periklanan
terutama menyangkut iklan yang tidak mendidik, iklan yang cenderung menjelek-
jelekan produk lain.

3.2 SARAN

Berdasarkan uraian mengenai produksi dan pemasaran serta periklanan, dapat kami
kemukakan beberapa saran antara lain sebagai berikut :

1. Sebaiknya pemerintah menerapkan peraturan atau perundangan yang secara tegas


mengatur segala yang berkaitan dengan etika produksi dan pemasaran serta periklanan
2. Produsen seharusnya tidak hanya memikirkan untuk mendapat keuntungan yang
maksimal tanpa melihat dari kepentingan produsen untuk mendapatkan sesuatu yang
lebih dari sekedar produk yang diiklankan.
3. Pemerintah serta masyarakat berperan aktif dalam menyaring serta sebagai kontrol
sosial bagi pengiklanan produk-produk yang telah keluar dari jalur etika.

6
DAFTAR PUSTAKA

Bertens. K, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Jakarta, 2000

Zimmerrer, Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, PT. Indeks Jakarta, 1986

Kompas Cyber Media, online diakses 6 Juni 2006 (http://www.kompas.com)

Joko. Sri, Manajemen Produksi dan Operasi, UMM Press, Jaakarta , 2004

http://adey-am20.blogspot.com/2010/11/contoh-kasus-pelanggaran-etika-bisnis.html

Anda mungkin juga menyukai