Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ETIKA SEPUTAR KONSUMEN DAN PERIKLANAN


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis
Dosen Pengampu:
Yoyok Setiawan, M.M.

Disusun Oleh :

1. Tabita Khe-Khe Ika Suwarni ( 126405212156 )


2. Uswatun Khasanah ( 126405212162 )
3. Vicky Hermansyah ( 126405212163 )
4. Rossita Puspinanti ( 126405212174 )
5. M. Rinaldo Reynard Syah P. ( 126405212176 )
6. Diana Hanum Dwi A. ( 126405213178 )
7. Devina resti Octaviani (126405213190 )
8. Dina Permatasari ( 126405213192 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
DESEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
serta kelancaran dalam penyusunan makalah ini. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Makalah
ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis dengan judul “Etika
Seputar Konsumen dan Periklanan” yang dibimbing oleh Bapak Yoyok Setiawan,
M.M. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kita
untuk menimba ilmu di UIN SATU Tulungagung.
2. Bapak Yoyok Setiawan, M.M. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan tugas dan pengarahan kepada kami.
3. Teman – teman Manajemen Bisnis Syariah 3-D.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan kami, untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan demi kesempurnaan dalam menyelesaikan tugas-tugas kami
dimasa yang akan datang. Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas
terselesainya makalah ini dan semoga bermanfaat bagi pembaca maupun penulis,
aamiin.

Tulungagung, 01 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................6
1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................................6
BAB II....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................................7
2.1 Pengertian dari Konsumen, Iklan dan Periklanan......................................................7
2.2 Pengertian Etika dalam Iklan.....................................................................................8
2.3 Makna Etika dan Estetika Dalam Iklan.......................................................................9
2. 4 Hukum dan Undang-undang Periklanan di Indonesia............................................10
BAB III.................................................................................................................................13
PENUTUP............................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era perdagangan bebas seperti sekarang ini membuat perusahaan
berlomba-lomba menarik perhatian konsumen agar memilih produk mereka.
Berbagai cara ditempuh demi mencapai target penjualan, dari mulai
menawarkan inovasi produk, memberikan paket promo, hingga membuat
iklan semenarik mungkin. Banyaknya produk-produk baru yang bermunculan
di pasar menyebabkan terjadi persaingan yang ketat antar produsen dalam
menarik konsumen agar tertarik untuk menggunakan produknya. Salah satu
cara yang efektif untuk memperkenalkan suatu produk kepada konsumen
adalah dengan beriklan.
Periklanan sudah menjadi bagian yang terpisahkan dari dunia industri
modern. Hal ini berkaitan erat dengan cara produksi dalam industri modern
yang menghasilkan produk-produk dalam skala yang besar, sehingga
akhirnya menjadikan penjualan sebagai target pencapaian. Oleh karena itu,
terdapat adanya persaingan yang cukup ketat diantara pelaku industri yang
masing- masing menawarkan keunggulan dari produknya atau justru malah
menjatuhkan pesaingnya. Masalah etika dalam iklan muncul ketika iklan
kehilangan nilai-nilai informatifnya, dan menjadi semata-mata bersifat
propaganda barang dan jasa demi profit yang semakin tinggi dari para
produsen barang dan jasa maupun penyedia jasa iklan. Padahal, sebagaimana
juga digarisbawahi oleh Britt (1994:196), iklan sejak semula tidak bertujuan
memperbudak manusia untuk tergantung pada setiap barang dan jasa yang
ditawarkan, tetapi justru menjadi tuan atas diri serta uangnya, yaitu dengan
bebas menentukan untuk membeli, menunda atau menolak sama sekali
barang dan jasa yang ditawarkan.
Iklan yang beranekaragam pada setiap media, baik media elektronik,
ataupun media cetak, menimbulkan berbagai persepsi mengenai penampilan
iklan pada setiap media oleh konsumen. Hal ini dipengaruhi oleh
katrakteristik media yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada media
televisi, iklan
4
dapat divisualisasikan dengan gambar bergerak, suara dan musik, tetapi
memiliki kelemahan yaitu durasi penayangan yang terbatas. Lain halnya
dengan media cetak, walaupun tidak dapat disertai dengan suara atau musik
pengiring, iklan media cetak dapat memberikan informasi lebih lengkap
mengenai suatu produk. Tampilan iklan saat ini sudah meningkat, baik dari
segi kualitas mau pun dari segi artistiknya. Iklan dibuat sedemikan rupa
sehingga dapat menarik perhatian konsumen. Tetapi suatu iklan produk yang
dianggap menarik oleh suatu kelompok demografi, belum tentu di nilai
menarik juga oleh konsumen lain.
Pada umumnya, iklan-iklan yang setiap hari secara massal dan intensif
dicurahkan ditengah-tengah masyarakat melalui media komunikasi pada
dasarnya tidak mendidik. Dengan kata lain, periklanan dilatarbelakangi oleh
suatu ideologi tersembunyi yang tidak sehat, yang berarti bahwa suatu iklan
yang disampaikan kepada konsumen harus sesuai dengan kebenaranya dan
tidak memanipulasi. Hal ini merupakan salah satu kewajiban etis yang
penting (Bertens, 2000:263).
Tingkat persaingan yang semakin tajam membuat banyak perusahaan
melakukan berbagai macam cara agar dapat bertahan. Salah satunya adalah
melakukan peningkatan promosi khususnya periklanan. Tetapi agar pesan
yang disampaikan melalui iklan dapat diingat oleh konsumen, maka
perusahaan harus mematuhi etika periklanan yang berlaku. Etis tidaknya
sebuah iklan akan menentukan dan mempengaruhi persepsi konsumennya
terhadap iklan tersebut. Tak lepas dari masalah di atas persaingan akan
produk dan jasa, akhir- akhir ini telah memunculkan perang iklan untuk
produk-produk sejenis. Hal tersebut mengakibatkan beberapa produk
cenderung untuk menjatuhkan lawan produk melalui iklannya daripada
mengiklankan keunggulan produknya. Perang iklan yang semakin agresif dan
berbalas-balasan ini menyebabkan keetisan dan aturan main yang baik
dilupakan seolah itu adalah hal kuno dan wajar untuk di lakukan dewasa ini.
Etika didalam periklanan memang harus diperhatikan, karena yang
memandang dan menilai iklan tersebut adalah konsumen melalui persepsi
mereka. Kebanyakan konsumen jenuh terhadap iklan yang disiarkan ditelevisi
5
dan menganggap bahwa iklan tersebut hanya mengumbar janji-janji yang tidak
sesuai dengan kenyataanya, karena sudah cukup banyak bukti terhadap
manipulasi dari periklanan. Iklan yang disiarkan ditelevisi sering tampil dengan
menyuguhkan produk yang berlebih-lebihan, sehingga mendorong konsumen
untuk mencobanya. Sebuah realitas yang dirancang sedemikian rupa oleh
pengiklan semata-mata untuk mempengaruhi konsumen, hal tersebut jelas-jelas
menyesatkan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah merupakan suatu pernyataan yang sudah disusun atau
diubah dalam bentuk pertanyaan. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan
masalah yang dapat diambil adalah:
1. Apa pengertian dari konsumen, iklan, dan periklanan?
2. Bagaimana Etika dalam kegiatan periklanan?
3. Apa Makna Etika dan Estetika dalam Iklan?
4. Bagaimana Hukum Perundang – Undangan Periklanan Di Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan masalah merupakan jawaban singkat atas pertanyaan yang tercantum
dalam rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan masalah
yang dapat diperoleh adalah:
5. Untuk mengetahui pengertian dari konsumen, iklan, dan periklanan.
6. Untuk mengetahui Etika dalam kegiatan periklanan.
7. Untuk mengetahui Makna Etika dan Estetika periklanan.
8. Untuk mengetahui Hukum dan Perundang – Undangan Periklanan Di
Indonesia.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari Konsumen, Iklan dan Periklanan
Konsumen sebagai istilah yang sering dipergunakan dalam percakapan sehari-hari,
konsumen merupakan istilah yang perlu untuk diberikan batasan pengertian agar dapat
mempermudah pembahasan tentang perlindungan konsumen. Berbagai pengertian tentang
“konsumen” yang dikemukakan baik dalam Rancangan Undang-undang perlindungan
konsumen, sebagai upaya ke arah terbentuknya Undang-undang perlindungan konsumen
maupun di dalam undang-undang perlindungan konsumen.
Pengertian Konsumen menurut undang Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dalam pasal 1 angka (2) yakni:
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain lain, maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan.
Konsumen dapat terbagi dalam tiga bagian, terdiri atas:
a) Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna atau pemanfaat barang
dan/atau jasa untuk tujuan tertentu.
b) Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaatan barang dan/atau
jasa untuk diproduksi (produsen) menjadi barang atau jasa yang untuk memperdagangkannya
(distributor), dengan tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha, dan
c) Konsumen akhir, c Konsumen (akhir) inilah yang dengan jelas diatur perlindungannya
dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen tersebut.
Selanjutnya apabila digunakan istilah konsumen dalam Undang-Undang yang di maksudkan
adalah konsumen akhir.
Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah
bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan di definisikan sebagai
pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media
sedangkan periklanan (advertising) adalah segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk
melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa.
Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive yang diarahkan
kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan
biaya yang semurah-murahnya. Sedangkan iklan adalah promosi barang, jasa, perusahaan,
dan ide yang harus dibayar oleh sponsor.
7
Sponsor dalam hal ini merupakan perusahaan tertentu yang nantinya menjadi klien
penyedia jasa promosi.
2.2 Pengertian Etika dalam Iklan
Sebelumnya, istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu,
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan atau adat, akhlak,watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang
oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis etika
mempunyai arti ilmu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens,
2000). Dalam kegiatan periklanan etika juga sangat penting untuk dipatuhi dan di jaga oleh
setiap pelaku periklanan.
Berbicara tentang iklan, iklan dibagi menjadi dua macam yaitu iklan yang persuasif
dan iklan yang informatif. Iklan yang persuasif biasanya ditemukan pada produk-produk
yang bukan kebutuhan umum. Iklan tersebut  berusaha untuk menarik hati dan membujuk
konsumen untuk membeli produknya. Sedangkan iklan yang informatif adalah iklan yang
menyediakan informasi dan memperkenalkan suatu hal. Namun didalam dunia periklanan
tidak ada yang namanya murni iklan persuasif ataupun iklan yang informatif. Iklan selalu
mengandung unsur dari keduanya. Ketika mengiklankan  sesuatu, iklan tersebut pasti d
buat seinformatif dan semenarik mungkin untuk menarik hati konsumenya.
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan bagian dari identitas bangsa.
Berbicara yang baik seharusnya disosialisasikan di kalangan anak muda, publik figur,
selebritis dan politikus di negeri ini. Rusaknya kaidah berbahasa tampaknya didominasi
oleh bahasa iklan di media massa, baik media cetak maupun elektronik. Penggunaan
bahasa dan istilah asing dalam periklanan di Indonesia sudah sangat banyak ditemui. Akan
tetapi penggunaan bahasa asing menjadi tren dalam periklanan. Penggunaan bahasa asing
yang berlebihan menurut saya juga tidak baik karena di Indonesia tidak banyak masyarakat
yang mengerti bahasa asing.
Industri periklanan merupakan suatu tuntutan kebutuhan komunikasi dan pemasaran
dunia. Usaha periklanan akan berperan dalam menentukan pembangunan sesuai cita-cita
dan falsafah bangsa. Oleh karena itu periklanan di Indonesia harus senantiasa aktif, positif
dan kreatif dan harus menjunjung tinggi kaidah dalam berbangsa.
8
Hal itu sebagai pemicu pembangunan di Indonesia sendiri. Periklanan harus beretika
dan sesuai nilai luhur bangsa ini. Periklanan di Indonesia seharusnya tidak hanya
memperoleh manfaat dari perkembangan ekonomi dunia. Tetapi, iklan harus mengimbangi
pengaruh negatif dalam iklan tersebut yang mungkin saja akan timbul. Antara iklan
satu sama lain harus saling menghormati agar tercipta periklanan yang sehat, jujur dan
bertanggung jawab.
Dibalik banyaknya iklan yang ditawarkan ternyata menyimpan suatu persoalan yaitu
etika dalam beriklan. Iklan di Indonesia banyak kasus penipuan terhadap konsumen bahkan
pembodohan. Semakin berkembangnya iklan di Indonesia maka semakin banyak
permasalahannya. Oleh karena itu, periklanan di Indonesia khususnya harusnya menjaga
etika dalam iklan karena sangat penting menjaga kaidah dan etika dalam berbahasa karena
itu akanmempengaruhi produk itu sendiri.
Pada dasarnya fungsi dasar kegiatan periklanan adalah informasi dan jembatan
komunikasi tentang suatu produk/jasa/ perusahaan/organisasi kepada target khalayaknya.
Selain itu, iklan juga menjadi sarana edukasi, produk baru, inovasi, dan bagaimana cara
menggunakan produk dengan perubahan kognitif sampai perilaku. Iklan juga berfungsi
sebagai media persuasif (mengajak) untuk memengaruhi target khalayak agar mau
mengakuisisi suatu produk/jasa secara terus-menerus. Namun sayangnya tujuan dari dunia
periklanan itu dicapai dengan cara-cara yang kurang etis. Iklan yang dibuat selain harus
berdasarkan etika yang ada tetapi juga harus dibuat sedemikian rupa agar dapat
menimbulkan persepsi yang positif dari setiap kalangan. Di samping itu, etika periklanan
terdapat dua pedoman, yaitu:

1. a)  Tata Krama (code of conducts). Tata karma terdiri atas kata tata yang berarti adat,
norma atau aturan. Karma yang berarti sopan santun atau tindakan. Jadi tata krama
adalah norma kebiasaan yang mengatur sopan santun, dan disepakati oleh lingkungan.
Di dalam periklanan tidak boleh menunjukkan adegan kekerasan, merendahkan
produk pesaing, serta peniruan.
2. b)  Tata Cara (code of practices). Segala bentuk peraturan yang harus ada didalam
pembuatan sebuah iklan agar tidak melanggar etika yang berlaku. Seperti halnya
didalam pembuatan iklan harus adanya izin produksi sebelum iklan tersebut
diterbitkan.
9
2.3 Makna Etika dan Estetika Dalam Iklan
Fungsi iklan yang  pada akhirnya membentuk citra sebuah produk dan perusahaan di
mata masyarakat.
Citra ini terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang
diiklankan dengan informasi yang disampaikan dalam iklan tersebut, Prinsip
etika  dalambisnis yang paling relevan dalam hal ini adalah nilai kejujuran dalam
menyampaikan iklan. Dengan demikian, iklan yang membuat pernyataan salah atau tidak
benar dengan maksud memperdaya konsumen adalah sebuah tipuan semata.
 Ciri-ciri iklan yang baik :
1. Etis, yaitu berkaitan dengan kepantasan dalam menampilkan sebuah iklan kepda
masyarakat.
2. Estetis, yaitu berkaitan dengan kelayakan seperti, target market, target audiennya, kapan
harus ditayangkan?.
3. Artistik, yaitu bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak yang melihat
iklan tersebut.
Contoh penerapan etika dalam periklanan :
1. Iklan rokok, yaitu dengan tidak menampakkan secara eksplisit orang yang sedang
merokok.
2. Iklan sabun mandi, yaitu dengan tidak memperlihatkan orang mandi secara utuh.
Secara umum dalam iklan harus memperhatikan etika sebagai berikut:
1. Jujur, yaitu tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk yang
diiklankan.
2. Tidak memicu konflik dan SARA.
3. Tidak mengandung pornografi di dalamnya.
4. Tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
5. Tidak melanggar etika bisnis, contoh: saling menjatuhkan produk tertentu dan
sebagainya.
6. Tidak plagiat atau meniru iklan produk lain.

2. 4 Hukum dan Undang-undang Periklanan di Indonesia


1. UUPK
UUPK ialah undang-undang yang mengatur mengenai periklanan di Indonesia. Tujuan
dari suatu perlindungan konsumen adalah sebagai berikut :
10
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses
negative pemakaian barang dan/atau Jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen daalm memilih menentukan dan menuntut hak-
haknya sebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum
dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan
konsumen.
 
2.  Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang PERS
Pers berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang PERS
(untuk selanjutnya disebut UU Pers) merupakan lembaga sosial dan wahana komunikasi
massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara,
gambar, suara dan gambar serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.
Dalam hal ini peran pers untuk memenuhi pengetahuan kebutuhan konsumen salah
satunya adalah melalui iklan. Namun iklan tersebut harus diberikan kepada konsumen
secara tepat, akurat dan benar.
Perusahaan iklan oleh UU Pers dilarang untuk :
1. Memuat iklan yang dapat merendahkan martabat suatu agama dan/atau kerukunan
hidup antar umat beragama serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat.
2. Memuat iklan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya tidak
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. Memuat iklan dengan peragaan rokok dan/atau penggunaan rokok.
 
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran
Periklanan dapat dilakukan salah satunya melalui penyiaran, yang terorganisir dalam
suatu lembaga penyiaran.

11
Penyiaran menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Penyiaran (untuk selanjutnya disebut UU Penyiaran) adalah kegiatan pemancarluasan
siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di
antariksa dengan menggunakan gelombang elektromagnetik, kabel, serat optik dan/atau
media lainnya untuk daat diterima oleh masyarakat dengan pesawat penerima siaran radio
dan/atau pesawat penerima siaran televisi atau perangkat elektronik lainnya dengan atau
tanpa alat bantu.
Sedangkan pengertian siaran menurut Pasal 1 butir 2 UU Penyiaran adalah pesan atau
rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar atau suara dan gambar atau yang berbentuk
grafis dan karakter lainnya yang dapat diterima melalui pesawat penerima siaran radio,
televisi atau perangkat elektronik lainnya, baik yang bersifat interaktif maupun tidak,
dengan atau tanpa alat bantu.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara sederhana, konsumen adalah sebagai orang atau pihak tertentu yang membayar
untuk mendapatkan jasa atau produk dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Istilah lain dari konsumen adalah pelanggan. Konsumen dapat terbagi dalam tiga bagian,
terdiri atas: Konsumen dalam arti umum, konsumen antara, konsumen antara ini sama dengan
pelaku usaha, dan konsumen akhir sebagai pengguna dan/atau pemanfaatan barang dan/atau
jasa.
Sedangkan Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi
adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan di definisikan
sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu
media sedangkan periklanan (advertising) adalah segala biaya yang harus dikeluarkan
sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan, barang
atau jasa.
Dalam etika periklanan terdapat dua pedoman, yaitu tata krama (code of conducts) dan
tata cara (code of practices). Beberapa etika yang harus diterapkan di dalam iklan, yaitu jujur,
tidak memicu SARA, tidak mengandung pornografi, tidak bertentangan dengan norma-norma
yang berlaku, tidak melanggar etika dalam berbisnis, dan tidak adanya unsur plagiat.
Dalam permasalahan etika seputar konsumen ada beberapa hal yang tercangkup dalam
hal tersebut, yaitu deception, intrusion, dan exploitation. Sedangkan permasalahan etika
seputar periklanan ada beberapa hal, yaitu iklan dianggap tidak jujur dan menipu, iklan
bersifat manipulatif, iklan menciptakan dan mempertahankan stereotip, dan orang –orang
membeli barang yang tidak begitu diperlukan.

3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini, kami harapkan dapat bermanfaat bagi para
pembacanya. Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan baik dari penulisan maupun
bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu kami berharap kritik dan saran pembaca yang
bersifat membangun agar bisa menjadi rujukan untuk pembuatan makalah berikutnya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisus.

Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2009. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar

Grafika.
14

Anda mungkin juga menyukai