Disusun oleh :
Kelas : MB5B
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ............................................................................................ 6
PENUTUP ................................................................................................... 16
A. KESIMPULAN ............................................................................... 16
B. SARAN ........................................................................................... 16
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsumen merupakan stakeholder yang sangat hakiki dalam bisnis modern.
Bisnis tidak mungkin berjalan kalu tidak ada konsumen yang menggunakan produk
atau jasa yang dibuat dan ditawarkan oleh bisnis. Dalam hal ini tentu tidak cukup.
bila konsumen tampil satu kali saja pada saat bisnis dimulai.
Selain etika konsumen, dalam periklanan juga memiliki etika. Iklan yang baik
harus memenuhi syarat-syarat tertentu karena iklan memberikan informasi atau
pesan kepada berbagai macam lapisan masyarakat. Keberhasilan sebuah iklan
tergantung dari cara penyamapaian, bahasa, dan etika yang ada di dalamnya. Selain
bahasa yang komunikatif, singkat, dan menarik, seorang pembuat iklan tidak boleh
mengesampingkan nilai etika dalam periklanan. Indonesia ialah negara yang
berbudaya dan menjunjung tinggi nilai etika dalam kehidupan sehari-hari. Namun
pada kenyataannya, banyak iklan yang tidak mengindahkan etika atau moral dan
hanya bersifat propaganda produk untuk mengeruk keuntungan sebanyak-
banyaknya.
B. Rumusan Masalah
1. Masalah etika seputar konsumen?
2. Periklanan dan etika?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masalah Etis Seputar Konsumen
Konsumen merupakan stakeholder yang sangat hakiki dalam bisnis modern.
Bisnis tidak mungkin berjalan, jika tidak ada konsumen yang menggunakan produk
atau jasa yang dibuat dan ditawarkan oleh bisnis. Dalam hal ini tentu tidak cukup.
bila konsumen tampil satu kali saja pada saat bisnis dimulai. Supaya bisnis
berkesinambungan, perlulah konsumen yang secara teratur memakai serta membeli
produk atau jasa tersebut dan dengan demikian menjadi pelanggan.
Bahwa konsumen harus diperlakukan dengan baik secara moral, tidak saja
merupakan tuntutan etis. melainkan juga syarat mutlak untuk mencapai
keberhasilan dalam bisnis. Sebagaimana halnya dengan banyak topik etika bisnis
lainnya, disini pun berlaku bahwa etika dalam praktek bisnis sejalan dengan
kesuksesan bisnis. Perhatian untuk etika dalam hubungan dengan konsumen, harus
dianggap hakiki demi kepentingan bisnis itu sendiri.
Perhatian untuk segi etis dari relasi bisnis - konsumen itu mendesak, karena
posisi konsumen sering kali agak lemah. Walaupun konsumen digelari raja, pada
kenyataannya "kuasanya" sangat terbatas karena berbagai alasan. Dalam konteks
modern si konsumen justru mudah dipermainkan dan dijadikan korban manipulasi
produsen, karena bisnis itu mempunyai kewakjiban moral untuk melindungi
konsumen dan menghindari kerugian baginya.
Konsumen berhak atas produk produk yang aman, artinya produk yang tidak
mempunyai kesalahan tekhnis atau kesalahan lainya yang bisa merugikan
kesehatanya atau bahkan mengancam jiwanya. Seperti adanya obat pengawet pada
makanan, mainan anak, dan sebagainya.
Konsumen berhak untuk memilih antara berbagai produk dan jasa yang ditawarkan,
kualitas dan harga produk bisa berbeda sehingga konsumen berhak
membandingkanya sebelum mengambil keputusan untuk membeli.
Konsumen mempunyai hak untuk secara positif dididik ke arah yang baik terutama
di sekolah dan melalui media massa, masyarakat harus dipersiapkan menjadi
konsumen yang kritis dan sadar akan haknya.
2. Tanggung jawab bisnis untuk menyediakan produk yang aman
Disini produsen harus menjamin bahwa produknya pada saat pembelian dalam
keadaan prima sehingga bisa dipakai dengan aman. Jadi, terhadap suatuproduk
yang baru dibeli dan dipakai, produsen maupun konsumen masing-masing
mempunyai tanggung jawab. Untuk mendasarkan tanggung jawab produsen, telah
dikemukakan 3 teori, yaitu:
1) Teori kontrak
Menurut pandangan ini hubungan antara produsen dan konsumen sebaiknya dilihat
sebagai semacam kontrak dan kewajiban produsen terhadap konsumen didasarkan
atas kontrak itu. Jika konsumen membeli sebuah produk, ia seolah olah
mengadakan kontrak dengan perusahaan yang menjual produk tersebut. Transaksi
jual beli harus dijalankan sesuai dengan apa yang tertera dalam kontrak itu dan hak
pembeli maupun kewajiban penjual memperoleh dasarnya dari apa yang tertera.
Tetapi tidak bisa dikatakan juga bahwa hubungan produsen-konsumen, selalu dan
seluruhnya berlangsung dalam kerangka kontrak. Karena itu pandangan kontrak
dari beberapa segi tidak memuaskan juga. Terutama ada 3 keberatan berikut
terhadap pandangan ini:
Teori biaya sosial menegaskan bahwa produsen bertanggung jawab atas semua
kekurangan produk dan setiap kerugian yang dialami konsumen dalam memakai
produk tersebut. Hal itu juga berlaku jika produsen sudah mengambil semua
tindakan yang semestinya dalam merancang serta memproduksi produk
bersangkutan atau jika produsen sudah mengingatkan kepada konsumen tentang
resiko yang ditimbulkan dari produk tersebut. Teori ini terlalu berat sebelah dengan
membebankan segala tanggung jawab pada produsen.
Terdapat tiga kewajiban moral lain yang masing masing berkaitan dengan kualitas
produk, harganya, dan pemberian label serta pengemasan:
1) Kualitas produk
Produk harus sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh produsen (melalui iklan atau
informasi lainya) dan apa yang secara wajar boleh diharapkan oleh konsumen.
Konsumen berhak atas produk yang berkualitas, karena ia membayar untuk itu. Dan
bisnis berkewajiban untuk menyampaikan produk yang berkualitas, misalnya
seperti produk yang tidak kadaluwarsa. Salah satu cara yang biasanya ditempuh
oleh produsen adalah dengan cara memberikan jaminan kulaitas produk berupa
garansi dari produk tersebut. Akhirnya bahwa kualitas produk tidak hanya
merupakan suatu tuntutan etis melainkan juga suatu syarat untuk mencapai sukses
dalam bisnis.
2) Harga
Harga yang adil merupakan sebuah topik etika yang sudah tua. Dalam zaman
yunani kuno, masalah etis sudah dibicarakan dengan cukup mendalam. Karena itu
masalah harga pun menjadi kenyataan ekonomis sangat kompleks yang ditentukan
oleh banyak faktor namun masalah ini tetap mempunyai implikasi etis yang
penting. Harga merupakan buah basil perhitungan faktor faktor seperti biaya
produksi, biaya investasi, promosi, pajak dan laba yang wajar. Dalam sistem
ekonomi pasar bebas, sepintas harga yang adil adalah hasil akhir dari
perkembangan daya pasar. Harga yang adil dihasilkan oleh tawar menawar
sebagaimana dilakukan di pasar tradisional, dimana si pembeli sampai pada
maksimum harga yang mau ia bayar dan sampai pada minimum harga yang mau
penjual pasang. Dalam situasi harga yang adil terutama merupakan hasil dari
penerapan dua prinsip yaitu pengaruh pasar dan stabilitas harga. Harga menjadi
tidak adil setidaknya karena 4 faktor yaitu:
Pengemasan produk dan label yang ditempelkan pada produk merupakan aspek
bisnis yang semakin penting. Selain bertujuan melindungi produk dan
memungkinkan mempergunakan produk dengan mudah. Pada produk yang
berbahaya harus disebut informasi yang dapat melindungi si pembeli dan orang
lain. Tuntutan etis lainya adalah bahwa pengemasan tidak boleh menyesatkan
konsumen.
Periklanan dilatar belakang suatu ideologi tersembunyi yang tidak sehat, yaitu
ideologi konsumerisme atau apapun nama yang ingin kita pilih untuk itu Ada dua
persoalan etis yang terkait dalam hal periklanan. Yang pertama menyangkut
kebenaran dalam iklan Mengatakan yang benar merupakan salah satu kewajiban
etis yang penting. Persoalan etis yang kedua adalah memanipulasi public yang
menurut banyak pengamat berulang kali dilakukan melalui upaya periklanan.
a) Fungsi Periklanan
Pada umumnya periklanan tidak mempunyai reputasi baik sebagai pelindung atau
pejuang kebenaran Sebaliknya, kerap kali iklan terkesan suka membohongs,
menyesatkan, dan bahkan menipu publik Iklan bukan saja menyesatkan dengan
berbohong, tapi juga dengan tidak mengatakan seluruh kebenaran, misalnya karena
mendiamkan sesuam yang sebenarnya penting untuk diketahui
c) Manipulasi dan Periklanan
Masalah manipulasi berkaitan dengan segi persuasif dari iklan (tapi tidak terlepas
juga dari segi informatifnya) Dengan manipulasi dimaksudkan mempengaruhi
kemauan orang lain sedemikian rupa sehingga ia menghendaki atau menginginkan
sesuatu yang sebenarnya tidak dipilih oleh orang itu sendiri. Karena dimanipulasi,
seseorang mengikuti motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri tapi
ditanamkan dalam dirinya dari luar.
Publik cukup menyadari bahwa iklan itu namanya iklan dan karena itu selalu
harus didekati dengan sikap yang kritis Kebanyakan orang tahu membedakan
suasana yang ditampilkan periklanan dengan kenyataan Namun demikian, tidak
mustahil untuk termanipulasi. Berikut adalah 2 cara untuk sungguh-sungguh
memanipulasi orang dengan periklanan :
1. Subliminal Advertising
Maksudnya adalah teknik periklanan yang sekilas menyampaikan suatu
pesan dengan begitu cepat, sehingga tidak dipersepsikan dengan sadar, tapi
tinggal di bawah ambang kesadaran Teknik ini bisa dipakai di bidang visual
maupun audio.
Teknik sublimmal bisa sangat efektif, contohnya, dalam sebuah bioskop di
New Jersey yang menyisipkan sebuah pesan subliminal dalam film yang
umya "Lapar Makan Popcorn". Dan konon waktu istirahat popcorn jauh
lebih laris dan biasa.
2. Iklan yang ditujukan kepada anak
Iklan seperti ini pun harus dianggap kurang et, Karena anak mudah
dimanipulast dan dipermainkan Iklan yang ditujukan langsung kepada anak
tidak bisa dimilar lain daripada manipulasi saja dan karena itu harus ditolak
sebagai tidak etis
1. Maksud si pengiklan
Jika maksud di pengiklan tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan itu menjadi
tidak baik pula. Jika si pengiklan tahu bahwa produk yang diklankan merugikan
konsumen atau dengan sengaja ia menjelekkan produk dari pesaing iklan menjadi
tidak etis Begitupun jika membuat iklan yang menyesatkan tentu iklan menjadi
tidak etis Di smi sulit dibayangkan bahwa si pengiklan mempunyai maksud baik
Federal Trade Commision telah memaksa perusahaan bersangkutan untuk
mengoreksi iklan yang menyesatkan Sebaliknya, jika si pengiklan mengeluarkan
iklan yang menyesatkan tapi maksudnya tidak demikian, iklan itu barangkali
kurang profesional tetapi tidak bisa dinyatakan kurang etis.
2. Isı iklan
Menurut isinya iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang
menyesatkan Iklan tidak menjadi etis pula bila mendiamkan sesuatu yang
sebenarnya penting Bisa dibenarkan, jika sebuah produk dalam iklan
dipersentasikan dari segi yang paling menguntungkan Iklan tentang hal yang tidak
bermoral dengan sendirinya menjadi tidak etis Di sini kompleksitas moralitas
periklanan terkait dengan kompleksitas moralitas topik-topik bersangkutan.
Yang dimengerti dismi dengan publik adalah orang dewasa yang normal dan
mempunyai informasi cukup tentang produk atau jasa yang diiklankan Perlu diakui
bahwa mutu publik sebagai keseluruhan bisa sangat berbeda Dalam masyarakat
dimana taraf pendidikan rendah dan terdapat banyak orang sederhana yang mudah
tertipu, tentu harus dipakai standar lebih ketat danpada dalam masyarakat dimana
mutu pendidikan rata-rata lebih tinggi atau standar ekonomi lebih maju
Periklanan selalu dipraktekkan dalam rangka suatu tradisi Dalam tradisi itu orang
sudah biasa dengan cara tertentu disajikannya iklan Dimana ada tradisi periklanan
yang sudah lama dan terbentuk kuat, tentu masuk akal saja bila beberapa iklan lebih
mudah di terima daripada dimana praktek periklanan baru mulai dijalankan pada
skala besar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam periklanan kita tidak dapat lepas dari teori yang diterapkan, etika,
hokum dan undang-undang yang berlaku. Dimana didalam iklan itu sendiri
mencakup pokok-pokok bahasan yang menyangkut reaksi kritis masyarakat
khususnya di Indonesia tentang sebuah iklan yang dapat dipandang sebagai kasus
etika dalam periklanan. Sebuah perusahaan harus memperhatikan etika dan estetika
dalam sebuah iklan dan terus memperhatikan hak-hak konsumen dan apa yang akan
didapat dengan adanya iklan tersebut.
B. SARAN
Dalam penulisan ini penulis memberikan saran yaitu dalam bisnis periklanan
perlulah adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi kerawanan tersebut
sehingga tidak merugikan konsumen. Sebuah perusahaan harus memperhatikan
kepentingan dan hak-hak konsumen, dan tidak hanya memikirkan keuntungan
semata.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/document/universitas-nusa-cendana/etika-
pemasaran-persoalan-seputar-konsumen-dan-periklanan/