Anda di halaman 1dari 18

KEBIJAKAN ETIS PERUSAHAAN DAN PENERAPANNYA

Oleh:
KELOMPOK 4 :
1. M MIRZA IKHSANUDIN (21110035)
2, WINDA KLODIA ( 21110049)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAGEMENT

UNIVERSITAS KAHURIPAN KEDIRI

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini guna
memenuhi salah satu tugas matakuliah Etika Bisnis dengan judul “Kebijakan Etis Perusahaan dan
Penerapannya” dengan baik.

Atas dorongan serta bimbingan yang penulis terima sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik
tanpa ada kesulitan yang berarti. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

Ita Yoeli Astari.,SE.Ak.,MM selaku dosen mata kuliah Etika Bisnis.

Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu segala saran dan
kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................................2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. 3
BAB I .............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................................... 4
LATAR BELAKANG ...........................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................................... 4
TUJUAN ................................................................................................................................................5
BAB II ........................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................5
A. Pengertian Etika ................................................................................................................................5
B. Standar Etika Dalam Berhubungan Dengan Pemangku Kepentingan ..............................................6
C. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang‐Undangan ................................................................ 14
BAB III ........................................................................................................................................................ 17
PENUTUP ............................................................................................................................................... 17
KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk menerapkan
etika bisnis dalam menjalankan kegiatan usahanya. Etika bisnis merupakan pedoman bagi perusahaan
dalam bersikap dan bertindak secara etis dalam berbisnis. Penerapan etika bisnis yang baik akan
meningkatkan kepercayaan dari pemangku kepentingan, termasuk pelanggan, karyawan, pemasok,
kreditur, masyarakat, dan pemerintah.

Perkembangan kesadaran masyarakat akan pentingnya etika bisnis. Masyarakat semakin


sadar akan pentingnya etika bisnis dalam dunia usaha. Masyarakat akan lebih memilih untuk
bertransaksi dengan perusahaan yang menerapkan etika bisnis yang baik.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang etika bisnis. Pemerintah telah


mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang etika bisnis.
Peraturan-peraturan tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat dan konsumen.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana etika bisnis dapat berperan dalam mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan
dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan perusahaan?

2. Bagaimana hubungan perusahaan dengan pemangku kepentingan dapat mempengaruhi kinerja


perusahaan?

3. Bagaimana penerapan regulasi etika bisnis, terutama terkait pemberian dan penerimaan
hadiah/gratifikasi, suap, dan pembayaran tidak wajar, memengaruhi tindakan dan keputusan
setiap Insan Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis Perusahaan?

4
TUJUAN

1. Menjelaskan pentingnya etika bisnis dalam diri sebuah perusahaan.

2. Menjelaskan kebijakan perusahaan dalam membina hubungan dengan pemangku kepentingan.

3. Mengetahui pentingnya kepatuhan terhadap perundang-undangan dalam setiap aspek kegiatan


bisnis.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika, pada dasarnya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan menghindari apa
yang tidak benar. Oleh karena itu, perilaku etika berperan melakukan ‘apa yang benar’ dan ‘baik’ untuk
menentang apa yang ‘salah’ dan ‘buruk’.

Etika Bisnis, adalah acuan bagi Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha termasuk dalam
berinteraksi dengan pemangku kepentingan.

Etika Kerja, adalah sistem nilai atau norma yang dianut oleh setiap Pimpinan dan Karyawan dalam
melaksanakan tugasnya termasuk etika hubungan antar Karyawan dan Perusahaan. Kebijakan Etika
Perusahaan (Code of Conduct), adalah sekumpulan komitmen yang terdiri dari etika bisnis Perusahaan
dan etika kerja Karyawan Perusahaan yang disusun untuk membentuk, mengatur dan melakukan
kesesuaian tingkah laku sehingga tercapai keluaran yang konsisten yang sesuai dengan budaya
Perusahaan dalam mencapai visi dan misinya. Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan
loyalitas pemilik kepentingan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan perusahaan.
Mengapa demikian? Karena semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
pemilik kepentingan. Pemilik kepentingan adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan
dan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan.

Peran Dan Fungsi Stakeholders


Peran pihak yang memiliki kepentingan utama atau stakeholder dalam organisasi bisnis ataupun dalam
perusahaan, adalah sebagai berikut :

1. Pemilik (owner) atau Pemegang Saham. Pada awalnya suatu bisnis dimulai dari ide seseorang
atau lebih tentang suatu barang atau jasa dan mereka mengeluarkan uangnya (modal) untuk
membiayai usaha tersebut, karena mereka memiliki keyakinan bahwa kelak dikemudian hari akan
mendapatkan imbalan (keuntungan) dan mereka mengorganisasi, mengelola dan menanggung
segala resiko bisnis.

5
2. Karyawan (employee). Karyawan dalah orang yang diangkat dan ditugaskan untuk menjalankan
kegiatan perusahaan. Kinerja perusahaan sangat bergantung pada kinerja seluruh karyawan, baik
secara individu maupun secara kelompok.

3. Kreditor (creditor). Adalah lembaga keuangan atau individu yang memberikan pinjaman kepada
perusahaan. Kreditor sebagai pemberi pinjaman, umumnya mengajukan persyaratan tertentu
untuk meyakinkan bahwa uang yang mereka pinjamkan kelak akan dapat dikembalikan tepat
waktu ,sesuai jumlah dan berikut prestasinya.

4. Pemasok (supplier). Pemasok adalah partner kerja dari perusahaan yang siap memenuhi
ketersediaan bahan baku, oleh karena itu kinerja perusahaan juga sebagian tergantung pada
kemampuan pemasok dalam mengantarkan bahan baku dengan tepat waktu. Misalnya pemasok
kepentingan, jika barang dan jasa yang mereka pasok relative langkah dan sulit untuk
memperoleh barang/jasa subtitusi.Kekuatan relatif organisasi terhadap pemangku kepentingan
tidak selalu lemah.

5. Pelanggan (customer). Dengan mengidentifikasi pelanggan, perusahaan akan lebih fokus dalam
memberikan produk dan jasa yang diinginkan dan diharapkan oleh pelanggan mereka. Oleh
karena itu perusahaan memiliki kepentingan utama untuk mengidentifikasi individu yang
menggunakan produk dan jasa mereka (pelanggan, pesaing dan konsumen). Suatu perusahaan
tidak akan bertahan lama tanpa ada seorang customer. Customer merupakan target dari suatu
perusahaan untuk menjualkan hasil produksinya. Untuk menarik seorangcustomer, suatu
perusahaan harus menyediakan produk dan layanan yang terbaik serta harga yang bersahabat.
Misalnya, suatu oragnisasi dapat memiliki kekuatan yang sangat baik, apalagi jika kondisi
pelanggan tidak dapat memperoleh barang/jasa subtitusi yang baik pula.

6. Pesaing. Kesuksesan perusahaan biasanya tergantung pada pengetahuan karyawan tentang


pesaing dan peranan mereka dalam bisnis. Bentuk yang paling umum dari pesaing langsung.
Pesaing langsung menyediakan produk atau jasa yang sama dalam industri, seperti yang
diproduksi oleh perusahaan kita. Sebagai contoh Toyota dan Suzuki, Jatayu Air dan Adam Air
adalah pesaing langsung satu sama lain.

7. Pemerintah. Pemerintah misalnya, memiliki kekuasaan untuk memberikan perijinan.Dalam


masyarakat yang masih ditandai dengan adanya KKN yang masih kuat, bukan tidak mungkin
kekuasaan pemerintah dalam memberikan perijinan dapat mengagalkan semua rencana yang
disusun oleh perusahaan.

B. Standar Etika Dalam Berhubungan Dengan Pemangku Kepentingan

Kepercayaan merupakan unsur penting untuk meningkatkan loyalitas Pelanggan maupun pihak lain
yang berhubungan dengan Perusahaan, selain kepercayaan, peningkatan pelayanan yang tinggi
menjadikan nilai tambah tersendiri bagi Perusahaan. Untuk menciptakan harmonisasi dan iklim usaha
yang terpercaya tersebut, Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya senantiasa bertindak profesional, jujur,
adil dan konsisten dalam memberikan pelayanan kepada Pemangku Kepentingan. Landasan Perusahaan

6
dalam membina hubungan dengan Pemangku Kepentingan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:

1. Hubungan dengan Insan Perusahaan


Perilaku Insan Perusahaan adalah respon spesifik setiap Insan Perusahaan terhadap situasi
kerja sehari‐hari di lapangan, yang mengakibatkan tercapainya visi Perusahaan dan kinerja bisnis. Dalam
rangka mewujudkan hubungan yang berkualitas, adil, serta dapat mendorong intensitas dan kualitas
partisipasi Insan Perusahaan, Perusahaan akan memperlakukan Insan Perusahaan sebagai anggota
Perusahaan dengan adil dengan cara sebagai berikut:

a. Menghormati hak Insan Perusahaan serta senantiasa mengikut sertakan Insan Perusahaan dalam
menetapkan kebijakan pengelolaan Karyawan secara konsisten sesuai ketentuan dan peraturan
perundang‐undangan yang berlaku.

b. Mensosialisasikan seluruh peraturan, khususnya peraturan baru, kepada seluruh Insan Perusahaan.

c. Menerapkan sistem rekrutmen, seleksi, promosi, dan pengembangan karir secara adil
dan konsisten berdasarkan kompetensi sesuai dengan kebutuhan Perusahaan.

d. Menciptakan kesempatan kerja yang sama kepada seluruh Insan Perusahaan tanpa
membedakan suku, ras, gender, dan agama.

e. Menyediakan lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan produktif serta menjaga kesehatan
dan keselamatan Karyawannya.

f. Berusaha meningkatkan kesejahteraan Insan Perusahaan secara adil, layak dan


transparan sesuai dengan kinerja dan kemampuan Perusahaan.

g. Memberikan penilaian, penghargaan dan pembayaran remunerasi sesuai kinerja dan


kompetensi Karyawan, baik secara korporasi, tim kerja maupun individu.

h. Menghargai kreativitas, inovasi dan inisiatif Karyawan yang memberikan nilai tambah terhadap
Perusahaan.

2. Hubungan dengan Pelanggan/Konsumen


a. Kesuksesan Perusahaan tergantung pada pembentukan hubungan produktif dengan pelanggan
berdasarkan integritas, profesionalisme, komunikasi, dan sikap melayani sesuai dengan nilai‐
nilai budaya Perusahaan, yaitu dengan:

b. Mengembangkan pelayanan yang berkualitas sesuai harapan pelanggan dan menjalin hubungan
jangka panjang yang saling menguntungkan.

c. Menjaga kualitas produk dan jasa yang prima, sesuai dengan standar nasional dan
internasional.

d. Memberikan informasi secara jelas atas produk dan jasa yang dihasilkan serta
menyediakan sarana komunikasi bagi Pelanggan.

7
3. Hubungan dengan Pemasok
a. Memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh pemasok atau rekanan.
b. Proses pengadaan barang dan jasa di Perusahaan harus bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN).
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang mengakibatkan
persaingan yang tidak sehat, penurunan kualitas proses pengadaan dan hasil pekerjaan.
d. Mencegah terjadinya benturan kepentingan (conflict of interest) pihak‐pihak yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan.
e. Melaksanakan proses pengadaan secara transparan, kompetitif dan adil untuk
mendapatkan Pemasok yang memenuhi kualifikasi persyaratan pekerjaan dan harga yang
dapat dipertanggungjawabkan.
f. Saling memenuhi hak dan kewajiban sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
bersama.
g. Menjalin komunikasi yang baik dengan Pemasok termasuk menindaklanjuti keluhan dan
keberatan.

4. Hubungan dengan Kreditur


a. Menyediakan informasi yang aktual dan prospektif bagi calon Kreditur.
b. Memilih Kreditur yang memiliki kredibilitas dan bonafiditas yang dapat
dipertanggungjawabkan serta bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dengan
mengedepankan prinsip kehati‐hatian, selektif, kompetitif dan adil.
c. Memberikan informasi secara terbuka tentang penggunaan dana untuk meningkatkan
kepercayaan kreditur.
d. Memenuhi hak dan kewajiban sesuai dengan perjanjian antara Perusahaan dengan
Kreditur.

5. Hubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar


Membina hubungan dengan baik dengan masyarakat merupakan landasan pokok bagi
keberhasilan jangka panjang Perusahaan. Oleh karena itu Perusahaan senantiasa berusaha:
a. Menghormati nilai, norma dan budaya masyarakat di sekitar lingkungan Perusahaan dan
mewujudkan hubungan yang harmonis dengan masyarakat setempat.
b. Menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan.
c. Melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan program
pengembangan mitra binaan dan lingkungan sesuai ketentuan yang berlaku.

8
6. Hubungan dengan Pemerintah (Regulator)
Salah satu hubungan penting yang perlu dijaga oleh Perusahaan adalah hubungan dengan
regulator. Pemahaman ini mendasari komitmen Perusahaan untuk membangun hubungan
dengan seluruh instansi dan pejabat Pemerintah (regulator) berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku. Perusahaan mempunyai komitmen untuk menjaga dan memelihara
hubungan baik serta komunikatif dengan seluruh instansi dan pejabat Pemerintah (Regulator)
yang berhubungan dengan kegiatan usaha Perusahaan.
Hal‐hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga hubungan dengan Pemerintah (Regulator) adalah
sebagai berikut :
a. Mematuhi dan mendukung peraturan perundang‐undangan yang terkait dengan operasi
Perusahaan termasuk di dalamnya ketaatan terhadap pembayaran pajak, retribusi,
masalah ketenagakerjaan dan lingkungan hidup.
b. Membina hubungan yang sehat, harmonis dan konstruktif dengan Regulator dan instansi
terkait lainnya baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
c. Menghindari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam berhubungan dengan
Pemerintah (Regulator).
d. Mengedepankan kejujuran dan keterbukaan dalam membina hubungan dengan seluruh
instansi dan pejabat Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Tidak memanfaatkan hubungan baik dengan Pemerintah untuk memperoleh
kesempatan bisnis dengan cara yang tidak sesuai dengan peraturan perundang‐
undangan yang berlaku.

7. Hubungan dengan Pemegang Saham (Investor)


Perusahaan menjamin bahwa pemegang saham berhak mendapatkan perlakuan yang setara
sesuai dengan kelas dan proporsi saham yang dimiliki dan dapat menggunakan hak‐haknya sesuai
ketentuan Anggaran Dasar Perusahaan dan Peraturan perundang‐perundangan yang berlaku.
Perusahaan berkomitmen untuk senantiasa berusaha keras agar Perusahaan mengalami
pertumbuhan yang berkesinambungan berdasarkan standar bisnis yang saling menguntungkan
hingga dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi Pemegang Saham. Agar hubungan
dengan Pemegang Saham dapat terjalin dengan baik dan memenuhi ketentuan peraturan
perundang‐undangan yang berlaku, maka Perusahaan menetapkan kebijakan sebagai berikut:
a. Perusahaan senantiasa menghormati dan menjamin bahwa hak‐hak Pemegang Saham
sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan serta peraturan lain yang berlaku dapat
terpenuhi dengan baik secara transparan, adil, tepat waktu dan lancar.

9
b. Perusahaan senantiasa menjamin bahwa informasi material mengenai Perusahaan selalu
diberikan dengan sejujur‐jujurnya, tepat waktu dan teratur kepada Pemegang Saham
sesuai ketentuan/peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
c. Tidak melakukan suatu perbuatan untuk mencari keuntungan bagi pribadi dan orang lain
dengan menggunakan informasi Perusahaan yang bukan untuk kepentingan umum atau
yang dapat menimbulkan konflik kepentingan.
d. Memperhatikan dan menghormati arahan dan keputusan Pemegang Saham sepanjang
sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.

8. Hubungan dengan Mitra Usaha


Perusahaan dalam berhubungan dengan calon Mitra Usaha dilakukan secara profesional,
setara dan saling menguntungkan dengan mematuhi prinsip‐prinsip sebagai berikut:
a. Memilih Mitra Usaha dengan mengedepankan azas manfaat dan memberikan sinergi
terbaik pada Perusahaan dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
b. Menghindari kerjasama dengan Mitra Usaha yang melakukan praktek usaha yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
c. Menjaga hubungan baik, setara, transparan dan saling menguntungkan.
d. Senantiasa melaksanakan hubungan kerja sesuai dengan nilai‐nilai etika dan dalam
batas‐batas toleransi yang diperbolehkan oleh hukum.
e. Memenuhi hak dan kewajiban masing‐masing pihak sesuai dengan kontrak.
f. Memastikan bahwa Mitra usaha telah memenuhi kebijakan Perusahaan terkait
hubungan antara Perusahaan dengan Mitra Usaha tersebut,

9. Hubungan dengan Pesaing


Sejalan dengan Undang‐undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Perusahaan sangat mendukung iklim usaha persaingan yang
sehat di dalam industri penambangan timah. Perusahaan menjunjung tinggi etika bisnis dalam
setiap kegiatan usahanya yaitu:
a. Melaksanakan usaha dengan memperhatikan kaidah‐kaidah persaingan yang sehat dan
beretika sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
b. Selalu saling menghormati dan menjaga hubungan yang sehat dengan Pesaing.
c. Melarang kesepakatan/perjanjian dengan pesaing yang terkait dengan tidak melibatkan
diri dalam kegiatan bisnis yang dapat melanggar Peraturan Perundang‐undangan yang
berkaitan dengan monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat.

10
10. Hubungan dengan Media Massa
a. Menyampaikan informasi mengenai Perusahaan secara terbuka dan bertanggung jawab
dalam kerangka membangun citra Perusahaan yang positif dengan tetap menghormati
kode etik jurnalistik.
b. Memberikan informasi yang akurat, relevan, berimbang dan bersifat edukatif kepada
masyarakat dalam pemahaman terhadap usaha Perusahaan.
c. Menerima dan menindaklanjuti kritik‐kritik membangun yang disampaikan melalui
media massa.

11. Hubungan dengan Anak Perusahaan


a. Perusahaan senantiasa menjalin hubungan baik dengan Anak Perusahaan dalam upaya
membangun sinergi dan meningkatkan citra Perusahaan dan kelompok usahanya.
b. Setiap hubungan dengan Anak Perusahaan dilaksanakan dalam kerangka hubungan bisnis
yang wajar dan saling menguntungkan.

Tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu:

 Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu,
dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-
besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-
rendahnya.
 Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar
yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila
diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
 Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil
dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.

Standar Etika dapat dipertahankan melalui:

1. Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilainilai


perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi pemilik kepentingan.
2. Kembangkan kode etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan
prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.

11
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil tindakan
apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui bahwa yang melanggar etika
tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat bergantung
pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip morl dan nilainya merupakan
jaminan terbaik untuk menghindari untuk menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat
keputusan etika seseorang harus memiliki:

a. Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan melakukan
sesuatu yang benar;
b. Kesadaran etika, yaitu kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan
suara pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.

5. Adakan pelatihan etika. Workshop merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran para
karyawan.
6. Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara terbaik untuk
mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal
kepada karyawan bahwa etika bukan sekadar gurauan.
7. Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan. Tidak ada
seorang pun yang dapat mengatur norma dan etika. Akan tetapi, manajer bisa saja
membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka harapkan. Standar
tingkah laku sangat penting untuk menekankan betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap
karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan. Atasan
harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah.Komunikasi dua arah
sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan
menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan diberi
kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika dipertahankan.
Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan.

Menurut Zimmerer, ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu:

12
1. Tanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya
perusahaan harus memerhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan, misalnya tidak
membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah yang
merusak lingkungan, dan menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat yang ada di
lingkungan sekitarnya.
2. Tanggung jawab terhadap karyawan. Semua aktivitas manajemen sumber daya
manusia seperti peneriman karyawan baru, pengupahan, pelatihan, promosi, dan kompensasi
merupakan tanggung jawaab perusahaan terhadap karyawan. Tanggung jawab perusahaan
terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara:

a. Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan.


b. Meminta input kepada karyawan.
c. Memberikan umpan balik positif maupun negatif.
d. Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada karyawan.
e. Membiarkan karyawan mengetahui apa yang sebenarnya mereka harapkan.
f. Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
g. Memberi kepercayaan kepada karyawan.

3. Tanggung jawab terhadap pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap


pelanggan menurut Ronald J. Ebert (2000:88) ada dua kategori, yaitu (1) Menyediakan
barang dan jasa yang berkualitas; dan (2) Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-hak pelanggan. Menurutnya,
ada empat hak pelanggan, yaitu:

 Hak mendapatkan produk yang aman.


 Hak mendapatkan informasi segala aspek produk.
 Hak untuk didengar.
 Hak memilih apa yang akan dibeli.

Sedangkan menurut Zimmerer (1996), hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi:

a. Hak keamanan. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus berkualitas
dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
b. Hak mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa yang mereka
beli, termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut.

13
c. Hak untuk didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk menyalurkan
keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi
barang dan jasa dari perusahaan.
d. Hak atas pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan, misalnya pendidikan tentang
bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan
program pendidikan agar pelanggan memperoleh informasi barang dan jasa yang
akan dibelinya.
e. Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberikan hak untuk
memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab sosial perusahaan
adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang
antimonopoly (antitrust).

4. Tanggung jawab terhadap investor. Tanggung jawab perusahaan terhadap investor


adalah menyediakan pengembalian investasi yang menarik, seperti memaksimumkan laba. Selain
itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk melaporkan kinerja keuangan kepada investor
seakurat mungkin.

5. Tanggung jawab terhadap masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap


masyarakat sekitarnya, misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan serta
kontribusi terhadap masyarakat yang berada di sekitar lokasi perusahaan tersebut berada

C. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang‐Undangan

Peraturan merupakan produk hukum yang wajib ditaati dan menjadi pedoman. Oleh karena itu,
kepatuhan terhadap hukum merupakan standar dari etika yang harus dijalankan. Memahami hukum dan
peraturan yang berlaku di segala aktivitas harus dihayati dalam setiap kegiatan bisnis Perusahaan.
Mematuhi hukum dan peraturan merupakan elemen utama yang harus dijaga dalam setiap tindakan yang
dilakukan oleh setiap Insan Perusahaan. Ketentuan selanjutnya dapat mengacu pada peraturan Perusahaan
yang berlaku.

14
Pemberian Dan Penerimaan Hadiah/Gratifikasi, Suap Dan Lainnya

Pemberian dan/atau penerimaan Hadiah, Cinderamata maupun Jamuan Bisnis dilakukan


dalam rangka interaksi sosial dan pembinaan hubungan yang baik antar Perusahaan dan mitra secara sehat
dan wajar serta dapat dipertanggungjawabkan tanpa menimbulkan benturan kepentingan yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menjalankan usaha Perusahaan. Perusahaan melarang
tindakan‐tindakan sebagai berikut:
1. Gratifikasi
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma‐cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. Setiap Insan Perusahaan tidak dibenarkan
menerima gratifikasi yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan atau terkait dengan
jabatannya.
2. Suap
Suap adalah suatu pemberian ataupun janji untuk memberi kepada seseorang atau pejabat yang akan
mempengaruhi keputusan yang terkait dengan jabatannya antara lain dengan berbuat atau tidak berbuat
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya, untuk keuntungan si pemberi suap.

Bentuk‐bentuk suap dapat berupa pemberian uang, barang, fasilitas pemberian atau penerimaan jabatan
kepada keluarga pejabat ataupun bentuk dan fasilitas lainnya yang dapat merupakan imbalan. Setiap Insan
Perusahaan tidak dibenarkan menawarkan atau menerima suap atau secara langsung menyuruh orang lain
untuk melakukannya demi kepentingan orang yang bersangkutan.

3. Pembayaran Tidak Wajar

Pembayaran tidak wajar adalah praktek‐praktek pembayaran khusus, hiburan dan sokongan kepada
pihak‐pihak di luar Perusahaan guna melancarkan jalannya bisnis Perusahaan yang melebihi
kewajaran/kelayakan yang berlaku di dunia bisnis. Setiap Insan Perusahaan tidak dibenarkan melakukan
praktek‐praktek pembayaran tidak wajar kepada pihak‐pihak di luar Perusahaan atau secara langsung
menyuruh orang lain untuk melakukannya demi kepentingan pihak yang bersangkutan.

15
5 Unsur dalam Regulasi Etika Bisnis yang Wajib Dipatuhi sebagai berikut:

1. Hukum merek.
Merek merupakan suatu hak eksklusif yang diberikan negara kepada para pemilik produk
yang mereknya terdaftar pada daftar umum dalam jangka waktu tertentu. Merek bisa digunakan
sendiri maupun digunakan orang lain atas ijin dari pemilik. Regulasi mengenai merek dagang ini
diatur dalam UU no.15 tahun 2001 yang berisi merek dapat berupa gambar/logo, nama, kata,
huruf maupun susunan warna atau kombinasi tersebut yang memiliki ciri khas sebagai pembeda
dan digunakan di dalam aktivitas perdagangan produk atau jasa. Agar merek tersebut memiliki
kekuatan/perlindungan hukum, maka merek harus lebih dulu didaftarkan di Direktorat Jenderal
HAKI dan akan disetujui apabila telah memenuhi beberapa persyaratan seperti tidak bertentangan
dengan undang-undang, norma kesusilaan, agama dan ketertiban umum yang berlaku, orisinal
(berbeda) serta tidak menyerupai nama orang terkenal dan sebagainya.

2. Perlindungan konsumen.
Di dalam undang-undang yang mengatur tentang regulasi perlindungan bisnis, tepatnya
pada UU No. 8 tahun 1999 berisi tentang segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
dalam rangka memberikan perlindungan konsumen yang merupakan hak dari para konsumen. Di
antaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan serta keselamatan dalam mengonsumsi barang
atau jasa, hak dalam memilih atau tidak memilih barang dan jasa tersebut, hak untuk dilayani dan
diperlakukan secara benar dan baik, serta mendapatkan ganti rugi atau kerugian yang diakibatkan
produk barang atau jasa tersebut.

3. Adanya larangan praktek monopoli.


Dalam regulasi bisnis, praktek monopoli dianggap melanggar aturan dan etika dalam
berbisnis sesuai yang diatur dalam UU nomor 5 tahun 1999 mengenai larangan praktek monopoli
serta persaingan usaha yang tidak sehat. UU ini juga disebut sebagai UU Anti Monopoli dan
memiliki peranan penting dalam hal mewujudkan iklim persaingan bisnis dan usaha yang sehat di
Indonesia, menjaga kepentingan umum sekaligus meningkatkan efisiensi dan stabilitas
perekonomian nasional dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mewujudkan
efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan bisnis atau usaha.
4. Hukum dagang.
Hukum dagang merupakan suatu hukum yang mengatur segala tingkah laku masyarakat yang
ikut serta dalam melakukan usaha perdagangan untuk mendapatkan keuntungan, atau bisa juga

16
disebut sebagai hukum yang mengatur hubungan secara hukum antara masyarakat dengan badan-
badan hukum satu sama lain di dalam suatu lapangan perdagangan. Ada 2 sistem hukum dagang
yang ada, yaitu sistem tertulis dan sistem tidak tertulis mengenai aturan perdagangan.

5. Kewajiban para pengusaha:


 Berdasarkan pasal 6 KUHD, setiap orang yang sedang menjalankan bisnis atau perusahaan untuk
membuat pembukuan atau semacam catatan mengenai kekayaan dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan perusahaan sehingga hak dan kewajiban segala pihak terkait dapat diketahui.
 Menurut UU nomor 3 tahun 1982, setiap badan usaha wajib didaftarkan dan melaporkan kegiatan
usaha/bisnisnya kepada pihak yang berwenang.
 Menyusun rencana usaha sesuai dengan regulasi bisnis. Rencana usaha yang dimaksud meliputi
proses penentuan visi dan misi serta tujuan, strategi dan kebijakan, prosedur, program, aturan
hingga anggaran yang diperlukan dalam rangka menjalankan usaha atau bisnis tertentu.

BAB III
PENUTUP

Etika bisnis merupakan hal yang penting bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Penerapan etika bisnis yang baik akan memberikan manfaat bagi perusahaan, termasuk
meningkatkan kepercayaan dari pemangku kepentingan, meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan
penjualan dan keuntungan perusahaan, dan mencegah terjadinya pelanggaran hukum.

Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya etika bisnis menuntut perusahaan untuk menerapkan etika bisnis dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Perusahaan perlu memiliki komitmen yang kuat untuk menerapkan etika bisnis dalam setiap
aspek kegiatan usahanya.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk menerapkan etika bisnis, yaitu:

 Mengembangkan budaya etika di dalam perusahaan. Budaya etika dapat dikembangkan dengan
cara menyelaraskan nilai-nilai etika dalam perusahaan dengan nilai-nilai etika yang berlaku di
masyarakat.

 Menerapkan standar etika dalam setiap aspek kegiatan usaha. Standar etika perlu diterapkan
secara konsisten dalam setiap aspek kegiatan usaha, mulai dari proses produksi, pemasaran,
hingga hubungan dengan pemangku kepentingan.

17
 Melakukan sosialisasi dan pelatihan etika kepada seluruh karyawan. Sosialisasi dan pelatihan
etika perlu dilakukan secara rutin kepada seluruh karyawan agar mereka memahami dan
menerapkan etika bisnis dalam kegiatan sehari-hari.

Dengan menerapkan etika bisnis, perusahaan dapat menciptakan lingkungan usaha yang sehat dan
berkelanjutan. Perusahaan juga dapat meningkatkan kepercayaan dari pemangku kepentingan dan
meningkatkan citra perusahaan.

KESIMPULAN
Etika bisnis adalah aturan main yang harus dipatuhi perusahaan dalam berbisnis. Aturan main ini penting
karena dapat meningkatkan kepercayaan, citra, penjualan, dan keuntungan perusahaan.

Perusahaan perlu memiliki komitmen untuk menerapkan etika bisnis dalam setiap aspek kegiatan
usahanya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan budaya etika, menerapkan standar etika, dan
melakukan sosialisasi dan pelatihan etika kepada seluruh karyawan.

Dengan menerapkan etika bisnis, perusahaan dapat menciptakan lingkungan usaha yang sehat dan
berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Keraf, A, Sonny. (1998). Etika Bisnis – Tuntunan dan Relevasinnya, Yogyakarta: Kanisius.

Keraf, A, Sonny. (2002). Etika Lingkungan, Jakarta: Buku Kompas.

Rindjin, Ketut. (2004). Etika Bisnis dan Implementasinya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). (2016). Pedoman Etika Bisnis Perusahaan – Pedoman
Perilaku dalam Menerapkan Nilai-Nilai Perusahaan dan Memecahkan Dilema Etika dalam Bisnis,
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

18

Anda mungkin juga menyukai