Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ETIKA BISNIS
“ BISNIS YANG BERETIKA & PERUSAHAAN DAN
PEMANGKU KEPENTINGAN”

DOSEN PEMANGKU : FARRAS SALSABILA M. S.E. M. Ak

Disusun Oleh :
1. SRI WAHYUNINGSIH
2. IMAM SAPUTRA

MANAJAMEN/AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI BISNIS & HUMANIORA
UNIVERSITAS SATU NUSA LAMPUNG
2024
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang mana kami dapat
menyelesaikan makalah Etika Bisnis tentang “ Bisnis Yang Beretika &
Perusahaan dan Pemangu Kepentingan ”.Mudah-mudahan makalah yang
sederhana ini dapat memberikan manfaat yang besar pada para mahasiswa/i.
Akhirnya kami sangat menghargai kepuasan dan kritik yang datang dari para
mahasiswa dan dosen untuk perbaikan pada periode mendatang.
Dan terima kasih atas sumbang sarannya.

Bandar Lampung, 17 Maret 2024

Penyusun,

ETIKA BISNIS Halaman 2 dari 14


DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................2

Daftar Isi...............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................6
2.1 BISNIS YANG BERETIKA..............................................................................6
A. Makna Etika Bisnis..........................................................................................6
B. Bisnis Yang Beretika........................................................................................6
1. Pentingnya Berbisnis Secara Etis..........................................................7
2. Keuntungan Berbisnis secara Etis.........................................................8
C. Nilai-Nilai Keuntungan...................................................................................9

2.2 PERUSAHAAN & PEMANNGKU KEPENTINGAN.....................................9


A. Pemangku Kepentingan.................................................................................10
B. Kekuatan dan Koalisi Pemangku Kepentingan.............................................11
1. Kekuatan para pemangku kepentingan...............................................11
2. Koalisi pemangku kepentingan...........................................................12
C. Hubungan bisnis dengan pemangku kepentingan..........................................12
BAB III PENUTUP ...........................................................................................13
3.1 Kesimpulan & Saran....................................................................................13
Daftar Pustaka....................................................................................................14

ETIKA BISNIS Halaman 3 dari 14


BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebuah bisnis yang beretika mempunyai korelasi terhadap kemajuan maupun kehancuran
suatu perusahaan. Melalui etika bisnis perusahaan mampu mensinergikan antar pemangku
kepentingan dalam bisnis.Perusahaan akan mampu berperan positif bagi pembangunan
nasional karena mempraktikan prinsip etika bisnis dan prinsip good corporate
governance.Perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan
didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara
konsisten dan konsekuen.

Selain itu Pengenalan terhadap konsep lingkungan organisasi perusahaan yang berkembang
sejalan dengan berkembangnya pendekatan sistem dalam manajemen, terhadap organisasi,
terutama mengenai bagaimana suatu organisasi perusahaan dapat mencapai tujuannya secara
efektif. Melalui pengakuan terhadap efektivitas pencapaian tujuan, para peneliti di Stanford
Research Insitute (SRI) memperkenalkan konsep stakeholder (pemangku kepentingan) pada
tahun 1963 (Freeman and reid, 1983:89) yang mula-mula merujuk pada pengertian “those
groups without whose support the organization would cease to exist” (berbagai kelompok
tertentu yang tanpa dukungan mereka maka perusahaan akan berhenti).

Perusahaan dapat mempertahankan keberadaannya selama ini karena kemampuan yang


Mereka miliki untuk menciptakan nilai (value) dan berbagai hasil usaha perusahaan yang dapat
diterima oleh berbagai kelompok kepentingan. Dalam makalah ini kami akan menjelaskan
para pemangku kepentingan dan etika bisnis.

1.2 RUMUSAN MASALAH

BISNIS YANG BERETIKA

Keberhasilan J&J mempertahankan bisnisnya selama lebih dari 100 tahun (120 tahun)
Bermula dari bisnis keluarga, saat ini J&J telah menjelma menjadi pemimpin pasar bagi
beberapa produk farmasi . Bagaimana cara J&J mempertahankan bisnisnya lebih dari 100
tahun ?

PERUSAHAAN & PEMANGKU KEPENTINGAN

kelangsungan bisnis The Body Shop yang dapat berusia panjang yang menjadikan mereka
merek legenda perawatan tubuh dunia dan mampu bersaing dengan produk lainnya serta
membuat masyarakat setia terhadap pelayanannya. Bagaimana The Body Shop Dapat
menjalankannya dan peranan penting apa yang dilakukan ?

1.3 TUJUAN

ETIKA BISNIS Halaman 4 dari 14


➢ Menjalankan dan menciptakan sebuahh bisnis seadil mungkin serta menyesuaikan
hukum yang sudah dibuat
➢ Menerapkan batasan bagi para pelaku bisnis untuk menghindari kecurangan dan
perilaku tidak baik
➢ Meningkatkan relasi yang baik dengan para stakeholder
➢ Makna pemangku kepentingan (stakeholders) dan berbagai komponen yang terdapat
di dalamnya;
➢ Berbagai kekuatan atau pengaruh yang dimiliki oleh pemangku kepentingan, serta
➢ Hubungan antara bisnis atau perusahaan dengan para pemangku kepentingan.

ETIKA BISNIS Halaman 5 dari 14


BAB II PEMBAHASAN

2.1 BISNIS YANG BERETIKA

Johnson & Johnson (J&J) didirikan oleh Robert Wood Johnson, James Wood Johnson, dan
Edward Mead Johnson di New Brunswick, New Jersey, Amerika Serikat pada tahun 1886.
Produk awal J&J adalah perban bedah steril, perawatan luka, produk untuk kesehatan wanita
dan anak, serta benang gigi.
Bermula dari bisnis keluarga, saat ini J&J telah menjelma menjadi pemimpin pasar bagi
beberapa produk farmasi (pharmaceuticals). Peralatan medis, dan produk konsumsi dengan
230 anak perusahaan yang beroperasi di 57 negara, serta memiliki karyawan sebesar 116.200
orang. Produk-produk J&J beredar di lebih dari 175 negara di dunia.

Keberhasilan J&J mempertahankan bisnisnya selama lebih dari 100 tahun (120 tahun)
menunjukkan bahwa perusahaan ini telah dikelola dengan mengedepankan good corporate
governance (GCG) dan internalisasi nilai- nilai keunggulan yang tercermin dalam “Our
Credo” J&J. Nilai-nilai yang terkandung dalam perusahaan menjadi panduan bagi seluruh
tindakan karyawan dan manajemen pada semua tingkatan di seluruh dunia.
Selain riset ilmiah yang dijalankan secara intensif selama bertahun-tahun, perusahaan juga
memperluas nilai-nilai keunggulan ke dalam akuntansi dan pelaporan keuangan yang
bertanggung jawab.

1.Perusahaan mempertahankan sistem yang telah dirancang dengan baik melalui kontrol
akuntansi internal;

2.Perusahaan menjalankan praktik corporate governance secara efektif dimulai dari Direksi ke
seluruh tingkatan; dan

3.Perusahaan mengevaluasi hasil bisnis dan pilihan strategi bisnis secara berkesinambungan.

A. MAKNA ETIKA BISNIS

Etika adalah pernyataan benar atau salah yang akan menentukan peniaku Eilat tergolong
bermoral atau dalam bentuk prinsip atau bur Pernyataan ini etila yang secara normatif
dipergunakan untuk membimbing tindakan seseorang menjadi perilaku yang bermoral.

Perbuatan yang tidak menyenangkan mearti berbohong, mencuri, mengancam, atau merusak
milik orang lain dari sisi etika tergolong perbuatan yang tidak etis dan tidak bermoral,
sedangkan kejujuran, menepati janji, saling membantu sesama, serta menghormati hak dan
kewajiban orang lain merupakan perbuatan yang secara etis dan moral sangat diharapkan
untuk dilakukan oleh manusia.

Di dunia bisnis, pernyataan etika (etika bisnis) merupakan wujud dari penerapan serangkaian
prinsip-prinsip etika normatif ke dalam perilaku bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis berperan

ETIKA BISNIS Halaman 6 dari 14


sebagai pedoman dalam menentukan benar tidaknya suatu tindakan yang dilakukan
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

Jika dalam kehidupan sehari-hari ketidakjujuran menunjukkan perilaku yang tidak etis,
perusahaan yang menutupi kesalahan- kesalahan yang telah dilakukannya atau menutupi
kelemahan produk atau jasanya sehingga berpotensi merugikan konsumen dapat disebut
sebagal perusahaan yang tidak etis. Tindakan etis dalam dunia bisnis sering berasal dari praktik
kehidupan sehari-hari sehingga bisnis tidak dapat menetapkan sendiri benar salahnya suatu
tindakan tanpa berpijak pada norma kehidupan masyarakat.

Walaupun sebuah perusahaan dapat berkelit dari tuntutan etis karena berlindung di balik
sebuah aturan atau regulasi, tetap saja masyarakat dapat secara kolektif mengecam, menolak,
atau menuntut perusahaan ke pengadilan agar perusahaan kembali berperilaku etis.

B. BISNIS YANG BERETIKA

Pada tahun 2000-an, sebuah survei dari divisi Integrity Management Services konsultan
KPMG LLP yang bertajuk terhadap beberapa perusahaan terkemuka dunia dalam laporan
bertajuk 'Organizational Integrity Survey: A Summary' menunjukkan beberapa kegiatan yang
tidak etis telah dilakukan oleh karyawan mereka, di antaranya adalah praktik penjualan yang
menipu (56%), kesalahan penanganan informasi rahasia (50%), pelanggaran hak privasi
(38%), serta pelecehan seksual (34%).

Sebuah survei lanjutan yang dilaksanakan di Amerika Sertikat beberapa tahun kemudian
(2005) ternyata juga menemukan hasil yang mirip di mana hampir 52% karyawan perusahaan
pernah melakukan tindakan yang tidak etis, minimal sekali yang berbentuk memarahi atau
mengancam karyawan lain; berbohong kepada sesama teman, pelanggan, pemasok,
masyarakat, dan kepada atasannya untuk menghindari hukuman; lebih menonjolkan
kepentingan diri sendiri dibandingkan kepentingan perusahaan; melanggar aturan, termasuk
aturan-aturan yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja; berbohong tentang
jam kerja; menyembunyikan atau mencuri properti perusahaan; mengeluarkan kata-kata yang
tidak senonoh atau cenderung merendahkan orang lain atau jenis kelamin tertentu (pelecehan
seksual); serta melakukan diskriminasi kepada orang lain berdasarkan suku, agama, jenis
kelamin, atau hal-hal lainnya.

1. Pentingnya Berbisnis secara Etis

Ada beberapa alasan mendasar tentang perlunya bisnis dijalankan secara etis (Lawrence dan
Weber, 2002).

Alasan pertama adalah bisnis harus dijalankan secara etis untuk memenuhi kebutuhan para
pemangku kepentingan. Sebuah jajak pendapat di tahun 2001 (Altham, 2001) menyebutkan,
orang-orang yang berasal dari 9 negara dari 10 negara yang di survei memilih untuk
menjalankan hidup sesuai dengan standar etika yang tinggi karena mengharapkan hal ini akan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Hal ini berbeda dengan pandangan umum
pengusaha atau perusahaan selama ini yang hanya menekankan pada laba, kemampuan
membayar pajak, mengikuti aturan, dan menciptakan lapangan kerja. Apabila masyarakat
sudah terbiasa dengan kehidupan yang baik dan etis, dengan sendirinya bisnis yang dijalankan
pun akan dikelola dengan baik dan etis (good corporate governance).

ETIKA BISNIS Halaman 7 dari 14


Alasan kedua adalah adanya pengaruh positif etika bisnis terhadap kemampulabaan
(profitability) perusahaan di masa mendatang. Berbagal penelitian yang menunjukkan
hubungan positif antara praktik bisnis yang etis dengan laba diuraikan pada bagian
'Keuntungan Berbisnis secara Etis Semua penelitian tersebut menunjukan bahwa penggunaan
etika bisnis yang benar dalam bisnis yang dijalankan tidak memperkecil keuntungan, tetapi
justru berkontribusi positif pada keuntungan jangka panjang. Menjalankan bisnis secara etis
juga sering menjadi aturan dasar yang ditetapkan oleh suatu negara terhadap para pelaku
bisnis.

Inilah alasan ketiga perlunya bisnis dijalankan secara etis sesuai perundang-undangan yang
berlaku. Salah satu contoh adalah penerapan ketentuan Sarbanes-Oxley Act untuk seluruh
perusahaan Amerika Serikat yang beroperasi di Seluruh dunia. Ketentuan ini dikeluarkan
pemerintah Amerika Serikat pada tahun 2002 setelah terjadinya berbagai skandal keuangan
yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar, seperti Enron, Tyco, dan WorldCCom

Alasan keempat yang mendasari perlunya etika bisnis adalah untuk mencegah kerugian (no
harm) besar bagi masyarakat dan pemangku kepentingan akibat dari tindakan sebuah
perusahaan. Perusahaan yang membuang limbahnya ke sungai misalnya, pasti membawa
kerugian besar bagi masyarakat yang tinggal dekat sungai tersebut, bahkan juga dapat
membawa korban jiwa bagi penduduk setempat. Oleh karena itu, banyak aturan pemerintah
ditetapkan untuk mencegah kerugian maupun kerusakan fatal bagi banyak pihak.

Alasan kelima perlunya etika bisnis adalah dalam persaingan bisnis yang ketat. Para pelaku
bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar-benar raja. Oleh karena itu, hal
yang paling pokok untuk bisa untung dan bertahan dalam pasar penuh persaingan adalah
merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen. Hal ini tidak mudah dilakukan karena
dalam pasar yang bebas dan terbuka, beragam barang dan jasa ditawarkan dengan harga dan
mutu yang kompetitif sehingga sekali konsumen dirugikan maka mereka akan berpaling
kepada produsen yang lain. Dengan demikian, hal yang paling pokok untuk dilakukan para
pelaku bisnis agar konsumen tetap bertahan adalah memperlihatkan citra bisnisnya sebagai
bisnis yang baik dan etis.

Alasan keenam, banyak perusahaan saat ini menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga
yang paling mudah untuk dieksploitasi demi mengenuk keuntungan sebesar-besarnya, tetapi
justru sebagai sebagai aset terpenting perusahaan yang menentukan berhasil tidaknya dan
bertahan tidaknуа perusahaan tersebut dalam persaingan. Kenyataan ini telah memaksa banyak
perusahaan untuk lebih memperhatikan hak dan kepentingan karyawan serta berusaha menjaga
agar mereka merasa betah bekerja pada perusahaan tersebut, misalnya dengan cara
memberikan gaji yang ad penghargaan yang baik, sikap yang baik, suasana kerja yang nyaman,
atau perlakuan yang adil kepada semua karyawan.

Alasan terakhir perlunya menjaga etika bisnis adalah bahwa dalam sistem pasar yang terbuka
(free/open market), pemerintah bersifat netral agar pasar menjaga kepentingan dan hak semua
pihak. Salah satu cara yang pailing efektif untuk berhasil dalam sistem pasar terbuka adalah
dengan menjalankan bisnis perusahaan secara baik dan etis sedemikian rupa tanpa secara
sengaja merugikan hak dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya.

2. Keuntungan Berbisnis secara Etis

ETIKA BISNIS Halaman 8 dari 14


Penelitian yang dilakukan oleh Institute for Business Ethics, Inggris tahun 1998 menunjukkan
tiga indikator penting pertumbuhan bisnis perusahaan (EVA, MVA, dan PER) lebih tinggi
angkanya pada perusahaan yang menjalankan praktik bisnisnya dengan etis dibandingkan
dengan yang tidak, bahkan jika ditambah dengan komitmen yang tinggi dari manajemen untuk
patuh pada aturan dan norma yang berlaku maka rasio profit turnover 18% lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak berkomitmen terhadap aturan (Izraeli and
Schwartz, 1998: 1045-1055) Selain itu, beberapa penelitian sosial menunjukan adanya
hubungan yang Bisnis yang positif antara perilaku yang bertanggung jawab secara sosial
dengan tingkat Reuntungan, bahkan dari penelitian tersebut tidak ditemukan korelasi etika
bisnis sebagai beban dari pemerolehan keuntungan.

C. NILAI-NILAI KEUTAMAAN

Filsuf pertama yang mengembangkan teori etika, Aristoteles, menawarkan sifat-sifat utama
dalam sebuah karakter yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, baik sebagai pengusaha
maupun pekerja atau karyawan. Sifat-sifat utama yang dikenal sebagai nilai-nilai keutamaan
(virtue ethics) mencakup keberanian, kesederhanaan, keadilan, dan Aadeias menambahkan
dengan nilai-nilai keyakinan, dan beramal sebagai bagian dari nilai-nilai keutamaan yang
menuntun berpengharapan manusia untuk memiliki ikatan spiritual yang kuat dengan
Tuhannya.

Tida kalah pentingnya adalah peranan nilai-nilai kejujuran, perasaan welas as (compassion),
watak murah hati (generosity), ketaatan, integritas, dan pengendalian diri yang menjadikan
seorang manusia menjadi manusia yang baik, bermoral, dan etis.

2.2 PERUSAHAAN DAN PEMANGKU KEPENTINGAN

The Body Shop (TBS) adalah produsen perawatan kecantikan yang seluruh bahan baku
alaminya berasal atau dibeli dari petani-petani di seluruh dunia untuk mensejahterakan
kehidupan mereka. TBS didirikan oleh Anita Roddick (AR) pada tahun 1976 di garasi
rumahnya. Karena passion yang sangat mendalam terhadap ilmu sejarah, maka AR membuat
ramuan-ramuan alamiah, tidak melakukan tes terhadap binatang dan ramah terhadap
lingkungan serta menjalin kerjasama dengan penduduk asli tempat ramuan-ramuan asli
tersebut berasal. Hampir sama sekali tidak beriklan namun dengan publisitas yang sangat pasif,
TBS telah menjadi legenda merek perawatan tubuh di dunia. Dengan semboyan Business as
Unusual, upaya memperoleh laba di TBS tidak diperoleh dengan mengorbankan nilai-nilai
kemasyarakatan, sepeni melawan kekejaman terhadap binatang, membela dunia hijau,
melawan melawan dalam rumah tangga, memberantas perdagangan manusia membela
persamaan gender, serta pluralisme dalam agama dan keturunan etnis. AR adalah seorang
pebisnis idealis yang membangun bisnisnya tanpa menimbulkan kerusakan pada lingkungan
dan mempromosikan banpeliharaan lingkungan serta nilai-nilai positif. Menurut AR, bisnis
dapat dijalankan dengan hati yang mendapatakan laba (profit) tanpa mengorbankan
masyarakat (people) dan lingkungan hidup (planet). Tanpa kompromi dengan kualitas dan
pelayanan masyarakat serta kesetiaan pada nilai- nilai dasarnya, produk-produk TBS tetap
mampu bersaing dengan produk perusahaan lain yang lebih komersial. Sewaktu AR meninggal
di tahun 2007, ia mewariskan seluruh kekayaannya sebesar 52 juta poundsterling untuk

ETIKA BISNIS Halaman 9 dari 14


berbagai kegiatan amal dan gerakan sosial yang diyakini sebagai pemicu perubahan kehidupan
di dunia.

A. PEMANGKU KEPENTINGAN

Pemangku kepentingan (stakeholders), menurut Wikipedia adalah orang atau kelompok yang
memengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan keputusan yang dibuat organisasi, kebijakan-
kebijakan yang diambil atau kegiatan yang lain. Pemangku kepentingan teridentifikasi atas
dasar keberadaan mereka pada organisasi, di dalam atau di luar organisasi Kelompok yang
berada di dalam lingkaran kegiatan organisasi disebut pemangku kepentingan primer (primary
stakeholders), mencakup :

1.Karyawan yang memberikan pengetahuan, keterampilan, kemampuan teknis dan noniteknis,


serta pengalaman menjalankan pekerjaan kepada organisasi; Perusahaan dan Pemangku
Kepentingan

2. Pengelola atau manajemen yang berkontribusi pada pelaksanaan berbagai fungsi manajerial
organisasi,

3. Pemegang saham, terutama pemegang saham mayoritas dengan menyediakan sumber


permodalan berbentuk saham

4. Kreditur sebagai pihak ketiga yang menyediakan dana untuk pelaksanaan aktivitas;

5. Distributor yang menyalurkan produk atau jasa yang dihasilkan organisasi atau perusahaan
bisnis; dan

6. Pemasok yang menyediakan kebutuhan bahan operasional yang sering pula berperan
sebagai agen informasi bagi produsen.

Selain pemangku kepentingan primer, ada juga pemangku kepentingan sekunder (secondary
stakeholders) yang berperan penting, tetapi tidak memengaruhi atau dipengaruhi oleh kegiatan
perusahaan secara langsung. Kelompok ini terdiri atas media, kelompok pemerhati, atau
kelompok- kelompok sosial yang terbentuk akibat tindakan tertentu yang dilakukan
perusahaan. Sebagai contoh, kelompok pemerhati masalah transportasi publik menyuarakan
pendapatnya apabila ada gangguan dalam penyediaan layanan publik yang disebabkan
pembangunan pabrik. Seperti kasus susu formula yang mengandung bakteri tertentu beberapa
waktu lalu setelah diteliti oleh pusat penelitian sebuah perguruan tinggi, juga mampu mengajak
masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam membeli serta mengonsumsi produk-produk yang
dijual di pasaran walaupun pusat penelitian tersebut tidak terpengaruh langsung dengan kasus
bakteri tersebut. Dalam konteks lingkungan yang lebih luas, permangku kepentingan sekunder
juga mencakup pemerintah pusat dan daerah sebagai regulator, lembaga penunjang bisnis.
(misal: lembaga penelitian, kajian khusus, dan lain-lain), serta pemerintah negara lain yang
berkepentingan atas investasi perusahaannya di negara tujuan.

B. KEKUATAN DAN KOALISI PEMANGKU KEPENTINGAN

1. Kekuatan Para Pemangku Kepentingan

ETIKA BISNIS Halaman 10 dari 14


Setiap pemangku kepentingan memiliki kekuatan (stakeholders' power) untuk menggunakan
sumber daya yang mampu menjadikan suatu peristiwa terjadi atau untuk memastikan hasil
yang diharapkan oleh mereka.

Pemegang saham memiliki kekuatan untuk memilih Direksi dan Dewan Komisaris (voting
power) serta mengarahkan kebijakan bisnis perusahaan. Kekuatan lain pemegang saham
adalah memutuskan apakah sebuah perusahaan perlu melakukan merger atau akuisisi dengan
perusahaan lain.

Pelanggan dan pemasok memiliki kekuatan ekonomi (economic power) uruk memengaruhi
kinerja perusahaan melalui kekuatan pembelian dan pemberian barang. Jika pelanggan
kecewa, mereka dapat dengan mudah menyebarkan kekecewaan tersebut dengan cepat melalui
jejaring sosial, misalnya. Efek berantai dari ungkapan kekecewaan seorang pelanggan dapat
menurunkan citra penjualan dan omzet bisnis serta dapat berakibat pada ketidakpercayaan
konsumen kepada suatu perusahaan. Jika perusahaan sudah tidak memperoleh pelanggan
dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan bisnis, hasil akhirnya dapat dengan mudah
ditebak, yaitu perusahaan menuju ke kebangkrutan.

Buruh yang mogok dan dilaporkan secara luas oleh media cetak, dapat membentuk opini
masyarakat tentang citra sebuah perusahaan yang secara politis dapat diartikan nama buruk
perusahaan tersiar ke mana-mana. Kekuatan politik (political power) buruh yang mogok dapat
menjadi alat penekan perusahaan untuk memenuhi sebagian atau semua tuntutan buruh. Lebih
jauh lagi, jika nama sebuah negara mengemuka karena jumlah dan Intensitasnya pemogokan
buruh di negara tersebut, secara politis investor asing tidak tertarik menjadikan negara
bersangkutan menjadi negara tujuan investasinya.

Kekuatan politik lebih jelas bentuknya melalui peraturan dan regulasi yang ditetapkan oleh
pemerintah. Pemerintah sebagai agen politik secara langsung dipengaruhi oleh DPR dan
anggota pernangku kepentingan yang lain melalui kekuatan tidak langsung di gedung
parlemen. Masyarakat yang diwakili suaranya di DPR juga mendorong terbentuknya
kebijakan yang mendukung publik terutama dalam hal penyediaan layanan publik yang
berkualitas, tepat waktu, dan tepat guna. Selain mewakilkan suaranya kepada DPR di
parlemen, masyarakat juga

memiliki kekuatan hukum (legal power) pada saat mereka menggugat sebuah perusahaan ke
pengadilan. Tindakan sebuah perusahaan yang berakibat kerusakan fisik, kehilangan uang
dalam jumlah besar, atau kerusakan lingkungan yang sangat parah dapat diajukan gugatannya
oleh masyarakat umum, karyawan yang mengalami kecelakaan kerja, atau tokoh-tokoh
penyelamat lingkungan (environmentalist) untuk mencegah atau mengompensasi berbagai
kerugian yang telah diderita.

Kasus yang pernah terjadi pada perusahaan migas Unocal beberapa saat lampau dapat menjadi
refleksi bersama bagi para pengelola bisnis untuk memenuhi keinginan berbagai pemangku
kepentingan. Demi meningkatkan tekanan publik kepada Unocal saat beroperasi di Myanmar,
Unocal dianggap melanggar hak asasi manusia pada saat mengerjakan proyek pembuatan pipa
gas dan minyak bumi di sana, para aktivis lingkungan melakukan protes pada rapat umum
tahunan pemegang saham (voting power), menyerukan dunia internasional untuk tidak
membeli produk apa pun yang dihasilkan oleh Unocal (economic power), membentuk jaringan
advokasi di beberapa kota di Myanmar dan di luar negeri untuk tidak berhubungan dengan

ETIKA BISNIS Halaman 11 dari 14


Unocal (political power), serta mengajukan gugatan kolektif masyarakat Myanmar (clash
action) kepada Unocal yang diwakili oleh banyak penduduk pedesaan ke pengadilan niaga
setempat. Hasil akhirnya sangat menggembirakan, yaitu tahun 2005 Unocal bersedia
membayar sejumlah kerugian akibat kerusakan fisik dan pelanggaran hak asasi manusia
program-program pendidikan dan kesehatan kepada masyarakat di sekitar gas dan minyak
bumi.

2. Koalisi Pemangku Kepentingan Adanya koalisi pemangku kepentingan (stakeholder


coalitions)

Dapat dijadikan isu-isu bisnis menjadi faktor utama yang memperlancar atau menjatambat
realisasi bisnis. Misalnya, rencana perusahaan kertas tisu Scott, Amerika Serikat untuk
membuka pabriknya di Sumatera terhambat Setelah sekelompok pemerhati lingkungan dan
LSM memprotes rencana tersebut karena alasan kerusakan hutan dan pencemaran air serta
udara. Protes mereka juga disampaikan melalui rekan-rekan pecinta lingkungan di Natural
Resources Defences Council (NRDC) yang kemudian menekan pihak Scott untuk
membatalkan investasi tersebut, termasuk ancaman untuk memboikot produk-produk Scott
yang telah dipasarkan di pasar Amerika Serikat.

Koalisi pemangku kepentingan umumnya bersifat dinamis sehingga perubahan komposisi


kelompok pemangku kepentingan dapat terjadi setiap saat, termasuk juga kepentingan yang
dibawa dan kedekatan hubungan antarpemangku kepentingan. Contohnya, perusahaan yang
dulu aktif membentuk koalisi pada akhirnya memisahkan diri setelah merasa kepentingan yang
disuarakan melalui koalisi telah tercapai atau tidak tercapai sama sekali, sementara ada
kelompok lain yang pada awalnya menolak untuk bergabung ke dalam koalisi dengan
berjalannya waktu memutuskan untuk bergabung di dalamnya. Dengan demikian, dalam
koalisi ini ada pihak yang datang dan pergi setiap saat.

C . HUBUNGAN BISNIS DENGAN PEMANGKU KEPENTINGAN

Tingkatan peran dan keterlibatan pemangku kepentingan berbeda-beda. Tergantung respons


perusahaan atas tuntutan pemenuhan kepentingan para pemangku kepentingan. Sebuah
perusahaan dapat saja mengabaikan Repentingan para pemangku kepentingan (inactive
company) apabila perusahaan tersebut merasa bahwa kebijakan yang diambil tidak banyak
perusangaruh kepada banyak pihak, termasuk kepada pemangku kepentingan.

Sebagai contoh, perusahaan berskala kecil sering tidak mengolah kembali limbah hasil
produksinya karena dianggap limbah tersebut tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan.

Padahal jika setiap perusahaan melakukan tindakan yang sama terhadap limbahnya, lambat
laun lingkungan akan tercemar dan tindakan korektif untuk memulihkan lingkungan tersebut
menjadi sulit dilakukan.

Ketika dihadapkan pada gugatan pengadilan, banyak perusahaan yang bersikap reaktif
(reactive companies) dan hanya mematuhi ketentuan jika dipaksa oleh keadaan atau keputusan
pengadilan semata.

Contohnya, kasus Lapindo Brantas yang dianggap menimbulkan bencana lumpur panas di
lokasi pengeboran Lapindo Brantas, Inc. Di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo,
Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan

ETIKA BISNIS Halaman 12 dari 14


lumpur panas yang terjadi secara terus menerus menyebabkan tergenangnya kawasan
permukiman, pertanian, dan perindustrian lebih dari tiga kecamatan di sekitarnya serta
memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Pada bulan Mei 2009, PT Lapindo
melalui PT Minarak Lapindo Jaya akhirnya mengeluarkan uang Rp6 triliun untuk mengganti
tanah masyarakat dan membuat tanggul penahan lumpur panas di wilayah tersebut.

Sebuah perusahaan dianggap proaktif (proactive company) apabila perusahaan tersebut terus
berupaya untuk menanggapi perubahan keinginan pemangku kepentingan. Salah satu ciri
perusahaan proaktif adalah memiliki departemen atau divisi khusus yang menangani hubungan
dengan Masyarakat, konsumen, dan pemerintah.

Dengan demikian, perusahaan yang seperti ini tidak semata-mata dikelola untuk mencari k
juga untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di sekitar perusahaan Sehingga dalam
kondisi krisis atau gejolak sosial yang besar, perusahaan tetap dalam posisi aman.
Ikeuntungan, tetapi Perusahaan yang mau membuka jalan dialog dengan para pemangku
kepentingan disebut sebagai perusahaan interaktif (interactive company) Perusahaan interaktif
sadar bahwa dengan saling menghormati, terbuka, dan percaya kepada para pemangku
kepentingan, perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif dalam jangka panjang.
Istilah lain untuk perusahaan interaktif adalah perusahaan terlibat penuh (engaged company),
sebuah proses yang menunjukkan pembangunan hubungan jangka panjang antara bisnis atau
perusahaan dengan pemangku kepentingannya.

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN & SARAN

Berdasarkan Makalah diatas maka dapat disimpulkan bahwa Etika bisnis berlaku sebagai
benteng bagi pemangku kepentingan, etika Bisnis juga memiliki fungsi yang mampu
menyinergikan antar pemangku Kepentingan dalam bisnis. Bisnis yang beretika akan
membawa dampak baik pada Perusahaan. Serta peran Perusahaan & Pemangku Kepentingan
juga sangat baik untuk keberlangsungan bisnis di masa yang akan datang, karena tanpa adanya
itu akan dapat merugikan perusahaan atau bisnis itu sendiri

ETIKA BISNIS Halaman 13 dari 14


DAFTAR PUSTAKA

Etika Bisnis Panduan Bisnis Berwawasan Lingkungan bagi Profesional Indonesia Tri Hendro
Nikodemus Hans Setiadi Wijaya | Siti Al Fajar | Conny Tjandra | PENERBIT ANIM

Post, J.E., Lawrence, A.T. and Weber, J. 2002. Business and Society: Corporate Strategy,
Public Policy, Ethics. 10th ed, New York: McGraw-Hill.

Wikipedia, www.thebodyshop.com Anita Roddick 2013 Bussines As Unisual : Terjemah PT.


Gramedia Pustaka Utama

ETIKA BISNIS Halaman 14 dari 14

Anda mungkin juga menyukai