Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ETIKA DAN MORAL BISNIS

Dosen: Yahya, S.Pd., M.Pd

NUR INDAH
18-111-304

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS YAPIS PAPUA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pembelajaran bagi para pembaca, Untuk ke dapannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah ini agar dapat lebih baik lagi.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Etika dan Moral Sebagai Seorang
Pembisnis ini dapat memberikan maanfaat terhadap pembaca.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang....................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitan .................................................................................................................... 7
BAB II .............................................................................................................................................. 8
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 8
A. Moralitas ............................................................................................................................... 8
B. Etika ...................................................................................................................................... 8
C. Pengertian Bisnis ................................................................................................................... 9
D. Pengertian Etika Bisnis ........................................................................................................ 10
E. Mempertahankan Standar Etika ............................................................................................ 11
F. Perkembangan Etika Bisnis .................................................................................................. 12
G. Moral Dalam Bisnis ............................................................................................................. 13
H. Etika Dalam Bisnis .............................................................................................................. 13
I. Etika Bisnis dan Perbedaan Budaya...................................................................................... 14
J. Membumikan Etika Bisnis Di Perusahaan ............................................................................ 15
K. Manfaat Perusahaan Menerapkan Etika Dalam Bisnis .......................................................... 15
L. Pentingnya Etika Bisnis ....................................................................................................... 16
M. Kasus – kasus Pelanggaran dalam Etika Bisnis ................................................................. 17
N. Prinsip-Prinsip Etika dan Perilaku Bisnis ............................................................................. 18
BAB III ........................................................................................................................................... 19
PENUTUP ...................................................................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan atau pun ancaman bagi pelaku
usaha agar dapat mempertahannkan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaanya. Setiap
pelaku bisnis atau pun pekerjanya akan membuat sebuah perusahaan menjadi berkembang
dan terdepan dari pad singan dari perusahaan terseut. Etika bisnis dalam sistem
perekonomian global cenderung pada usaha mengahalkan segala macam cara dengan tidak
memperdulikan etika bisnis. Etika bisnis begitu sangat penting dilakukan diutamakan pada
hubungan bisnis dengan pihak yang terkait., baik dengan alam, lingkungan, perusahaan
danperseorangan. Berbisnis dengan tidak menggunkan etika akan menyebabkan tidakan
ketika adilan, masalah dan kehancuran bahkan ada pihak yang akan dirugikan karena
perubautan curang tersebut. Dalam berbisnis kita memerlukan yang namanya moralitas
kadang kali moral sesorang bisa dilupakan dalam seuah pekerjaan dikarena tututan pekerjaan
yang mengharuskan seseorang tidak melihat keadan sekitar dengan hati. Setiap perusahaan
dituntuk untuk menggunkan sistem yang modern dengan teknologi yang modern juga yang
mengakibatkan praktek-praktek yang etik di dalam tingkatan manajemen dan oprasional.
Dengan berkeenaan praktek organisasi atau perusahaan pada pelangggan dan karyawannya.
Dalam akivitas perusahaan yang ketat dapat menimbulkan prilaku pelanggaran etika karena
orang akan bersifat pragmatis dalam berbagai macam situasi. Oleh sebab itu keadaan apupun
diperlukan suatu kesadaran moral agar keputusan yang mendesak tapi masih menggunakn
etika.

Serupa dengan pemahaman filsafat yang secara etimologis melandaskan gagasannya pada
filos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan), begitu pula dengan etika sebagai bagian dari filsafat
itu sendiri. Manifestasi ide/gagasan pada ranah kenyataan yang mewujud dalam tata-aturan
tentang mana yang baik dan mana yang buruk, untuk kemudian distandarisasi sesuai dengan
paradigma dan ideologi, cara pandang, ataupun consensus yang berlaku (Althusser, 1984).
Pun begitu, etika sendiri memiliki cara pandang yang hampir sama dengan nilai, norma,
ataupun moralitas. etika menjadi pembeda pula antara manusia dengan hewan, lewat fungsi
makhluk sosial dan individual. Dengan demikian, hubungan manusia yang sudah berikatan
inilah yang menjadi dasaran bagi terciptanya sistematika organisasi dalam birokrasi dengan

4
keseluruhan legalitas dan legitimasi yang melingkupi. Namun, pada saat ini tantangan demi
hambatan yang menghadang sistematika tersebut, mulai dari ketidakjelasan implementasi,
kegamangan sistem etika/filsafat yang berawal dari disfungsi konsensus dan berakhir pada
ketidakberpihakan birokrasi itu sendiri kepada masyarakat.

Dengan itu ada sikap kehati-hatian dalam pengambilan keputusan menggunkan moral dan
etika yang baik. Ada beberapa asalan untuk meneiliti kesadaran moral dalam pengambilan
keputusan bisnis. Untuk mengetahu apa penyebab dari berbagai macam keadaan yang
menciptaakan kesadaran moral. Mengetahui penyebab kesadaran moral, perusahaan mampu
menciptakan suatu situasi yang mengembangkan keadaran moral dalam bekerja. Prinsip etika
yang hidup dalam berorganisasi merupakan salah satu factor lingkungan yang mempunyai
pengaruh cukup besar untuk membangun kesadaran moral. Factor lingkungan organisasi
adalah factor yang menentukan iklim kerja yang beretika. Iklim etika yang cenderung bersifat
indivialis itu tidak bisa dipungkiri lagi, yang akan mendorong iklim perusaan cenderung
bersifat individualis juga. Jadi kita sebagai manusia yang bermoral dan beretika harus
memiliki moralitas ditempat kerja yang berarti mampu berpilaku dan bermoral sesuai dengan
standar etika dan moral ada di perusahaan. Kita pun harus bertidak sebagai sesorang yang
memiliki integritas pribadi yang tinggi menjungjung tinggi nilai kejujuran yang beradab
ditempat kerja.

Etika dan moral haruslah menjadi sebuah prilaku, karakter, pilihan hidup dan kepribadian
yang dapat diperlihatan dalam keseharian dilingkungan kerja. Praktek moralitas dan etika
akan memperkuat itergritas pribadi di tempat kerja, untuk memahami apa yang baik dan apa
yang buruk dalam suatu presepsi. Standar moral dalam perilaku biasanya tidak tertulis,
merupakan hasil akhir dari pikiran positif terhadap etos kerja itu mengacu pada moralitas
ditempat kerja. Sedangkan etika adalah yang mengacu pada standar berprilaku ditempat kerja
merupakan pedoma yang formal, baik etika ataupun moralitas memerlukan intergritas pribadi
yang tinggi untuk menjalanya dengan sempurna. Hubungan kerja yang harmonis selalu di
landasi oleh sikap moralitas dan etika yang juga menjadi kekuatan untuk membangun
keyakikan dlam neyelesaikan sebuah konflik adalah suatu perkerjaan. Persoala dapat
diselesaikan dengan hati nurani, menggunakan moralitas dan etika akan menghasilkan
pemikiran dengan akan yang paling sehat dan menggunakan kejujuran. Moralitas dan etika

5
merupakan fitur penting untuk bertindak bagai keryawan, pimpinan, dan setiap steakholder
ditempat kerja dalam mengedepankan keadilan, terbuka dan penuh dengan tanggung jawab.

Dalam dunia bisnis pun setiap perusahaan akan berambisi untuk mendapatkan laba yang
besar dengan melakukan berbagai macam cara, bahkan hal yang bersifat kriminalpun akan
ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Terjadinya perbuatan tercela didunia bisnis
bukannya berkurang tapi malah semakin meningkat, tindakan ingkar janji, one prestasi, tidak
menghindatkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatian sumber daya alam sekitar dan
perbuatan korupsi, suap, kolusi masalah tersebut merupakan pengingkaran dari moralitas dan
etika bisnis. Tidak ada salahnya bila kita dalam bertindak selain dengan moral dan etika harus
di dukung dengan kepercayaan dari keyakinan yang dianut oleh setiap manusia. Keterkaitan
anara bisnis dan hukum sangatlah erat, banyak msalah yang timbul dari kedua aspek tersebut.

Etika adalah hal yang penuh dengan pandangan atau nilai yang dianut oleh masyarakat, di
mana dasar nilai itu dibangun dari kebiasaan yang mereka lakukan. Membahas mengenai
etika, maka kita akan masuk pada ranah kebiasaan yangterjadi pada suatu masyarakat, etika
akan berbicara mengenai benar atau salah. Kebiasaan yang berlaku disuatu tempat biasanya
mengacu pada adat istiadat,norma, peraturan, budaya dan lainnya. Semakin seseorang sesuai
dengan kebiasaan setempat, maka dapat dikatakan ia semakin beretika di tempat yang
bersangkutan. Bisnis adalah kegiatan yang teratur dalam melayani sutu kebutuhan yang
bersifat umum, sambil memperoleh pendapatan. Bisnis merupakan pertukaran antara
jasa/barang dan uang yang saling menguntungan/saling mengunungtungkan. Dahulu bisnis
digunakan dengan cara barter atau dengan saling menukar barang tanpa menggunakan uang.
Pada masa berikutnya kenyataanny amanusi tidak dapat memenuhi kebutuhanya sendiri,
untuk memdapatkan keinginannya mereka mencari orang yang mau menukarkan barang
barang yang dimiliki dengan barang yang dibutuhkan.

Belakangan ini banyak pelaku bisnsi yang melakukan pelanggaran etika bisnis dengan
dengan persaingan yang tidak sehat. Penggaran etika bisnis tersebut menyebabkan keruian
bagi pelaku binsi dan bagi pengusahan menengah kebawah disebabkan kurangnya
keamampuan dan pengetahuan yang mereka miliki. Setiap perusahaan atau pelaku bisnis
harus memiliki prinsip etika bisnis dan moral tersebut. Etika bisnis adalah studi yang di
khususkan mengenai moral yang benar atau salah atau tata cara dalam menjalankan bisnis.
Dengan adanya etika bisnis, pelaku bisnis atau perusahaan dapat mengetahui aturan-atauran,
nilai-nilai, cara-cara melakukan bisnis dengan baik, dan menjalankan norma-norma yang ada.

6
Perusahaan yang menggunkan etika bisnin dapat memebentuk nilai, norma, dan prilaku
karyawan serta pimpinan dalam menjalankan hubungan pekerjaan dengan adil, sehat bersama
mitra kerja, pelangan, masyarkatar, lingkungan sekitar sekitar perusahaan dan para pemegang
saham.

B. Rumusan Masalah
1) Apakah etika dan moralitas diperlukan dalam menjalankan sebuah bisnis
diperusahaan ?
2) Apakah etika selalu menjadi pedoman dalam menjalankan kegiatan berbisnis ?
3) Apakah moralitas dan etika selalu dikerjakan secara bersamaan dalam kegiatan
berbisnis ?

C. Tujuan Penelitan
1) Untuk mengetahui moralitas selalu digunkan dalam kegiatan berbisnis.
2) Untuk mengetahui etika selalu menjadi pedoman dalam menjalankan kegiatan
berbisnis.
3) Untuk mengetahui moralitas dan etika selalu dikerjakan secara berasaam dalam
kegiatan berbisnis.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Moralitas
Menurut Chaplin (2001), moral adalah hal yang menyinggung akhlak, tingkah laku yang
susila, ciri-ciri khas seseorang dengan perilaku pantas dan baik, menyinggung hukum, adat
istiadat, kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Menurut Poespoprodjo (2009), ada tiga
faktor penentu moralitas, pertama perbuatan sendiri, yang dikehendaki individu
memandangnya tidak dalam tertib fisik tetapi dalam tertib moral. Kedua, motif yang dimiliki
individu dalam pikiran ketika melakukan suatu perbuatan secara sadar dilakukan sendiri
untuk dicapai dengan perbuatan sendiri, dan ketiga, keadaan, segala yang terjadi pada suatu
peristiwa atau perbuatan. Berdasarkan penelusuran peneliti melalui media massa, didapatkan
beberapa fenomena remaja cenderung melakukan tindakan amoral. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2009) amoral diartikan sebagai tidak bermoral atau tidak berakhlak.

Moral awareness didefinisikan sebagai derajat dimana seseorang mengenali aspek-aspek


situasi yang dapat dikategorikan sebagai moral yang salah dan merugikan bagi orang lain,
sekelompok orang, atau masyarakat lebih luas (VanSandt et al. 2006) . Moral awareness di
sini didefinisikan dalam bentuk derajat, bukan sebagai sesuatu yang ada atau tiada. Definisi
tersebut merujuk pada definisi dari Blum (1991) yang membahas moral sebagai suatu proses.
Moralitas individu akan dijelaskan dalam level penalaran moral individu, serta akan
berpengaruh pada perilaku etis mereka (Puspasari, 2012).

B. Etika
Ditinjau dari asal-usul kata, istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos, yang berarti
etika, etis, cara pandang dan sistem nilai yang dipakai dalam suatu kelompok (Ongky Setio
Kuncono, 2013). Dalam Concise Oxford Dictionary (1974) kata ethos didefinisikan sebagai
characteristic spirit of community, people or system (suasana khas yang menandai suatu
kelompok bangsa atau sistem). Sementara menurut K. Bertens (2007: 224) istilah setika
diartikan sebagai tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang atau gudang, kebiasaan,

8
adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Sehingga dalam bentuk jamaknya ta
etha diartikan sebagai adat kebiasaan.

Secara bahasa (etimologi) menurut Noviliadi (2009: 4), istilah ethos berarti tempat hidup
yang dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan. Dari kata ethos muncul istilah ethikos
yang berarti teori kehidupan atau dalam istilah teori ilmu disebut etika. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1995) etika adalah nilai mengenai benar atau salah yang dianut oleh suatu
golongan atau masyarakat. Menurut Maryani dan Ludigdo (2001), etika adalah seperangkat
aturan, norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik aturan yang harus
dilakukan maupun aturan yang harus dihindari oleh sekelompok manusia, golongan profesi.

Menurut penulis etika merupakan bagian dari kajian filsafat, biasa disebut filsafat etika atau
filsafat moral, yaitu kajian filsafat yang memfokuskan kajiannya pada pencarian akan hakikat
sistem nilai yang harus diikuti umat manusia (Ma’mun Mu’min, 2014). Namun menurut
Poedjawiyatna (2003), etika bukan merupakan bagian dari filsafat. Sebagai ilmu, etika
mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia
mencari ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia, memang apa yang ditemukan oleh
etika mungkin jadi pedoman seseorang, tetapi tujuan etika bukanlah untuk member pedoman,
melainkan untuk tahu.

C. Pengertian Bisnis
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari
bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu,
komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan
yang mendatangkan keuntungan. Secara etimologi, bisnis berarti keadaan di mana seseorang
atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata
"bisnis" sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya penggunaan singular kata
bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis
yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk
pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan yang paling luas
merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa.
Namun definisi "bisnis" yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.

9
D. Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam suatu
perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
dan masyarakat. Menurut Yosephus (2010: 79), etika bisnis pada dasarnya merupakan
applied ethics atau etika terapan. Etika bisnis merupakan wilayah penerapan prinsip-prinsip
moral umum pada wilayah tindakan maausia dalam bidang ekonomi, seperti bisnis. Jadi,
sasaran etika bisnis adalah perilaku moral pebisnis yang beraktivitas dalam bidang ekonomi.
Menurut Ongky (2013) pengertian ini menjelaskan bahwa bagaimana para pelaku bisnis
bertindak secara moral dalam melakukan bisnisnya. Etika bisnis adalah kajian yang
dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar
moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.

Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam
sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan
mendistribusi barang dan jasa serta diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam
organisasi. Misalnya seorang pengusaha yang memiliki etika bisnis biasanya adalah seorang
yang jujur dan amanah. Etika bisnis ini diwujudkan karena tuntutan dari pergerakan terhadap
meningkatnya berbagai praktek yang tidak sehat dalam dunia bisnis, misalnya layanan yang
tidak memuaskan.

Perusahaan menyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja yang unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-
kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika bisnis dapat menjadi
standard dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya
sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang
luhur, jujur, transparan dan sikap yang professional.

10
E. Mempertahankan Standar Etika
1) Ciptakan kepercayaan perusahaan
Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari
tanggung jawab etika bagi pemilik kepentingan.
2) Kembangkan kode etik.
Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip-prinsip
etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
3) Jalankan kode etik secara adil dan konsisten
Manajer harus mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan
mengetahui bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi
tidak berarti apa-apa.
4) Lindungi hak perorangan
Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat bergantung pada individu. Melindungi
seseorang dengan kekuatan prinsip morl dan nilainya merupakan jaminan terbaik
untuk menghindari untuk menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat
keputusan etika seseorang harus memiliki: (a) Komitmen etika, yaitu tekad seseorang
untuk bertindak secara etis dan melakukan sesuatu yang benar; (b) Kesadaran etika,
yaitu kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran
moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.
5) Adakan pelatihan etika
Workshop merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan.
6) Lakukan audit etika secara periodic
Audit merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil
evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan
sekadar gurauan.
7) Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan.
Tidak ada seorang pun yang dapat mengatur norma dan etika. Akan tetapi, manajer
bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka
harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan betapa pentingnya
etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa
dinegosiasi atau ditawar.
8) Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan.
Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.

11
9) Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah.
Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa
yang kita hasilkan dan menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10) Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika.
Para karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana
standar etika dipertahankan.

F. Perkembangan Etika Bisnis


Perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):

1. Zaman Prasejarah: Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani
lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam
negra dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa Peralihan: pada tahun 1960-an: dimulai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas
di Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota prancis), penolakan terhadap
establishment (kemapanan). Hal ini memebri perhatian pada dunia pendidikan, khususnya
bidang ilmu manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum
dengan nama Business and Society. Topik masalah yang paling sering dibahas adalah
corporate social responsibility.
3. Etika Bisnis Lahir di Amerika Serikat pada 1970-an yang mana sejumlah filsuf mulai
terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis disekitar bisnis dan etika bisnis dianggap
sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di
Amerika Serikat pada saat itu.
4. Etika Bisnis meluas ke Eropa: tahun 1980-an di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu
baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara
akamdemisi dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut European Business Ethics
Network (EBEN).
5. Etika Bisnis menjadi Fenomena secara Global pada 1990-an, dan tidak hanya terbatas lagi
pada dunia barat (Eropa, Amerika Serikat). Tetapi etika bisnis sudah dikembangkan
diseluruh dunia. Bahkan telah didirikan Internatioal Society for Business, Economics, and
Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo, Jepang.

12
G. Moral Dalam Bisnis
Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan agama dan kebudayaan. Dalam
kehidupan sehari – hari, moral digunakan sebagai alat untuk mendorong dan melakukan
kebaikan dalam berprilaku. Begitu juga halnya dalam dunia bisnis. Sebagai bagian dari
aktifitas , tentunya moral sangat dibutuhkan dalam berbisnis. Moral yang baik dalam
berbisnis tentunya juga akan memberikan dampak yang baik untuk perkembangan bisnis
tersebut serta dapat menjalin relasi yang baik juga. Moral lahir dari orang yang memiliki dan
mengetahui ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan
hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya
pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini
sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan
(rule) yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang
dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi moral dalam kehidupan sehari – hari
misalnya adalah kejujuran. Apabila sebuah bisnis dilandasi dengan kejujuran dalam setiap
transaksi dan pengambilan keputusan,maka akan memberikan kepuasan bagi kedua pihak
yang saling terkait.

H. Etika Dalam Bisnis


Etika digunakan sebagai rambu – rambu atau patokan berprilaku. Dunia bisnis yang bermoral
akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis
yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok
masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan
yang terpuji yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu
harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang
terkait lainnya. Jika ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika
moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa
diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin
adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat
global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam
perekonomian. Kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika
moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa

13
diwujudkan. Oleh sebab itu untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang
menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang
bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam
perekonomian. Ada tiga sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis, antara lain :

a. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah yang
terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
b. Menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh, atau karyawan dan
masyarakatluas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktik bisnis siapapun juga.
Fungsinya jelas yaitu untuk menggugah masyarakat bertindak menuntut para pelaku
bisnis untuk berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat
tersebut.
c. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis.

I. Etika Bisnis dan Perbedaan Budaya


Relativisme etis adalah teori bahwa masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan etis yang
berbeda. Apakah tindakan secara moral benar atau salah, tergantung kepada pandangan
masyarakat itu. Dengan kata lain, relativisme moral adalah pandangan bahwa tidak ada
standar etis yang secara absolute benar dan yang diterapkan atau harus diterapkan terhadap
perusahaan atau orang dari semua masyarakat. Dalam penalaran moral seseorang, dia harus
selalu mengikuti standar moral yang berlaku dalam masyarakat manapun dimana dia berada.
Pandangan lain dari kritikus relativisme etis yang berpendapat, bahwa ada standar moral
tertentu yang harus diterima oleh anggota masyarakat manapun jika masyarakat itu akan terus
berlangsung dan jika anggotanya ingin berinteraksi secara efektif. Relativisme etis
mengingatkan kita bahwa masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan moral yang berbeda,
dan kita hendaknya tidak secara sederhana mengabaikan keyakinan moral kebudayaan lain
ketika mereka tidak sesuai dengan standar moral kita.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar
yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum.

14
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam suatu
perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat.

J. Membumikan Etika Bisnis Di Perusahaan


Etika pada dasarnya membahas sesuatu yang dianggap baik – buruk, atau benar- salah. Etika
perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan
lingkungannya (misalnya dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat), etika kerja
terkait antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan
antar karyawan. Perilaku yang etis dalam perusahaan akan menimbulkan sikap saling percaya
terhadap sesama pelaku bisnis serta akan mencegah pelanggan, pegawai dan pemasok
bertindak oportunis, serta tumbuhnya saling percaya.

Kebijakan perusahaan untuk memberikan perhatian serius pada etika perusahaan akan
memberikan citra bahwa manajemen mendukung perilaku etis dalam perusahaan. Kebijakan
perusahaan biasanya secara formal didokumentasikan dalam bentuk Kode Etik (Code of
Conduct) Terdapat tiga faktor utama yang memungkinkan terciptanya iklim etika dalam
perusahaan.:

a. Terciptanya budaya perusahaan secara baik..


b. Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya (trust-based
organization).
c. Terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai (employee relationship management).

K. Manfaat Perusahaan Menerapkan Etika Dalam Bisnis


Selain perencanaan strategis yang baik serta sistem perusahaan yang transparan, hal
pendukung yang dibutuhkan untuk membangun perusahaan yang kokoh dan memiliki daya
saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang
tinggi,diperlukan suatu landasan yang kokoh pula. Langkah yang dapat ditempuh adalah
penerapan etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Dengan

15
demikian tidak hanya cita – cita bisnis yang bernilai tinggi saja yang dapat dilaksanakan,
tetapi bisnis dengan nilai – nilai etika yang tinggi juga dapat tercapai, sehingga menimbulkan
sikap saling percaya dan saling menghargai antar sesama pelaku bisnis baik antara pihak
internal perusahaan dengan pihak eksternal,atasan dengan karyawan, maupun karyawan
dengan karyawan

Teknologi yang berkembang di akhir dekade abad ke-20 mentransformasi masyarakat dan
bisnis, dan menciptakan potensi problem etis baru. Yang paling mencolok adalah revolusi
dalam bioteknologi dan teknologi informasi. Teknologi menyebabkan beberapa perubahan
radikal, seperti globalisasi yang berkembang pesat dan hilangnya jarak, kemampuan
menemukan bentuk-bentuk kehidupan baru yang keuntungan dan resikonya tidak terprediksi.
Dengan perubahan cepat ini, organisasi bisnis berhadapan dengan setumpuk persoalan etis
baru yang menarik.

L. Pentingnya Etika Bisnis


Perilaku etika penting untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup makro maupun
mikro, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

Perspektif Makro; pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang berperan
lebih efektif dan efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa.
Beberapa kondisi yang diperlukan market system untuk dapat efektif, yaitu:

a. Hak memiliki dan mengelola properti swasta.


b. Kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa
c. Ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa. Jika salah satu
subsistem dalam market system melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan
mempengaruhi keseimbangan sistem dan menghambat pertumbuhan sistem secara makro.

Pengaruh dari perilaku tidak etik pada perspektif bisnis makro adalah sebagai berikut:

1. Penyogokan atau suap; hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kebebasan memilih
dengan cara mempengaruhi pengambil keputusan.
2. Coercive act; mengurangi kompetisi yang efektif antara pelaku bisnis dengan ancaman
atau memaksa untuk tidak berhubungan dengan pihak lain dalam bisnis.
3. Deceptive information;
4. Pencurian dan penggelapan; dan unfair discrimination.

16
Perspektif Bisnis Mikro; dalam Iingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau
trust. Dalam Iingkup mikro terdapat rantai relasi di mana supplier, perusahaan, konsumen,
karyawan saling berhubungan kegiatan bisnis yang akan berpengaruh pada Iingkup makro.
Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu menjaga etika, sehingga kepercayaan yang
mendasari hubungan bisnis dapat terjaga dengan baik.

M. Kasus – kasus Pelanggaran dalam Etika Bisnis


Profesi Akuntan menuntut profesionalisme, netralitas, dan kejujuran. Kepercayaan
masyarakat terhadap kinerjanya tentu harus diapresiasi dengan baik oleh para akuntan. Etika
profesi yang disepakati harus dijunjung tinggi. Hal itu penting karena ada keterkaitan kinerja
akuntan dengan kepentingan dari berbagai pihak. Banyak pihak membutuhkan jasa akuntan.
Pemerintah, kreditor, masyarakat perlu mengetahui kinerja suatu entitas guna mengetahui
prospek ke depan. Dari situ sudah diketahui kalau bidang kerja akuntan rawan memicu
konflik kepentingan. Oleh karena itu, segala bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh
akuntan harus mendapat perhatian khusus. Tindakan tegas perlu dilakukan.

a. Skandal Enron, worldcom, dan perusahaan-perusahaan besar di AS; Enron mengumumkan


kebangkrutannya pada akhir tahun 2002. Tentu saja kebangkrutan ini menimbulkan
kehebohan yang luar biasa. Bangkrutnya Enron dianggap bukan lagi semata-mata sebagai
sebuah kegagalan bisnis, melainkan sebuah skandal yang multidimensional, yang melibatkan
politisi dan pemimpin terkemuka di Amerika Serikat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa fakta
yang cukup mencengangkan seperti:

 Dalam waktu sangat singkat perusahaan yang pada tahun 2001 sebelum
kebangkrutannya masih membukukan pendapatan US$ 100 miliar, ternyata tiba-tiba
melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas pasar modal. Sebagai entitas bisnis,
nilai kerugian Enron diperkirakan mencapai US$ 50 miliar. Sementara itu, pelaku
pasar modal kehilangan US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus menangisi
amblasnya dana pensiun mereka tak kurang dari US$ 1 miliar.
 Saham Enron terjun bebas hingga berharga US$ 45 sen. Padahal sebelumnya pada
Agustus 2000 masih berharga US$ 90 per lembar. Oleh karenanya banyak pihak yang
mengatakan kebangkrutan Enron ini sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah

17
bisnis di Amerika Serikat dan menjadi bahan pembicaraan dan ulasan di berbagai
media bisnis dan ekonomi terkemuka seperti Majalah Time, Fortune, dan Business
Week.

N. Prinsip-Prinsip Etika dan Perilaku Bisnis


Prinsip – prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus
dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan
dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan. Muslich (1998)
mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut:

1. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang
sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang
dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk
pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan
kesejahteraan karyawan dan komunitasnya
2. Prinsip Kejujuran
Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan
perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun
eksternal perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan,
maka akan dapat meningkatkan kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut.
3. Prinsip tidak berniat jahat
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang
ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan (manajer dan segenap karyawan).
4. Prinsip keadilan
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis.
Contohnya, upah yang adil kepada karyawan sesuai kontribusinya, pelayanan yang
sama kepada konsumen, dan lain-lain.
5. Prinsip hormat pada diri sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak
berniat jahat dan prinsip keadilan. Hormat pada diri sendiri maksudnya adalah
perusahaan harus menjaga nama baiknya dengan menerapkan prinsip jujur, tidak
berniat jahat, dan melakukan prinsip keadilan sehingga mendatangkan apresiasi yang
baik dari lingkungan.

18
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Moral adalah hal yang menyinggung akhlak, tingkah laku yang susila, ciri-ciri khas seseorang
dengan perilaku pantas dan baik, menyinggung hukum, adat istiadat, kebiasaan yang
mengatur tingkah laku. Etika adalah nilai mengenai benar atau salah yang dianut oleh suatu
golongan atau masyarakat. Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis,
yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, dan masyarakat

Moral yang baik dalam berbisnis tentunya juga akan memberikan dampak yang baik untuk
perkembangan bisnis tersebut serta dapat menjalin relasi yang baik juga. Moral harus
tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan
dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dunia bisnis yang
bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin
kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus
disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait
lainnya. Jika ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan
etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan.

19
DAFTAR PUSATAKA

1. Anna Sumaiyanti, “Etika Bisnis Pada Enterpreneurship Dalam Konteks Filsafat”. Vol
22, No.1, Maret 2014.
2. Amalia,Fitri, “Implementasi Etika Bisnis Pada Pedagang Di Baar Madinah Depok”
3. Fauzan, Ida Nuryana, “Pengaruh Penerapan Etika Bisnis Terhadap Kepuasan
Pelanggan Warung Bebek H.Slamet Di Kota Malang”. Vol 10, No.1, Februari 2014.
4. Gustina, “Etika Bisnis Suatu Kajian Nilai Dan Moral Dalam Bisnis” Vol 3, No.2,
Oktober 2008.
5. Hakim, Abdul. “Filsafat Etika IBN Miskawai”. Vol 13, No.2, Juli 2014.
6. Ma’Mun’Min. “Revitalisasi Etika Bisnis Dalam Membangun Sistem Perekonomian
Yang Beradab”, Vol 3, No.1, Juni 2015.
7. Irfan, “ Presepsi Akuntan Interen Teantang Etika Bisnis”. Vol 8, No.1, Maret 2008.
8. wulandari, mita.2015.jurnal:jurnal etika bisnis “Etika Bisnis Bagi Perusahaan”
melalui http://mitawulandari.blogspot.co.id/2015/02/jurnal-etika-bisnis.html
9. http://fgbmfi.web.id/2013-07-06-04-08-39/artikel/marketplace/4538-moralitas-dan-
etika-bisnis
10. http://srirahayu-myblog.blogspot.co.id/2014/10/moral-dan-etika-dalam-bisnis.html
11. http://djajendra-motivator.com/?p=3950

20

Anda mungkin juga menyukai