Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN STRATEGIS

ETIKA BISNIS, TANGGUNG JAWAB SOSIAL, DAN


KEBERLANGSUNGAN LINGKUNGAN

Dosen:
Heru Tri Sutiono, DR MSI
Surpiko Hapsoro Darpito SE, MSI

Oleh Kelompok 5 :

Faroh Inda Aulia (141180279)


Rais Kana Mislasufi (141180282)
Muhammad Rizky Al Zulvikar (141180288)
Muhammad Syafiq Hamdani (141180294)
Resti Aulia Safitri (141180295)

Kelas:
EM-H/I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah “Etika Bisnis,
Tanggung Jawab Sosial, dan Keberlangsungan Lingkungan” ini tanpa halangan
apapun dan sesuai waktu yang telah ditentukan. Makalah ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Manajemen.

Motivasi Kami dalam menyelesaikan makalah ini adalah karena rasa tanggung
jawab Kami sebagai mahasiswa yaitu sebagai bukti kepercayaan Dosen kepada
Kami,oleh sebab itu Kami akan menggunakan kesempatan ini bukan untuk
menjadi yang terbaik, tetapi Kami ingin berusaha lebih baik lagi kedepannya.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya
bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu Kami selama melakukan kegiatan perkuliahan maupun dalam
menyusun makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat Kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak
kesalahan. Semoga bermanfaat bagi Kami sendiri dan bagi pembaca. Amin.

Yogyakarta, 12 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................


1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Tujuan Pembelajaran ..................................................................... 2


BAB II PEMBAHASAN MATERI

2.1 Etika Bisnis .................................................................................... 3

2.2 Dilema Etika Dalam Manajemen………………………………... 8

2.3 Keputusan Bisnis Yang Tidak Etis……………………………… 8

2.4 Standar Etika Perusahaan……………………………………….. 9

2.5 Tanggung Jawab Sosial................................................................. 10

2.6 Jenis-Jenis Tanggung Jawab Sosial………………………………11

2.7 Perilaku Perusahaan Teradap Tanggung Jawab Sosial…………..12

2.8 Keberlangsungan Lingkungan ....................................................... 3

2.9 Catatan Khusus untuk Mahasiswa ................................................ 18

BAB III PENUTUP .............................................................................................

3.1 Kesimpulan ................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin besar suatu organisasi, maka semakin besar pula tuntutan masyarakat terhadap
organisasi tersebut. banyak lembaga bisnis yang menggunakan segala cara untuk
memenangkan persaingan. Oleh karena itu, diharapkan pelaku bisnis dapat
menjalankan bisnis yang memenuhi syarat dalam etika bisnis, baik secara moral
maupun norma masyarakat. Organisasi sebagai suatu system yang diharapkan dapat
memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.

Stakeholder menghendaki agar pelaku bisnis atau perusahaan dengan segala bentuk
bisnisnya berperilaku etis dan memiliki tanggung jawab terhadap komunitas, sosial,
etika dan hukum. Sistem bisnis beroperasi dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis,
tanggung jawab sosial, peraturan pemerintah dan pihak stakeholder ini menentukan
tingkat keberhasilan yang dapat diraih perusahaan.

Hal ini menuntut para perilaku bisnis juga untuk menjalankan bisnisnya dengan semakin
bertanggung jawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan
dari lapangan usahanya, melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi
positif terhadap lingkungan sosialnya. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat
memunculkan kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang kita kenal
sebagai Corporate Sosial Resposibility (CSR). Pemahaman itu memberikan pedoman
bahwa korporasi bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri
saja sehingga teralienasi atau mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat di tempat
mereka bekerja, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi cultural
dengan lingkungan sosialnya.

CSR memandang perusahaan sebagai agen moral, dengan atau tanpa hukum, sebuah
perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Karena suatu keberhasilan perusahaan
adalah yang mengedepankan prinsip moral dan Etis, yakni menggapai suatu hasil
terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya. Dengan begitu, perusahaan
yang bekerja dgn mengedepankan prinsip tsb akan memberikan manfaat terbesar bagi
masyarakat.

1
1.2 Tujuan Pembelajaran

1. Mendiskusikan etika romansa di tempat kerja.

2. Menjelaskan alasan kepedulian terhadap lingkungan adalah isu strategis


bagi perusahaan.
3. Menjelaskan alasan etika yang baik adalah bisnis yang baik dalam
manajemen strategik.
4. Menjelaskan bagaimana perusahaan dapat memastikan bahwa etika bisnis
menjadi panduan dalam pembuatan keputusan.
5. Menjelaskan alasan whistle-blowing penting untuk memberi semangat
didalam perusahaan.
6. Mendiskusikan hakikat dan peran dari laporan kesinambungan korporat.

7. Mendiskusikan cara-cara spesifik perusahaan dapat menjadi pelayan yang


baik bagi lingkungan.
8. Menjelaskan ISO 14000 dan 14001.

9. Mendiskusikan tren terkini dalam hukum suap.

2
BAB II

PEMBAHASAN MATERI

Tanggung Jawab Sosial (CSR) merujuk pada tindakan yang diambil suatu organisasi
melebihi apa yang secara hukum dibutuhkan untuk melindungi atau untuk
meningkatkan kesejahteraan makhluk hidup. Sifat keberlanjutan merujuk pada sejauh
mana operasi organisasi dan tindakan perusahaan dalam melindungi, memperbaiki, serta
memelihara dan tidak membayangkanlingkungan.

2.1 Etika Bisnis

Philippa Foster Black dari IBE menyatakan : “perilaku beretika dalamkehidupan bisnis
tidak hanya benar secara prinsip, hal itupun terbayar secara materi”. Alan Simpon
berkata : “Jika anda memiliki integritas, hal lainnya tidak penting. Jika anda memiliki
integritas, hal lainnya tidak penting”.

Etika adalah prinsip-prinsip moral yang mencerminkan keyakinan masyarakat mengenai


tindakan yang benar atau salah dari seorang individu/kelompok. Etika yang baik adalah
bisnis yang baik. Etika yang buruk dapat menggagalkan, bahkan rencana strategis
terbaik. Sehingga Etika bisnis dapat didefinisikan sebagai prinsip-prinsip etik dalam
suatu organisasi yang membimbing pengambilan keputusan dan tingkah laku. Etika
bisnis yang baik adalah prasyarat bagi manajemen strategik, etika yang baik adalah
bisnis yang baik. CEO dan pemilik bisnis adalah orang-orang yang paling bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip etika bisnis yang tinggi dilaksanakan
disuatu organisasi. Seluruh formulasi strategi, implementasi, dan evaluasi keputusan
memiliki dampak secara etika.

Tindakan bisnis lainnya yang dianggap tidak beretika termasuk iklan atau label yang
menyesatkan, menyebabkan kerusakan lingkungan, produk buruk atau keselamatan
layananyang rendah, menggunakan uang perusahaan untuk pribadi, perdagangan oleh
orang dalam, menjual produk cacat atau produk yang dilarang diluar negeri, tidak
memberikan peluang yang sama untuk wanita dan minoritas, menetapkan harga tinggi,
memindahkan pekerjaan ke luar negeri, dan pelecehan seksual.

Kode Etika Bisnis

3
Gelombang Baru isu – isu etika terkait dengan keselamatan produk, kesehatan
karyawan, pelecehan seksual, AIDS ditempat kerja, merokok, hujan asam, tindakan
tegas, pembuangan limbah, praktik bisnis luar negeri, pemalsuan, taktik
pengambilalihan, konflik kepentingan, privasi karyawan, hadiah yang tidak pantas, dan
keamanan catatan perusahaan, membuat para penyusun strategi perlu mengembangkan
kode etik bisnis (code of business ethics). Penipuan internet, penyadapan computer
perusahaan, penyebaran virus, dan pencurian identitas merupakan aktivitas tidak etis
yang menjangkiti setiap sector perdagangan online.

Hanya memiliki kode etik tidak cukup untuk menjamin perilaku bisnis yang beretika.
Kode etik dapat sebagai tipuan hubungan masyarakat, sekumpulan hal klise, atau kedok
belaka. Untuk memastikan bahwa kode tersebut dibaca, dipahami, diyakini, dan diingat
pelatihan periodik diperlukan untuk menumbuhkan sensitivitas terhadap isu – isu etika
di lingkungan pekerjaan. Jika karyawan melihat contoh – contoh hukuman atas
pelanggaran serta penghargaan untuk menjunjung tinggi kode tersebut, ini akan
memperkuat pentingnya kode etik perusahaan.

Budaya Etika

Salah satu alasan pemberian imbalan tinggi kepada penyusun strategi adalah bahwa
mereka harus menanggung risiko moral perusahaan. Penyusun strategi bertanggung
jawab untuk mengembangkan, mengomunikasikan, dan mendorong kode etik bisnis
terhadap organisasi mereka. Meskipun tanggung utama untuk memastikan perilaku
beretika terletak pada strategi perusahaan, suatu bagian integral dari tanggung jawab
seluruh manajer adalah untuk memberikan kepemimpinan beretika melalui contoh dan
tindakan secara terus – menerus. Manajer mempunyai posisi yang memudahkan mereka
untuk memengaruhi dan mengedukasi banyak orang. Ini membuat manajer bertanggung
jawab untuk mengembangkan dan mengimplementasikan pengambilan keputusan
beretika.

Tidak ada masyarakat manapun di dunia dapat bersaing lama atau berhasil bersaing
dengan orang yang mencuri satu sama lain atau tidak mempercayai satu sama lain,
dengan semua informasi hrus dikonfirmasi oleh notaris, dengan tiap ketidaksepakatan
berakhir dalam proses pengadilan, atau dengan pemerintah yang harus selalu mengatur
bisnis untuk membuat perusahaan jujur. Bersikap tanpa etika adalah ramuan untuk sakit
kepala, inefisiensi, dan pemborosan. Sejarah telah membuktikan bahwa semakin besar
kepercayaan dan keyakinan orang dalam etika suatu institusi atau masyarakat, semakin

4
besar kekuatan ekonominya. Sebagian besar hubungan bisnis dibangun berdasarkan
kepercayaan bersama dan reputasi. Keputusan jangka pendek berdasarkan ketamakan
dan etika yang meragukan akan menghalangi penghargaan diri yang penting dalam
meraih kepercayaan dari pihak lain. Semakin banyak perusahaan yang meyakini bahwa
pelatihan etika dan budaya etika menciptakan manfaat strategik. Max Killan berkata :
Jika bisnis tidak didasarkan kepada alasan etis, tidak bermanfaat bagi masyarakat,
tentunya seperti kombinasi tak etis lain, akan terlupakan.

Whistle - Blowing

Harris Corporation dan perusahaan lainnya memperingatkan manajer dan karyawan


bahwa kegagalan melaporkan pelanggaran etika oleh orang lain dapat berimbas pada
pemecatan. Securities an Exchange Commision (SEC) baru-baru ini memperkuat
kebijakan menyampaikan informasi pelanggaran, secara virtual memerintahkan setiap
orang yang melihat aktivitas tidak etis untuk melaporkan perilaku tersebut. Whistle –
Blowingmerujuk kepada kebijakan yang meminta karyawan untuk melaporkan
pelanggaran etika apapun yang mereka temui atau lihat di dalam perusahaan.

Orang yang menyampaikan pelanggaran (whistle-blower) di dunia korporat menerima


hingga 25% dari hasil proses hukum terhadap perusahaan yang melakukan kesalahan.
Pembayaran untuk whistle-blower menjadi semakin umum terjadi.

Program pelatihan etika seharusnya memasukkan pesan dari CEO atau pemilik bisnis
yang menekankan pada praktik bisnis beretika, pengembangan dan diskusi dari kode
etik, dan pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan menggabungkan etika ke
dalam perencanaan jangka panjang, dengan mengintegrasikan pengambilan keputusan
ke dalam proses penilaian kinerja, dengan mendorongwhistle-blowing atau pelaporan
dari praktik tidak beretika, dan dengan mengawasi kinerja departemen dan korporat
berkenaan dengan permasalahan etika.

Penyuapan

Penyuapan(bribery) dedifinisikan oleh Black’s Law Dictionary sebagai penawaran,


pemberian, penerimaan, atau meminta barang apapun yang bernilai untuk memengaruhi
perilaku sebuah badan atau orang lain untuk membebaskannya dari tanggung jawab
public atau hokum, sebagai sebuah hadiah yang diberikan untuk memengaruhi
perlakuan penerima. Suap (bribe) adalah hadiah yang diberikan untuk memengaruhi

5
perintah si penerima. Hadiah tersebut bisa berupa uang, barang, hak dalam bertindak,
property, kenaikan pangkat, hak istimewa, honor, objek bernilai, keuntungan, atau
hanya sebuah janji atau usaha untuk mendorong atau memengaruhi tindakan, pilihan,
atau pengaruh dari seseorang dalam jabatan atau kapasitas public. Penyuapan adalah
kejahatan dalam kebanyakan Negara didunia, termasuk Aerika Serikat.

US Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) yang mengurusi penyuapan telah diubah
untuk lebih keras terhadap masyarakat. Undang-undang ini dan provisi baru dalam
hokum regulasi finansial Dod-Frank memudahkan karyawan perusahaan atau lainnya
yang membawa kasus penipuan keuangan, seperti penyuapan, ke dalam perhatian
pemerintahan untuk menerima lebih dari 30% dari jumlah berapa pun yang
dikembalikan. Tuntutan penyuapan terhadap sebuah perusahaan juga membuka
perusahaan tersebut kepada tuntutan hokum pemegang saham.

Hukum penyuapan baru di Inggris melarang perusahaan apapun melakukan bebagai


bisnis di Inggris dari penyuapan pejabat luar negeri atau domestic untuk meraih
keuntungan bersaing. Hukum di Inggris lebih ketat dibandingkan dengan FCPA
Amerika Serikat. Hukum penyuapan di Inggris membebankan hukuman penjara
maksimal 10 tahun untuk mereka yang dijatuhi hukuman atas penyuapan. Hukum
tersebut menetapkan bahwa “kegagalan untuk mencegah penyuapan” merupakan
pelanggaran dan menetapkan fasilitas pembayaran itu, atau pembayaran untuk
mendapatkan akses, bukanlah suatu pembelaan yang berlaku untuk mencegah
penyuapan.

Romansa di Tempat Kerja

Romansa di tempat kerja (workplace romance) adalah hubungan akrab antara dua
orang karyawan yang saling menyetujui, berlawanan dengan pelecehan seksual (sexual
harassment), di mana equal employment opportunity (EEOC) mendefinisikan perbuatan
ini secara meluas sebagai kelanjutan hubungan seksual yang tidak diinginkan,
permintaan dukungan seksual, dan tindakan verbal atau fisik bersifat seksual. Pelecehan
seksual (dan diskriminasi) adalah melawan hukum,tak beretika, dan merusak bagi
organisasi apapun dan dapat berakhir dalam tuntutan hukum yang mahal, merendahkan
moral, dan mengurangi produktivitas.

6
Romansa di tempat kerja antara dua orang yang sudah terjadi, apakah memungkinkan
praktik tersebut, dan bagaimana untuk mencegahnya itu bukanlah solusi yang terpentin
adalah bagaimana yang terbaik dalam mengelola fenomena tersebut. Organisasi
harusnya tidak melarang dengan ketat romansa yang terjadi di tempat kerja, karena bisa
saja kebijakan ini ditafsirkan sebagai tindakan invasi terhadap pribadi, menguasai atau
tidak diperlukan. Beberapa romansa pun sebenarnya bisa meningkatkan kinerja
pekerjaan, menambah dinamisme dan energi yang diterjemahkan ke dalam perbaikan
moral, komunikasi, kreativitas, dan produktivitas.

Alasan mengenai romansa yang terjadi di tempat kerja dapat merusak moral dan
produktivitas antara lain :

1. Keluhan akan sikap pilih kasih dapat naik

2. Kerahasiaan catatan tertentu dapat dilanggar

3. Mengurangi kualitas dan kuantitas kerja yang dapat menimbulkan masalah

4. Pendapat pribadi yang berujung pada pendapat kerja

5. Membisikkan rahasia dapat membawa pada tekanan dan permusuhan di antara


rekan kerja
6. Tuduhan pelecehan seksual dapat terjadi baik tuduhan wanita atau pihak ketiga

7. Konflik kepentingan meningkat

Kebijakan romansa di tempat kerja yang diterapkan oleh beberapa bagian negara seperti
California dimaksudkan untuk antara lain:

a. Pedoman yang dapat membantu perusahaan agar memertahankan karyawan itu


sendiri dan menghindari tuduhan pelecehan seksual
b. Pedoman yang dapat menspesifikasikan bahwa romansa ditempat kerja bukanlah
hal atau gagasan yang baik
c. Pedoman dapat menspesifikasi pasangan ketika terjadi masalah pada romansa di
tempat kerja
d. Pedoman dapat mempromosikan atmosfer kerja yang profesional dan adil

e. Pedoman dapat membantu memastikan kepatuhan dengan hukum federal, negara


bagian, dan lokal serta kasus pengadilan terkini

7
f. Kurangnya pedoman apapun mengirimkan pesan ketidakpedulian ke seluruh
perusahaan.

Pedoman romansa ditempat kerja sebaiknya diterapkan kepada seluruh karyawan di


seluruh tingkatan perusahaan dan harus menspesifikasi situasi tertentu di mana skandal
pada khususnya tidak dianjurkan, seperti penyelia dan bawahan. Pedoman atau
kebijakan perusahaan pada umumnya tidak menganjurkan romansa di tempat kerja
karena sisi negatif dari hal tersebut lebih banyak dibandingkan sisi positifnya.

Menggoda merupakan langkah selanjutnya dari romansa. Menggoda dapat didefinisikan


sebagai perilaku romantis yang ambigu dan berorientasi tujuan atau dapat dikatakan
secara berbeda perilaku ambigu dengan berpotensi seksual (romantic overtones) yang
berorientasi tujuan.

2.2 Dilema Etika Dalam Manajemen

Etika muncul disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: ( Hunger & Whellen, 2000:
Kuratko & Hodgetts, 2007).
1) Perbedaan norma dan nilai budaya yang berbeda untuk setiap Negara, bahkan secara
geografis maupun etnis.
2) Tahap perkembangan nilai universal,yakni perkembangan moral yang terbentuk dari
keinginan pribadi untuk memperhatikan nilai univerasal. Perkembangan moral individu
berjalan melalui tahap preconvetional, conventional, sampai tahap principle
3) Nilai-nilai individu dalam praktik manajemenperusahan, baik manjemen puncak
maupun stakeholder.
4) Tantangan kuatnyamashabrelativisme moral yang mengatakan bahwa moral bersifat
relative pada pribadi, sosial dan budaya.

Studi empiris Shailendra, et . al, (1997), menmukan empat faktor dilemma etika Studi
empiris Shailendra, et . al, (1997), menmukan empat faktor dilemma etika diantaranya:
conflict of interest , personality traits, social responsibility to stakeholder dan level of
openness.
Hunger & Whellen, (2000) member solusi pendekatan dasar yang dapat digunakan
sebagai titik awal pertimbangan pengambilan keputusan etika adalah:
1) Pendekatan Utilitarian

2) Pendekatan hak individu

8
3) Pendekatan keadilan

2.3 Etika Bisnis Yang Tidak Etis

Merupakan suatu keputusan yang ada dalam dunia bisnis yang diambil dari dalam diri
yang terdapat dalam konteks pribadi yang tidak sejalan dengan aturan yan berlakku
apalagi pada zaman sekarang ini dunia sudah terjadi globalisasi yang dapat
mempengaruhi kinerja manusia yang sudah tergantung dengan teknologi yang semakin
tidak mempertimbangkan pengambilan keputusan yang etis.
Keputusan bisnis yang tidak etis adalah keputusan yang kebalikaan dari keputusan yang
etis dimana terdapat langkah-langkah:
• Tidak menentukan fakta-fakta

• Tidak mengidentifikasi para pemegang kepentingan

• Tidak mempertmibangkan alternatif-alternatif yang tersedia

• Tidak memperimbangkan bagaimanasebuah keputusan dapat mempengaruhi


para pemegang kepentingan
• Tidak membuat sebuah keputusan

 Tidak memantau hasil

2.4 Standar etika perusahaan

1. Ciptakan kepercayaan perusahaan. Pengusaha menciptakan norma atau


kepercayaan dan tanggung jawab etikanya.
2. Kembangkan kode etik. Membuat pernyataan tertulis mengenai standar prilaku
dan prinsip etis atau di kenal dengan dengan kode etik yang di harapkan mampu
memberikan perilaku standar minimal yang di harapkan dari manajemen. Kode
etik memuat jenis perilaku yang di harapkan dan memberikan kongkrit di
perusahaan bagaimana berprilaku secara etis setiap hari dalam perusahaan.
3. Menjalankan kode etik secara adil dan konsisten. Pihak manajemen harus
menjalankan perilaku etis setiap hari dan manajer wajib memberikan hukuman
apabila ada yang melanggar kode etik tersebut.
4. Mempekerjakan orang yang tepat. Perilaku etis yang diharapkan tergantung
perseorangan yang di sertai nilai moral yang tinggi membantu pencapaian perilaku
yang etis.

9
5. Adakan pelatihan etika. Membangun dan mempertahankan standar etika. Program
pelatihan akan menimbulkan kepedulian perilaku etis dan meningkatkan sistem
nilai perusahaan.
6. Lakukan audit etika secara periodik. Melakukan penilaian secara periodik terhadap
pelaksanaan etika perusahaan.
7. Pertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku etis

8. Pemimpin memberikan contoh perilaku etis setiap saat sehingga merupakan tolak
ukur perilaku bawahan.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Karyawan diberikan
kesempatan memberikan respon, tanggapan, melaporkan kepada atasan yang tidak
etis. Sedangkan pemimpin memberikan keleluasaan kepada bawahan untuk
merespon pelaksanaan perilaku etika tersebut
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Bawahan dilibatkan
dalam perancangan dan implementasi etika dalam perusahaan. Bawahan diberikan
kesempatan untuk menawarkan umpan balik mengenai standar etika yang
ditetapkan.

2.5 Tanggung Jawab Sosial

Beberapa ahli strategi sepaham dengan Ralph Nader yang menyatakan bahwa organisai
memiliki tanggung jawab sosial yang luar biasa. Contohnya walmart bertanggung jawab
sosial setelah terjadi gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan Jepang pada tahun
2001. Walmart pun langsung dengan cepat memobilisasi usaha bantuan lokal untuk
mengirimkan pasokan, seperti air dan senter untuk korban yang selamat. Menurut
Friedman perusahaan atau organisasi tidak memberikan kewajibannya secara lebih bagi
masyarakat sesuai apa yang diminta oleh hukum. Karena perusahaan tidak bertanggung
jawab untuk memberikan amal.

1. Kebijakan Sosial

Kebijakan sosial (social policy) menganut filosofi dan pemikiran manajerial di


tingkat tertinggi perusahaan. Kebijakan sosial memperhatikan tanggung jawab apa
yang dimiliki perusahaan kepada karyawanny, pelanggan, lingkungan, minoritas,
komunitas, pemegang saham, dan kelompok lain. dampak masyarakat kepada
bisnis sebaliknya menjadi lebih nyata setiap tahun. Tanggung jawab sosial korporat
sebaiknya didesain dan dan diartikulasikan selama formulasi strategi ditentukan

10
dan dikelola selama implementasi strategi dan ditegaskan kembali atau diubah
selama evaluasi strategi.
2. Kebijakan Sosial Pada Masa Pensiun

Kebijakan ini menartikan bahwa terdapat peraturan pemerintah yang menerapkan


ini demi keberlangsungan karyawannya ketika menghadapi masa pensiun. Seperti
halnya di Jepang, pemerintah Jepang menerapkan langkah bertahap dalam
pergeseran usia 60 ke 65 tahun yang dimulai ketika seorang tersebut mulai
menerima pensiun, dan premi yang dibayarkan karyawan naik ketika pembayaran
mengalami kegagalan. Tidak seperti Amerika Serikat, Jepang tidak memiliki
hukum untuk melawan diskriminasi terhadap usia.

2.6 Jenis-Jenis Tangggung Jawab Sosial

Bisnis memiliki tanggung jawab sosial. Dari mana asalnya bahwa bisnis memiliki
tanggung jawab sosial? Di sini tidak akan dibahas soal asal muasal tanggung jawab
sosial, tetapi langsung kepada anggapan bahwa bisnis memiliki tanggung jawab
sosial. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial harus senantiasa diperhatikan dalam
berbisnis. Artinya, berbisnis bukan hanya sekedar mencari keuntungan semata,
tetapi juga memiliki nilai mulia didalamnya.
Ada salah satu perusahaan rokok terkenal di Indonesia yang memiliki program
tanggung jawab sosialnya dengan tema beasiswa. Seperti yang sudah diketahui,
bahwa rokok memang terbukti dapat mengganggu kesehatan. Namun, adanya
program tanggung jawab sosial berupa beasiswa dapat membuktikan bahwa
kegiatan usaha tidak semata-mata hanya untuk mencari keuntungan, tetapi juga
memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Dengan demikian, anggapan rokok mengganggu kesehatan bisa diredam dengan
adanya program tanggung jawab sosial. Ada dua jenis tanggung jawab sosial dalam
bisnis, yaitu tanggung jawab sosial kewirausahaan (Social Responsible
Entrepreneurship) dan keterlibatan sosial dalam kewirausahaan (Social Involved
Entrepreneurship). Dua jenis tanggung jawab sosial ini dikemukakan oleh KPMG
Ethics & Integrity Consulting sebuah lembaga di negara Belanda.

1. Tanggung Jawab Sosial Kewirausahaan

Tanggung jawab sosial yang pertama ini (Social Responsible Entrepreneurship /


SRE) merupakan aksi atau tindakan minimal terkait dengan kewajiban sosial sebuah

11
perusahaan. Aksi tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk program yang
memiliki tujuan tersendiri. SRE tidak memiliki keterlibatan lebih jauh lagi selain
memenuhi tanggung jawab sosialnya.

Setelah tanggung jawab sosial dipenuhi, bisnis dijalankan seperti semula. Misalnya, ada
program penanaman 100 pohon di bukit Asri atau pembersihan lingkungan Jatibaru, itu
semua sebatas program saja, setelah menanam 100 pohon atau membersihkan
lingkungan maka sudah sampai di situ saja tanggung jawabnya. Jadi, SRE memang
menghasilkan perbedaan yang jelas antara principle dan commerce.

2. Keterlibatan Sosial dalam Kewirausahaan

Keterlibatan bisnis dalam dimensi sosial (Social Involved Entrepreneurship /SIE)


memiliki keterikatan dan kesamaan tujuan dengan masyarakat. Keterlibatan dapat
ditunjukkan dengan kerjasama yang aktif dalam menyelesaikan masalah dalam
masyarakat. Perbedaannya dengan SRE adalah bahwa SIE memiliki dasar keterlibatan
yang dalam. SIE memiliki tinjauan umum bahwa bisnis bukan semata-mata hanya
tanggung jawab sosial, tetapi lebih dalam dari itu, salah satunya yaitu persamaan rasa
ingin membangun masyarakat lebih baik lagi.

Perbedaan SRE dan SIE dapat diilustrasikan bahwa SRE hanya memberikan apa yang
dibutuhkan misalnya uang, bantuan makanan, memenuhi kebutuhan sandang, dan
pembangunan gapura pada suatu desa. Sedangkan SIE tidak hanya memberikan apa
yang dibutuhkan, tetapi juga memberikan rasa peduli, dukungan penuh, dan perhatian
jangka panjang. Jadi, SIE benar-benar terlibat dan memiliki tujuan dan keinginan untuk
membangun masyarakat seperti penjagaan lingkungan agar tetap bersih, menghapuskan
diskriminasi, dan lain-lain. Dengan ini maka SIE berlawanan dengan SRE, bahwa SIE
menjalankan commerce-nya bersinergi dengan principle.

2.7 Perilaku Perusahaan Terhadap Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan yang dapat berjalan dengan baik/survival memasuki tahap dua dan
tiga dalm respon tanggung jawab sosial. Aktivitas perusahaan sudah memasukan
program tanggung jawab sosial, proaktif memiliki keinginan mengevaluasi setiap
aktivitas yang berhubungan dengan publik ( social responsiveness ). Setiap keputusan
manajer perusahaan mempertimbangkan keinginan stakeholder ( penyesuaian inside
group dan outside group ) sebagai bagian integral dari kehidupan perusahaan

12
2.8 Keberlangsungan Lingkungan

Strategi perusahaan dan negara semakin diteliti dan dievaluasi dari perspektif
lingkungan alamiah perusahaan seperti Walmart sekarang tidak hanya mengawasi
tawaran harga penjualannya untuk produk tetapi juga bagaimana produk dibuat dalam
rangka praktik lingkungan sebagaimana keselamatan dan infrastruktur tingkat kesehatan
khususnya pabrik-pabrik di Asia Tenggara sejumlah sekolah bisnis yang berkembang
menawarkan kursus terpisah dan bahkan berkonsentrasi di bidang manajemen.

Bisnis tidak boleh mengeksploitasi dan memusnahkan lingkungan alami Mark tarik di
Universitas george Washington berkata menghentikan dan membalikkan kerusakan
ekologi di seluruh dunia dan perosotan adalah permasalahan strategi yang perlu
diperhatikan segera dan substansi oleh seluruh bisnis dan manajer menurut International
standard organization (ISO), lingkungan atau environment didefinisikan sebagai
lingkungan sekeliling dimana organisasi beroperasi termasuk udara air tanah sumber
daya alam yg flora fauna manusia dan interelasinya.

Karyawan konsumen pemerintahan dan masyarakat khususnya membenci perusahaan


yang mengancam dibandingkan melindungi lingkungan tersebut sebaliknya masyarakat
saat ini menghargai perusahaan yang melaksanakan operasi dalam sebuah cara yang
memperbaiki melestarikan dan memelihara lingkungan alam yg terdapat ketertarikan
yang cukup tinggi dari masyarakat terhadap bisnis dan memelihara keseimbangan
ekologi alam dan menyuburkan lingkungan yang bersih dan sehat. Tidak ada bisnis
yang reputasinya tercemar catatan Pelestarian yang baru akan mengancam perusahaan
didalam pasar membahayakan kedudukannya dalam komunitas dan mengundang
pemeriksaan ketat oleh regulator investor dan aktivis lingkungan pemerintah semakin
menggalakkan bisnis untuk berperilaku dan perlu bertanggung jawab contohnya bahwa
bisnis publik melaporkan polutan dan sampai fasilitas produksi mereka.

Apakah yang Dimaksud dengan Laporan Keberlangsungan?

Laporan pelestarian mengungkapkan operasi perusahaan yang berdampak pada


lingkungan alam dokumen ini membuka kepada pemegang saham mengenai praktik
buruh perusahaan pembelian produk efisiensi energi dampak lingkungan dan praktik
etika bisnis. Manajer dan karyawan perusahaan harus berhati-hati untuk tidak menjadi
kambing hitam untuk kesalahan lingkungan yang dilakukan perusahaan merusak
lingkungan alam dapat dianggap tidak beretika melawan hukum dan mahal ketika

13
organisasi saat ini menghadapi tuntutan kriminal karena mencemari lingkungan mereka
terus berpaling kepada manajer dan karyawan untuk memenangkan keringanan
hukuman pemecatan dan demosi karyawan menjadi biasa dalam hal tuntutan hukum
terkait polusi. manajer dan karyawan saat ini harus berhati-hati untuk tidak
mengabaikan atau mengindahkan masalah polusi atau mereka akan membuat diri
mereka sendiri bertanggung jawab secara pribadi.

Kurangnya Perubahan Standar

Perusahaan tidak dapat lolos dengan menempatkan terminologi hijau dalam produk
mereka dan label LAN yang menggunakan istilah organik hijau aman ramah lingkungan
tidak beracun atau alami karena tidak ada hukum atau definisi yang diterima secara
umum. saat ini bagaimanapun istilah ini membawa lebih banyak konotasi dan
ekspektasi spesifik standar yang seragam mendefinisikan tindakan perusahaan yang
bertanggung jawab atau lingkungan dengan cepat sedang dimasukkan ke dalam ranah
hukum menjadi semakin sulit bagi perusahaan untuk membuat cream hijau ketika
tindakan mereka tidak substantif. komprehensif atau bahkan benar kurangnya standar
pernah membuat pelanggan situs mengenai klaim lingkungan corporate tetapi klaim ini
sekarang semakin ditantang di pengadilan.

Di seluruh dunia pemimpin politik dan corporate sekarang menyadari bahwa politik
bisnis hijau tidak akan pergi dan faktanya semakin membumi dengan cepat secara
strategis perusahaan yang lebih daripada sebelumnya harus menunjukkan kepada
pelanggan dan pemegang saham mereka bahwa usaha penghijauan mereka adalah
substantif dan menempatkan perusahaan terpisah dari pesaingnya fakta dan figur kinerja
perusahaan harus mendukung retorika mereka dan konsisten dengan standar pelestarian.

Mengelola Urusan Lingkungan dalam Perusahaan

Tantangan ekologi yang dihadapi di seluruh organisasi meminta manajer untuk


memformulasikan strategi yang memelihara dan melestarikan sumber daya alam dan
mengendalikan polusi permasalahan lingkungan alam meliputi penipisan ozon
pemanasan global pengunduhan hutan hujan kerusakan habitat hewan melindungi
spesies langka mengembangkan produk yang terurai secara hayati manajemen limbah
udara bersih air bersih kerusakan sumber daya alam dan pengendalian polusi perusahaan
terus mengembangkan Lini produk hijau yang terurai secara hayati atau dibuat dari
produk daur ulang daur ulang hijau laris terjual.

14
Strategi lingkungan dapat meliputi kegiatan mengembangkan dan memperoleh bisnis
hijau melepaskan atau mengubah bisnis kerusakan lingkungan berusaha untuk menjadi
produsen biaya rendah melalui minimalisasi sampah dan konservasi energi serta
Manager strategi diferensiasi melalui fitur produk hijau Sebagai tambahan perusahaan
dapat memasukkan seorang perwakilan lingkungan di dewan direksi Mereka
melaksanakan audit lingkungan yang teratur mengimplementasikan bonus untuk hasil
lingkungan yang menguntungkan menjadi terlibat dalam permasalahan dan program
lingkungan memasukkan nilai lingkungan dalam pernyataan misi menentukan sasaran
berorientasi lingkungan memperoleh keahlian lingkungan dan memberikan program
pelatihan lingkungan untuk karyawan dan manajer perusahaan.

Memelihara lingkungan seharusnya menjadi bagian permanen dalam melakukan bisnis


untuk alasan-alasan berikut ini:

1. Konsumen menginginkan produk aman lingkungan yang jumlahnya banyak.

2. Opini publik yang menginginkan perusahaan melaksanakan bisnis dengan cara


yang memelihara lingkungan alam sangat kuat.
3. Kelompok penganjuran lingkungan sekarang memiliki lebih dari 20 juta orang
Amerika sebagai anggotanya.
4. Regulasi Federal dan lingkungan negara bagian berubah dengan cepat dan menjadi
lebih kompleks
5. Semakin banyak pemberi pinjaman yang memeriksa kewajiban lingkungan dari
bisnis yang mencari pinjaman
6. Banyak pelanggan pemasok penyalur dan investor yang menghindari untuk
melakukan bisnis dengan perusahaan yang lemah secara lingkungan.

7. Tuntunan kewajiban dan denda terhadap perusahaan yang memiliki masalah


lingkungan semakin naik.

Sertifikasi ISO 14000/14001

Berada di Jenewa, Swiss, International Organization for standarization (ISO)adalah


jaringan dari Institut standar nasional dari 147 negara dengan satu anggota per negara.
ISO adalah pengembang standar pelestarian terbesar di dunia. Diterima secara meluas di
seluruh dunia, standar ISO adalah sukarela karena ISO tidak memiliki otoritas hukum

15
untuk mendorong implementasi mereka, ISO sendiri tidak mengatur atau membuat
undang-undangnya.

ISO 14000 merujuk kepada serangkaian standar secara sukarela dalam bidang
lingkungan. Anggotaa standar ISO 14000 memperhatikan perluasan dimana perusahaan
meminimalkan pengaruh berbahaya di lingkungan yang disebabkan oleh aktivitasnya
dan secara berkesinambungan mengawasi dan memperbaiki kinerja lingkungannya
sendiri. Hal yang termasuk dalam rangkaian bidang standar ISO 14000 adalah bidang
standar ISO 14001, seperti audit lingkungan, evaluasi kinerja lingkungan, pelabelan
lingkungan, dan penilaian daur hidup.

ISO 14001 adalah serangkaian standar yang diadopsi oleh ribuan perusahaan di seluruh
dunia untuk sertifikat konstituensi mereka saat mereka melaksanakan bisnis dengan cara
yang ramah lingkungan. Standar ISO 14001 menawarkan standar teknis universal untuk
kepatuhan lingkungan di mana semakin banyak perusahaan yang membutuhkannya
tidak hanya untuk mereka sendiri, tetapi juga pemasok dan penyalur mereka.

Standar ISO 14001 meminta agar komunitas atau organisasi berada di tempatnya dan
mengimplementasikan serangkaian praktik dan prosedur yang ketika dilakukan
bersama-sama, menghasilkan sistem manajemen lingkungan (enviromental management
system - EMS).

Persyaratan utama dari EMS yang berada dibawah ISO 14001 meliputi hal-hal sebagai
berikut:

• Menunjukkan komitmen untuk mencegah polusi, perbaikan terus-menerus dalam


kinerja lingkungan secara keseluruhan, dan kepatuhan dengan seluruh berlaku
perundang-undangan, serta persyaratan peraturan.
• Mengidentifikasi seluruh aspek dari aktivitas organisasional produk, dan layanan
yang dapat memberikan dampak signifikan pada lingkungan, termasuk yang belum
diregulasi.
• Menentukan sasaran kinerja dan target untuk sistem manajemen yang dikaitkan
kembali ke tiga kebijakan: (1) pencegahan polusi, (2) perbaikan berkesinambungan,
dan (3) kepatuhan.
• Mematuhi sasaran lingkungan yang menyertakan pelatihan karyawan, menentukan
instruksi dan praktik kerja, dan menentukan matriks aktual dimana sasaran dan
target akan diukur.

16
• Melaksanakan audit operasi EMS.

• Mengambil tindakan korektif ketika penyimpangan dari EMS terjadi.

Kesejahteraan satwa liar

Artikel Wall Street journal terkini berjudul "America Gone Wild" membicarakan
bagaimana populasi kehidupan liar di Amerika Serikat mengalami "kebangkitan yang
menakjubkan". Kelemahan dari kebangkitan kembali adalah biaya total dari kerusakan
kehidupan liar karena pertanian, tata lingkungan, dan infrastruktur Amerika Serikat
sekarang melebihi 28 miliar dollar satu tahun, termasuk 1,5 miliar dollar dari rusa yang
tertabrak kendaraan sendiri.

Tenaga Surya

Solar Energy Industries Association melaporkan pada tahun 2012 bahwa Amerika
Serikat ada pada tahap untuk memasang sebanyak mungkin tenaga surya di tahun 2012
sepertu yang telah dilakukan sebelumnya, sebelas tenaga surya, setidaknya bertenaga
2.500 megawar setara denfan lebih dari dua pabrik tenaga nuklir. GTM Research
mengatakan industri tenaga surya Amerika Serikat tumbuh 71% di tahun 2012 dan akan
tumbuh 20%-40% setiap tahunnya hingga tahun 2016.

Untuk memotong emisi gas rumah kaca dan menghadapi perubahan iklim, negara
bagian seperti California telah membuat subsidi untuk pengembang tenaga surya dan
persyaratan untuk kualitas membeli tenaga surya. Pemasok di Tiongkok mendekati
separuh dari panel surya yang digunakan secara global, tetapi dua pemasok panel surya
terkemuka Amerika Serikat adalah Solarcity, yang memiliki lebih dari 2.000 karyawan,
dan Sunrun Inc. Ribuan perusahaan mencari cara untuk memasang panel surya sebagai
bagian dari laporan pelestarian mereka.

Rapat Maret 2009 di Copenhagen

Lebih dari 2000 ilmuan berkumpul di Copenhagen pada bulan Maret 2009 dan
mengingatkan pada dunia bahwa pemanasan global lebih buruk dari yang diduga
sebelumnya. Mereka meyakinkan para perusahaan dan pemerintahan diseluruh dunia

17
untuk benar-benar mengimplementasikan semua perangkat ekonomi dan teknologi yang
tersedia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Pada akhir abad ini para ilmuan mengingatkan bahwa permukaan laut akan naik
minimal 20 inch dan mungkin bisa mencapai 39 inch kecuali perusahaan-perusahaan
dan pemerintah di seluruh

dunia mengimplementasikan kebijakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara
radikal

2.9 Catatan Khusus untuk Mahasiswa

Tidak ada perusahaan atau individu yang ingin melakukan bisnis dengan seseorang yang
tidak berat ika atau tidak sensitif dengan kepedulian lingkungan alam. Tidak lagi
berdiam diri untuk menjadi proaktif pada lingkungan, ini diharapkan, dan dalam banyak
hal adalah suatu keharusan (hukum). Setiap perusahaan telah dibandingkan dengan
perusahaan pesaing setiap hari pada perilaku pelestarian dan etika, bahkan setiap menit
di Facebook, Twitter, Myspace, dan Youtube. Permasalahan yang disajikan dalam bab
ini meliputi keuntungan atau kerugian bersaing untuk seluruh organisasi. aktiA

Oleh karena itu, Anda sebaiknya memasukkan rekomendasi analisis kasus untuk
perusahaan Anda dalam melampaui ekspektasi pemangang kepentingan berdasarkan
etika, pelestarian, dan tanggung jawab sosial. Buat perbandingan dengan perusahaan
pesaing untuk menunjukkan bagaimana perusahaan Anda dapat meraih keuntungan
bersaing dari permasalahan ini. Berikan saran untuk perusahaan tersebut agar menjadi
penduduk yang bisa bekerjasama dengan baik dan mempromosikannya untuk
keuntungan bersaing. Berpikirlah bahwa tanggung jawab pertama dari bisnis apapun
untuk mempertahankan bisnis, sehingga menggunakan analisis biaya/manfaat seperti
yang dibutuhkan untuk memberikan rekomendasi Anda secara efektif.

BAB III

PENUTUP

18
3.1 Kesimpulan

Dalam analisis akhir, standar etika berasal dari sejarah dan warisan budaya. Pendahulu
kita telah mewariskan kita dengan dasar etika untuk dikembangkan. Pelanggan di
seluruh negara dan di seluruh dunia menghargai perusahaan yang melakukan usaha
lebih secara hukum dibutuhkan untuk bertanggung jawab secara sosial. Tetapi, bertahan
dalam bisnis sambil mengikuti seluruh hukum dan regulasi harus menjadi sasaran utama
dari bisnis apapun. Salah satu cara terbaik untuk bertanggung jawab secara sosial adalah
perusahaan secara proaktif melestarikan dan memelihara lingkungan alam. Contohnya,
untuk mengembangkan laporan pelestarian korporat, berdasarkan tindakan konkret,
berjalan seiringan dalam meyakinkan pemegang kepentingan bahwa perusahaan bernilai
dengan dukungan mereka. Etika bisnis, tanggung jawab sosial, dan pelestarian
lingkungan seling berkaitan dan permasalahan strategis yang penting berhadapan
dengan seluruh organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

19
David, Fred R. 2017. Manajemen Strategik. Jakarta: Salemba Empat.

HC. Heru kristanto.2009. Kewirausahaan Enterprenership (kewirausahaan pendekatan


manajemen dan praktik). Jakarta. ISBN.

Williams, Chuck. 2001. Manajemen Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.

Robbins, Stephen P and Mary Coulter. 1999. Manajemen Edisi Keenam. PT.

Prenhallindo. Jakarta.

Schermerhorn, John R.,Jr. 1998. Manajemen Buku 1. Andi. Yogyakarta

Wiludjeng SP, Sri. 2007. Pengantar Manajemen Edisi Pertama. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai