Anda di halaman 1dari 13

SUPPORTING ARTICLE DAN CRITICAL REVIEW

Dosen:
Heru Tri Sutiono, DR MSI
Surpiko Hapsoro Darpito SE, MSI

Oleh :
Faroh Inda Aulia/ 141180279
Rais Kana M / 141180282
Muhammad Rizki Al Zulvikar / 141180288
Muhammad Syafiq Hamdani / 141180294
Resti Aulia S/ 141180295

Kelas:
EM-H/I

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021/2022
3 Fakta Baru Dugaan Data BPJS Kesehatan Bocor, Ada yang Bikin Kaget!

Jakarta - 

Dugaan kebocoran data BPJS Kesehatan memunculkan fakta-fakta baru. Hal-hal ini terungkap


dalam rapat dengar pendapat di Komisi IX DPR.

Sebelumnya, 279 juta data WNI tersebar dalam forum hacker Raid Forums, disinyalir ratusan
juta data ini milik BPJS Kesehatan dan mengalami kebocoran. Kasus dugaan kebocoran data
WNI ini sedang ditangani oleh Bareskrim Polri. Disebutkan, 279 juta data WNI tersebut dijual
secara online di forum hacker Raid Forums.

Informasi pribadi dalam data bocor itu meliputi NIK (nomor induk kependudukan), nama,
alamat, nomor telepon, bahkan kabarnya juga besaran gaji. Disertakan pula sejuta sampel data
untuk pengecekan.

1. Ada Data TNI Polri

Fakta baru yang pertama adalah apabila dugaan kebocoran data BPJS Kesehatan ini benar
adanya, risikonya keamanan negara berpotensi terancam.

Pasalnya, menurut Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan Achmad Yurianto data TNI-Polri
juga masuk di dalam 279 juta data peserta BPJS Kesehatan yang diduga bocor dan dijual di
internet.

"Kami melihat ada beberapa potensi risiko yang akan muncul apabila isu kebocoran data peserta
ini adalah benar. Pertama, risiko terhadap keamanan nasional karena ini sebagian besar data
kependudukan termasuk TNI-Polri dan semuanya ada di sana," kata Yuri dalam rapat dengar
pendapat dengan Komisi IX DPR, Selasa (25/5/2021).

"Kalau memang benar data itu lah yang dimiliki dan sesuai dengan kenyataan maka risiko
keamanan nasional ini akan semakin terlihat," tegasnya.
Yuri juga menilai reputasi pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN) akan tercoreng dengan
adanya kasus dugaan kebocoran data ini. BPJS Kesehatan sendiri salah satu lembaga yang
bertugas menjalankan JKN.

"Ini akan kontraproduktif kalau dihadapkan dengan keinginan pemerintah untuk semakin
memantapkan peran jaminan kesehatan nasional sebagai bagian dari pembangunan kesehatan
nasional," kata Yuri.

2. Bos BPJS Kesehatan Tak Yakin

Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menilai dugaan kebocoran yang
disandingkan pada data BPJS Kesehatan belum tentu benar. Dia mengakui memang data 279
juta orang Indonesia yang tersebar dan dijual di internet memiliki kemiripan dengan data milik
BPJS Kesehatan.

Namun, menurutnya hal itu belum terbukti. Saat ini pihaknya masih menunggu hasil investigasi.
Sejak Sabtu, 22 Mei yang lalu, dia mengatakan pihaknya dan Badan Siber dan Sandi Negara
(BSSN) sedang melakukan investigasi mendalam soal data yang tersebar di internet.

"Sebetulnya itu yang ditawarkan benar punya BPJS (Kesehatan) atau bukan? Itu kami belum
tahu. Apa itu mirip? Iya. Tapi, datanya belum tahu, itu sedang diinvestigasi," kata Ali Ghufron
dalam rapat yang sama.

3. Langkah yang Dilakukan BPJS Kesehatan

Manajemen BPJS Kesehatan melakukan sejumlah langkah preventif untuk melindungi data
peserta. Hal ini dilakukan usai adanya dugaan kebocoran data 279 juta peserta BPJS
Kesehatan dan dijual di internet.

Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menjelaskan salah satu langkah yang
diambil adalah menghentikan dan menunda sementara semua kerja sama terkait pertukaran
data BPJS Kesehatan. Pihaknya juga menutup semua data internal dan melakukan investigasi.
"Kami amankan titik akses, dengan melakukan penutupan dan lalu invetigasi. Kami juga
langsung tunda semua kerja sama terkait pertukaran data," ungkap Ali Ghufron.

Sebagai langkah hukum, pihaknya juga sudah melakukan laporan ke Bareskrim Polri. Pihaknya
juga bersurat ke Otoritas Jasa Keuangan, untuk memberikan laporan soal dugaan kebocoran
data peserta ini.

Ali Ghufron mengatakan saat ini sebetulnya BPJS Kesehatan sudah memiliki sistem keamanan
dengan standar internasional. Dia juga menyebutkan sistem keamanan BPJS Kesehatan sudah
dibuat berlapis-lapis.

"Sistem manajemen keamanan informasi kami sudah mengacu pada regulasi pemerintah dan
menerapkan standar internasional sistem keamanan. Kami sudah ada sertifikasi ISO-27001
terkait keamanan data," kata Ali Ghufron.

"Dan demikian juga mengenai sistem keamanan untuk melindungi keamanan data sudah
didukung sistem yang terdiri dari beberapa layer keamanan. Seperti kontrol keamanan
parimeter, lalu sistem keamanan yang mencakup metdologi keamanan fisik dan digital yang
melindungi bisnis secara keseluruhan," lanjutnya

pelanggaran etika bisnis oleh perusahaan Wordlcom

PELANGGARAN ETIKA BISNIS OLEH PERUSAHAAN WORDLCOM


Orang pada umumnya yakin perusahaan-perusahaan raksasa yang mapan tidak akan pernah
bangkrut. Mengalami penurunan mungkin iya, tetapi tidak untuk bangkrut. Bagaimana
mungkin bangkrut? WorldCom, perusahaan komunikasi terbesar kedua di Amerika terpaksa
harus menyatakan pailit pada tahun 2002 setelah ketahuan melakukan kecurangan dalam
laporan keuangannya.
WorldCom pada saat itu sebenarnya merupakan perusahaan telekomunikasi yang besar.
Dengan jumlah karyawan mencapai 80.000, WorldCom menyediakan layanan telepon jarak
jauh dan memiliki backbone jaringan Internet terbesar. WorldCom berawal dari merger
perusahaan Long Distance Discount Services, Inc (LDDS) dengan Advantage Companies Inc.
Bernard Ebbers yang sebagai pendiri LDDS ditunjuk sebagai CEO WorldCom.
WorldCom setelah menyatakan diri pailit menggantikan namanya menjadi MCI Inc dan
belakangan diakuisisi Verizon Communication pada tahun 2005.Pada awal tahun 2000
perusahaan komunikasi tersebut sudah mulai mengalami kemerosotan yang disebabkan oleh
dot-com buble. Pendapatan mengalami penurunan dan utang semakin banyak. Nilai saham
juga terus mengalami penurunan. Melihat kondisi tersebut Bernard Ebbers sebagai CEO, Scott
Sullivan sebagai CFO dan David Myers sebagai auditor senior memutuskan mengambil
langkah keluar dengan cara mengubah laporan keuangan. Ada dua cara yang mereka tempuh.
Yang pertama, mereka membukukan ‘line cost‘ sebagai pemasukan, padahal pada
kenyataannya merupakan pengeluaran. Dan yang kedua, mereka meningkatkan pendapatan
dengan entri akun palsu yang ditulis sebagai “akun pendapatan perusahaan yang tidak
teralokasi”.

Bernard Ebbers mengendarai sendiri mobil Mercedes Benz-nya ke penjara, setelah dijatuhi
hukuman kurungan 25 tahun.Cynthia Cooper salah satu auditor internal WorldCom merasa
ada sesuatu yang tidak beres dengan pelaporan keuangan di situ. Kecurigaannya semakin nyata
ketika dia menanyakan perihal keuangan kepada Sullivan, sang CFO yang dibalas dengan
menyuruhnya untuk tidak ikut campur. Pada masa-masa itu WorldCom menggunakan jasa
perusahaan Arthur Andersen sebagai auditor eksternal independen. Sedangkan Arthur
Andersen sendiri dalam terlilit skandal Enron tidak lama yang lalu. Jadi bisa dibilang
kredibilitas perusahaan Arthur Andersen sendiri mulai dipertanyakan.

Cynthia Cooper saat itu menjabat sebagai Vice President dalam divisi Internal Audit WorldCom.
Cynthia bersama beberapa rekannya membentuk sebuah tim kecil untuk melakukan
investigasi. Mereka harus mengaudit keuangan pada malam hari secara sembunyi-sembunyi
supaya tidak diketahui atasan untuk mencari kebenaran. Tetapi perjuangan para tim ini
tidaklah sia-sia. Pada bulan Mei mereka berhasil menemukan sebuah lubang pada laporan
keuangan perusahaan mereka.
Cooper lalu memutuskan menghubungi kepala komite audit mengenai penemuan timnya. Pada
tanggal 20 Juni diselenggarakan rapat komite audit dewan direksi untuk mendengarkan Cooper
dan Sullivan. Pada pertemuan itu sang CFO berusaha menjelaskan strategi akuntasi yang
dilakukan dia dan berusaha mendapat dukungan dari para dewan, namun gagal. Pada tanggal
24 Juni, komite audit meminta Sullivan dan Myers untuk mengundurkan diri sebelum rapat
dewan direksi hari berikutnya jika tidak ingin diberhentikan.
Myers mengundurkan diri. Sedangkan Sullivan enggan mengundurkan diri, sehingga dipecat.
Pada hari berikutnya WorldCom mengumumkan kenyataan keadaan keuangan perusahaan
mereka keluar. Akhirnya seluruh dunia mengetahui kalau perusahaan ini telah memalsukan
pendapatannya sebanyak 3,8 miliar dolar US. Perusahaan WorldCom kemudian menyatakan
dirinya pailit. Kebangkrutan WorldCom merupakan kebangkrutan terbesar dalam sejarah
Amerika pada saat itu dengan nilai asetnya sebesar 103,9 miliar dolar US. Ebbers akhirnya
diganjar penjara selama 25 tahun karena terbukti ikut terlibat dalam penipuan pelaporan
akutansi. Sedangkan Sullivan sendiri dikenakan hukuman 5 tahun penjara.
Peristiwa ini membuktikan sebuah perusahaan yang dari luar terlihat normal sebenarnya bisa
saja merupakan sebuah ilusi yang menyesatkan para pemegang saham. Umumnya ilusi yang
dipancarkan oleh perusahaan ini tidak lain adalah laporan keuangan yang dipalsukan.
Demikianlah kisah sang perusahaan pemilik jaringan Internet terbesar ini menemui
kehancurannya.
Dapat di lihat bahwa perusahaan besar dan orang yang pandai belum tentu di dalamnya bagus
seperti yang tampak dari luar. Semuanya terlihat indah dan menggiyurkan bagi siapa saja yang
melihatnya ingin masuk kedalamnya, tapi setelah masuk semuanya cacat , sehingga orang jera
untuk masuk kedalamnya lagi. Kredibiitas pun menurun drastis, seakan habis naik ke atas
langit yang paling tinggi selama bertahun-tahun tanpa ada hambatan apapun, sekali ada
masalah langsung jatuh kedasar jurang yang amat dalam. Tak sedikit orang yang menjadi
korban atas runtuhnya Wordlcom ini. Walaupun sudah ada aturan yang jelas mengatur system
accounting, tetapi kalau manusia yang mengatur tadi tidak bermoral dan tidak beretika maka
mereka akan memanfaatkan celah yang ada untuk kepentingan mereka. Maka kasus Wordcom
ini bisa jadi cerminan buat perusahaan lain, bahwa etika dalam bisnis itu adalah sangat penting
adanya demi menjaga kelangsungan perusahaan tresebut sehingga tidak akan ada kecurangan
dan tidak merugikan banyak orang.

ARTIKEL 3

Sengketa Saham Zebra - Pentingnya Harus Mengedepankan Etika Bisnis

Oleh: Ahmad Nabhani Senin, 07/06/2021

Di balik penjualan saham PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA) oleh pengendali saham PT Infiniti
Wahana (IW) kepada PT Trinity Healthcare (THC) yang merupakan perusahaan keluarga Hary
Tanoe masih menyisakan masalah bagi pemegang saham ZBRA. Pasalnya, PT Borneo Nusantara
Kapital yang juga pemegang saham ZBRA merasa dirugikan atas apa yang dilakukan PT Infiniti
Wahana.

Etika dalam berbinis, seperti jujur, terbuka dan kehati-hatian harus diperhatikan agar tidak
memberikan dampak atau moral hazard yang merugikan orang lain. Hal inilah yang disampaikan
praktisi pasar modal Kuntho P. menyikapi kasus pembatalan transaksi jual beli saham secara
sepihak yang dilakukan PT Infiniti Wahana (IW) sebagai pengendali saham ZBRA kepada PT
Borneo Nusantara Kapital.

Dirinya mengatakan, apa yang telah dilakukan PT Infiniti Wahana dengan membatalkan
transaksi beli saham kepada PT Borneo Nusantara Kapital secara sepihak merupakan sebuah
pelanggaran dan tidak menunjukkan etika bisnis yang baik, ”Jelas apa yang dilakukan Infiniti
sangat merugikan Borneo Nusantara Kapital, disaat transaksi jual beli saham sedang berlangsung
diputuskan secara sepihak tanpa ada kompensasi yang diberikan dan termasuk kesepakatan batal
antara kedua belah pihak,” ujarnya di Jakarta, Senin (7/6).

Menurutnya, sikap yang dilakukan Infiniti jelas melecehkan bagi Borneo Nusantara Kapital dan
hal ini akan menjadi preseden bila tidak diberikan sanksi tegas oleh otoritas pasar modal. Selain
itu, apa yang telah dilakukan Infiniti akan menjadi contoh buruk bagi industri keuangan di pasar
modal dan tentunya akan membuat sikap semena-mena terhadap investor ritel lainnya.
Sejatinya dalam transaksi dalam jual beli saham di pasar modal sesuai peraturan yang ada, ketika
pemegang saham pengendali akan melepas saham harus terlebih dahulu menawarkan kepada
pemegang saham lainnya sebelum dibuka keluar dan bukan sebaliknya. Hal inilah yang telah
dilakukan PT Infiniti Wahana ketika transaksi jual beli saham dengan Borneo Nusantara Capital
berlangsung dan terikat, justru sebaliknya membatalkan jual beli dan lebih memilih menjual
saham kepada PT Trinity Healthcare (THC) yang merupakan perusahaan milik Rudy Tanoe.

Kuntho sendiri melihat ketika sengketa hukum yang terjadi antara pemegang saham ZBRA
dengan Borneo belum menemui jalan keluarnya akan memberikan dampak terhadap aksi
korporasi ZBRA yang bakal menggelar rights issue,”Bisa jadi Rudy Tanoe yang baru masuk
sebagai pemegang saham ZBRA akan menunda eksekusi rights issue sambil ada kepastian
hukum atau harganya bisa anjlok,” ungkapnya.

Sebagai informasi, pada akhir tahun 2018, PT Borneo Nusantara Kapital melakukan transaksi
pembelian saham ZBRA kepada IW sebagai pemegang saham pengendali sebesar 642 juta
lembar saham atau 75% dari seluruh total modal disetor dengan harga pembelian sebesar Rp 50
miliar.

Pada perjanjian transaksi tersebut, PT Borneo Nusantara Kapital telah menyetorkan uang sebesar
Rp 3 miliar sebagai bagian uang muka pembelian sebagaimana disepakati bersama dan sisanya
akan dilunasi setelah pihak IW menyerahkan persyaratan pendahuluan untuk keperluan due
diligence dan laporan keuangan perseroan (ZBRA) serta membuka suspensi atas saham ZBRA
yang telah dikenakan bursa sejak Juli 2017.

LANDASAN TEORI:

Kode Etika Bisnis


Gelombang Baru isu – isu etika terkait dengan keselamatan produk, kesehatan karyawan,
pelecehan seksual, AIDS ditempat kerja, merokok, hujan asam, tindakan tegas, pembuangan
limbah, praktik bisnis luar negeri, pemalsuan, taktik pengambilalihan, konflik kepentingan,
privasi karyawan, hadiah yang tidak pantas, dan keamanan catatan perusahaan, membuat para
penyusun strategi perlu mengembangkan kode etik bisnis (code of business ethics). Penipuan
internet, penyadapan computer perusahaan, penyebaran virus, dan pencurian identitas merupakan
aktivitas tidak etis yang menjangkiti setiap sector perdagangan online.
Hanya memiliki kode etik tidak cukup untuk menjamin perilaku bisnis yang beretika. Kode etik
dapat sebagai tipuan hubungan masyarakat, sekumpulan hal klise, atau kedok belaka. Untuk
memastikan bahwa kode tersebut dibaca, dipahami, diyakini, dan diingat pelatihan periodik
diperlukan untuk menumbuhkan sensitivitas terhadap isu – isu etika di lingkungan pekerjaan.
Jika karyawan melihat contoh – contoh hukuman atas pelanggaran serta penghargaan untuk
menjunjung tinggi kode tersebut, ini akan memperkuat pentingnya kode etik perusahaan.

Budaya Etika
Salah satu alasan pemberian imbalan tinggi kepada penyusun strategi adalah bahwa mereka
harus menanggung risiko moral perusahaan. Penyusun strategi bertanggung jawab untuk
mengembangkan, mengomunikasikan, dan mendorong kode etik bisnis terhadap organisasi
mereka. Meskipun tanggung utama untuk memastikan perilaku beretika terletak pada strategi
perusahaan, suatu bagian integral dari tanggung jawab seluruh manajer adalah untuk
memberikan kepemimpinan beretika melalui contoh dan tindakan secara terus – menerus.
Manajer mempunyai posisi yang memudahkan mereka untuk memengaruhi dan mengedukasi
banyak orang. Ini membuat manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan pengambilan keputusan beretika.
Tidak ada masyarakat manapun di dunia dapat bersaing lama atau berhasil bersaing dengan
orang yang mencuri satu sama lain atau tidak mempercayai satu sama lain, dengan semua
informasi hrus dikonfirmasi oleh notaris, dengan tiap ketidaksepakatan berakhir dalam proses
pengadilan, atau dengan pemerintah yang harus selalu mengatur bisnis untuk membuat
perusahaan jujur. Bersikap tanpa etika adalah ramuan untuk sakit kepala, inefisiensi, dan
pemborosan. Sejarah telah membuktikan bahwa semakin besar kepercayaan dan keyakinan orang
dalam etika suatu institusi atau masyarakat, semakin besar kekuatan ekonominya. Sebagian besar
hubungan bisnis dibangun berdasarkan kepercayaan bersama dan reputasi. Keputusan jangka
pendek berdasarkan ketamakan dan etika yang meragukan akan menghalangi penghargaan diri
yang penting dalam meraih kepercayaan dari pihak lain. Semakin banyak perusahaan yang
meyakini bahwa pelatihan etika dan budaya etika menciptakan manfaat strategik. Max Killan
berkata : Jika bisnis tidak didasarkan kepada alasan etis, tidak bermanfaat bagi masyarakat,
tentunya seperti kombinasi tak etis lain, akan terlupakan.
PEMBAHASAN ARTIKEL 1:

“Dugaan kebocoran data BPJS Kesehatan memunculkan fakta-fakta baru. Hal-hal ini


terungkap dalam rapat dengar pendapat di Komisi IX DPR. Sebelumnya, 279 juta data WNI
tersebar dalam forum hacker Raid Forums, disinyalir ratusan juta data ini milik BPJS
Kesehatan dan mengalami kebocoran. Kasus dugaan kebocoran data WNI ini sedang
ditangani oleh Bareskrim Polri. Disebutkan, 279 juta data WNI tersebut dijual secara online
di forum hacker Raid Forums.”

Pada kasus yang menimpa BPJS kesehatan dalam Artikel, menunjukan bahwa kode etik
perusahaan sebagai lembaga yang langsung diawasi oleh pemerintah telah disalah gunakan dan
menjadikan kerugian besar kepada pihak konsumen perusahaan dalam hal ini adalah rakyat
indonesia sejumlah 279 juta data warga yang cukup lengkap, dimana hal tersebut juga secara
signifikan akan merugikan pihak perusahan baik secara finansial maupun kepercayaan dari para
konsumen nya.

Kasus tersebut sedang di tangani bareskrimsus dan lembaga negara lain untuk menyelidiki apa
yang sebenarnya terjadi, namun sejalan dengan penanganan kasus tersebut, pihak BPJS
kesehatan juga telah membentuk tim untuk melakukan investigasi mandiri untuk internal serta
menuntup berbagai macam kerjasama yang meibatkan pertukaran data.

Seperti yang sudah di jelas dalam teori mengenai kode etika yaitu “Gelombang Baru isu – isu
etika terkait dengan keselamatan produk, kesehatan karyawan, pelecehan seksual, AIDS
ditempat kerja, merokok, hujan asam, tindakan tegas, pembuangan limbah, praktik bisnis luar
negeri, pemalsuan, taktik pengambilalihan, konflik kepentingan, privasi karyawan, hadiah yang
tidak pantas, dan keamanan catatan perusahaan, membuat para penyusun strategi perlu
mengembangkan kode etik bisnis (code of business ethics). Penipuan internet, penyadapan
computer perusahaan, penyebaran virus, dan pencurian identitas merupakan aktivitas tidak etis
yang menjangkiti setiap sector perdagangan online.” Maka dari itu sudah sepantasnya
perusahaan sebesar BPJS kesehatan memiliki pemangku kebijakan kode etik dan pemerhati
strategis internal perusahaan hal itu juga telah di sebutkan dalam teori berbunyi “Salah satu
alasan pemberian imbalan tinggi kepada penyusun strategi adalah bahwa mereka harus
menanggung risiko moral perusahaan” para penyusun strategi tentunya memiliki tanggung jawab
yang sangat besar terhadap citra dari suatu perusahaan, hal ini pula sejalan dengan fakta
lapangan dimana para penyusun strategis memiliki imbalan yang lebih di banding beberapa
sektor perusahaan.

PEMBAHASAN ARTIKEL 2:

Pada kasus yang menimpa Worldcom dalam Artikel, menunjukan bahwa kode etik perusahaan
sebagai lembaga yang memiliki tanggung jawab untuk melaporkan kondinsi keuanganya kepada
stakeholder , telah disalah gunakan dan menjadikan kerugian besar kepada berbagai pihak,
dimana hal tersebut secara signifikan akan merugikan stakeholder bukan hanya secara finansial,
perusahaan juga kehilangan kepercayaan dari stakeholder secara penuh

“ Melihat kondisi tersebut Bernard Ebbers sebagai CEO, Scott Sullivan sebagai CFO dan David
Myers sebagai auditor senior memutuskan mengambil langkah keluar dengan cara mengubah
laporan keuangan. Ada dua cara yang mereka tempuh. Yang pertama, mereka membukukan
‘line cost‘ sebagai pemasukan, padahal pada kenyataannya merupakan pengeluaran. Dan yang
kedua, mereka meningkatkan pendapatan dengan entri akun palsu yang ditulis sebagai “akun
pendapatan perusahaan yang tidak teralokasi”..”

Kecurangan semacam ini, jika terkuak ke publik bisa dituntut secara hukum, karena merugikan
orang lain. Laporan keuangan perusahaan adalah hal krusial yang di gunakan oleh investor
(dalam kasus ini sebagai salah satu stakeholder) untuk menentukan apakah akan melakukan
investasi atau tidak kepada perusahaan. Mengubah laporan keuangan sama dengan menyesatkan
investor untuk membeli perusahaan yang buruk keuanganya.

Dapat di lihat bahwa perusahaan besar dan orang yang pandai belum tentu di dalamnya bagus
seperti yang tampak dari luar. Semuanya terlihat indah dan menggiyurkan bagi siapa saja yang
melihatnya ingin masuk kedalamnya, tapi setelah masuk semuanya cacat , sehingga orang jera
untuk masuk kedalamnya lagi. Kredibiitas pun menurun drastis, seakan habis naik ke atas langit
yang paling tinggi selama bertahun-tahun tanpa ada hambatan apapun, sekali ada masalah
langsung jatuh kedasar jurang yang amat dalam.

Tak sedikit orang yang menjadi korban atas runtuhnya Wordlcom ini. Walaupun sudah ada
aturan yang jelas mengatur system accounting, tetapi kalau manusia yang mengatur tadi tidak
bermoral dan tidak beretika maka mereka akan memanfaatkan celah yang ada untuk kepentingan
mereka. Maka kasus Wordcom ini bisa jadi cerminan buat perusahaan lain, bahwa etika dalam
bisnis itu adalah sangat penting adanya demi menjaga kelangsungan perusahaan tresebut
sehingga tidak akan ada kecurangan dan tidak merugikan banyak orang.

PEMBAHASAN ARTIKEL 3:

“Dirinya mengatakan, apa yang telah dilakukan PT Infiniti Wahana dengan membatalkan
transaksi beli saham kepada PT Borneo Nusantara Kapital secara sepihak merupakan sebuah
pelanggaran dan tidak menunjukkan etika bisnis yang baik, ”Jelas apa yang dilakukan Infiniti
sangat merugikan Borneo Nusantara Kapital, disaat transaksi jual beli saham sedang berlangsung
diputuskan secara sepihak tanpa ada kompensasi yang diberikan dan termasuk kesepakatan batal
antara kedua belah pihak,” ujarnya di Jakarta, Senin (7/6).”
Pembatalan secara sepihak dan menjual kepada perusahaan lain adalah pelanggaaran dan bukan
tindakan yang baik, selain merusak nama baik PT Infiniti Wahana sendiri menjadi perusahaan
yang tidak bisa di percaya, tindakan ini juga bisa merugikan stakeholder , para pemegang saham
misalnya. Bursa saham adalah pasar yang sensitif terhadap isu-isu seperti ini.harga saham ZBRA
hari ini mengalami penurunan, hal ini tentu saja merugikan para pemegang saham dan juga
perusahaan .

PT Borneo Nusantara dapat melakukan tuntutan hukum kepada PT Infiniti Wahana, karena tidak
sesuai dengan perjanjian yang telah di sepakati sebelumnya . Namun pihak PT IW juga
membantah hal tersebut dan berdalih telah melakukan pengembalian uang muka dan melakukan
pembatalan kontrak. Hal inilah yang menjadi sengketa antara kedua belah pihak. Kabar terbaru
dari kasus ini, PT Borneo sudah mengajukan tuntutan hukum. Demikianlah akibat dari
kurangnya etika dalam berbisnis, tidak hanya merugikan partner namun juga semua pihak yang
terlibat.

Anda mungkin juga menyukai