Absen : 12
Kelas : 4K AKM
RESUME
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN MENUJU ERA GLOBAL
DAN SARBANES-OXLEY ACT 2002 (US LAW)
SARBANES-OXLEY ACT
Sarbanes-Oxley Act (SOA) adalah Hukum federal Amerika Serikat yang ditetapkan
pada 30 Juli 2002. Sarbanes-Oxley Act (SOA) dibuat oleh Association Certified
Fraud Examiner (ACFE) Annual Fraud Conference ke-14 dan disahkan Kongres
Amerika di Chicago.
Sarbanes-Oxley Act (SOA) diterbitkan sebagai jawaban dari Kongres Amerika
Serikat terhadap berbagai skandal pada beberapa korporasi besar. Seperti sebut saja
kasus Enron, Worldcom, Adelphia, Sunbeam dan lainnya. Kasus – kasus tersebut
merugikan stakeholder dan pengguna laporan keuangan, seperti: kreditor, investor,
pemegang saham, pemerintah dan masyarakat umum (Gorshunov et al., 2020).
Peraturan ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi stakeholder dan
berbagai profesi.
Kata Sarbanes Oxley sendiri adalah berasal dari nama dua orang tokoh yaitu: Paul
Sypros Sarbanes dan Michael Garver Oxley. Keduanya adalah senator di Amerika
Serikat. Karena adanya desakan dari masyarakat, Congress cepat untuk
bertindak.
Pada tanggal 30 Juli 2002, Presiden Walker Bush mengesahkan suatu undang-
undang yang bernama Sarbanes-Oxley Act of 2002.
Undang-undang tersebut bermaksud untuk meningkatkan kepercayaan publik
terhadap pasar modal dan menetapkan kewajiban dan hukuman yang berat bagi
perusahaan publik dan para eksekutif, direksi, auditor, pengacara, dan analis saham
yang melanggar aturan yang telah ditetapkan.
Tujuan Sarbanes Oxley Act 2002
1. Meningkatkan kepercayaan publik akan pasar modal
2. Menerapkan tata pemerintahan yang baik
3. Menyediakan akuntabilitas yang lebih baik dengan membuat manajemen dan direksi
bertanggung jawab akan laporan keuangan
4. Meningkatkan kualitas audit
5. Menempatkan penekanan yang lebih kuat pada struktur di sekitar dunia usaha untuk
mencegah, mendeteksi, menginvestigasi kecurangan dan perbuatan tidak baik
Isi dari Sarbanes Oxley Act 2002
1. Membentuk independent public company board untuk mengawasi audit
terhadap perusahaan public.
2. Mensyaratkan salah seorang anggota komite audit adalah orang yang ahli dalam
bidang keuangan.
3. Mensyaratkan untuk melakukan full disclosure kepada para pemegang saham
berkaitan dengan transaksi keuangan yang bersifat kompleks.
4. Mensyaratkan Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO)
perusahaan untuk melakukan sertifikasi tentang validitas pembuatan laporan
keuangan perusahaannya.
5. Melarang kantor akuntan publik dari tawaran jasa lainnya, seperti melakukan
konsultasi, ketika rnereka sedang melaksanakan audit pada perusahaan yang sama.
Hal ini untuk menghindari adanya benturan kepentingan (conflict of interest).
6. Mensyaratkan adanya kode etik, terdaftar pada Securities and Exchange
Commission (SEC), untuk para pejabat keuangan (financial officer) Ancaman
hukuman 10 tahun penjara untuk pelaku kecurangan wire and mail fraud.
7. Mensyaratkan mutual fund professional untuk menyampaikan suaranya pada
wakil pemegang saham, sehingga memungkinkan para investor untuk mengetahui
bagaimana saham mereka berpengaruh terhadap keputusan.
8. Memberikan perlindungan kepada individu yang melaporkan adanya tindakan
menyimpang kepada pihak yang berwewenang.
9. Mensyaratkan penasehat hukum perusahaan untuk mengungkap adanya
penyimpangan kepada pejabat senior dan kepada dewan komisaris, jika perlu;
penasehat hukum tersebut berhenti untuk bekerja sama dengan perusahaan jika
manajer senior tersebut mengabaikan laporan tersebut.
KESIMPULAN