Oleh :
Ta. 2020
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) atau yang lebih dikenal dengan Jiwasraya
merupakan perusahaan asuransi jiwa yang pertama kali berdiri di Indonesia. PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) adalah satu-satunya perusahaan asuransi jiwa milik negara, yang
memberikan jaminan faedah asuransi hari tua, meninggal dunia, serta kesehatan dan
kecelakaan baik dalam bentuk pertanggungan perorangan (Individual Insurance) maupun
pertanggungan kumpulan (Group Insurance).
Sejarah Perusahaan PT. Asuransi Jiwasraya Jiwasraya dibangun dari sejarah teramat
panjang. Bermula dari NILLMIJ, Nederlandsch Indiesche Levensverzekering en Liffrente
Maatschappij van 1859, tanggal 31 Desember Perusahaan asuransi jiwa yang pertama kali
ada di Indonesia (Hindia Belanda waktu itu) didirikan dengan Akte Notaris William
Hendry Herklots Nomor 185. Pada tahun 1957 perusahaan asuransi jiwa milik Belanda
yang ada di Indonesia dinasionalisasi sejalan dengan program Indonesianisasi
perekonomian Indonesia. Tanggal 17 Desember 1960 NILLMIJ van 1859 dinasionalisasi
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1958 dengan merubah namanya
menjadi PT Perusahaan Pertanggungan Djiwa Sedjahtera. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 214 tahun 1961, tanggal 1 Januari 1961, 9 (sembilan) perusahaan
asuransi jiwa milik Belanda dengan inti NILLMIJ van 1859 dilebur menjadi Perusahaan
Negara Asuransi Djiwa Eka Sedjahtera. Pada tanggal 1 Januari 1965 berdasarkan
Keputusan Menteri PPP Nomor BAPN , nama Perusahaan negara Asuransi Djiwa Eka
Sedjahtera diubah menjadi Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Djasa Sedjahtera. Setahun
kemudian tepatnya tanggal 1 Januari 1966, berdasarkan PP No.40 tahun 1965 didirikan
Perusahaan Negara yang baru bernama Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraja yang
merupakan peleburan dari Perusahaan negara Asuransi Djiwa Sedjahtera. Berdasarkan
SK Menteri Urusan Perasuransian Nomor 2/SK/66 tanggal 1 Januari 1966, PT
Pertanggungan Djiwa Dharma Nasional dikuasai oleh Pemerintah dan diintegrasikan
kedalam Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraja. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 tahun 1972, tanggal 23 Maret 1973 dengan Akta Notaris Mohamad Ali Nomor
12 tahun 1973, Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraya berubah status menajdi
Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Jiwasraya yang Anggaran Dasarnya kemudian
diubah dan ditambah dengan Akta Notaris Sri Rahayu Nomor 839 tahun 1984 Tambahan
Berita Negara Nomor 67 tanggal 21 Agustus 1984 menjadi PT Asuransi Jiwasraya.
B. Rumusan Masalah PT Asuransi Jiwasraya
Pada tahun 2006, Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
menyatakan ekuitas Jiwasraya tercatat negatif Rp3,29 triliun.
Akibatnya, ekuitas Jiwasraya negatif sebesar Rp27,24 triliun. Sementara itu, liabilitas
dari produk JS Saving Plan yang bermasalah tercatat sebesar Rp15,75 triliun. November
2019, Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir mengaku melaporkan
indikasi kecurangan di Jiwasraya ke Kejaksaan Agung (Kejagung). Hal itu dilakukan
setelah pemerintah melihat secara rinci laporan keuangan perusahaan yang dinilai tidak
transparan. Kementerian BUMN juga mensinyalir investasi Jiwasraya banyak ditaruh di
saham-saham gorengan. Hal ini yang menjadi satu dari sekian masalah gagal bayar klaim
Asuransi Jiwasraya. Selain Kejagung, Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta juga
menaikkan status pemeriksaan dari penyelidikan menjadi penyidikan pada kasus dugaan
korupsi.
Akhirnya pada Desember 2019, Penyidikan Kejagung terhadap kasus dugaan korupsi
Jiwasraya menyebut ada pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi. Jaksa
Agung ST Burhanuddin bahkan mengatakan Jiwasraya banyak menempatkan 95 dana
investasi pada aset-aset berisiko. Imbasnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turut
memantau perkembangan penanganan perkara kasus dugaan korupsi di balik defisit
anggaran Jiwasraya. Selain itu, Kejagung meminta Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi
Kementerian Hukum dan HAM mencekal 10 nama yang diduga bertanggung jawab atas
kasus Jiwasraya, yaitu: HH, BT, AS, GLA, ERN, MZ, DW, HR, HP, dan DYA. Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) mengumumkan pernyataan resmi terkait skandal Jiwasraya.
Salah satunya, laba perseroan sejak 2006 disebut semu karena melakukan rekayasa
akuntansi (window dressing). Hasil pemeriksaan BPK akan menjadi dasar bagi Kejagung
mengambil putusan terhadap orang-orang yang bertanggung jawab atas kondisi
Jiwasraya.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e1cf1040be7a/menelisik-peran-akuntan-
publik-dalam-kasus-jiwasraya/
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200108111414-78-463406/kronologi-kasus-
jiwasraya-gagal-bayar-hingga-dugaan-korupsi
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/07/140000269/sejarah-singkat-asuransi-
jiwasraya?page=all
https://www.academia.edu/11513027/MAKALAH_ASURANSI
https://investor.id/opinion/menilai-kasus-hukum-jiwasraya