Anda di halaman 1dari 16

“Investasi Khusus Dan Hukum

Perusahaan”

Disusun Oleh :
Aris Renatha Sutanto (71170313016)
Firda Febriani (71170313048)
Shinta Aprianti (71170313040)

FE-( Akuntansi ) / Semester 4


Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul "Beriman Kepada Malaikat".Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dunia Globalisasi merupakan hal yang sudah tak asing lagi buat kita semua. Dunia
globalisasi telah masuk kesemua Negara tak heran globalisasi membawa hal yang baik dan
buruknya. Globalisasi juga telah berkembang merambat kedunia perekonomian biasanya
berupa penanaman modal pada suatu sektor industri. Setiap individu pada dasarnya
memerlukan investasi, karena dengan investasi setiap orang dapat mempertahankan dan
memperluas basis kekayaannya yang dapat digunakan sebagai jaminan sosial di masa
depannya. Seseorang sering tidak menyadari dirinya telah melakukan investasi, misalnya
dengan menabung dan sebagainya. Agar tak terjebak melakukan investasi ke dalam
portofolio ‘sampah’, atau bahkan ditipu oleh pihak yang tak bertanggung jawab dengan
iming-iming menarik, Anda harus mengedepankan rasionalitas dan memahami betul resiko-
resiko yang dihadapi dalam berinvestasi. Karena banyak sekali jenis dari investasi tersebut
.Jangan sampai terbuai dengan iming-iming menarik yang tinggi, tapi uang Anda habis sia-
sia. Invejstasi pun banyak jenis dan macamnya jadi harus pandai melihat ke sektor mana kita
akan menanamkan saham kita. Peran penting sekali dari beberapa pihak baik dari pemerintah
dan tiap individu . peran individu sangatlah penting dalam berperan aktif karena dapat
mencegahnya harga barang yang tak terkontrol. Pemerintah sebaiknya mengatur beberapa
aturan tentang peraturan penanaman modal, karena, sejak pelaksanaan otonomi daerah,
pemerintah pusat terpaksa mengeluarkan kepres khusus mengenai penanaman modal karena
banyaknya kendala yang dihadapi oleh para investor yang ingin membuka usaha di daerah,
khususnya yang berkaitan dengan proses pengurusan izin usaha. Investor seringkali dibebani
oleh urusan birokrasi yang berbelit-belit sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan
disertai dengan biaya tambahan yang cukup besar.
1. Definisi Dan Arti Investasi

Pada hakikatnya tabungan yang terdapat di masyarakat ada yang merupakan simpanan
sementara, yaitu sebelum digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, ada jiga
merupakan tambahan modal yang sering disebut investasi.
a. Investasi Di bedakan menjadi dua macam, yakni :
i. Investasi nyata (Real Investmen)
melibatkan asset berwujud, pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan
pertambangan, dsb.
ii. Investasi keuangan (deposito, Commercial paper, dan surat berharga pasar uang)dan pasar
modal (saham, obligasi, opsi dsb).
b. Investasi menurut penggunaannya terdiri dari tiga macam yaitu :
i. Konstruksi
ii. Rehabilitasi
iii. Perluasan
c. Investasi menurut jenisnya
i. Investasi otonomi
ii. Investasi terimbas
iii. Investasi public

Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan
modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Dengan
demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-
penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-
perlengkapan untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan
perekonomian tersebut menghasikan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang.
Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang barang modal yang
lama Yang telah haus dan perlu didepresiasikan Dalam prakteknya, dalam usaha untuk
mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang
digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi
pengeluaran/perbelanjaan yang berikut :
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatanproduksi lainnya
untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik
dan bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang
masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.
Jumlah dari ketiga-tiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi bruto, yaitu
ia meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan
mengganti barang modal yang sudah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh
nilai apresiasi maka akan didapat investasi neto. Dalam teori ekonomi makro yang dibahas
adalah investasi fisik. Dengan pembatasan tersebut maka definisi investasi dapat lebih
dipertajam sebagai pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal. Stok
barang modal adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian pada saat tertentu.
a. Investasi Dalam Bentuk Barang Modal dan Bangunan
tercakup dalam investasi barang modal dan bangunan adalah pengeluaranpengeluaran
untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan produksi, bangunan/gedung yang baru. Karena
daya tahan madal dan bangunan umumnya lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut
sebagai investasi dalam bentuk harta tetap (fixedinvestment). Di Indonesia, istilah yang setara
dengan fixed investment adalah pembentukan modal tetap domestic bruto (PMTDB). Supaya
lebih akurat, jumlah investasi yang perlu diperhatikan adalah investasi bersih yaitu PMTDB
dikurangi penyusutan.

b. Investasi Persediaan
Perusahaan seringkali memproduksi barang lebih banyak daripada target penjualan. Hal
ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Tentu saja investasi persediaan
diharapkan meningkatkan penghasilan/keuntungan. Persediaan barang tersebut dikatakan
sebagai investasi yang direncanakan atau investasi yang diinginkan karena telah
direncanakan. Selain barang jadi, investasi dapat juga dilakukuan dalam bentuk persediaan
barang baku dan setengah jadi.
B. Fungsi Investasi
Kurva yang menunjukkan perkaitan di antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan
nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi investasi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu ia sejajar dengan sumbu datar, atau bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan (yang
berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi atau kurva investasi
yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi dan fungsi investasi yang
semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh.
Dalam analisis makroekonomi biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat
investasi otonomi.
Menurut Joseph Allois Schumpeter investasi otonom (autonomous investment,)
dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam jangka panjang seperti :
 Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
 Tingkat bunga.
 Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
 Kemajuan teknologi.
 Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
 Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.

C. Kriteria Investasi
a. Payback Period.
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat
dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang
dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian,
kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi yang baru
menguntungkan dalam jangka panjang (> 5 tahun).
b. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio).
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil
(output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C (cost). Output yang
dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan menerima atau menolak proposal
investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru
diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan.

c. Net Present Value (NPV).


Perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tidak
memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat hasil lebih akurat, maka nilai
sekarang didiskontokan. Keuntungan dari menggunakan metode diskonto adalah kita dapat
langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan total bersih.
Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV
> 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya
total.
d. Internal Rate of Return (IRR).
Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV
sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan
hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r).
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi
1. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return)
a. Kondisi Internal Perusahaan. Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah
kontrol Perusahaan, seperti tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi. Sedangka faktor
non-teknis, seperti kepemilikkan hak dan atau kekuatan monopoli, kedekatan denga pusat
kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.
b. Kondisi Eksternal Perusahaan. Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan akan investasi utama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan
pertumbuhan ekonomi domestic maupun internasional.
2. Biaya Investasi.
Hal yang paling menentukan adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat
bunganya maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat akan investasi makin
menurun. Namun tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan
investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi dan faktor yang
mempengaruhi adalah masalah kelembagaan.
3. Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal Efficiency of
Investement (MEI)
1. Marginal Efficiency of Capital (MEC), Investasi, dan Tingkat Bunga MEC adalah
tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap tambahan barang modal.
E. Tentang Investasi Nasional

1. Keadaan Investasi Nasional

Di tengah kondisi perekonomian dunia (khususnya keuangan dan perbankan) yang terus diguncang
oleh krisis, ternyata Indonesia masih sanggup untuk bertahan. Setidaknya, masyarakat umum tidak
merasakan dampak signifikan seperti krisis moneter 1997-1998 lalu. Pemerintah pun dinilai mampu
mengatasi masalah krisis global ini dengan tidak sampai mengeluarkan kebijakan yang wah, seperti
kenaikan harga BBM, listrik, atau pajak. Sehingga, PHK masal atau kenaikan harga masif pun urung
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam negeri.

Mengutip dengan artikel "Outlook" Investasi Reksa Dana Tahun 2012 bahwa kekuatan
perekonomian Indonesia masih ditopang oleh:

1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh didukung oleh pertumbuhan ekonomi sektor konsumsi
terutama konsumsi domestik

2. Kebijakan makro ekonomi Indonesia yang hati-hati

3. Cadangan Devisa Indonesia yang kuat

Hal ini akan membuat perekonomian Indonesia masih relatif aman untuk beberapa waktu ke
depan. Namun, bersikap santai dengan hanya bergantung pada ketiga hal tersebut saja tanpa ada
perencanaan dan kebijakan lebih baik akan sangat membahayakan ekonomi Indonesia dalam jangka
waktu yang panjang.

Entah teori apa yang mendasari, namun analisis saya tentang ketiga sendi penopang tersebut
adalah sebagai berikut:

Pertama, memang Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, bahkan di
ranking dunia sekalipun. Namun perlu diingat, bahwa dasar dari pertumbuhan ekonomi tersebut masih
saja konsumsi masyarakat (C). Neraca perdagangan (ekspor dan impor) kita masih di ambang batas
BEP. Di tahun 2010, secara statistik (catatan pasar
bersih: http://www.kemendag.go.id/statistik_neraca_perdagangan_indonesia/)

Indonesia sanggup mengekspor kira-kira 157.779,1 million USD dan melakukan impor sekitar
135.663,3 million USD. Memang masih positif dengan balance sebesar 22.115,8 million USD.
Namun yang menjadi catatan adalah bahwa lebih dari 25% ekspor kita masih ada minyak bumi dan
gas alam yaitu kisaran 28.039,6 million USD. Intinya kita semua tahu bahwa bergantung pada hal
given seperti SDA yang tak terbarui tersebut dapat menyebabkan Indonesia kelimpungan di masa
mendatang karena kita tahu cadangan sumber energi fosil dunia, termasuk Indonesia, semakin
menipis. Mengandalkan konsumsi berarti juga produksi kita belum cukup kuat menopang
perekonomian Indonesia. Perusahaan-perusahaan dalam negeri belum cukup bersaing dengan
perusahaan level global, ironisnya mungkin kecuali pabrik rokok. Di tengah arus perdagangan global
yang deras, budaya konsumsi tentu akan menjadikan Indonesia pasar yang mewah bagi para pedagang
manca (yang tentu banyak di antaranya berskala besar). Hal ini tak bisa dipungkiri lagi akan sangat
mengancam kelangsungan bisnis para pengusaha di Indonesia, khususnya usaha kecil dan menengah.
Kedua, kebijakan ekonomi Indonesia yang tidak menerapkan asas “lebih cepat lebih baik” ini
dianggap oleh pengusaha modern sebagai sesuatu yang lambat. Kehati-hatian yang dipilih oleh
pemerintah sering membuat jengkel para pebisnis yang membutuhkan kepastian dalam waktu
secepatnya karena tiap detik dalam dunia bisnis adalah sangat berharga. Belum lagi trust masyarakat
kepada pemerintah akhir-akhir ini terus melemah (entah memang pemerintah yang payah atau ada
pihak-pihak yang memprovokasi) dapat mempengaruhi efektivitas kebijakan yang diambil itu sendiri.

Ketiga, kembali lagi meski Indonesia terus membaik dan memang lebih baik dibanding negara-
negara berkembang lainnya namun hal ini masih perlu penguatan. Landasan utama Indonesia dalam
cadangan devisa berbeda dengan China (yang mengandalkan neraca perdagangan) adalah portofolio
dan foreign direct investment (fdi). Hal tersebut tentu saja akan membuat kolaps jika investasi-
investasi tersebut ditarik mendadak secara serentak.

Kembali lagi ke tema, bahwa sesuai nota keuangan Pemerintah Indonesia yang mencantolkan
pergerakan gerbong ekonomi Indonesia pada investasi, pasar modal dan perbankan, memang seakan
menjadi pisau bermata ganda. Pisau yang dapat menolong Indonesia dalam berbagai masalah
sekaligus sanggup menusuk balik kapan saja apabila tidak diatur dengan benar.

Beralih dari sudut pandang Investor bahwa investasi berupa reksa dana atau deposito dalam
beberapa segi akan lebih menguntungkan dibanding investasi langsung. Ini salah satu sebabnya
kinerja Reksa Dana (khususnya syariah) lebih optimal dibanding jika investor harus berinvestasi
sendiri.
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/10/07564982/Apa.Itu.Reksa.Dana.Syariah

a. Likuiditas yang tinggi

Apabila investor ingin menarik investasinya dikarenakan membutuhkan dana untuk keperluan
yang lain ataupun ingin melakukan realisasi keuntungan maka bisa dicairkan atau ditarik kapan saja.

b. Biaya investasi cenderung rendah

Jika investor bertransaksi saham sendiri perhatikan biaya yang dibebankan oleh sekuritas
seperti biaya transaksi minimal kisarannya adalah Rp 10.000-Rp 15.000. Namun ada juga yang
membebankan keseluruhan biaya transaksi dan ada yang per saham. Selain itu jika kita menginginkan
untuk melakukan transaksi obligasi syariah (Sukuk) maka nilai yang investasi yang ditawarkan
minimal Rp 1 miliar kalaupun ada Sukuk Ritel (SUKRI) maka pembelian 1 unit minimal Rp 5 juta.
Pertanyaan selanjutnya bagaimana jika anda menginginkan investasi rutin dibawah Rp 5 juta maka
anda tidak bisa membeli Sukuk maupun Sukri. Untuk Deposito jika dana anda dibawah Rp 500 juta
maka anda hanya diberikan rate counter yang saat ini ada dikisaran 5,5 persen-6,5 persen belum
dipotong PPh final 20 persen. Lalu bagaimana dengan Anda yang mempunyai dana sekitar Rp
100.000-Rp 1.999.900 maka Anda hanya bisa masuk tabungan dan tabungan berjangka dengan bagi
hasil 2 persen-3 persen (untuk tabungan) dan 4 persen untuk tabungan berjangka sudah terkunci (lock)
sekian tahun (tergantung kebijakan bank) lagi-lagi terpotong PPh final 20 persen. Bandingkan dengan
inflasi yang saat ini ada dikisaran 4,61 persen. Untuk Deposito diatas Rp 500 juta bank bisa
memberikan bagi hasil 9 persen gross. Bandingkan jika yang mengelola adalah manajer investasi
maka biaya investasinya akan rendah dengan hasil yang optimal.
c. Transparansi Informasi

Semua informasi mengenai kinerja investasi harian bisa dipantau di media masa. Setiap bulan
nasabah akan diberikan laporan kinerja investasi seperti rekening koran dan kinerja Reksa Dana (Fund
Fact Sheet).

d. Lebih Aman dan Stabil

Seperti telah dijelaskan diatas, rasio dengan batas 82 persen memberikan jaminan bahwa
perusahaan memiliki struktur modal yang sehat dengan perbandingan utang tidak boleh lebih besar
dari modal. Pada obligasi/sukuk mempunyai underlying asset yang jelas sehingga resiko default kecil
sekali atau bahkan sama sekali tidak ada. Dengan demikian melalui mekanisme rasio kuantitatif,
Reksadana Syariah terselamatkan dari penurunan NAB yang tajam. Untuk Obligasi Syariah dengan
mekanisme underlying (ada nilai pokok yang dijadikan dasar penerbitan obligasi), investor dengan
sendirinya merasa yakin bahwa obligasi syariah relatif aman sehingga banyak diinginkan oleh
investor baik yang mengharuskan portfolio investasinya di syariah maupun tidak (konvensional).
Umumnya yang memegang obligasi syariah adalah institusi syariah dan mereka pada umumnya
memegang sampai tanggal jatuh tempo (hold to maturity) sehingga gejolak harganya (volatilitas) nya
relatif stabil.

e. Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Fungsi dari DPS adalah mengawasi dan memberikan pengarahan agar pengelolaan Reksa Dana
sesuai dengan prinsip syariah yaitu jujur, berkeadilan dan bermanfaat bagi sesama.

f. Membantu perekonomian bangsa

Pada penerbitan SUKRI, negara bisa memanfaatkannya sehingga biaya pemerintah jadi lebih
kecil, sedang pada perusahaan biasanya hasil penjualan sukuk dipakai untuk modal kerja perusahaan.
1. Pengertian Perusahaan
Hukum dagang merupakan hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan. Istilah “perusahaan” baru kemudian timbulnya, sedangkan sebelum
itu yang lazim ialah istilah “perdagangan”.
Telah diuraikan bahwa istilah “perdagangan” dalam KUHD dihapus, diganti
dengan istilah “perusahaan”. Jika pengertian perdagangan dapat ditemukn
dalam pasal-pasal 2 sampai 5 (lama) KUHD, sebaliknya pengertian
“perusahaan” tidak terdapat dalam KUHD. Hal ini memang sengaja dilakukan
oleh pembentuk undang-undang, tidak mengadakan penafsiran resmi dalam
KUHD, agar pengertian perusahaan dapat berkembang baik sesuai dengan gerak
langkah dalam lalu-lintas perusahaan sendiri. Terserah pada ilmiah dan
juriprudensi tentang perkembangan selanjutnya. Mengenai
pengertianperusahaan ini dalami;lmiah terdapat beberapa pendapat, yang
penting diantaranya ialah :
1) menurut pemerintah Belanda, yang pada waktu membacakan “memorie
van toelichting” rencana undang-undang “Wetboek van Koophandle” di muka
Parlemen, menerangkan bahwa yang disebut “perusahaan” ialah keseluruhan
perbuatan, yang dilakukan secara tidak terputus-putus, dengan terang-terangan,
dalam kedudukan tertentu dan untuk mencari laba (bagi diri sendiri);
2) menurut Prof. Molengraff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan
penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-barang, menyerahkan
barang-barang, atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan. Di sini
Molengraff memandang perusahaan dari sudut “ekonomi”;
3) menurut Polak, baru ada perusahaan, bila diperlukan adanya perhitungan-
perhitungan tentang laba-rugi yang dapat diperkirakan, dan segala sesuatu itu
dicatat dalam pembukuan. Di sini Polak memandang perusahaan dari sudut
“komersiil”. Sudut pandang ini adalah sama dengan Molengraff, tetapi unsur
pengertian perusahaan adalah lain. Pengertian perusahaan menurut molengraff
mempunyai enam unsur, sedangkan menurut Polak cukup dua unsur.
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus menerus yang didirikan, bekerja, serta
berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan atau laba.
2. Hukum Perusahaan
Hukum yang mengatur tentang seluk beluk bentuk hukum perusahaan ialah
Hukum Perusahaan. Hukum Perusahaan merupakan pengkhususan dari
beberapa bab dalam KUH Perdata dan KUHD (Kodifikasi) ditambah dengan
peraturan perundangan lain yang mengatur tentang perusahaan (hukum tertulis
yang belum dikodifikasi). Sesuai dengan perkembangan dunia perdagangan
dewasa ini, maka sebagian dari hukum perusahaan merupakan peraturan-
peraturan hukum yang masih baru. Apabila hukum dagang (KUHD) merupakan
hukum khusus (lex specialis) terhadap hukum perdata (KUH Perdata) yang
bersifat lex generalis, demikian pula hukum perusahaan merupakan hukum
khusus terhadap hukum dagang.
3. Unsur-Unsur Perusahaan
Berdasarkan definisi-definisi perusahaan yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat dikatakan yang menjadi unsur-unsur perusahaan yaitu :
1. Badan usaha
Badan usaha yang menjalankan kegiatan perekonomian itu mempunyai bentuk
hukum tertentu, seperti Perusahaan Dagang (PD), Firma (Fa), Persekutuan
Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Umum (Perum),
Perusahaan Perseroan (Persero) dan Koperasi. Hal ini dapat diketahui melalui
akta pendirian perusahaan yang dibuat di muka notaris, kecuali koperasi yang
akta pendiriannya dibuat oleh para pendiri dan disahkan oleh pejabat koperasi.
1. Kegiatan dalam bidang perekonomian
Kegiatan ini meliputi bidang perindustrian, perdagangan, perjasaan, pembiayaan
yang dapat dirinci sebagai berikut :
1. Perindustrian meliputi kegiatan, antara lain eksplorasi dan pengeboran
minyak, penangkapan ikan, usaha perkayuan, barang kerajinan,
makanan dalam kaleng, obat-obatan, kendaraan bermotor, rekaman dan
perfilman, serta percetakan dan penerbitan.
2. Perdagangan meliputi kegiatan, antara lain jual beli ekspor impor, bursa
efek, restoran, toko swalayan, valuta asing, dan sewa menyewa.
3. Perjasaan meliputi kegiatan, antara lain transportasi, perbankan,
perbengkelan, jahit busana, konsultasi, dan kecantikan.
1. Terus menerus
Kegiatan dalam bidang perekonomian itu dilakukan secara terus menerus,
artinya sebagai mata pencaharian, tidak insidental, dan bukan pekerjaan
sambilan.
1. Bersifat tetap
Bersifat tetap artinya kegiatan itu tidak berubah atau berganti dalam waktu
singkat, tetapi untuk jangka waktu yang lama. Jangka waktu tersebut ditentukan
dalam akta pendirian perusahaan atau surat ijin usaha, misalnya 5 (lima) tahun,
10 (sepuluh) tahun, atau 20 (dua puluh) tahun.
1. Terang-terangan
Terang-terangan artinya ditujukan kepada dan diketahui oleh umum, bebas
berhubungan dengan pihak lain, diakui dan dibenarkan oleh pemerintah
berdasarkan undang-undang. Bentuk terang-terangan ini dapat diketahui dari
akta pendirian perusahaan, nama dan merek perusahaan, surat izin usaha, surat
izin tempat usaha, dan akta pendaftaran perusahaan.
1. Keuntungan dan atau laba
Istilah keuntungan atau laba adalah istilah ekonomi yang menunjukkan nilai
lebih (hasil) yang diperoleh dari modal yang diusahakan (capital gain). Setiap
kegiatan menjalankan perusahaan tentu menggiinakan modal, dengan modal
perusahaan diharapkan keuntungan dan atau laba dapat diperoleh karena tujuan
utama dari perusahaan adalah memperoleh keuntungan.

1. Pembukuan
Menurut ketentuan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1997 tentang Dokumen Perusahaan ditentukan, setiap perusahaan wajib
membuat catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Dalam Pasal 5 ditentukan, catatan terdiri dari
dari neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan, rekening, jurnal
transaksi harian, atau setiap tulisan yang berisi keterangan mengenai
kewajiban dan hak-hak lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha
suatu perusahaan.
B. Sumber-sumber Hukum Perusahaan
Setidaknya ada empat sumber hukum bisnis pada aspek hukum dalam ekonomi,
yaitu perundang-undangan, kontrak perusahaan, yurisprudensi, dan kebiasaan.
Berikut masing-masing penjelasannya.
1. Perundang-undangan
Perundang-undangan dalam hal ini meliputi undang-undang peninggalan Hindia
Belanda di Indonesia pada masa lampau, namun masih dianggap berlaku dan
sah hingga saat ini berdasarkan atas peralihan UUD 1945, misalya ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang)
,KUH Perdata. Selain itu juga perundang-undangan yang termaktub mengenai
perusahaan di Indonesia, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang terus
dilaksanakan dan dikembangkan hingga saat ini.

Perundang-undangan lain yang menjadi sumber hukum:


 Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
 PP No. 15 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan,
 Undang-undang No. 32 Tahun 2007 tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi,
 Undang-undang No. 33dan 34 Tahun 1964 tentang Asuransi Kecelakaan
Jasa Raharja,
 Undang-undang No. 5 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing,
 Undang-undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri,
 Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
 Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan,
 Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,
 Undang-undang No.7 Tahun 1987 tentang Penyempurnaan Undang-undang
No.6 Tahun 1982,
 Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten
 Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek,
 Lain-lain.
1. Kontrak Perusahaan
Kontrak perusahaan atau yang biasa juga disebut dengan perjanjian selalu
ditulis dan dianggap sebagai sumber utama hak dan kewajiban pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu kesepakatan. Apabila saat tertentu terjadi perselisihan
antara pihak-pihak terkait, dalam hal ini saat kontrak perusahaan masih berlaku,
maka penyelesaian dapat dilakukan melalui perdamaian, arbitase, atau
pengadilan umum sekali pun jika tidak ditemui penyelesaian yang jelas.
Tentunya kontrak perusahaan ini yang akan memberikan pertimbangan tertentu
sekaligus secara jelas akan mempengaruhi putusan. Karena secara jelas semua
menyangkut kontak dan ketentuannya telah tercantum dalam kontrak tersebut.
1. Yurispudensi
Yurisprudensi adalah sumber hukum perusahaan yang dapat diikuti oleh pihak-
pihak terkait. Hal ini akan mengisi kekosongan hukum, terutama jika terjadi
suatu sengketa terkait pemenuhan hak dan kewajiban. Secara otomatis,
yurisprudensi ini akan memberikan jaminan perlindungan atas kepentingan
pihak-pihak, terutama bagi mereka yang berusaha di Indonesia.
1. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan sumber hukum khusus yang tidak tertulis secara formal.
Kebiasaan sebagai sumber hukum dapat diikuti pengusaha tatkala peraturan
mengenai pemenuhan hak dan kewajiban tidak tercantum dalam undang-undang
dan perjanjian. Karena itulah kebiasaan yang telah berlaku dan berkembang di
kalangan pengusaha dalam menjalankan perusahaan dengan lazim menjadi
panutan untuk mencapai tujuan sesuai kesepakatan. Kebiasaan yang biasanya
dapat menjadi acuan bagi perusahaan adalah yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1) Perbuatan yang bersifat perdata
2) Mengenai hak serta kewajiban yang harus dipenuhi
3) Tidak bertentangan dengan undang-undang atau sumeber hukum lainnya
4) Diterima oleh semua pihak secara sukarela karena telah dianggap sebagai
hal yang logis dan patuh
5) Menerima dari berbagai akibat hukum yang dikehendaki oleh semua
pihak

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai