PENGANTAR BISNIS
Disusun oleh :
Keisha Jannah. H
01011282227035
FAKULTAS EKONOMI
2022
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada era modern ini, kata korupsi sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat
Indonesia. Bahkan ada slogan, “Tiada hari tanpa adanya berita tentang kasus
korupsi.” Pemberitaan tentang kasus korupsi yang terjadi di negeri ini menjadi hal yang aneh
lagi oleh para pejabat pemegang kekuasaan di negeri ini yang silih berganti melakukan
tindak pidana korupsi dari pejabat rendahan sampai pejabat tertinggi sekalipun. Celah
kelemahan hukum selalu menjadi senjata ampuh para pelaku korupsi untuk menghindari
dari tuntutan hukum.
Skandal kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sampai saat ini masih
mencuat setelah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2014-2019, Rini
Soemarno membuat laporan ke Kejaksaan Agung pada 17 Oktober 2019 silam, perihal
dugaan fraud dan korupsi. Tak hanya itu, Jiwasraya juga disebut gagal membayar polis
kepada para nasabahnya. Potensi kerugian negara dari kasus ini disebut bisa mencapai
Rp17 triliun. Angka tersebut berasal dari penyidikan atas berkas selama 10 tahun, dari 2008
hingga 2018. Beberapa orang yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi PT
Asuransi Jiwasraya adalah Direktur Utama PT Hanson International Tbk. Benny
Tjokrosaputro, Komisaris Utama PT Trada Alam Minera Tbk Heru Hidayat, Direktur
Keuangan Jiwasraya periode Januari 2013-2018 Hari Prasetyo. Kemudian Direktur Utama
Jiwasraya periode 2008-2018 Hendrisman Rahim, mantan Kepala Divisi Investasi Keuangan
Jiwasraya Syahmirwan dan Direktur PT Maxima Integra Joko Hartono Tirto.
B. RUMUSAN MASALAH
• Bagaimana kronologi dari kasus tersebut
• Ada berapa kasus yang terjadi dan permasalahannya
• Siapa saja yang menjadi tersangka dalam kasus tersebut
• Apa dampak dari kasus tersebut
• Bagaimana penyelesaian dari kasus tersebut
PEMBAHASAN
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) ialah Asuransi jiwa tertua di Indonesia itu sedang
mengalami tekanan likuiditas sehingga ekuitas perseroan tercatat negatif Rp23,92 triliun
pada September 2019. Selain itu, Jiwasraya membutuhkan uang sebesar Rp32,89 triliun
untuk kembali sehat.
Ternyata, kasus Jiwasraya merupakan puncak gunung es yang baru mencuat. Jika dirunut,
permasalahan Jiwasraya sudah terjadi sejak tahun 2000-an. Berikut kronologi kasus
Jiwasraya:
• 2006: Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan ekuitas
Jiwasraya tercatat negatif Rp3,29 triliun.
Dalam Kasus PT. Asuransi Jiwasraya tidak hanya satu dalam penanganan masalah ini
banyak sekali sangkut paut yang terjadi dalam beberapa tahun yang dialami PT. Asuransi
Jiwasraya seperti dugaan kasus Korupsi, Fraud (Kecurangan), dan juga gagal dalam
membayar polis kepada para nasabahnya. Sedangkan permasalahan Jiwasraya meliputi masalah
fundamental, Kurangnya GCG, dan tekanan likuiditas dari produk saving plan. Hal itu kemudian
terakumulasi dan membuat Jiwasraya kesulitan.
Adapun putusan Mahkamah Agung ini, yaitu Heru Hidayat dan Benny Tjokcrosaputro
dijatuhi hukuman pidana seumur hidup, serta pidana tambahan berupa denda uang
pengganti senilai Rp 10,78 triliun (Heru) dan Rp 6,078 triliun (Benny).
Sementara itu, terpidana direksi Jiwasraya, Hary Prasetyo, Hendrisman Rahim, dan Joko
Hartono Tirto dijatuhi pidana penjara selama 20 tahun. Sedangkan Syahmirwan dihukum
pidana penjara selama 18 tahun. Keempat terpidana ini dijatuhi pula pidana denda senilai
Rp 1 miliar subsider enam bulan kurungan.
4. Dampaknya terhadap pasar modal indonesia
Dalam kasus PT. Asuransi Jiwasraya ini memperhitungkan sejauh mana dampak penegak
hukum atas kasus tersebut terhadap kinerja dan perbaikan pengawasan pasar modal.
Dalam Kasus ini PT Asuransi Jiwasraya (Persero) gagal membayar nasabah mulai menjadi
perhatian publik pada awal Oktober 2018 ketika Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor
perasuransian itu mengirimkan surat kepada bank mitra untuk menunda pembayaran polis jatuh
tempo produk JS Saving Plan. Hasil audit investasi terhadap Jiwasraya di bulan yang sama pun
menguak gangguan likuiditas yang menyebabkan penundaan pembayaran klaim sebesar Rp802
miliar pada November 2018, yang kemudian naik menjadi Rp12,4 triliun pada akhir 2019. Namun
diketahui bahwa sebelum dinyatakan gagal bayar, Jiwasraya memiliki cadangan dana yang
mumpuni. Justru Ketika dinyatakan Gagal Bayar, cadangan dana tersebut mengalami
pembekuan, tidak bisa digunakan, dan akhirnya Nasabah serta pihak ketiga tidak bisa
mengakses hak mereka.
Terlihat bahwa kasus gagal bayar Jiwasraya berdampak terbatas terhadap kondisi pasar modal
di dalam negeri. Dampak terbesar dari kasus Jiwasraya bukan pada penurunan nilai IHSG,
melainkan pada menyusutnya jumlah transaksi di pasar modal, baik yang dilakukan oleh investor
institusi maupun investor ritel. Begitu juga dengan frekuensi transaksi harian di bursa yang turut
melambat.
Dan juga Kejaksaan agung menjerat para tersangka dengan pasal tindak pidana korupsi.
Penyidik Kejagung menilai kegagalan bayar Jiwasraya sebagaimana audit Badan Pemeriksa
Keuangan yakni sebesar Rp 16,8 triliun merupakan kerugian Negara. Kerugian tersebut
berasal dari transaksi pembelian langsung atas empat saham, dan transaksi pembelian
saham (indirect) melalui 21 Reksadana 13 Manajer Investasi yang diklaim dikendalikan oleh
Heru Hidayat dan Benny Tjokrosaputro.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah Jiwasraya, antara lain,
• Restrukturisasi utang
Dengan menargetkan restrukturisasi bisa selesai antar kuartal 1 tahun 2020.
Langkah pertama yang harus diambil ialah merestrukturisasi utang-utang dari
Jiwasraya khususnya untuk saving plan diharapkan selesai pada kuartal 1 tahun
2020
• Pendirian Holding Asuransi
Pendirian perusahaan Holding mampu membantu menyelesaikan kasus Jiwasraya.
Tetapi, Kementerian BUMN masih menunggu rampungnya peraturan pemerintah
terkait Holding. Dengan membawa harapan akan ada anggaran dividen dari asuransi
terlepas dari bentuk pinjaman ataupun selama bisa digunakan untuk pengembalian
dana nasabah Jiwasraya.
• Kerja sama dengan BUMN untuk bentuk anak perusahaan
Dengan melakukan kerjasama antara BUMN dan Jiwasraya dalam membuat anak
perusahaan ditargetkan akan selesai pada kuartal l sampai dengan kuartal ll 2020
dan juga BUMN akan bersatu bekerja sama dengan Asuransi Jiwasraya untuk
membuat anak perusahaan Jiwasraya Putra dengan ini hasil investor yang masuk
bisa dipakai untuk pengembalian dana nasabah.
• Menjual portofolio saham
Bila saham bisa dijual dengan harga yang baik dengan harapan langsung ada dana
kontan yang bisa dihasilkan dari penjualan saham ini untuk membayar nasabah.
Dengan kejanggalan-kejanggalan ini wajib dijelaskan secara rinci di depan publik oleh
mereka yang Jika tidak, bukan tidak mungkin kasus Jiwasraya ini akan
menjadi template skandal di kancah pasar modal Indonesia di kemudian hari. Korbannya
lagi-lagi nasabah, dan para pelaku bursa saham kita yang sewaktu-waktu dapat terancam
oleh penegakan hukum bermasalah yang sembrono dalam mengusut kasus. Sementara
aktor intelektual yang sibuk 'mengorkestrasi' skandal kembali melenggang ke arena
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
• https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200108111414-78-463406/kronologi-kasus-
jiwasraya-gagal-bayar-hingga-dugaan-korupsi
• https://finansial/read/20210427/215/1386915/inilah-tiga-akar-masalah-asuransi-jiwasraya
• https://m.liputan6.com/news/read/4641308/kasus-jiwasraya-inkrah-kejagung-eksekusi-putusan-
ma-terhadap-6-terpidana
• https:///penanganan-kasus-jiwasraya-ancaman-bagi-pasar-modal-indonesia/
• https:///read/2020/01/15/140400826/4-solusi-kementerian-bumn-bantu-penyelesaian-kasus-
jiwasraya