KRISIS EKONOMI
DOSEN PENGAMPU
Dhel Juny Pasha, S.E, M.M
NAMA KELOMPOK
1. DWI BAGUS SETIAWAN
2. TRISKA MAIRA SARI
3. RIVAN IRVANDA
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan.......................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
1. Faktor-faktor Penyebab Krisis Ekonomi.........................................................................3
1.1 Krisis Ekonomi Periode I (Juli 1997 s/d bulan Oktober 1999):..................................4
1.2 Krisis Ekonomi Periode ke II (Oktober 1999 s/d sekarang):......................................5
2. Usaha-usaha Mengatasi Krisis Ekonomi........................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
KESIMPULAN.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengaruh apa saja yang terjadi pada saat krisis ekonomi di Indonesia?
1
1.3 Manfaat Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1.1 Krisis Ekonomi Periode I (Juli 1997 s/d bulan Oktober 1999):
2. Krisis Rupiah yang semula hanya bersifat kejutan dari luar (external
shock) telah meluas menjadi krisis ekonomi yang berakibat luas, baik
terhadap perusahaan maupun rumah tangga. Fondasi perekonomian
Indonesia yang semula dianggap kuat ternyata tidak menunjukkan
ketahanan menghadapi permasalahan akibat krisis nilai rupiah terhadap
US dollar. Dari krisis ini tampak betapa secara struktural modal swasta
berskala besar sangat lemah sebagaimana diperlihatkan oleh besarnya
hutang dan lemahnya daya saing di pasar yang semakin terbuka.
Pemerintah pun tidak mempunyai kewibawaan yang memadai dalam
mengatasi krisis ini. Akibatnya, baik pengusaha maupun rumah-tangga
terkena dua-kali pukulan. Pukulan dari melemahnya Rupiah dan
pukulan akibat langkanya Rupiah.
3. Hutang luar negeri swasta berjangka pendek yang akan jatuh tempo pada
bulan Maret 1998, telah mencapai US$. 9,6 milyard, meliputi hutang
pokok dan pinjaman. Posisi hutang luar negeri yang ditanggung oleh
perusahaan swasta itu merupakan bagian hutang luar negeri swasta sebesar
US$ 65 milyard dari total pinjaman luar negeri Indonesia sebesar US$
117,3 milyard per September 1997. Jadi sekitar 50% atau US$ 32,5
milyard hutang swasta dikategorikan hutang berjangka pendek, termasuk
surat berharga komersial. Diperkirakan, hutang swasta yang jatuh tempo
rata-rata mencapai US$ 2,708 milyard per bulan, jumlah yang tentunya
sangat membebani neraca pembayaran hutang ini jugalah yang
menyebabkan kelangkaan Dollar.
4
4. Adanya kolusi antara Bank Indonesia dengan para pemilik Bank swasta
dalam hal pemberian dana segar kepada pemilik bank swasta yang
berlebih-lebihan tanpa memperhitungkan bank swasta itu sehat atau
tidak menambah meningkatnya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan.
5. Adanya pelarian modal investasi khususnya yang berasal dari dana
BLBI dalam bentuk US dollar oleh para konglomerat Indonesia ke luar
negeri juga menambah memperburuknya perekonomian Indonesia.
6. Sejalan dengan makin tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu
tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi
pula. Hill (1999) menulis bahwa banyaknya pihak yang memiliki vested
interest dengan intrik-intrik politiknya yang menyebar ke mana-mana
telah menghambat atau menghalangi gerak pemerintah, untuk
mengambil tindakan tegas di tengah krisis. Jauh sebelum krisis terjadi,
investor asing dan pelaku bisnis yang bergerak di Indonesia selalu
mengeluhkan kurangnya transparansi, dan lemahnya perlindungan
maupun kepastian hukum. Persoalan ini sering dikaitkan dengan
tingginya “biaya siluman” yang harus dikeluarkan bila orang melakukan
kegiatan bisnis di sini. Anehnya, selama Indonesia menikmati economic
boom persepsi negatif tersebut tidak terlalu menghambat ekonomi
Indonesia. Akan tetapi begitu krisis menghantam, maka segala
kelemahan itu muncul menjadi penghalang bagi pemerintah untuk
mampu mengendalikan krisis. Masalah ini pulalah yang mengurangi
kemampuan kelembagaan pemerintah untuk bertindak cepat, adil, dan
efektif. Akhirnya semua itu berkembang menjadi “krisis kepercayaan”
yang ternyata menjadi penyebab paling utama dari segala masalah
ekonomi yang dihadapi pada waktu itu. Akibat krisis kepercayaan itu,
6
modal yang dibawa lari ke luar tidak kunjung kembali, apalagi modal
baru.
5. Tabungan Nasional harus digalakkan dan semua pihak harus mengetatkan ikat
pingang khususnya kepada para pejabat Negara/pejabat Aparatur Pemerintah
agar mempunyai rasa keprihatinan atas situasi multi krisis yang dihadapi
bangsa dan Negara Indonesia dewasa ini. Hindarilah pemikiran mumpungisme
di kalangan para pejabat Pemerintah. Utamakanlah kepentingan bangsa dan
Negara daripada kepentingan pribadi atau golongan.
7
10. Untuk mengatasi masalah perbankan nasional, merger bank adalah jalan
terbaik. Kemelut yang dihadapi perbankan nasional saat ini lebih baik dihadapi
dengan merger daripada dengan penurunan rasio kecukupan modal (CAR =
Capital Adequate Ratio). Sebab apabila dilakukan pelanggaran CAR hanyalah
untuk kepentingan sesaat yang berakibat bank kurang kompetitif disamping
memunculkan spekulasi rekap kedua.
11. Peringatan IMF atas bahaya defisit APBN harus dicermati secara seksama.
Konsep Pemerintah untuk mengambil langkah-langkah dalam mengatasi defisit
APBN 2001 antara lain: Peningkatan PPh antara Rp. 20-30 T, Penarikan dana
perimbangan antara Rp. 10-20 T, Pencabutan subsidi BBM Rp. 5 T,
Penggenjotan pemasukan dari BUMN dan BPPN sebesar Rp. 33 T, dan
Penurunan porsi pembiayaan proyek pemerintah sebesar Rp. 19 T. Langkah-
langkah ini apabila berhasil dilakukan Pemerintah dapat menekan defisit
anggaran walaupun bersifat sementara.
12. Bank Indonesia dan bank-bank Pemerintah lainnya hendaknya selektif dan
ekstra hati-hati dalam menyalurkan kredit/penambahan modal kepada para
pengusaha/konglomerat. Apalagi kalau jelas-jelas diketahui bahwa para
pengusaha/konglomerat tersebut bermasalah dan diduga turut serta terlibat
dalam penyalahgunaan dana BLBI. Bank Indonesia/bank Pemerintah harus
bertanggung jawab atas penyaluran kredit. Apabila ada indikasi
penyalahgunaan kredit bank (kredit macet) maka ke dua pihak baik penyalur
maupun penerima kredit ke dua-duanya harus ditindak tegas sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
8
14. Seyogyanya Pemerintah RI dalam menyusun program pembangunan
perekonomian Indonesia selalu mengacu pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945. “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”
(Pasal 33 ayat (3) UUD 1945), dan bukan sebaliknya hanya untuk kepentingan
para pengusaha.
9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
http://akbarprakoso.blogspot.com/2012/04/krisis-ekonomi-penyebab-dan-usaha.html
http://putracenter.net/2009/02/10/4-penyebab-krisis-ekonomi-indonesia-tahun-
1997-1998-apakah-akan-terulang-pada-krisis-ekonomi-sekarang/
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/10/09/krisis-global-2011-
implikasi-terhadap-perekonomian-indonesia/
http://www.seasite.niu.edu/indonesian/Reformasi/Chronicle/Kompas/May19/krog
01.htm
11
12
13
11
14