Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KRISIS EKONOMI

DOSEN PENGAMPU
Dhel Juny Pasha, S.E, M.M

NAMA KELOMPOK
1. DWI BAGUS SETIAWAN
2. TRISKA MAIRA SARI
3. RIVAN IRVANDA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


FAKULTAS EKONOMI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb  Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT


atas segala kehendak dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu.
Kami menyadari, tugas ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu dan
wawaasan yang di miliki oleh kami sebagai penulis. Oleh karena itu kritik dan saran
yang besifat membangun, sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini.Kami
mengharapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan kita tentang MASALAH KRISI EKONOMI
semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Pringsewu , 26 Februari 2020

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan.......................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
1. Faktor-faktor Penyebab Krisis Ekonomi.........................................................................3
1.1 Krisis Ekonomi Periode I (Juli 1997 s/d bulan Oktober 1999):..................................4
1.2 Krisis Ekonomi Periode ke II (Oktober 1999 s/d sekarang):......................................5
2. Usaha-usaha Mengatasi Krisis Ekonomi........................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
KESIMPULAN.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis ekonomi di Indonesia dari zaman dahulu hingga sekarang sudah


sering terjadi apalagi pada tahun 1997 Indonesia pernah mengalami krisis moneter
selama lebih dari 2 tahun diubahlah menjadi krisis ekonomi yakni lumpuhnya
kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan
meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Oleh karena itu, perlu adanya
tindakan-tindakan nyata dari pemerintah untuk memperbaiki ini semua sehingga
Indonesia bisa menjadi lebih baik dan tingkat pengangguran di Indonesia
berkurang.
Krisis ekonomi yang berkembang menjadi krisis di berbagai bidang telah
memberikan kesadaran baru akan adanya persoalan di bidang ekonomi, politik,
hukum serta agama dan sosial budaya yang bersifat struktural dan terus
berkembang di kalangan masyarakat. Persoalan ketidakadilan terus dipertanyakan
dan dituntut oleh masyarakat untuk segera diperbaiki. Masyarakat menuntut
reformasi di segala bidang secara mendasar, termasuk pemulihan ekonomi
secepatnya. Langkah-langkah untuk menanggulangi krisis secepatnya dan
melaksanakan reformasi tersebut selanjutnya telah diamanatkan rakyat Indonesia
melalui Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat bulan November 1998.
Namun demikian upaya pemulihan ekonomi berjalan lambat karena situasi sosial,
politik, dan keamanaan yang kurang kondusif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengaruh apa saja yang terjadi pada saat krisis ekonomi di Indonesia?

2. Apa saja faktor-faktor penyebab krisis ekonomi?

3. Bagaimana cara mengatasi krisis ekonomi yang terjadi

1
1.3 Manfaat Penulisan

Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan memberikan manfaat kepada


semua pihak, khususnya kepada teman-teman semua untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam masalah krisis ekonomi yang terjadi di
Indonesia, faktor-faktor penyebab krisis ekonomi serta usaha untuk mengatasi
krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pemerintahan Orde Baru, yang pada awalnya bertujuan untuk melakukan


koreksi terhadap pemerintahan sebelumnya yang otoriter dan sentralistis, ternyata
mengulangi hal yang sama pula, keadaan itu di perparah lagi oleh maraknya KKN
dan disalahgunakan ABRI sebagai alat politik untuk mengukuhkan kekuasaan.
Pada waktu krisis ekonomi melanda negara-negara Asia khususnya Asia
Tenggara, yang paling menderita adalah Indonesia. Sistem ekonomi yang di
bangun oleh pemerintah Orde Baru tidak berhasil sepenuhnya untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial rakyat. Akibatnya, terjadi kesulitan ekonomi, kesenjangan
sosial dan meluasnya krisis kepercayaan. Pada gilirannya ketidak-puasaan
masyarakat memuncak berupa tuntutan reformasi total.
Gerakan reformasi pada hakekatnya merupakan tuntutan untuk melaksanakan
demokratisasi di segala bidang menegakkan hukum dan peradilan, menegakkan
HAM, memberantas KKN, melaksanakan otonomi daerah dan perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta menata kembali dan
kedudukan ABRI.
Perilaku ekonomi yang berlangsung dengan praktek KKN serta berpihak
pada sekelompok pengusaha besar, telah menyebabkan krisis ekonomi yang
berkepanjangan, hutang besar yang harus di pikul oleh negara, penganguran dan
kemiskinan yang semakin meningkat, serta kesenjangan sosial ekonomi yang
semakin melebar.

1. Faktor-faktor Penyebab Krisis Ekonomi

Awal krisis ekonomi yang melanda Indonesia mulai tampak pada


pertengahan bulan Juli 1997 yaitu dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
US dollar. Maka, nilai tukar rupiah terhadap dollar mulai merosot.
Faktor-faktor penyebab krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia, antara
lain di sebabkan:

3
1.1 Krisis Ekonomi Periode I (Juli 1997 s/d bulan Oktober 1999):

1. Krisis kepercayaan terhadap uang rupiah di mana masyarakat lebih


mempercayai US dollar daripada rupiah dan akibatnya mereka
berlomba-lomba menukar uang rupiahnya ke mata uang US dollar. Hal
ini disebabkan antara lain kurang transparansinya pihak pemerintah
dalam mengelola keuangan negara. Transparansi dalam konteks
penggunaan anggaran belanja negara sangat diperlukan agar mendapat
kepercayaan dari masyarakat.

2. Krisis Rupiah yang semula hanya bersifat kejutan dari luar (external
shock) telah meluas menjadi krisis ekonomi yang berakibat luas, baik
terhadap perusahaan maupun rumah tangga. Fondasi perekonomian
Indonesia yang semula dianggap kuat ternyata tidak menunjukkan
ketahanan menghadapi permasalahan akibat krisis nilai rupiah terhadap
US dollar. Dari krisis ini tampak betapa secara struktural modal swasta
berskala besar sangat lemah sebagaimana diperlihatkan oleh besarnya
hutang dan lemahnya daya saing di pasar yang semakin terbuka.
Pemerintah pun tidak mempunyai kewibawaan yang memadai dalam
mengatasi krisis ini. Akibatnya, baik pengusaha maupun rumah-tangga
terkena dua-kali pukulan. Pukulan dari melemahnya Rupiah dan
pukulan akibat langkanya Rupiah.

3. Hutang luar negeri swasta berjangka pendek yang akan jatuh tempo pada
bulan Maret 1998, telah mencapai US$. 9,6 milyard, meliputi hutang
pokok dan pinjaman. Posisi hutang luar negeri yang ditanggung oleh
perusahaan swasta itu merupakan bagian hutang luar negeri swasta sebesar
US$ 65 milyard dari total pinjaman luar negeri Indonesia sebesar US$
117,3 milyard per September 1997. Jadi sekitar 50% atau US$ 32,5
milyard hutang swasta dikategorikan hutang berjangka pendek, termasuk
surat berharga komersial. Diperkirakan, hutang swasta yang jatuh tempo
rata-rata mencapai US$ 2,708 milyard per bulan, jumlah yang tentunya
sangat membebani neraca pembayaran hutang ini jugalah yang
menyebabkan kelangkaan Dollar.

4
4. Adanya kolusi antara Bank Indonesia dengan para pemilik Bank swasta
dalam hal pemberian dana segar kepada pemilik bank swasta yang
berlebih-lebihan tanpa memperhitungkan bank swasta itu sehat atau
tidak menambah meningkatnya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan.
5. Adanya pelarian modal investasi khususnya yang berasal dari dana
BLBI dalam bentuk US dollar oleh para konglomerat Indonesia ke luar
negeri juga menambah memperburuknya perekonomian Indonesia.

6. Menurunnya nilai mata-uang Asia terhadap US dollar sekitar bulan Juli


1997 sampai dengan bulan Desember 1997 seperti Baht Thayland, Won
Korea Selatan, Ringgit Malaysia, Peso Philippina, Dollar Taiwan,
Dollar Singapore, Rupee India, turut-serta secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap US dollar.

1.2 Krisis Ekonomi Periode ke II (Oktober 1999 s/d sekarang):

1. Pernyataan Presiden Abdurrahman Wahid bahwa apabila Memorandum


II dikeluarkan akan terjadi “pemberontakkan nasional” dan bahwa lima
daerah akan merdeka termasuk Madura, serta bangsa Indonesia akan
pecah apabila dirinya mengundurkan diri/berhenti sebagai Presiden.
Pernyataan ini menimbulkan rasa ketakutan dari para pelaku bisnis dan
masyarakat akibatnya nilai kurs rupiah terhadap US dollar menurun
tajam mendekati US $ 1 = Rp. 12.000,-

2. Pemerintah terkesan ragu-ragu memberantas KKN, khususnya kepada


para konglomerat penerima dana BLBI yang sampai sekarang belum
diambil tindakan-tindakan kepada Marimuntu Sinivasan (Group
Texmaco), Syamsul Nursalim dan Prajogo Pangestu. KKN belum
sepenuhnya diberantas dan malah sekarang terkesan tambah meningkat
dan menjamur.

3. Hasil Audit Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) terhadap penggunaan


APBN Tahun Angaran 2000. Lembaga ini menemukan penyelewengan
dana senilai Rp. 8,5 triliun dengan 925 penyimpangan. Dan pada tahun
anggaran sebelumnya ditemukan penyelewengan senilai Rp. 3,87 triliun
dengan 834 penyimpangan Yang lebih mengejutkan lagi dari Audit
BPK Tahun Anggaran 2000 penyimpangan di Sekretariat. Negara dan
Sekretariat Kepresidenan masing-masing sebesar 50,82 % dan 57,93 %.
5
Sementara di Departemen Kehakiman dan HAM sebesar 57,01 %. Ini
sungguh luar biasa. Lembaga-lembaga yang mestinya memberi contoh
efisiensi ternyata telah menjadi kampiun dalam penyimpangan uang
negara. (Sumber: Media Indonesia, 23 Februari 2001). Hal ini
menambah ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid.

4. Stabilitas politik dan keamanan yang tidak kondusif akibat hubungan


eksekutif dan legislatif memburuk, adanya gerakan-gerakan separatis
(GAM), OPM, Front Kedaulatan Maluku (RMS), konflik antar suku
masih berlanjut, kriminalitas melonjak, orang makin sadis, pro dan
kontra presiden Gus Dur kian sengit, hubungan dengan IMF tersendat,
investor berlarian ke negara lain, hal-hal ini lebih memperparah
keterpurukan perekonomian Indonesia.

5. Menurunnya legitimasi Pemerintahan Gus Dur.

6. Sejalan dengan makin tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu
tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi
pula. Hill (1999) menulis bahwa banyaknya pihak yang memiliki vested
interest dengan intrik-intrik politiknya yang menyebar ke mana-mana
telah menghambat atau menghalangi gerak pemerintah, untuk
mengambil tindakan tegas di tengah krisis. Jauh sebelum krisis terjadi,
investor asing dan pelaku bisnis yang bergerak di Indonesia selalu
mengeluhkan kurangnya transparansi, dan lemahnya perlindungan
maupun kepastian hukum. Persoalan ini sering dikaitkan dengan
tingginya “biaya siluman” yang harus dikeluarkan bila orang melakukan
kegiatan bisnis di sini. Anehnya, selama Indonesia menikmati economic
boom persepsi negatif tersebut tidak terlalu menghambat ekonomi
Indonesia. Akan tetapi begitu krisis menghantam, maka segala
kelemahan itu muncul menjadi penghalang bagi pemerintah untuk
mampu mengendalikan krisis. Masalah ini pulalah yang mengurangi
kemampuan kelembagaan pemerintah untuk bertindak cepat, adil, dan
efektif. Akhirnya semua itu berkembang menjadi “krisis kepercayaan”
yang ternyata menjadi penyebab paling utama dari segala masalah
ekonomi yang dihadapi pada waktu itu. Akibat krisis kepercayaan itu,

6
modal yang dibawa lari ke luar tidak kunjung kembali, apalagi modal
baru.

2. Usaha-usaha Mengatasi Krisis Ekonomi

1. Transparansi Pemerintah dalam konteks penggunaan Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara sangat diperlukan agar mendapat kepercayaan masyarakat.

2. Meningkatkan accountability pengelolaan sumber-sumber pendanaan termasuk


dana di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

3. Meningkatkan export non-migas dan membatasi habis-habisan import barang-


barang konsumtif termasuk mobil-mobil mewah yang sekarang ini malah
diijinkan untuk di import. Hal ini seyogyanya dilarang.

4. Pemerintah harus berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada


mata uang Rupiah dan kepercayaan kepada bank-bank swasta yang dikelola
dengan baik. Hal ini memang tidak mudah tetapi harus dimulai selangkah demi
selangkah.

5. Tabungan Nasional harus digalakkan dan semua pihak harus mengetatkan ikat
pingang khususnya kepada para pejabat Negara/pejabat Aparatur Pemerintah
agar mempunyai rasa keprihatinan atas situasi multi krisis yang dihadapi
bangsa dan Negara Indonesia dewasa ini. Hindarilah pemikiran mumpungisme
di kalangan para pejabat Pemerintah. Utamakanlah kepentingan bangsa dan
Negara daripada kepentingan pribadi atau golongan.

6. Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia seyogyanya memonitor dan


mengawasi secara ketat Bank-bank Swasta agar tidak melakukan kecurangan-
kecurangan dalam mengelola dana-dana yang diterima, baik dari Pemerintah
maupun dari Masyarakat.

7. Proyek-proyek pembangunan yang menyentuh kepentingan rakyat banyak


seperti pembangunan pabrik semen, pabrik textil, makanan, farmasi, listrik dan
telpon masuk desa, irigasi dan lain sebagainya agar terus dilanjutkan.

7
10. Untuk mengatasi masalah perbankan nasional, merger bank adalah jalan
terbaik. Kemelut yang dihadapi perbankan nasional saat ini lebih baik dihadapi
dengan merger daripada dengan penurunan rasio kecukupan modal (CAR =
Capital Adequate Ratio). Sebab apabila dilakukan pelanggaran CAR hanyalah
untuk kepentingan sesaat yang berakibat bank kurang kompetitif disamping
memunculkan spekulasi rekap kedua.

11. Peringatan IMF atas bahaya defisit APBN harus dicermati secara seksama.
Konsep Pemerintah untuk mengambil langkah-langkah dalam mengatasi defisit
APBN 2001 antara lain: Peningkatan PPh antara Rp. 20-30 T, Penarikan dana
perimbangan antara Rp. 10-20 T, Pencabutan subsidi BBM Rp. 5 T,
Penggenjotan pemasukan dari BUMN dan BPPN sebesar Rp. 33 T, dan
Penurunan porsi pembiayaan proyek pemerintah sebesar Rp. 19 T. Langkah-
langkah ini apabila berhasil dilakukan Pemerintah dapat menekan defisit
anggaran walaupun bersifat sementara.

12. Bank Indonesia dan bank-bank Pemerintah lainnya hendaknya selektif dan
ekstra hati-hati dalam menyalurkan kredit/penambahan modal kepada para
pengusaha/konglomerat. Apalagi kalau jelas-jelas diketahui bahwa para
pengusaha/konglomerat tersebut bermasalah dan diduga turut serta terlibat
dalam penyalahgunaan dana BLBI. Bank Indonesia/bank Pemerintah harus
bertanggung jawab atas penyaluran kredit. Apabila ada indikasi
penyalahgunaan kredit bank (kredit macet) maka ke dua pihak baik penyalur
maupun penerima kredit ke dua-duanya harus ditindak tegas sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.

13. Pemerintah hendaknya bertindak lebih tegas terhadap oknum-oknum pejabat


dan para pelaku bisnis apabila mereka terbukti melakukan korupsi terhadap
keuangan negara, pengadilan hendaknya tidak ragu-ragu memberikan hukuman
yang seberat-beratnya, termasuk hukuman seumur hidup atau hukuman mati
kepada para pelaku mega korupsi. Hukuman mati kepada pelaku mega korupsi
diperlukan sebagai shock terapi dalam mengatasi masalah korupsi yang
sekarang menjamur di Indonesia. Sumber dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan adalah diakibatkan karena pemerintah sampai saat ini belum
berhasil membersihkan KKN.

8
14. Seyogyanya Pemerintah RI dalam menyusun program pembangunan
perekonomian Indonesia selalu mengacu pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945. “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”
(Pasal 33 ayat (3) UUD 1945), dan bukan sebaliknya hanya untuk kepentingan
para pengusaha.

9
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab krisis ekonomi dan usaha-


usaha penanggulangannya dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab utama
adanya krisis ekonomi berkaitan erat dengan:
1. Instabilitas politik antara lain akibat adanya konflik antara lembaga
eksekutif (Presiden) dengan lembaga legislatif (DPR-RI), yang akhirnya
menimbulkan krisis konstitusi dan ketegangan politik di masyarakat luas.

2. Instabilitas keamanan antara lain akibat adanya konflik bernuansa SARA di


Ambon/ Maluku, Poso dan Sampit. Adanya gerakan separatisme GAM dan
OPM serta meningkatnya perbuatan kriminalitas yang makin sadis. Hal ini
sangat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.

3. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) adalah penyebab utama timbulnya


krisis ekonomi yang berkepanjangan. Sampai sekarang aparat Kejaksaan
Agung belum berhasil menuntaskan kasus korupsi penyalahgunaan dana
BLBI. Hasil pemeriksaan BPK tahun Anggaran 2000 di Departemen-
Departemen dan lembaga-lembaga pemerintah termasuk di Bank Indonesia
menunjukkan kecenderungan peningkatan penyalahgunaan penggunaan
keuangan negara oleh oknum-oknum Pejabat atau Aparatur Pemerintah.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://akbarprakoso.blogspot.com/2012/04/krisis-ekonomi-penyebab-dan-usaha.html

http://putracenter.net/2009/02/10/4-penyebab-krisis-ekonomi-indonesia-tahun-
1997-1998-apakah-akan-terulang-pada-krisis-ekonomi-sekarang/

http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/10/09/krisis-global-2011-
implikasi-terhadap-perekonomian-indonesia/
http://www.seasite.niu.edu/indonesian/Reformasi/Chronicle/Kompas/May19/krog
01.htm

11
12
13
11

14

Anda mungkin juga menyukai