Anda di halaman 1dari 10

Financial Case

Jiwasraya
Kelompok 2
I Gede Ary Raditya P 12010120410009
Baskara Bayu 12010120410043
Ernita Vania 12010120410076
Nila Masalikul M 12010119410071
Jiwasraya
Asuransi Jiwasraya merupakan perusahaan asuransi jiwa tertua di
Indonesia yang merupakan cikal bakal dari perusahaan asuransi jiwa
milik Belanda NILLMIJ van 1859, yang akhirnya dinasionalisasikan dan
menjadi milik negara pada tahun 1960. Setelah beberapa kali
mengalami perubahan nama, PT. Asuransi Jiwasraya (Persero)
merupakan satu-satunya perusahaan Asuransi Jiwa milik pemerintah
Republik Indonesia (BUMN) dan saat ini merupakan perusahaan
Asuransi Jiwa lokal terbesar di Indonesia.
Jiwasraya memiliki beragam produk baik individu maupun grup/kumpulan  dan selalu
mengalami perkembangan dan peningkatan, disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
masyarakat. Untuk memberikan layanan prima bagi pemegang polisnya, saat ini Jiwasraya
memiliki Kantor Pusat Bancassurance & Strategi Aliansi, Kantor Pusat Program Manfaat
Karyawan,  14 Kantor Wilayah, 71 Kantor Cabang, dan 494 Unit Kerja Area dengan dukungan 15
ribu agen diseluruh Indonesia.
Outline

01 Gejala Permasalahan

02 Akar Masalah

03 Solusi yang Ditawarkan


Akar Permasalahan

Jiwasraya menginvestasikan
dana yang di himpun dari
masyarakat di saham-saham
gorengan

Adanya dugaan praktek


korupsi di dalam Jiwasraya
Gejala Permasalahan

Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa


2006 Keuangan (OJK) menyatakan ekuitas
Jiwasraya tercatat negatif Rp3,29 triliun.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


memberikan opini disclaimer (tidak

2008 menyatakan pendapat) untuk laporan


keuangan 2006-2007 lantaran penyajian
informasi cadangan tidak dapat diyakini
kebenarannya

2010- Jiwasraya melanjutkan skema reasuransi dan


mencatatkan surplus sebesar Rp1,3 triliun pada
2012 akhir 2011 namun itu hanya keuntungan semu

Bapepam-LK memberikan izin produk JS

2012 Proteksi Plan Produk ini ikut menambah sakit


perseroan lantaran menawarkan bunga tinggi,
yakni 9% - 13%.
Gejala Permasalahan

Laporan keuangan Jiwasraya pada 2017


positif dengan raihan pendapatan premi dari
2017 produk JS Saving Plan mencapai Rp21 triliun.

Perseroan mengumumkan tidak dapat membayar


klaim polis jatuh tempo nasabah JS Saving Plan
sebesar Rp802 miliar. Pada November,
2018 pemegang saham menunjuk Hexana Tri
Sasongko sebagai Direktur Utama menggantikan
Asmawi Syam

2018 Aset perusahaan tercatat hanya sebesar Rp23,26


triliun, sedangkan kewajibannya mencapai
Rp50,5 triliun.

Penyidikan Kejagung terhadap kasus dugaan


2019 korupsi Jiwasraya menyebut ada pelanggaran
prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi. Jaksa
Agung ST Burhanuddin bahkan mengatakan
Jiwasraya banyak menempatkan 95 dana
investasi pada aset-aset berisiko
Solusi yang Ditawarkan

Reformasi ini perlu mencakup pengaturan,


pengawasan permodalan, transparansi laporan
keuangan, hingga terkait manajemen risiko.
Reformasi Industri Reformasi ini juga untuk menumbuhkan
Asuransi oleh OJK kembali kepercayaan nasabah akan perusahaan
asuransi.

Restrukturisasi Jiwasraya dengan


Restrukturisasi melakukan penerbitan utang oleh anak
usaha Jiwasraya Putra. Dana
restrukturisasi ini akan digunakan
membayar polis nasabah Jiwasraya.

OJK Bentuk Lembaga Pembentukan lembaga berkaca dari kasus


gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya yang
Penjamin Polis kemudian memunculkan banyak temuan
baru
Solusi yang Ditawarkan

Dengan adanya pembentukan holding ini


nantinya perusahaan akan mendapatkan
cashflow sekitar Rp1,5 sampai Rp2 triliun.
Pembentukan Holding Pembentukan holding BUMN asuransi ini jika
BUMN Asuransi ditarik waktu dengan tempo 4 tahun maka bisa
mendapatkan RP8 triliun.

dengan melepaskan aset-aset Jiwasraya


Melepas Aset Jiwasraya sehingga menambah keuangan perseroan
Solusi yang Ditawarkan

Teori Markowitz mengemukakan bahwa untuk


mengurangi resiko investasi dengan cara
melakukan diversivikasi saham. Dengan teori
Menerapkan Teori ini seharusnya Jiwasraya tidak hanya
menginvestasikan di saham-saham gorengan
Markowitz yang beresiko tinggi akan tetapi disaham yang
beresiko rendah.

Jiwasraya harus menganalisis secara


fundamental dan teknikal sebelum
Menerapkan Analisis menginvestasikan dana nasabah. Karena
Fundamental & Teknikal dengan melakukan analisis yang tepat
maka resiko dari berinvestasi di pasar
saham bisa diminimalkan.

Anda mungkin juga menyukai