Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anis Nur Sa’adah

Kelas : 2C

NIM : 3120203697

ANALISIS KASUS KORUPSI ASABRI

Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan delapan orang tersangka kasus dugaan


tindak pidana korupsi dalam pengelolaan keuangan dana investasi di PT Asabri (Persero) untuk
periode 2011-2019.Dugaan korupsi yang terjadi di perusahaan pengelola dana pensiun TNI
dan Polri ini sama halnya dengan yang terjadi pada PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang
masalahnya telah dirampungkan tahun lalu. Yakni manipulasi investasi dengan melibatkan
pihak-pihak yang bukan merupakan manajer investasi dan tidak menggunakan analisis dalam
penempatan dananya.

Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Kejagung, kasus ini bermula dari
adanya kesepakatan yang dibuat oleh manajemen Asabri periode 2011-2016 dan 2016-2020
dengan Benny Tjokrosaputro (BTS) alias Bentjok dan Heru HIdayat (HH) untuk mengatur dan
mengendalikan portofolio investasi Asabri dalam bentuk saham dan reksa dana. ARD yang
merupakan salah satu tersangka, sebelumnya adalah direktur utama Asabri periode 2011-2016
yang melakukan kesepakatan dengan Bentjok. Sedangkan direktur utama periode berikutnya,
SW, melakukan kesepakatan dengan Heru Hidayat. Namun sayangnya kesepakatan kedua
direksinya ini justru merugikan perusahaan dan malah menguntungkan kedua pihak eksternal
ini. Hal yang dilakukan selama periode tersebut adalah membeli atau menukar saham dalam
portofolio Asabri dengan saham-saham milik Heru, Bentjok dan satu pihak lainnya yakni LP
yang merupakan Direktur Utama PT Prima Jaringan. Untuk diketahui, ketiga orang ini bukan
merupakan konsultan investasi ataupun manajer investasi (MI).

Penempatan dana ke saham-saham milik ketiga pihak ini dilakukan dengan harga yang
telah dimanipulasi sehingga bernilai tinggi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa
kinerja portofolio investasi Asabri terlihat baik. Setelah saham-saham ini masuk sebagai
portofolio Asabri, kemudian ditransaksikan dan dikendalikan oleh ketiga orang tersebut.
Sebab, berdasarkan kesepakatan saham tersebut harus terlihat likuid dan bernilai tinggi,
padahal transaksi yang dilakukan hanya transaksi semu dan menguntungkan pihak Bentjok,
Heru dan LP dan merugikan Asabri.Kerugian Asabri ini disebabkan karena exit dari portofolio
tersebut, Asabri menjualnya dengan harga di bawah, alias harga yang lebih rendah ketika
perusahaan membeli saham tersebut. Untuk menghindari kerugian investasi Asabri, saham-
saham yang telah dilepas ini kemudian dibeli oleh ketiga pihak tersebut menggunakan
nominee. Lalu dibeli kembali oleh Asabri melalui reksa dana yang menggunakan saham-saham
ini sebagai aset dasarnya (underlying). Adapun reksa dana tersebut juga dibentuk oleh
manajemen investasi yang dikendalikan oleh tiga nama yang sama. Atas transaksi yang
berlangsung selama dua periode kepemimpinan tersebut, Asabri disebut telah menyebabkan
kerugian negara senilai Rp 23,73 triliun berdasarkan hasil audit dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).

Tersangka:

1. Mayjen (Purn) Adam Rachmat Damiri, mantan Direktur Utama PT Asabri periode
2011-Maret 2016;
2. Letjen (Purn) Sonny Widjaja, mantan Direktur Utama PT Asabri periode Maret 2016-
Juli 2020;
3. Ilham W. Siregar, Kepala Divisi Investasi PT Asabri periode Juli 2012-Januari 2017;
4. Bachtiar Effendi, eks Direktur Keuangan PT Asabri;
5. Hari Setiono, mantan Direktur Asabri periode 2013-2014 dan 2015-2019;
6. Lukman Purnomosidi, Direktur Utama PT Prima Jaringan;
7. Benny Tjokrosaputro, Direktur Utama PT Hanson International Tbk; dan
8. Heru Hidayat, Komisaris PT Trada Alam Minera Tbk.

Sanksi Yang diberikan:

Atas perbuatannya, para tersangka dikenakan pasal sangkaan primer yakni Pasal 2 ayat
(1) jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat
(1) ke 1 KUHP serta subsidair Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU
No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak pidana Korupsi .
SUMBER

Briantika, A. (2021). Tersangka Korupsi Asabri Juga Harus Dijerat Pidana Pencucian Uang.
https://tirto.id/tersangka-korupsi-asabri-juga-harus-dijerat-pidana-pencucian-uang-
f9WD. Diakses pada tanggal 24 September 2021

Wareza, M. (2021). Lebih Gede dari Jiwasraya, Ini Kronologis Mega Skandal Asabri.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20210202104725-17-220381/lebih-gede-dari-
jiwasraya-ini-kronologis-mega-skandal-asabri. Diakses pada tanggal 24 September
2021

Idris, M. (2021). Kompas.com. Ini Kronologi Korupsi Asabri yang Merugikan Negara Rp 23,7
Triliun.https://money.kompas.com/read/2021/02/03/030400326/ini-kronologi-
korupsi-asabri-yang-merugikan-negara-rp-23-7-triliun?page=all. Diakses pada tanggal
24 September 2021

Anda mungkin juga menyukai