Kepala Bidang Humas Polda Sulut Ajun Komisaris Besar Daniel Adare di Manado, Jumat
(28/9), mengatakan, penetapan tersangka Marlina hasil penyidikan hampir setahun petugas
tindak pidana korupsi Polres Bolaang Mongondow.
Sejumlah saksi mantan pejabat Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow menyebut nama
Marlina dalam kasus itu. ”Ada dugaan keterlibatan mantan bupati atas penyimpangan dana
TPAPD,” katanya.
Mursyid Potabuga, mantan Kepala Bagian Pemerintahan Desa Pemkab Bolaang Mongondow
yang diperiksa penyidik, mengatakan, ia mendapat instruksi dari Marlina untuk meminjam
dana Tunjangan Penghasilan Aparat Pemerintah Desa (TPAPD) Rp 1 miliar. Akibatnya
pembayaran tunjangan ke aparat desa triwulan III-2011 tidak berjalan.
Menurut Adare, kasus TPAPD menyeret Marlina melibatkan sembilan tersangka, sebagian
sedang dalam pemeriksaan di Pengadilan Tipikor Manado. Rabu lalu, Marlina menjadi saksi
kasus Mursyid. Dalam sidang, Marlina menyatakan tidak tahu soal kasus Mursyid. Atas
pertanyaan hakim, ia kerap mengatakan tidak tahu atau lupa.
Dia juga memastikan untuk sementara, penyidikan terhadap Ketua Pengadilan Tinggi
Sulawesi Utara hanya diarahkan pada kasus penyuapan yang dilakukan Anggota DPR
Aditiya Moha yang merupakan operasi tangkap tangan (OTT) KPK. Kasus dugaan suap
lainnya yang terjadi sebelum OTT menurutnya belum akan disidik oleh komisi antirasuah.
Sudiwardono diduga menerima suap sebesar 90.000 dolar Singapura agar dalam perkara
banding, bisa meringankan vonis sang mantan bupati. Adapun pembayaran suap diberikan
dalam dua termin yakni 60.000 dolar Singapura di Manado pada pertengahan Agustus 2017
serta 30.000 dolar Singapura sisanya, diberikan di Jakarta 6 Oktober 2017 sesaat sebelum
ditangkap tim KPK.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan penyidikan kasus korupsi yang melibatkan
Marlina Moha Siahaan dilakukan Polres Bolaang Mongondow dan disupervisi oleh KPK
sejak 2014. Berkat kerja sama itu, sejumlah pihak yang terlibat dalam kasus ini sudah
diproses di pengadilan tipikor.
“Enam diantaranya sudah dijatuhi putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Sementara itu, untuk mantan Bupati, Marlina Moha Siahaan. masih dalam proses banding
saat ini. Kasus ini telah menjadi perhatian bersama KPK-Polri agar dituntaskan,” katanya.
Pihaknya berharap semoga indikasi suap terhadap Kepala Pengadilan Tinggi Sulut tidak
membuat penanganan perkara ini berhenti, karena selain terdakwa Marlina, saat ini masih ada
satu perkara yang berada di tahap penyidikan terkait pihak peminjam dana Tunjangan
Pemerintah Desa.
“Berkasnya masih diteliti Kejaksaan dan Polri. Penanganan kasus ini termasuk salah satu
contoh dari cukup banyak perkara yang ditangani melalui pelaksanaan tugas koordinasi dan
supervisi KPK,” pungkasnya.
Marlina Moha Siahaan di jerat kasus korupsi Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintah
Desa (TPAD) Bolaang Mongondow, saat terdakwa menjabat sebagai Bupati Bolaang
Mongondow 2010, sebesar Rp. 1,2 miliar.
Terdakwa sebelumnya dijeratan Pasal 3 Undang undang Tipikor dan Pasal 6 Tindak Pidana
Pencucian Uang.
Sebaliknya karena terdakwa merasa dirinya tidak melakukan korupsi, maka melalui kuasa
hukumnya, akan melakukan banding. “Sebenarnya dana TPAD tidak bermasalah karena
sudah di salurkan ke pemerintah daerah” jelas Siahaan. Dengan demikian Ia bersama
pengacaranya akan naik banding.
Sidang putusan ini diketuai Majelis Hakim Sugiyanto SH, dengan hakim anggota, Halidja
Wally SH, MH dan Emma Ellyani SH, MH.*** (rhmd)
Marlina Moha Siahaan, yang saat ini duduk sebagai anggota DPRD Propinsi Sulawesi Utara,
Periode 2014-2019 dari Partai Golkar, dengan tenang mendengarkan putusan majelis hakim
Pengadilan Tipikor. Dalam amar putusannya, Bupati Bolmong 2 periode tersebut terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi Tunjangan
Penghasilan Aparat Pemerintahan Daerah atau TPAPD, APBD Kabupaten Bolmong TA
2010, sebesar Rp 1,250 miliyar.
”Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi dan
menjatuhkan pidana 5 tahun penjara dengan denda Rp. 200 juta,” kata Ketua Majelis Hakim,
Sugiyanto, saat membacakan amar putusan.
Oleh Majelis Hakim, MMS terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi sesuai dengan
dakwaan Pasal 2 ayat (1), jo Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Selain itu, Majelis Hakim yang beranggotakan Halidja Wally dan Emma Ellyani juga
meminta kepada MMS harus membayar uang pengganti kerugian Negara sebesar 1,250
Miliyar Rupiah dan jika tidak bisa membayar dalam kurun waktu satu bulan setelah putusan
ini, maka harta kekayaan terdakwa akan disita dan dilelang atau pidana selama 2 tahun
penjara.
“Jika aset yang disita tetap tidak bisa menutupi kerugian Negara, terdakwa dijatuhi hukuman
tambahan selama 2 tahun kurungan,” lanjut Sugiyanto.
Sementara itu, Marlina Moha Siahaan, mengatakan, dirinya masih pikir-pikir terhadap
putusan dari majelis hakim serta pasrah atas apa yang terjadi dirinya.
“ Sebagai warga negara yang baik tentu saya patuh dan taat pada proses persidangan, namun
dengan putusan saya akan pikir-pikir dulu serta menyerahkan proses ini kepada Allah SWT,”
kata Marlina Moha Siahaan.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) juga ikut menyatakan akan pikir-pikir dengan vonis tersebut.
Usai menjalani sidang, terpidana mantan Bupati Bolaang Mongondow, Marlina Moha
Siahaan, langsung dibawa aparat Kejaksaan ke Lembaga Pemasyarkatan Malendeng, Manado
untuk menjalani hukuman. (steven)
"Ia ( Marlina Moha Siahaan) diminta kehadirannya untuk melengkapi berkas penyidikan
AAM (Aditya Anugrah Moha)," ungkap Febri kepada wartawan, Selasa (17/10).
Selain itu, diperiksa juga Panitera Pengadilan Negeri Manado, Refly Herry Batubuaja dan
tenaga ahli DPR, Muhammad Zakir Sani.
Suap yang diberikan Aditya ke Sudiwardono untuk menyelamatkan Marlina dengan dua
tujuan, agar tidak dilakukan penahanan terhadap Marlina Moha dan untuk mempengaruhi
putusan banding.
Marlina Moha Siahaan divonis 5 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Manado terkait kasus
korupsi APBD. Ia adalah Bupati Bolaang Mongondow dua periode berturut-turut pada 2006-
2011 dan 2011-2016. (dody/Der)
Kasus Dugaan Korupsi Proyek Pasar Boltim
“Hasil gelar perkara soal penyelidikan proyek pasar, sudah naik ke tahap Sidik. Kalau
kemarin baru sebatas klarifikasi,” kata Kasat Reskrim Polres Bolmong AKP Hanny Lukas
Rabu 17 Me 2017
Meski pihaknya telah menerima dan menemukan bukti termasuk hasil pemeriksaan
dari BPK, namun kata Hanny, pihaknya tidak ingin terburu-buru. Sebab, penanganan kasus
korupsi mewajibkan kehati-hatian serta langkah cermat agar tidak ada kata mundur ketika
sudah masuk proses lanjut, seperti peningkatan status dari lidik ke sidik.
“Walaupun sudah ada datanya, tetap kita gelar (perkara) dulu. Dari gelar itu (penentuan)
naikkan ke sidik,” jelas Hanny.
Untuk naik status Sidik, dipastikan sudah ada yang ditetapkan sebagai tersangka. Sebab ada
indikasi perbuatan melawan hukum sehingga mengakibatkan timbulnya kerugian keuangan
negara.
Hal itu menjadi pijakan progresif dalam kasus yang ditangani. Secara normatif Hanny
menjelaskan, ketika kasus dinaikkan ke tahap penyidikan maka akan dilakukan pemeriksaan
kembali sejumlah saksi. Alasannya demi memperkuat dua alat bukti yang cukup untuk
penetapan pelaku perbuatan melawan hukum tersebut.
“Kalau sudah naik ke sidik, langsung tetapkan tersangka. (saksi-saksi) diperiksa kembali,
akan ada penetapan tersangka,” katanya.
Mantan Kasat Reskrim Polres Minahas Utara ini menjelaskan, mereka yang diperiksa
kembali yakni para bendahara, PPTK, tim majelis MPTGR serta pihak kontraktor .“Setelah
penetapan tersangka, langsung yang bersangkutan kita tahan,” tegasnya.
Kendati demikian, dalam proses penyelidikan terindikasi adanya ketida ksesuaian spesifikasi
dalam proyek. Ia mencontohkan pelaksanaan proyek tersebut selesai pada 2015 lalu namun
tidak ada upaya dari pihak ketiga untuk mengembalikan kerugian negara. Begitu juga dengan
pembayaran seratus persen kepada pihak ketiga, padahal volume kerja tidak sesuai.
Saat ini penyidik Unit Tipikor Satreskrim Polres Bolmong mematangkan penyelidikan kasus
proyek pembangunan pasar yang dikerjakan pada 2015 lalu itu. Penyelidikan dugaan korupsi
pada proyek pasar di Boltim ini telah memeriksa sejumlah nama, diantaranya pihak
kontraktor pemenang tender, KPA, dan PPA serta sejumlah pejabat teras lainnya.
Diketahui tender pembangunan proyek tiga pasar itu dengan anggaran 6 miliar lebih. Dimana
satu paket proyek dibanrol senilai 2 miliar lebih. Tiga kontraktor pasar itu yakni Merlin
Budiman, Irma Kunrade dan Jhoni Budiman.
https://elshinta.com/news/124067/2017/10/17/kpk-periksa-mantan-bupati-bolaang-mongondow-
terkait-suap-anaknya
https://www.indonesiablitz.com/2017/07/19/pengadilan-tipikor-manado-vonis-mantan-bupati-
bolmong-5-tahun-penjara/
https://www.cakrawala.co/2017/07/19/mantan-bupati-yang-juga-anggota-dprd-penjara-5-tahun-
kasus-korupsi/
http://kabar24.bisnis.com/read/20171009/16/697419/suap-hakim-penyidikan-belum-mengarah-ke-
mantan-bupati-bolaang-mongondow
http://nasional.kompas.com/read/2012/09/29/0536138/mantan.bupati.bolaang.mongondow.jadi.t
ersangka
http://www.tribunnews.com/regional/2017/09/27/divonis-penjara-5-tahun-karena-kasus-korupsi-
moha-ketahuan-berada-di-jakarta
http://video.metrotvnews.com/play/2017/07/20/731913/mantan-bupati-bolaang-mongondow-
divonis-5-tahun-penjara
http://totabuan.co/2017/05/kasus-dugaan-korupsi-proyek-pasar-boltim-dinaikkan-menjadi-sidik/