INFORMASI
Awalnya hanya berupa data mentah kemudian diproses melalui proses interpretasi yang
kemudian menghasilkan informasi yang dibutuhkan suatu entitas dan dalam hal ini entitas
tersebut adalah PT Garuda Indonesia. Permasalahan yang timbul dalam hubungan data dan
informasi pada kasus PT Garuda Indonesia adalah sistem baru Integrated Operation
Control System (IOCS) yang sejatinya digunakan untuk memantau pergerakan
pesawat, awak dan lalu lintas penerbangan tidak berjalan. Ternyata, problemnya di
jaringan. Tapi karena sistem tidak bisa diakses selama empat jam dan back up
system tak ada maka terjadi kerancuan data. Crew movement tidak masuk ke
sistem. Hal tersebut membuktikan bahwa proses interpretasi tidak berjalan dengan
semestinya karena terjadi kendala pada jaringan sehingga sistem tidak bisa diakses
dan tidak ada backup data maka terjadilah kerancuan data yang menimbulkan
hilangnya informasi.
Hampir sama dengan permasalahan pada hubungan data dan informasi, dalam
kasus PT Garuda Indonesia setelah sistem baru Integrated Operation Control
System (IOCS) tidak berjalan sesuai dengan semestinya dan
menimbulkan
sistem
PROSES
DATA
INFORMASI
INTERPRESTASI
MENTAH
tidak dapat diakses sehingga menimbulkan hilangnya informasi dan berakibat pada
munculnya permasalahan lebih lanjut pada pengambilan keputusan yang harus
diambil oleh manajer. Pada posisi seperti ini manajer dituntut jeli dalam mengambil
keputusan agar kerugian dapat ditekan. PT Garuda Indonesia sendiri melakukan
pembenahan. Keberangkatan pesawat sudah berangsur-angsur normal. Garuda juga
meminta maaf kepada seluruh penumpang. Garuda juga memberi opsi untuk
penumpang yang ingin membatalkan penerbangan dengan refund.
KURANGNYA PENGENDALIAN
18 November, sistem baru mulai mengambil alih sistem lama. Sistem lama
adalah 3 sistem yang saling berdiri sendiri terdiri dari sistem yang memonitor
pergerakan pesawat, sistem yang memonitor pergerakan para awak kabin, dan
sistem
yang
memonitor
jadwal
penerbangan.
Sistem baru yang diberi nama Integrated Operational Control (IOCS) menyatukan
ketiga sistem itu. IOCS hari itu menjadi main sistem, sementara sistem lama
menjadi back up. Semua berjalan normal dan tidak ada masalah.
19 November, sistem masih berjalan normal hingga muncul masalah pada
pukul 10.00 WIB. Saat itu, kedua sistem, baik sistem baru maupun sistem lama,
tidak bisa diakses selama kurang lebih 4 jam mulai pukul 10.00 WIB 13.00 WIB.
Karena kondisi ini, data dan perubahan baru tidak bisa dicatat ke dalam sistem
tersebut.
Masalah
mulai
muncul
namun
belum
terlalu
mengganggu.
20 November, masalah belum terlalu terasa karena jadwal penerbangan
telah dikirim beberapa hari sebelumnya. Namun karena perubahan baru tidak bisa
dicatat ke dalam sistem, akibatnya keberadaan kru, baik yang sedang off, stand by,
maupun
on
duty
tidak
tercatat
seluruhnya.
21 November, Garuda di puncak masalah, banyak sekali penerbangan yang
tidak bisa berangkat karena jadwal kru yang amburadul. Persoalan makin ruwet
karena di hari yang sama, Garuda mulai terbang lagi ke Yogyakarta. Saat itu,
banyak penumpang yang diinapkan karena tidak bisa terbang. Ratusan penumpang
marah-marah
di
sejumlah
bandara.
22 November, meski belum pulih, Garuda sudah mulai berbenah.
Keberangkatan pesawat sudah berangsur-angsur normal. Garuda juga meminta
maaf kepada seluruh penumpang. Garuda juga memberi opsi untuk penumpang
yang
ingin
membatalkan
penerbangan
dengan
refund.
Dilihat kronologis permasalahan, maka permasalahan integrasi sistem bisa terjadi
secara tidak serta merta. Masalah migrasi dari sistem lama ke sistem baru baru
muncul beberapa hari setelah hari H implementasi awal dilakukan. Kejanggalan
kecil hari ke 2 implementasi kurang diantisipasi secara sigap dan tuntas.
Dilihat kronologis permasalahan, maka permasalahan integrasi sistem bisa
terjadi secara tidak serta merta. Masalah migrasi dari sistem lama ke sistem baru
baru muncul beberapa hari setelah hari H implementasi awal dilakukan.
Kejanggalan kecil hari ke 2 implementasi kurang diantisipasi secara sigap dan
tuntas.