DaerahHukum &
KriminalLamongan 20:52 ,5 September 2018 Koran Memo
Kepala Seksi Pidana Umum Kejaksaan Negeri Lamongan Hari Soetopo diduga menghamili
Martha seorang mantan narapidana kasus penggelapan.
Jaksa Agung Muda Pengawasan Marwan Effendy menyebut adanya perbuatan menyimpang
yang dilakukan Hari.
"Laporannya sementara memang ada indikasi perbuatan yang menyimpang. Tapi kami belum
lihat hasilnya. Nanti kalau terbukti dia yang menghamili Marta. Ya mau tidak mau akan
diberhentikan," kata Marwan di Kejaksaan Agung, Kamis (24/11).
Marwan mengatakan status Hari masih jaksa aktif tapi untuk sementara tidak diberikan tugas
hingga proses pemeriksaannya selesai.
"Sejak dua hari lalu, saya perintahkan kepada Kajati untuk menarik (Hari) ke Kejaksaan
Tinggi Jawa Timur. Jadi ditarik dari Lamongan ke Jawa Timur," katanya.
Menurut Marwan pihaknya akan menyerahkan Hari ke Kepolisian jika hasil pemeriksaan
menyebutkan terjadi tindak pidana asusila.
Marwan mengatakan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur akan melakukan tes uji DNA terhadap
anaknya Marta. Hal itu dilakukan jika kesulitan menemukan bukti maupun saksi yang pernah
melihat Hari dan Marta di sebuah penginapan.
"Tapi kalau (Hari) akhirnya tidak terbukti, kami juga harus memperbaiki namanya. Jangan-
jangan karena difitnah terkait karena perkara ini. Memang rentan juga jaksa itu dalam
menangani perkara. Apalagi kalau terdakwanya cantik," jelas Marwan.
4. Kejaksaan Bidik Pokmas Penerima Bansos Sapi
Menurut keterangan yang diperoleh wartawan menyebutkan, dana Rp 500 juta itu turun pada
akhir Desember 2012 lalu. “Saya tahu persis berapa kali turunya dana dan bagaimana
pengadaannya,tentu tidak masuk akal termin pertama Rp 200 juta sudah bisa beli 62 sapi
sekaligus,uangnya siapa kalau tidak beli sapi bohong-bohongan ” ujar sumber terpercaya
yang enggan dikutip namanya.
Sementara kata sumber lagi, dana termin kedua dan ketiga tidak digunakan untuk pembelian
sama sekali. “Ini belum dana pakan atau konsentrat yang nilainya mencapai Rp 25 juta dan
anak kandang,juga tidak ada yang diberikan,”ujarnya seraya mengatakan tentu tidak ada
pencairan, diberikan kepada siapa kan penerima banyak yang tidak merawat sapi.
Yang menjengkelkan kata sumber, ketika penerima sapi yang ada didaftar nama
penerima,ketika dilakukan pengecekan ternyata sapinya milik orang lain yang telinganya
sudah di beri tanda kode marking.
Data yang diperoleh wartawan menyebutkan daftar penerima yang mendapatkan jatah sapi
lebih dari dua yakni, Sat,Kas,Suk, untuk nama yang terakhir menjabat sebagai Ketua.
Sementara Kas sebagai sekretaris kelompok,sedangkan Sat, seorang kerabat Kepala desa
Kedungkumpul Kecamatan Sarirejo.
Ditambahkan Joko, sekecil apapun nilai korupsi akan kita apresiasi apalagi terkait bantuan
kepada masyarakat.”Bantuan masyarakat jangan main-main, apalagi untuk kepentingan
pribadi, “ujarnya,Senin (21/1).
(nurqomar/sir)
5. Mainkan Biaya Dinas, Anggota DPRD Lamongan Masuk Bui
Penulis: M YakubPada: Rabu, 03 Feb 2016, 22:50 WIB NUSANTARA
Ilustrasi
KEJAKSAAN Negeri (Kejari) Lamongan, Jawa Timur menjebloskan dua anggota DPRD
Lamongan ke Lembaga Pemasyarakatan setempat, Rabu (3/2). Penahanan terhadap wakil rakyat
itu dilakukan setelah keduanya menjalani pemeriksaan sebagai tersangka sekitar 5 jam di kantor
Kejari Lamongan.
Keduanya, Sutardjo Syafe'i dan Nipbianto, terjerat kasus dugaan korupsi perjalanan dinas
(perdin) 2012 DPRD Lamongan senilai Rp4.2 miliar. Kepala Seksi Pidana Khusus Kejari
Lamongan, Edy Subhan membenarkan pihak Kejari Lamongan telah kedua anggota DPRD
Lamongan itu.
Menurut dia, penahanan terhadap keduanya dilakukan setelah menjalani pemeriksaan. “Ya,
keduanya langsung kita kirim ke tahanan," tegas Edy.
Edy mengakui, sebelum melakukan penahanan terhadap 2 anggota DPRD Lamongan ini,
lembaganya menerima surat penangguhan penahanan dari
pengacara tersangka. "Kami menghormati adanya surat permohonan penangguhan penahanan
dari pengacara," terangnya.
Penasehat hukum kedua tersangka, Agus Happy Fajariyanto membenarkan, kliennya kini ditahan.
Selama pemeriksaan, terang Agus, kliennya dicecar dengan lebih kurang 80 pertanyaan dengan
fokus utama peran yang disangkakan ke kliennya.
Beberapa waktu yang lalu Pengadilan Tipikor Surabaya juga menahan 3 eks anggota DPRD
Lamongan dan 1 orang rekanan dalam kasus dugaan korupsi Perjalanan Dinas (Perdin) tahun
2012. Ketiga orang yang telah lebih dahulu dijebloskan ke tahanan tersebut adalah Jimmy
Harianto, eks Ketua Komisi A, Fatchur, eks Ketua Komisi B dan Sulaiman, eks Ketua Komisi D
DPRD Lamongan serta Muniroh selaku rekanan penyedia jasa perjalanan dinas.
6. Modus Korupsi Dana BOS Kepala Kacab Dindik Jatim di Lamongan
Hukum Rabu, 9 Agustus 2017 | 21:51 WIB Jurnalis: Saiful Arief
Usai dilakukan pemeriksaan tertutup diruangan Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Lamongan.
Tersangka AS, mantan kepala Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Dinas Pendidikan Kecamatan
Ngimbang, Lamongan, langsung digiring ke mobil tahanan untuk dikirim ke Lembaga
Pemasyarakatan (LP).
AS ditahan karena telah melakukan dugaan korupsi pemotongan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), dan pemotongan dan Tunjangan Profesi Pendidik (Sertifikasi) serta
pemotongan dana gaji Guru.
“Tersangka sudah merugikan negara sebesar Rp 300 juta. Barang bukti kejaksaan sudah
lengkap dan kami langsung menahan tersangka, dan dikirim LP,” sebut Hery.
Hery juga menyatakan, saat ini kejaksaan masih menetapkan satu tersangka terkait dugaan
Kasus Korupsi di lingkup UPT yang ada di Lamongan.
“Kami baru menetapkan satu tersangka. Dan ada kemungkinan kami menangkap tersangka
lagi yang di UPT lainnya,” tegas Hery.
Tersangka saat ini dikenakan Pasal 12 Huruf E dan Pasal 11 Undang Undang Tindak Pidana
Korupsi dengan ancaman minimal 4 Tahun Penjara. (Fer)
8. Memeras Kades di Lamongan, Dua Anggota LSM Ditangkap
Eko Sudjarwo - detikNews
Foto:
Eko Sudjarwo
surya/hanif manshuri
Massa FSGM gelar demo dengan cara Istighosah dan tausiyah di depan PN Lamongan di jalan Veteran, Senin
(5/3/2018).
SURYA/HANIF MANSHURI
Tersangka Suryo Winardi, warga Dusun Ngasem Desa Lemahbang Kecamatan Ngimbang saat dilimpahkan ke
JPU Kejaksaan Negeri Lamongan, Kamis (16/8/2018).
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Hajar Anak, Istri, Saudara dan
Mertua Sendiri, Pria di Lamongan ini Malah Umbar
Senyuman, http://jatim.tribunnews.com/2018/08/16/hajar-anak-istri-saudara-dan-mertua-
sendiri-pria-di-lamongan-ini-malah-umbar-senyuman.
Penulis: Hanif Manshuri
Editor: Mujib Anwar
12. Lakukan Order Fiktif, Tiga Sopir "Tuyul" Taksi Online di Lamongan
Ditangkap Polisi
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lakukan Order Fiktif, Tiga Sopir
"Tuyul" Taksi Online di Lamongan Ditangkap
Polisi", https://regional.kompas.com/read/2018/03/29/19241521/lakukan-order-fiktif-tiga-
sopir-tuyul-taksi-online-di-lamongan-ditangkap.
Penulis : Kontributor Gresik, Hamzah Arfah
Editor : Erwin Hutapea
13. Berkedok Dukun, Janda Muda di Lamongan Perdayai Artis Dangdut
Eko Sudjarwo - detikNews
F
oto: Eko Sudjarwo
Informasi yang dihimpun detikcom, pelaku yakni janda berinisial NH (34) warga Desa
Sidodadi, Kecamatan Kota Lamongan.
"Tersangka NH mengaku sebagai peramal yang bisa membaca hati seseorang, serta dapat
menyelesaikan apapun permasalahan pengasihan, bahkan tersangka juga mengaku bisa
mengembalikan kekasih yang telah pergi dengan media kartu remi," kata Kapolres
Lamongan, AKBP Feby DP Hutagalung kepada wartawan di mapolres, Selasa (6/2/2018).
Menurut Feby, dengan menggunakan media kartu remi dan keris kecil yang terbuat dari
tembaga dan minyak wangi tertentu, tersangka meyakinkan dapat memenuhi dan
menyelesaikan permasalahan pengasihan yang menimpa korban.
"Sebagai imbalan, tersangka kemudian meminta sejumlah uang dengan alasan membeli
peralatan yang digunakan untuk ritual dan salah satu korbannya ada yang dimintai uang
hingga Rp 30 juta," ungkap Feby.
Feby menuturkan, terungkapnya dugaan penipuan yang dilakukan NH berawal saat petugas
mendapat laporan dari salah satu korbannya, penyanyi dangdut asal Desa Sungelebak,
Kecamatan Karanggeneng.
Dari hasil ritual sang dukun ini, korban diberi batu merah delima dan Rajah. Tapi, lanjut
Feby, setelah diberi merah delima dan rajah ini ternyata hubungan percintaan korban malah
putus dan tidak ada hasilnya sampai sekarang.
"Kejadian ini dilaporkan ke polisi dan akhirnya petugas berhasil mengamankan tersangka di
sebuah cafe di Lamongan," jelas Feby.
Setelah dilakukan pengembangan, lanjut Feby, ternyata ada korban lain yang terdeteksi dan
melapor ke polisi. Kini, tersangka pun harus menjalani proses hukum di kepolisian.
"Tersangka akan dijerat dengan pasal 378 KUHP dan atau 372 KUHP dengan ancaman 4
tahun kurungan penjara," tegas Feby.
(fat/fat)
14. Pekerja Asing di Lamongan Dirazia, Temukan 24 Kitas Kedaluwarsa
Eko Sudjarwo - detikNews
Pek
erja asing sedang didata (Foto: Eko Sudjarwo)
Lamongan - Tak ingin kecolongan keberadaan Tenaga Kerja Asing (TKA) di Lamongan,
Tim Pengawasan Orang Asing (Tim Pora) Lamongan kembali melakukan razia pekerja asing
di sejumlah perusahaan di Lamongan. Dalam razia kali ini, Tim Pora memusatkannya di
kawasan industri yang ada di wilayah pantura Lamongan.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, razia Tim Pora Lamongan ini dilakukan di
perusahaan galangan kapal, Lamongan Marine Industri (LMI), yang berada di Desa
Kemantren, Kecamatan Paciran. Dari razia ini, meski tak ditemukan adanya TKA ilegal,
namun setidaknya Tim Pora Lamongan menemukan 24 WNA yang Kartu Izin Tinggal
Terbatas (Kitas) nya kedaluwarsa.
Tim Pora Lamongan yang melakukan razia sendiri merupakan gabungan sejumlah petugas,
diantaranya Kesbangpol Linmas, Imigrasi Tanjung Perak Surabaya, Disnakertran,
Disdukcapil, Kejaksaan, Polres, dan Kodim 0812 Lamongan.
"Kedatangan Timpora sempat membuat para pekerja asing kaget, karena dirazia di tengah
jam kerja untuk memeriksa kelengkapan dokumen para TKA," tutur Anton kepada wartawan,
Selasa (5/9/2017).
Saat diperiksa, sambung Anton, para pekerja asing itu mampu menunjukkan kelengkapan
dokumen, sehingga tak satupun dari mereka yang diamankan. Usai diperiksa, kata Anton,
para pekerja ini diperkenankan untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Dari 24 tenaga asing yang kitasnya kedaluwarsa ini masih mengurus kitas di keimigrasian,"
terangnya.
Sementara itu, Kepala Kesbangpol Dalam razia yang dilakukan untuk mendeteksi sekaligus
menindak apabila ada pelanggaran imigrasi yang biasanya dilakukan oleh pekerja asing,
petugas gabungan memperoleh beberapa temuan. Sudjito menjelaskan, razia ini merupakan
operasi rutin pengawasan TKA yang bekerja di wilayah Lamongan.
Dikatakan Djito, berdasarkan data 31 Agustus lalu ada sekitar 24 TKA yang bekerja di LMI
yang masa berlaku kitas nya habis. "Sehingga kita pun perlu cek and croscek di lapangan,"
tuturnya.
Menurut Jito, setelah dilakukan pengecekan di lapangan, kitas mereka masih dalam proses
pengurusan di kantor imigrasi Tanjung Perak Surabaya. Razia kedua ini, lanjut Djito, juga
menyasar keberadaan tenaga pendamping TKI.
"Karena aturan dari ketenagakerjaan setiap TKA harus ada satu pendamping TKI-nya untuk
mentransfer keahliannya," jelasnya.
(iwd/iwd)
15. Ditangkap di Surabaya, Pengedar Ganja Lamongan Hendak Barter Pil
Koplo
Kamis :30 Agustus 2018 : 13:26:19
Editor: Arif ArdiantoNarendra Bakrie / Reporter:
jatimnow.com - Setelah berhasil menangkap 6 pemuda asal Lamongan yang masuk dalam
jaringan pengedar ganja. Unit Reskrim Polsek Wonocolo, Surabaya menemukan fakta
mengejutkan dari 2 tersangka yang ditangkap lebih dulu di Surabaya.
Dua tersangka yang ditangkap lebih dulu tersebut yaitu Faroid alias Bendol (20) warga
Dusun Beton, Desa Tritunggal, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan dan Amar Maruf
Wahyudi (21) warga Desa Sungelebak, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan.
"Keduanya kami sergap di Jalam Raya Menanggal, Surabaya dekat kantor Bank BNI saat
hendak bertransaksi," tutur Kanit Reskrim Polsek Wonocolo, Ipda Mujiani, Kamis
(30/8/2018).
Penangkapan itu dilakukan Selasa (21/8/2018) sekitar pukul 23.30 Wib. Bersama kedua
tersangka disita ganja kering siap edar seberat 2,68 gram yang dibungkus dengan koran
bekas.
"Setelah kami interogasi, terungkap mengapa mereka datang ke Surabaya," beber Muji.
Fakta yang terungkap yaitu, keduanya ke Surabaya ternyata hendak menemui seseorang
dengan maksud untuk barter (tukar barang dengan barang). Ganja yang mereka bawa ternyata
hendak ditukar dengan pil double L atau pil koplo.
Ganja seberat 2,68 gram yang mereka bawa dari Lamongan, akan ditukar dengan dua box pil
koplo yang berisi 200 butir.
"Mereka barter ganja dengan pil koplo bukan pertama kali ini saja. Tapi kami menduga sudah
lebih dari 5 kali," beber Muji.
Dari pengakuan kedua tersangka, pertama mereka melakukan barter di seputar Mal Cito.
Dimana ganja seberat itu ditukar dengan 1 box pil koplo (100 butir). Yang kedua, mereka
barter lagi di Jalan A Yani Surabaya dengan jumlah barter yang sama.
Setelah menangkap keduanya, Muji dan timnya akhirnya berhasil menangkap 4 pemuda lagi
di Lamongan. Keenam pemuda yang saat ini mendekam di sel tahanan Polsek Wonocolo
Surabaya tersebut, merupakan satu jaringan pengedar ganja yang selama ini beroperasi di
Lamongan.
"Kami juga tengah memburu pengedar pil koplo yang biasa melakukan barter dengan
tersangka," tandas Muji.
LAMONGAN – Tiga oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Lamongan
terancam dipecat. Pasalnya ketiga abdi negara tersebut terbukti melakukan tindak pidana
korupsi dan sudah menjalani proses hukum bahkan sudah mempunyai kekuatan hukum tetap
(inkracht). Ke-tiga oknum PNS tersebut antara lain, Rd (Mantan Camat Mantup), Khamim
dan Eddy Suryono.
Berdasarkan data yang diperoleh wartawan menyebutkan, Rd terlibat kasus pungutan liar
(Pungli) pengadaan sertifikat program Prona sebanyak 2000 pemohon di mana setiap
pemohonnya dikenakan biaya sebesar Rp 800 ribu, tetapi yang bersangkutan tidak bisa
mempertanggungjawabkan. Ia kemudian menjalani proses persidangan di Pengadilan Tipikor
Surabaya dan menjalani vonis kurungan selama 1,2 bulan dan sekarang sudah bebas.
Sementara Khamim dan Eddy Suryono, dua PNS Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan ini
terlibat kasus pungli penetapan Angka Kredit (PAK) guru pada tahun 2010-2013 dan diputus
oleh Pengadilan Tipikor selama 1 tahun penjara, kini masih proses banding. Keduanya
disangka melanggar pasal 5 ayat 2 UU Nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tipikor.
“Dalam UU ASN, jika PNS menyalahgunakan wewenang dalam jabatan dan kerugikan
negara dan melakukan tindak pidana korupsi, maka akan dipecat,” ujarnya.
Menurutnya, Undang-Undang Aparatur Sipil Negera (ASN) No. 5 Tahun 2014, resmi berlaku
setelah ditandatangani Presiden SBY, 15 Januari 2014 silam. Dengan berlakunya UU
tersebut, PNS yang terlibat korupsi dan penyagunaan wewenang akan dipecat.
Namun tambahnya, sanksi pemecatan hanya diberikan kepada PNS yang terlibat korupsi,
setelah adanya penetapan UU ASN. Sedangkan, bagi PNS yang terlibat korupsi dan terdapat
putusan tetap, dan menjalani sebelum UU ASN diberlakukan, maka tidak dapat dipecat.
Masih kata Yuhrunor,”UU ASN tidak berlaku surut, dan hanya berlaku setelah ditetapkan
hingga UU tersebut dicabut. “Jadi PNS yang terlibat penyalahgunaan wewenang dan korupsi,
sebelum adanya UU ASN, tidak bisa dipecat. Bagi mereka (Oknum PNS) yang terlibat
korupsi setelah adanya UU ASN, pastinya dipecat dan tidak bisa ditolerir. Ini perintah UU,”
jelasnya.
“Terkait adanya beberapa PNS yang tersandung perkara korupsi baik yang masih menjalani
proses hukum maupun yang sudah bebas, sudah pernah dibahas atau dirapatkan. “Karena
aturanya tegas dan harus ada pemecatan, kami tidak bisa berbuat banyak,tinggal menunggu
surat dari BKD setempat,” pungkas Yuhrunor.
Heru Kuswandi, warga Desa Wanar Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan mengaku,
dalam surat pemberitahuan yang dikirimkan Disdukcapil terdapat beberapa kekeliruan.
Antara lain, kesalahan penulisan tanggal lahir dirinya. “Selain itu, anak saya yang
sebelumnya sudah masuk Kartu Keluarga (KK), ternyata dalam surat pemberitahuan justru
tidak masuk,” ujarnya, Jumat (20/1/2012).
Menurut Heru, kesalahan tersebut ternyata tak hanya terjadi pada surat pemberitahuan
Disdukcapil yang ia terima. Di desanya, ada ratusan warga lain yang mengeluhkan hal
serupa. Dimana, kesalahan pada surat pemberitahuan itu bukan hanya untuk satu anggota
keluarga. “Rata-rata, setiap KK terdapat tiga hingga lima kesalahan penulisan untuk anggota
keluarga mereka.”
Hal yang sama diungkapkan Komari. Menurut dia, dari tiga anggota keluarganya, dua
diantaranya terdapat kekeliruan penulisan tanggal lahir. Padahal, dalam KK yang diterbitkan
Disdukcapil sebelumnya data yang ada sudah benar. “Bukankah yang menerbitkan KK
maupun surat pemberitahuan itu adalah Disdukcapil Lamongan. Mengapa bisa berbeda?,”
tanya pria asal Desa Kemlagigede Kecamatan Turi ini.
Menurut Komari, yang membuat warga geram bukan hanya soal kesalahan-kesalahan dalam
surat pemberitahuan tersebut. Akibat kesalahan itu, lanjut dia, warga harus mengisi formulir
perbaikan dengan menempelkan materai Rp 6 ribu. Padahal, dalam satu keluarga, jumlah
kesalahan rata-rata lebih dari satu anggota keluarga.
“Coba Anda hitung, jika dalam satu KK kesalahannya ada dua, maka mereka harus membeli
dua materai dengan harga Rp 12 ribu. Jika kesalahan ini merata di Kabupaten Lamongan,
sudah berapa kerugian warga Lamongan,” urainya. “Kesalahan ini kan murni dari
Disdukcapil Lamongan, mengapa warga yang harus menanggung akibatnya,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Disdukcapil Kabupaten Lamongan Mursyid saat dikonfirmasi melalui
Kabag Humas dan Protokol Pemkab Lamongan Anang Taufiq mengaku belum mengetahui
adanya polemik tersebut. Namun, ia berjanji bakal mengecek ke lapangan. “Saya belum tahu,
Mas. Biar saya cari informasi dan mengkonfirmasinya terlebih dahulu,” katanya.
HARUS BAYAR
Bukan hanya pengurusan KTP, hampir setiap blanko yang disediakan oleh kantor kepala desa
harus mengeluarkan uang. Memang, warga di desa Madulegi tidak pernah protes dengan
peristiwa ini. Namun, hamper setiap warga yang sempat saya tanyai mereka menceritakan
biaya pembuatan KTP, ada yang dikenai biaya 25rb, 30rb, 35rb, dan macem-macem.
Tergantung siapa yang mengurusnya.
(nurqomar/sir)
19. Bapak Setrum Anak Sudah 4 Tahun Lakukan Penyetruman
I
wan mengaku hanya sekali menyetrum, tapi polisi tak percaya itu (Foto: Eko
Sujarwo)
Lamongan - Iwan Kurniawan, pelaku penyetruman kepada anak dan istrinya, mengaku
hanya sekali melakukan perbuatannya itu. Namun istri Iwan menyangkal pengakuan itu.
Berapa kali Iwan melakukan penyetruman kepada anak dan istrinya?
"Tersangka mengaku hanya sekali melakukan perbuatan itu. Tetapi berdasarkan pengakuan
korban, aksi setrum ke istri dan anaknya ini sudah berlangsung lama, yaitu hampir 4 tahun,"
kata Kapolres Lamongan AKBP Feby DP Hutagalung kepada wartawan, Kamis (29/3/2018).
Dalam kurun waktu 4 tahun itu, kata Feby, korban tidak bisa memastikan jumlahnya. Yang
pasti, Iwan melakukan penyetruman saat emosinya sedang meluap-luap atau saat ia sedang
marah-marah.
"Berdasarkan pengakuan istri korban, ia sering disetrum kalau Iwan sedang marah-marah dan
selama 4 tahun memang kerap marah tanpa alasan yang jelas," kata Feby.
Rabu (28/3/2018) malam adalah puncaknya. Iwan yang merupakan PNS di Badan Pusat
Statistik (BPS) Lamongan menyetrum istri dan anaknya. Bahkan pria 41 tahun itu
menelanjangi anaknya sebelum disetrum.
Peristiwa Rabu malam itu menjadi pemicu istri Iwan untuk melaporkan kelakuan suaminya
ke polisi. Polisi pun merespon laporan itu dengan menangkap Iwan di tempat kerjanya.
20. 4 Siswa Jadi Tersangka Kasus Pengeroyokan Siswa MTS di Lamongan
Senin, 2 Mei 2016 14:55
shutterstock
Ilustrasi Aniaya
Penetapan 4 tersangka, yakni Na'im, Ega, Firman dan Budi setelah penyidik memeriksa
"Hanya saja para tersangka tidak harus ditahan. Meski sudah ditetapkan
Meski sudah ada tersangka, penyidik Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Senin hari ini
Pemeriksaan terhadap saksi itu sebagai tambahan keterangan saja. Para siswa tidak datang
Ditetapkannya 4 siswa sebagai tersangka karena ada bukti dan pengakuan telah menganiaya
korban.
Akibatnya korban terluka parah di bagian dalam organ tubuhnya dan harus dioperasi dengan
Ia selama ini memang sering dikompas dan dimintai uang oleh para pelaku.
Nah, pada kejadian terakhir, keempat kakak kelasnya itu kembali meminta uang, namun
korban menolak.
Sugio ini mengaku takut dengan perilaku para pelaku. Kalau minta uang dan tidak diberi,
Saat jam istirahat, korban langsung digelandang ke kelas yang sedang kosong karena semua
Ada teman korban, yakni saksi Zainal, Inarudin, Sahrul dan Doni diusir para pelaku untuk
keluar kelas.
Begitu para saksi keluar semua, korban diminta berdiri dengan kedua tangannya diangkat dan
Kemudian Firman dan Budi yang terus menghajar dengan menjadikan perut korban seperti
sansak petinju.
Ananda mengaku tidak pernah berani melawan para pelaku, karena mereka main keroyok dan
Yang jelas, dia sering menjadi korban tindakan kekerasan 4 teman kakak kelasnya itu, seperti
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul 4 Siswa Jadi Tersangka Kasus
Pengeroyokan Siswa MTS di Lamongan, http://surabaya.tribunnews.com/2016/05/02/4-
siswa-jadi-tersangka-kasus-pengeroyokan-siswa-mts-di-lamongan?page=2.
Penulis: Hanif Manshuri
Editor: Yoni
Artikel ini telah tayang di surya.co.iddengan judul 4 Siswa Jadi Tersangka Kasus
Pengeroyokan Siswa MTS di Lamongan, http://surabaya.tribunnews.com/2016/05/02/4-
siswa-jadi-tersangka-kasus-pengeroyokan-siswa-mts-di-lamongan.
Penulis: Hanif Manshuri
Editor: Yoni