Anda di halaman 1dari 8

KLIPPING

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PERAN LEMBAGA LEMBAGA PENEGAK
HUKUM

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 2
1. AZISAH HAERANI
2. ALFIANA HERLIN
3. A. NUNUNG NURFATIMA
4. ADNAN ADMA NEGARA
5. ANDI ASFIAN HARDIANTO

SMA NEGERI 23 BONE


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
LEMBAGA PENEGAK HUKUM KEPOLISIAN

Aksi Advokat Ini Hamburkan Uang 40 Juta di Depan Anggota Kepolisian Polsek Banyuwangi

Nanang Slamet, seorang pengacara di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menghamburkan uang Rp 40 juta di
halaman Mapolsek Kota Banyuwangi pada Senin (15/11/2021).

Di video berdurasi 2 menit 50 detik itu, terlihat Nanang memasuki halaman Mapolsek dan meneriakkan nama
Kanit Reskrim.

"Kanit reskrim keluar, saya pengen ketemu Kanit Reskrim," teriak Nanang, sambil mengacungkan tangannya ke
atas. Ia mengaku kecewa karena ada oknum polisi yang diduga membujuk kliennya agar tak menggunakan jasa
pengacaranya. Menurutnya kliennya terlibat masalah hukum yang ada di Polsek Banyuwangi dan ia ditunjuk
untuk menjadi kuasa hukum.

"Kita menurut Undang-Undang advokad adalah aparat penegak hukum yang sama. Saya tak terima selaku
advokat," kata Nanang. "Apa kurang gaji polisi dari negara. Ini ambil uang dari klien saya. Silahkan ambil,"
lanjut dia. Saat dikonfirmasi, Nanang membenarkan aksi yang ia lakukan. Karena kesal, Nanang membawa
uang Rp 40 juta ke Polsek Banyuwangi dan melemparkannya di halaman kantor polisi.

"Saya terima kuasa ya Rp 40 juta. Apa kurang gaji polisi sehingga intervensi seperti ini," kata dia. Nanang
mengaku tersinggung dengan perilaku oknum polisi. "Mohon maaf sebagai manusia biasa pengacara punya
rasa ketersinggungan, apalagi menyangkut marwah advokat," kata dia.

Aksi viral pengacara Nanang Slamet menghamburkan uang Rp 40 juta di Polsek Banyuwangi berakhir damai.
Kesepakatan damai dilakukan setelah Nanang bertemu dengan pihak Polresta Banyuwangi pada Senin
(15/11/2021) malam. "Hasilnya kebersamaan saling bersinergi, kemudian introspeksi diri dari yang
bersangkutan dan menjaga Kamtibmas sekarang," kata Kapolresta Banyuwangi AKBP Nasrun Pasaribu saat
dihubungi, Selasa (16/11/2021). Menurutnya, Nanang melakukan hal tersebut karena spontanitas dan ada
miskomunikasi.

"Spontanitas, miskomunikasi, bukan yang direncanakan. Namanya spontanitas mungkin kecewa. Padahal
harus dilihat dulu benar atau enggaknya," kata dia. Terkait tudingan Nanang yang menyebut ada oknum polisi
yang membujuk tak perlu pakai pengacara, Nasrun mengaku masih mendalami. "Masih proses, dari mereka
proses, dari kami proses. Intinya spontanitas. Masih pendalaman, kasus masih lidik, belum selesai dan masih
berjalan," kata dia.

Sementara itu saat dikonfirmasi, Nanang membenarkan jika ia melakukan hal tersebut sebagai bentuk ekspresi
luapan kekecewaanya. "Bentuk spontanitas saya karena mendengar suatu hal yang tidak mengenakkan.
Semalam kita sudah melakukan mediasi dan alhamdulilah disambut baik oleh jajaran Polresta Banyuwangi,"
kata Nanang. Terkait uang senilai Rp 40 juta tersebut, Nanang mengaku masih tersimpan di Polsek
Banyuwangi. "Kabarnya masih di Polsek kota. Saya tidak ambil," katanya.

Sumber : Kompas.com
LEMBAGA PENEGAK HUKUM MAHKAMAH KONSTITUSI

Mahkamah Konstitusi Nyatakan Pasal Pemblokiran Internet Konstitusional

Mahkamah Konstitusi (MK) menolak permohonan uji materi berkaitan kewenangan pemerintah memutus dan
memblokir konten internet yang diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik. Permohonan uji materi diajukan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
sebagai respons atas kebijakan pemerintah memutus akses internet di Papua saat aksi demonstrasi pada 2019.

"Amar putusan mengadili, menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya," kata Ketua MK Anwar Usman
dalam sidang putusan yang disiarkan di kanal YouTube MK, Rabu, 27 Oktober 2021.

Pemerintah melakukan pemblokiran internet di Papua dan Papua Barat berdasarkan Pasal 40 ayat 2 yang
berbunyi "Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat
penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik yang mengganggu ketertiban umum, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan".

MK menyatakan pemblokiran internet oleh pemerintah merupakan tindakan konstitusional. Mahkamah


menilai pemblokiran dan pemutusan internet, dalam konteks ini negara diwajibkan hadir untuk melindungi
kepentingan umum dari segala bentuk gangguan. Sebab adanya penyalahgunaan muatan dalam menggunakan
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik, sehingga dinilai tidak bertentangan dengan prinsip negara
hukum.

Pemohon mendalilkan pasal pemutusan akses internet UU ITE bertentangan dengan hak berkomunikasi dan
mendapat informasi seperti yang dilindungi UUD 1945. Namun, MK menyatakan dalil tidak beralasan menurut
hukum karena masih ada akses informasi kepada publik.

Mahkamah Konstitusi menolak dalil pemohon yang mempermasalahkan pasal 40 dalam UU ITE tersebut. MK
berpendapat ada mekanisme penyelesaian secara hukum melalui peradilan jika masyarakat merasa dirugikan.

Sumber : Tempo.com
LEMBAGA PENEGAK HUKUM MAHKAMAH AGUNG

Mahkamah Agung Tolak PK Bekas Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq.

Mahkamah Agung menolak permohonan Peninjauan Kembali (PK) bekas Presiden Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) Luthfi Hasan Ishaaq yang dijatuhi vonis 18 tahun penjara dalam perkara penerimaan suap pengurusan
kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian dan tindak pidana pencucian uang.

"Amar putusan: Tolak," demikian tertulis dalam laman Mahkamah Agung, Selasa, 16 November 2021. Vonis
peninjauan kembali tersebut diputuskan pada 15 November 2021 oleh majelis hakim Suhadi selaku ketua dan
Ansori serta Eddy Army sebagai anggota majelis hakim.

Dalam sidang perdana PK Luthfi Hasan pada 16 Desember 2020, kuasa hukum Luthfi, Sugiyono, meminta agar
kliennya yang sudah menjalani 7 tahun penjara dijatuhi putusan bebas atau keringanan dengan alasan
kekeliruan dan kekhilafan hakim.

Kekeliruan yang dimaksud Luthfi Hasan adalah putusan kasasi pada 15 September 2014 yang dijatuhkan oleh
majelis hakim kasasi Mahkamah Agung yang dipimpin oleh Ketua Kamar Pidana MA saat itu, Artidjo Alkostar
dan anggota majelis Hakim Agung M Askin dan MS Lumme. Majelis memutuskan untuk menambah vonis Luthfi
menjadi pidana penjara 18 tahun dan denda Rp1 miliar subsider 6 bulan kurungan ditambah dengan
pencabutan hak politik.

Kasasi tersebut lebih berat dibanding dengan putusan Pengadilan Tinggi pada 25 April 2014 yang hanya
memutuskan agar Luthfi dipidana selama 16 tahun penjara dengan denda Rp1 miliar subsider 6 bulan
kurungan dalam suap impor daging sapi. Sedangkan putusan pengadilan tingkat pertama, Luthfi Hasan Ishaaq
dijatuhi hukuman 16 tahun penjara ditambah denda Rp1 miliar diganti kurungan 1 tahun.

Sumber : Tempo.com
LEMBAGA PENEGAK HUKUM KEPOLISIAN

Tagar Percuma Lapor Polisi di Dunia Maya, Polri Sebut Kritikan untuk Maju

Polri menegaskan, tidak akan melakukan "perang" terkait munculnya hashtag atau tagar #PercumaLaporPolisi
dan #PolriSesuaiProsedur di dunia maya. Polri tidak melayani perang, dan menerima hal itu sebagai kritikan
untuk maju.

"Terkait tagar percuma lapor polisi, kita tidak pernah perang. Tugas pokok Polri diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 di Pasal 13, adalah melindungi, melayani, mengayomi masyarakat, menegakan
hukum. Tidak ada kita perang hashtag. Jadi kita tidak melayani perang. Kita akan melayani dengan tugas pokok
itu. Kalaupun dikatakan seperti itu, bagi kami adalah kritik untuk maju," ujar Kabag Penum Divisi Humas Polri
Kombes Pol Ahmad Ramadhan, di Mabes Polri, Rabu (13/10/2021).

Tagar percuma lapor polisi itu muncul setelah kasus dugaan pelecehan anak oleh ayahnya di Luwu Timur,
Sulawesi Selatan, dihentikan penyelidikannya. Hal itu kemudian ramai dibicarakan dan viral di media sosial.

Ramadhan menyampaikan, jawaban atas munculnya tagar itu adalah menunjukkan dan meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.

"Tentu jawabannya kita menunjukkan, meningkatkan pelayanan, meningkatkan perlindungan, meningkatkan


pengayoman kepada masyarakat, penegakan hukum secara profesional, transparan dan akuntabel,"
ungkapnya.

Menurut Ramadhan, hal itu dibuktikan Mabes Polri dengan menurunkan tim asistensi untuk membantu
penanganan dugaan pelecehan anak itu ke Polda Sulawesi Selatan.

"Kemarin sudah dijawab penghentian penyelidikan itu melalui proses. Tentu sebagai wujud pelayanan kepada
masyarakat, Polri menghormati, menghargai apa yang menjadi perhatian publik termasuk kasus ini. Itu telihat
bahwa Bareksrim menurunkan tim dari tanggal 9 Oktober, dan tangal 10 sudah mulai bekerja mendatangi
sumber-sumber yang bisa dipercaya, mendatangi korban, mendatangi pelapor, mendatangi yang diduga
pelaku, mendatangi dokter yang mengeluarkan visum et repertum," katanya.
Selain itu, Polri juga merespons kasus dugaan penganiayaan terhadap seorang perempuan yang berprofesi
sebagai pedagang, namun malah ditetapkan sebagai tersangka, di Pasar Gambir, Percut Sei Tuan, Deli Serdang,
Sumatera Utara. Kasus ini pun mendapat sorotan dari masyarakat.

"Tentu ketika ada kesalahan, ada pelanggaran, maka Polri akan dengan tegas melakukan tindakan. Seperti pak
Kadiv Humas mengatakan Kanit Reskrim Polsek Percut Sei Tuan dicopot. Jadi kita bukan perang hashtag. Kita
menjawabnya dengan tupoksi kita," tandasnya.

Sumber : beritasatu.com
LEMBAGA PENEGAK HUKUM PENGADILAN MILITER

TNI Pemukul Petugas SPBU Akan Diseret ke Peradilan Militer

Jakarta, CNN Indonesia -- Oknum prajurit TNI dari Koramil 1603-04/Kewapante Pelda Joaquim Parera memukul
petugas stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) di Waipare Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Komandan Distrik Militer (Dandim) 1603 Sikka, Letnan Kolonel Inf M. Zulnaendra Utama menyatakan oknum
tersebut akan diproses secara hukum.

Dia mengatakan perilaku dan tindak kekerasan yang dilakukan bawahannya itu masuk ranah pidana dan telah
merugikan reputasi TNI Angakatan Darat.

"Ini merupakan tindak pidana yang merugikan TNI AD," kata Zulnaendra kepada CNNIndonesia.com saat
dihubungi melalui pesan singkat, Kamis (27/5).

Zulnaendra mengatakan kesepakatan damai telah ditempuh saat oknum tersebut melakukan mediasi dengan
korban dan keluarganya di Koramil 1603-04/Kewapante. Namun hal ini tak akan menghentikan proses hukum
sampai sidang peradilan militer.

Pihaknya memastikan akan menindak tegas oknum tersebut. Danrem 161/Wira Sakti Brigjen TNI Legowo W.R.
Jatmiko juga telah memerintahkan agar yang bersangkutan diproses secara hukum.

"Beliau sudah ambil tindakan tegas dengan memerintahkan Dandenpom Kupang untuk memproses Pelda
Yoaquim Parera sesuai ketentuan hukum yang berlaku di TNI," kata Zulnaendra.

Proses hukum itu akan dikawal langsung oleh Korem 161/WS, Kodam IX/Udayana maupun Mabes TNI
Angkatan Darat. Pengawalan akan dilakukan hingga proses persidangan selesai.

Dia mengatakan proses hukum ini sebagai bukti TNI tidak akan pernah membiarkan anggotanya yang berbuat
salah, bahkan merugikan masyarakat dan instansinya.

"Kita tidak pernah main-main memproses oknum TNI AD yang berbuat salah," kata dia.

Sumber : cnn.com

Anda mungkin juga menyukai