Anda di halaman 1dari 27

PROSES PENYIDIKAN TERHADAP PELAKU TINDAK

PIDANA PENCETAKAN DAN PEREDARAN UANG PALSU


(STUDI DI POLRES SERDANG BEDAGAI SUMATERA
UTARA)

Viona Salsabila Putri


Fakultas Syariah, Program Studi Hukum Pidana Islam
UIN Syech M Djamil Djambek Bukittinggi
vnslp11@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukandi Polres Serdang Bedagai


JL. Firdaus , Kec. Sei Rampah, Kab. Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif dengan pendekatan yuridis sosiologis (empiris)
yang diambil dari data primer dengan melakukan
wawancarwa dan data sekunder dengan mengolah data
dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
dan bahan hukum tersier.
Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa
cara yang paling umum untuk memeriksa pelaku tindak
pidana pencetakan dan peredaran uang palsu telah
dilaksanakan sesuai dengan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) yaitu mendapatkan
laporan, mengarahkan penyelidikan, menangkap dan
pemeriksaan tersangka atau sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 ayat (2) KUHAP. Hambatan dan upaya
yang dilakukan oleh para ahli untuk mengatasi tindak
pidana pencetakan dan peredaran uang palsu dengan
dua cara, yaitu tindakan pencegahan dan pengendalian
sosial.

Kata Kunci :Proses Penyidikan, Tindak Pidana, Pencetak


Dan Pengedaran Uang Palsu.

PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Proses Penyidikan Terhadap Pelaku Kesalahan
Pencetakan dan Peredan Uang Palsu
Hasil Wawancara dari pertemuan dengan
bapak Aiptu Darman Sembiring sebagai penyidik
kepolisian polres serdang bedagai, pemeriksaan
terhadap pelaku pencetakan dan pengedaran uang
palsu dilakukan sesuai KUHAP, mendapatkan
laporan, melakukan penyelidikan, penangkapan dan
penyidikan terhadap tersangka dan telah sesuai
dengan Pasal 1 angka 2 KUHAPyang menjelaskan
bahwa: Penyidik adalah serangkaian dari kegiatan
penyidikan dalam hal dan sesuai dengan strategi
yang diatur dalam Undang Undang ini untuk mencari
dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
dapat menjelaskan tentang suatu perbuatan
melanggar hukum dan untuk dijadikan tersangka.
(Aiptu Darman Sembiring Wawancara 29 Juli 2022)
Dalam penyidikan para pelaku pencetakan
dan peredaran uang palsu, polisi berperan penting
dalam pemegakkan hukum di Indonesia dan
menangkap semua pelaku tindakan yang
berhubungan dengan tindak pidana, serta tindakan
yang mengabaikan pedoman hukum yang telah
diselesaikan berdasarkan undang undang tersebut.
Bagaimanapun, pemeriksa pada akhirnya akan
memanfaatkan hasil yang telah diperoleh untuk
membantu mendakwa tergugat di pengadilan.
Meskipun demikian, jelas itu tidak dapat dilakukan
sendirian. (Aiptu DarmanSembiring, Wawancara 29
Juli 2022)
Manfaat pemeriksaan bergantung pada tata
cara yang dilakukan. Penyidikan yang layak yang
telah diadili oleh hukum pembuktian sesuai undang-
unUNDANG-UNNGng, akan sangat berguna bagi hasil
di kepolisian. Dalam situasi khusus ini, penguatan
hubungan antara polisi dan pemeriksa di bidang
penyidikan menjadi penting. Untuk hal ini KUHAP
telah mengenal pemeriksa dan agen, mengingat
menurut KUHAP spesialis hanya diatur dalam Pasal 4
KUHAP, sedangkan penyidik selain Polisi Negara juga
ada penyidik yang berbeda, khususnya penyidik
pembantu dan penyidik pegawai pemerintah.
9oUntuk situasi ini, Polres Serdang Bedagai
telah menangkap tiga orang tersangka yang diduga
sebagai pelaku pencetakan dan pembuatan uang
palsu saat melakukan aktivitasnya di Jl. Karya Jaya,
Kel . Gedung Johor, Kec . Medan Johor. Sejak
awalnya, pengungkapan peredaran uang palsu
dimulai ketika tersangka memainkan permainan di
acara itu. Sorak sorai para peserta pameran
membuat para tamu ikut serta dalam pengejaran
hingga ketiga tersangka berhasil ditangkap.
Kapolres Serdang Bedagai , AKBP Dr. Ali
Macfud ,. SIK, MIK menjelaskan bahwa penangkapan
itu bergantung pada data yang didapatnya, bahwa
ada tersangka penyebarluasan uang palsu, yang
didapat warga sekitar. Tahapan-tahapan proses yang
diselesaikan oleh Penyidik Polres Serdang Bedagai
dalam menjalankan kewajibannya menangkap para
pelaku tindak pidanapencetakan dan peredaran
uang palsu untuk penegakan hukum di Indonesia.
Berkenaan dengan pengaturan pidana di
Indonesia, KUHAP tidak memberikan pengertian
mengenai ahli, tetapi memberikan pengertian
master statement. Pasal 1 angka 28 KUHAP
menyatakan: bahwa pernyataan ahli adalah data
yang diberikan oleh seseorang yang memiliki
keahlian luar biasa dalam hal-hal yang diharapkan
untuk mengecilkan suatu kasus kejahatan dengan
tujuan akhir penilaian. (Eddy O.S. Hiariej , 2012, 63)
Bank Indonesia berperan penting dalam
menentukan keabsahan uang tunai dalam
pemeriksaan yang telah diteliti untuk mengetahui
siapa tersangka yang sebenarnya.(Aiptu Darman
Sembiring, Wawancara 29 Juli 2022)
Penggandaan uang tunai dilakukan melalui
pemalsuan. Peniruan uang tunai adalah tindak
pidana pemalsuan dengan cara memproduksi atau
meniru sebuah dokumen secara keseluruhan. Para
pelaku berusaha membuat hasil dari pemalsuan
uang menjadi serupa dengan yang aslinya. Namun,
karena uang kertas memiliki tingkat keamanan yang
lebih tinggi dan mahal, uang palsu biasanya
kualitasnya jauh lebih rendah .
Bank Indonesia merupakan badan utama
yang berwenang untuk mengalirkan uang rupiah
kepada masyarakat luas. Dan itu menyiratkan bahwa
tidak ada perusahaan atau orang lain yang memiliki
pilihan untuk mengedarkan uang rupiah yang telah
dibuat. Banyaknya pelaku kejahatan pencetakan dan
peredaran uang palsu di Indonesia disebabkan oleh
banyak variabel, salah satunya adalah faktor
keuangan yang sangat rendah dari kelas pekerja
lokal. (Wawancara Aiptu Darman Sembiring 29 Juli
2022)
Jadi ini dimanfaatkan oleh segolongan orang
yang sembrono untuk memberikan tanggung jawab
kepada orang yang mempunyai masalah keuangan.
Pembuatan uang palsu, aturan dan penolakan
sehubungan dengan pembuatan uang tunaiRupiah
palsu telah diatur dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-
Undang tentang Standar Moneter dimana telah
dimaklumi bahwa setiap orang dilarang memalsukan
uang tunai.
Sebagaimana disebutkan belakangan ini,
produksi dan peredaran uang rupiah merupakan
kewenangan Bank Indonesia mengingat Pasal 11
ayat (3) PP No. 7 Tahun 2011 tentang Uang Tunai,
hal ini dimaksudkan bahwa dalam hal terdapat
badan atau orang yang berbeda yang membuat,
mengedarkan uang rupiah, maka uang rupiah
tersebut adalah uang palsu. Demikian pula
ditegaskan dalam Pasal 1 angka (9) Undang-Undang
tentang Mata Uang yang menyatakan bahwa Rupiah
Palsu adalah suatu barang yang bahan, ukuran, jenis,
gambar, dan susunannya menyerupai Rupiah yang
dibuat, dibentuk, dicetak, disalin, dialirkan, atau
digunakan untuk pembayaran yang tidak sah.
Sedangkan dalam Pasal 36 untuk perbuatan-
perbuatan termasuk pemalsuan Rupiah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1), dipidana dengan
pidana kurungan paling berat 10 (satu dekade) dan
denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah), benar-benar menyimpan dalam segala
hal yang diketahuinya sebagai uang Izin tersebut
diperluas dengan pidana kurungan paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) untuk
demonstrasi mengedarkan dan menggunakan Uang
Rupiah yang diketahuinya sebagai Uang Rupiah Palsu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3),
membawa atau membawa uang Rupiah palsu ke
dalam atau ke luar Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3).
Sesuai Pasal 16 ayat (1), bahwa untuk
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 dan Pasal 14 di bidang hukum acara pidana,
Kepolisian Negara Republik Indonesia disetujui
untuk:
a. Melakukan penangkapan, penahanan,
penggeledahan dan penyitaan.
b. Melarang siapa pun meninggalkan atau
memasuki lokasi perkara dengan tujuan akhir
pemeriksaan.
c. Membawa dan berdiri untuk individu kepada
penyidik dalam pengerahan tenaga yang
berwawasan luas.
d. Hentikan tersangka dan tanyakan dan lihatlah
bukti yang dapat dikenali.
e. Melakukan penyidikan dan penyitaan surat.
f. Memanggil individu untuk dianalisa sebagai
tersangka atau saksi.
g. Membawa diperlukan dalam penilaian spesialis
kasus tersebut.
h. Untuk mengakhiri pemeriksaan.
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penyidik
umum.
j. Kirim permintaan langsung ke petugas
pergerakan yang disetujui di tempat yang
ditunjuk migrasi dalam kondisi yang serius atau
tidak terduga untuk mencegah individu yang
terkait dengan melakukan kesalahan.
k. Memberikan petunjuk dan bantuan pemeriksaan
kepada ahli PNS dan mendapatkan akibat
pemeriksaan oleh agen pegawai pemerintah
untuk diserahkan kepada penyidik umum.
l. Melakukan kegiatan lain yang dapat diandalkan
secara sah.(Andi Muhammad Sofyan dan Abd.
Aziz, 2014, 87)

B. Pencetakan dan Pengedaran Uang Palsu dalam


Hukum Pidana Islam
Dalam peraturan hukum Islam, pengedaran
uang palsu masih belum ditegaskan dalam Al-Qur'an
dan Hadits untuk dikenakan sanksi. Dengan
demikian, dalam aturan pidana Islam aliran uang
palsu dikenakan untuk jarimah ta'zir. Karena dalam
Islam tindak pidana pengedaran uang palsu dapat
digolongkan sebagai pemerasan yang dilakukan oleh
seorang penjahat. Sesuai peraturan pidana Islam,
setiap orang yang menyalahgunakan uang negara
atau uang asing, atau mengalirkan uang palsu,
sementara ia menyadari bahwa itu tidak
diperbolehkan, akan dikenakan penahanan termasuk
membayar denda yang jumlahnya sepenuhnya
diselesaikan oleh hakim (Abdurrahman Al- Maliki,
2002, 298)
Dalam Islam ada istilah gharar, yaitu
kekaburan, tipu muslihat atau kegiatan yang
bermaksud menyakiti perkumpulan yang berbeda.
Dalam istilah fiqh, gharar melibatkan ketidaktahuan
akan hasil suatu perkara, peristiwa dalam pertukaran
atau pertukaran perdagangan, atau ketidakpastian
antara yang besar dan yang mengerikan. Ibnu
Tamiyah berpendapat bahwa haramnya jual beli
gharar tergantung pada larangan Allah mengambil
harta/kebebasan orang lain dengan cara yang tidak
halal (bathil), mengingat dalam gharar terdapat
unsur memakan harta orang lain. properti dengan
cara yang menyesatkan. (Nadratuzzanam Horsen,
2009, 54)
Karena jalannya uang palsu juga
diperintahkan sebagai demonstrasi pelanggar
hukum. Persetujuan atau pembalasan yang dapat
diberikan kepada penipu sebagaimana Allah
berfirman dalam Q.S Asy- Syura bagian 40 yang
mengandung makna:
“Dan balasan suatu kejahatan adalah
kejahatan yang serupa. Barangsiapa memaafkan
dan berbuat baik maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang zalim”
Ayat tersebut menyatakan bahwa ada tiga
derajat penghitung:
1. Adil, yaitu mengganti kejahatan dengan
kejahatan yang serupa, tanpa menambah atau
mengurangi. Misalnya, roh diganti dengan roh,
pelengkap dengan pelengkap serupa, dan
properti diganti dengan sesuatu yang serupa.
2. Kehormatan, khususnya memaafkan individu
yang berbuat jahat kepadanya dengan anggapan
bahwa ada perbaikan bagi individu yang berbuat
jahat. Absolution berharap untuk meningkatkan
dan menciptakan keuntungan yang luar biasa.
Jika seseorang tidak pantas untuk dimaafkan dan
keuntungan yang menurut syariat menuntut
disiplin, maka, pada saat itu, dalam kondisi ini
tidak disyariatkan untuk diampuni.
3. Zalim, khususnya melakukan kejahatan terhadap
individu dan mengganti orang yang melakukan
kejahatan dengan pembalasan yang melebihi
kesalahan mereka.
Dalam hukum pidana Islam, persetujuan yang
diterapkan oleh majelis hakim adalah sebagai sanksi
ta'zir yang berkaitan dengan otonomi seseorang.
Dalam persetujuan ini ada dua hukuman,
khususnya penahanan dan pengasingan. Ada dua
macam hukuman penjara, yang pertama adalah
hukuman penjara terbatas dengan batasan paling
sedikit satu hari di penjara dan untuk cutoff yang
paling penting para peneliti memiliki berbagai
sentimen. Kemudian yang kedua, hukuman penjara
tidak dibatasi, telah disepakati bahwa disiplin ini
tidak diatur dalam waktu tetapi berlangsung sampai
individu tersebut dihukum mati atau meminta maaf
dan kembali menjadi individu yang baik. (M. Nurul
Irfan dan Musyarfah, 2013, 180)

C. Hambatan dan Upaya Yang Dilakukan Penyidik


Untuk Mengatasi Tindak Pidana Pencetakan dan
Peredaran Uang Palsu
Dari berbagai kasus pelanggar hukum, pelaku
mencetak dan mengalirkan uang palsu, hukuman
yang dikenakan kepada pelakunya sesuai dengan
peraturan yang berlaku cukup rendah, meskipun
harus dipahami bahwa pelanggaran terhadap printer
dan pemalsuan uang tampaknya terjadi. pada
umumnya perbuatan salah yang sifatnya tidak bebas
melainkan merupakan perbuatan salah yang efisien,
bahkan dapat dibayangkan bahwa perbuatan salah
itu bersifat sementara. untuk lebih spesifik,
pemalsuan standar moneter pada umumnya
dilakukan oleh residivis yang serius, yang mungkin
dengan alasan bahwa hukuman yang dipaksakan
untuk pelakunya sangat ringan.
Pemalsuan uang tunai membutuhkan proses
yang benar-benar kacau, dengan cara ini umumnya
para pelaku kesalahan pencetakan dan penggandaan
uang palsu dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
kemampuan luar biasa. (Wawancara Aiptu Darman
Sembiring 29 Juli 2022)
Berdasarkan hasil penelitian wawancara di
Polsek Serdang Bedagai, diketahui bahwa variabel
yang mempengaruhi penanganan kasus
pidanapencetakan dan pengedaran uang palsu
hanya sedikit. Maka kendala yang muncul dalam
pelunasan yang sah dari kesalahan pencetakan dan
mengalirnya uang palsu antara lain: (Wawancara
Aiptu Darman Sembiring 29 Juli 2022)
1) Kelompok masyarakat kurang membantu dalam
menjawab kesalahan uang palsu. Kekeliruan atau
kesalahan uang palsu umumnya menggemparkan
dan membuat panik masyarakat pada umumnya,
apalagi jika diketahui bahwa para pelaku
kesalahan ini telah menggunakan berbagai alat
mekanis yang semakin kompleks, pandangan dan
perilaku masyarakat setempat tidak membantu
dalam menjawab kesalahan tersebut. uang palsu
karena pemahaman bahwa sulit untuk mengenali
uang palsu dan uang asli, tanpa menggunakan
perangkat lokasi atau lampu sorot yang terang
atau keengganan terhadap kualitas aktual yang
kurang diperhatikan oleh masyarakat umum.
2) Kurangnya partisipasi daerah setempat dengan
polisi. Pola saat ini menunjukkan bahwa
masyarakat yang selamat dari pelanggaran uang
palsu berkali-kali resah dengan gerakan
penegakan hukum terhadap korban yang
mengalaminya.
3) Korban tindak pidana penyalahgunaan uang
palsu tidak melapor. Untuk situasi ini, tidak
terlaporkan atau selamat alami dari kesalahan
uang palsu menyebabkan pelakunya tidak ditolak
atas dampak kesalahan uang palsu yang telah
dilakukan oleh orang yang bersangkutan.
4) Variabel ekonomi, yang menjadi cikal bakal
penyebaran uang palsu secara lokal, khususnya
individu dengan pusat perekonomian dan
rendahnya pelatihan. Mengingat sekolah rendah
ini, semua orang menjadi tidak tahu tentang
hukum. Sehingga ada banyak peluang untuk
melakukan kesalahan pencetakan dan
mengalirkan uang palsu tanpa mengetahui
hasilnya. Selain itu, kehidupan yang semakin
meningkat disertai dengan meningkatnya biaya
setiap kebutuhan yang membuat banyak orang
mencari keuntungan dengan menggunakan uang
palsu.
5) Variabel Lingkungan, unsur-unsur ini juga dapat
mempengaruhi individu untuk melakukan
demonstrasi kriminal pencetakan dan peredaran
uang palsu. Individu yang bermitra dengan
pelanggar hukum, akan terus-menerus
melakukan kejahatan. Sedangkan individu yang
tidak memiliki sifat menjijikkan, namun hidup
dalam iklim yang buruk individu akan terkena
imbasnya dan akan melakukan pelanggaran,
salah satunya dengan melakukan kesalahan
pencetakan dan peredaran uang palsu.

Demikian pula, upaya untuk mengalahkan


tindak pidana terhadap para pelaku pencetakan dan
pembuatan uang palsu, tergantung pada pedoman
yang sesuai:
a) Tindakan pencegahan
Upaya penangkalan memang membutuhkan
keterkaitan antara instansi yang terkait dengan isu
penyelewengan uang palsu dengan wilayah
setempat yang lebih luas. Khusus: (Wawancara Aiptu
Darman Sembiring 29 Juli 2022)
1) Uang asli harus dibuat sehalus mungkin sehingga
orang yang tidak dapat diandalkan sulit untuk
dipalsukan. Oleh karena itu, Perhimpunan Umum
Percetakan Uang Negara Republik Indonesia
(Perum Peruri) sebagai yayasan yang mempunyai
kedudukan untuk mencetak uang, harus
melakukan apa saja untuk melindungi
pembuatan dan keamanan uang tunai selama
tahap pembuatan sehingga uang tunai yang
diserahkan dapat diterima. uang tunai yang
benar-benar menantang untuk dipalsukan. Soal
pencetakan uang tunai dengan cara modern yang
paling potensial, misalnya:
i. Pemilihan bahan uang kertas yang tepat.
ii. Penentuan warna, dan itu berarti bahwa
campuran varietas yang digunakan harus
menantang bagi orang lain untuk dipalsukan.
iii. Membuat nomor jebakan dalam rencana yang
tidak dapat disangkal menantang untuk dipahami
oleh pemalsu.

2) Uang tunai nyata yang dibuat dengan cara yang


paling halus pada akhirnya akan mengalir ke
seluruh area lokal. Kerangka waktu alirannya
panjang dan setiap kali berpindah tangan dimulai
dengan satu tangan kemudian ke tangan
berikutnya, sehingga dapat dibayangkan bahwa
uang tunai itu kotor yang pada akhirnya menjadi
mengantuk dan kusut parah. Uang yang malas
dan kotor ini akan menantang sehingga orang
awam bisa melihat bakatnya. Oleh karena itu,
penting untuk menarik dan menghapus uang
yang tercela dengan memberikan Tanda Tidak
Signifikan (PTTB). Terlebih lagi, gantikan uang
tunai yang telah dilenyapkan dengan uang baru
oleh Bank Indonesia.
3) Kelompok masyarakat adalah penyintas dari
khianat para pelaku khilaf mengalirkan uang
palsu. Untuk itu kami sangat menginginkan data
tentang keseluruhan atribut uang asli. Data ini
sangat berguna bagi mereka yang tidak berdaya,
terutama bagi mereka yang pekerjaannya selalu
terkait dengan uang tunai, misalnya buruh toko,
calo dan lain-lain untuk terus mengetahui uang
yang mereka peroleh. Presentasi ini harus
dimungkinkan bersama oleh pihak-pihak terkait.

b) Upaya pengendalian sosial


Setiap pekerjaan dan upaya untuk
menghancurkan dan mengungkapkan kesalahan
uang palsu dengan mengawasi uang muka yang
menyertainya:
i. Investigasi, khususnya memimpin pemeriksaan
sesuai kejadian yang pernah terjadi dalam hal
pencetakan dan peredaran uang palsu oleh orang
atau perkumpulan.
ii. Melakukan kegiatan, khususnya menyelesaikan
pemolisian yang adil sesuai dengan pencetakan
dan aliran uang palsu yang dilakukan oleh
masyarakat pada umumnya dalam struktur
apapun. (Wawancara Aiptu Darman Sembiring 29
Juli 2022)
KESIMPULAN
Hasil dari penelitian ini maka dapat di simpulkan:
Cara pemeriksaan yang paling umum terhadap
pelaku tindak pidana pencetakan dan penghamburan
dilakukan menurut KUHAP, mendapatkan laporan,
mengarahkan pemeriksaan, menangkap dan memeriksa
tersangka atau menurut Pasal 1 angka 2 KUHAP. Untuk
meneliti pelaku pencetakan dan peredaran uang kertas
palsu, juga penting untuk menggunakan alat-alat
penemuan, misalnya lampu sorot yang terang bakal
memastikan bukti kemurnian uang rupiah serta
penjelasan induk dari Bank Indonesia.
Disiplin bagi penipu mengedarkan uang palsu
dalam aturan pidana Islam tidak diungkapkan dengan
jelas, maka disiplin bagi pelaku kesalahan mengalirkan
uang palsu dikenang untuk ranah aturan ta'zir, lebih
spesifik sanksi ta'zir terkait dengan kebebasan seseorang
dalam Untuk situasi ini, hukuman penjara dibatasi
menjadi 2 tahun untuk Termohon I dan 3 tahun
setengah tahun untuk Penggugat II dan III. sanksi ta'zir
terkait dengan sumber untuk situasi ini Al-Tamlik atau
denda sebesar Rp. 36.000.000 (36 juta rupiah).
Pencegahan dan upaya yang dilakukan oleh para
ahli untuk mengalahkan kesalahan mencetak dan
mengalirkan uang palsu:
1) masyarakat perlu perbaikan dalam menjawab
uang palsu
2) kurangnya kerjasama daerah dengan polisi
3) korban demonstrasi kriminal tidak melaporkan
pengungkapan uang palsu
4) variabel ekonomi
5) variabel lingkungan.
Maka upaya tersebut ditempuh melalui upaya
tindakan pencegahan yang harus dilakukan oleh setiap
organisasi luar biasa Bank Indonesia sebagai satu-
satunya organisasi kekuatan dalam mencetak uang
negara, Polri sebagai kepolisian. Melalui kontrol ramah
yang disampaikan oleh kepolisian seperti polisi,
pemeriksa, pengadilan dan lembaga perbaikan.
Saran
1. Untuk menghindari terjadinya demonstrasi
penjahat mencetak dan mengalirkan uang palsu,
sangat penting untuk tugas kepolisian melindungi
korban sebagai kesalahan pencetakan dan
mengalirkan uang palsu. Dengan tujuan agar
korban tidak merasa khawatir atau was-was
untuk melaporkan terungkapnya uang palsu yang
didapat.
2. Bank Indonesia sebagai satu-satunya pakar
percetakan dan penyebarluasan, juga harus lebih
memperhatikan kualitas dan keamanan uang
rupiah agar para preman sulit mencetak dan
mengalirkan uang palsu ke uang rupiah asli palsu.
Selain itu, Bank Indonesia juga harus melakukan
langkah preventif dengan terus mendekatkan
kualitas uang rupiah kepada masyarakat luas
melalui komunikasi yang luas, hiburan online,
dan pendidikan langsung kepada masyarakat
luas, agar masyarakat pada umumnya bisa
menguasai legitimasi uang rupiah dan membatasi
jumlah pencetak dan penjual uang palsu. dalam
menjalankan uang palsu kepada orang-orang
pada umumnya.
3. Agar pada saat mendapatkan uang palsu,
masyarakat dihimbau untuk tidak
membelanjakan uang palsu yang didapat,
menyerahkan uang palsu yang didapat kepada
Bank atau Bank Indonesia terdekat untuk
penjelasannya, dan melaporkan adanya dugaan
adanya tindak pidana penggandaan uang tunai
kepada kepolisian terdekat. Selalu bersiap dan
dapatkan margin untuk mengecek kredibilitas
uang rupiah yang didapat secara 3D (lihat,
kontak, silang).

DAFTAR PUSTAKA
Gatot Suparmono, 2014, Hukum Uang Di Indonesia
Bekasi: Gramata Publishing
Kasmir, 2014, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
Jakarta: RajaGrafindo Persada
Aprianti Saibaka, Proses Penyidikan Tindak Pidana
Pemalsuan Uang Yang Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Hukum
Acara Pidana.Dalam Jurnal Lex Crimen, Volume
VII Nomor 2, April 2018
Andi Muhammad Sofyan dan Abd. Azis, 2014, Hukum
Acara Pidana Jakarta: Balebat Dedikasi Prima
Abdurrahman Al-Maliki, 2002 Sistem Sanksi Dalam Islam.
Bogor: Pustaka Thariqul Izzah
M. Nurul Irfan dan Musyarfah, 2013, Fiqh Jinayah.
Jakarta: Amzah
Nadratuzzarnam Horsen. Analisis Bentuk Gharar Dalam
Transaksi Ekonomi. Volume(1): 1, 2009.
Eddy O.S Hiariej, 2002, Teori dan Hukum Pembuktian
Jakarta: Erlangga
Wawancara Bersama Bapak Aiptu Darman Sembiring 29
Juli 2022

Anda mungkin juga menyukai