BAB I
PENDAHULUAN
1
Kumanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Akademika Presindo, 2000), h 187
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2005), h 2.
Dewasa ini berbagai jenis kejahatan baik dilakukan oleh perorangan maupun
oleh korporasi yang dapat dilakukan dengan mudah serta menghasilkan harta
kekayaan dalam jumlah yang cukup besar, seperti korupsi, penyelundupan,
kejahatan perbankan, narkotika, penipuan, penggelapan, terorisme, kejahatan
kejahatan tersebut tidak hanya dilakukan dalam batas wilayah suatu negara,
namun meluas melintasi batas wilayah negara, yang dikenal dengan kejahatan
transnasional, (transnasional organized crime).3
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil dengan
judul Analisis Yuridis Tindak Pidana Penggelapan dan Tindak Pidana
Pencucian Uang (Studi Putusan Nomor 1491 K/Pid.Sus/2016).
8
Ibid
9
Ibid
RUMUSAN MASALAH
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini pada pokoknya dibagi
menjadi :
12
Tongat, Hukum Pidana Materiil, (Malang,: UMM Press,2006), h. 60
13
Tongat, Hukum Pidana Materiil, (Malang,: UMM Press,2006), h. 60
c. Penggelapan dengan Pemberatan Penggelapan dengan pemberatan yakni
penggelapan yang dilakukan oleh orang yang memegang barang itu berhubungan
dengan pekerjaannya atau jabatannya atau karena mendapat upah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun. Diatur dalam Pasal 374 KUHP.
1) Pasal 372 KUHP Tindak Pidana Penggelapan dalam bentuk pokok Kejahatan
penggelapan dalam bentuk pokok dalam Pasal 372 KUHP yaitu kejahatan yang
dilakukan sesorang yang dengan sengaja menguasai secara melawan hukum suatu
benda yang seluruhnya atau sebagian merupakan kepunyaan orang lain, akan
tetapi orang tersebut dalam mendapatkan barang dalam kekuasaannya bukan
karena kejahatan.
Penggelapan ringan adalah seperti diatur dalam Pasal 373 KUHP yaitu suatu
kejahatan penggelapan yang dilakukan oleh seseorang yang mana jika
penggelapan tidak terhadap ternak ataupun nilainya tidak lebih dari dua ratus lima
puluh ribu rupiah. Mengapa disebutkan bahwa yang digelapkan itu haruslah
bukan ternak, karena perlu diingat bahwa ternak merupakan unsur yang
memberatkan, sehingga ternak dianggap barang khusus.
14
P.A.F. Lamintang-Theo Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta
Kekayaan, (Bandung: Sinar Grafika, 2009) h 42
menyatakan bahwa penggelapan dengan pemberatan adalah penggelapan yang
dilakukan oleh mereka yang menguasai suatu benda karena jabatannya atau
karena pekerjaannya atau karena mendapatkan uang sebagai imbalannya.
4) Pasal 375 KUHP Tindak Pidana Penggelapan oleh Wali dan lain-lain Tindak
pidana yang memberatkan merupakan tindak pidana penggelapan yang diatur
dalam Pasal 374 KUHP. Penggelapan dilakukan oleh orang atas benda yang
berada padanya karena hubungan kerja pribadinya atau karena pekerjaannya atau
karena mendapat imbalan uang, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
5 (lima) tahun.
5) Penggelapan sebagai delik aduan. Kejahatan sebagai delik aduan ini tersimpul
dalam Pasal 376 KUHP yang mengacu pada Pasal 367 ayat (2) KUHP. Dengan
adanya ketentuan ini berarti seseorang yang mempunyai hubungan keluarga
melakukan penggelapan atau membantu melakukan penggelapan terhadap milik
anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu rumah hanya dapat dituntut
terhadap mereka itu hanya dapat dilakukan apabila ada atau terdapat pengaduan
dari pihak-pihak yang telah dirugikan karena kejahatan penggelapan
6) Pasal 376 KUHP Tindak Pidana Penggelapan dalam keluarga Tindak pidana
penggelapan dalam keluarga oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam
Pasal 376 KUHP. Ketentuan yang diatur dalam Pasal 367 KUHP berlaku bagi
kejahatan-kejahatan yang diatur dalam bab ini.15
15
Ibid., Op. Cit., h. 111-151
16
Ibid., h.112
Tindak pidana penggelapan (veruistering) dalam bentuk pokok diatur dalam Pasal
372 KUHP mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
b. Unsur-unsur objektif :
1. Barang siapa.
3. Suatu benda.
3. Mengetahui bahwa sebagian atau seluruh benda yang ingin dikuasainya adalah
milik orang lain.
17
Ibid., h. 112
4. Mengetahui bahwa benda tersebut ada padanya bukan karena kejahatan.18
Tindak pidana penggelapan dalam bentuk pokok diatur dalam Pasal 372 KUHP
itu mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
a. Unsur subjektif :
18
Ibid., h114
19
Muhari Supa’at, Proses Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penggelapan
Mobil Di Polres Pati (Studi Kasus Nomor BP/05/VIII/2017/Reskrim), Jurnal Hukum Khaira
Ummah, Vol. 13. No. 1 Maret 2018, h 209-211
unsurunsur yang ada di belakang perkataan sengaja selalu diliputi oleh unsur
kesengajaan oleh pelaku tindak pidana.
Pada dasarnya melawan hukum adalah sifat tercelanya atau terlarangnya dari
suatu perbuatan tertentu. Dalam doktrin dikenal ada dua macam melawan hukum
yaitu melawan hukum formil (bertentangan dengan hukum tertulis) dan melawan
hukum materiil (bertentangan dengan asas-asas hukum masyarakat). Dalam
hubungannya dengan kesengajaan, penting diketahui bahwa kesengajaan petindak
juga harus ditujukan pada unsur melawan hukum ini, yang pengertiannya sudah
diterangkan di atas.
b. Unsur-unsur objektif :
20
Ibid
untuk menjadi selesainya penggelapan.Bentuk-bentuk perbuatan memiliki,
misalnya menjual, menukar, menghibahkan, menggadaikan, dan sebagainya.
Benda yang menjadi objek penggelapan, tidak dapat ditafsirkan lain dari sebagai
benda yang bergerak dan berwujud saja. Perbuatan memiliki terhadap benda yang
ada dalam kekuasaannya sebagaimana yang telah diterangkan di atas, tidak
mungkin dapat dilakukan pada benda-benda yang tidak berwujud seperti dalam
pencurian (benda yang menjadi objek pencurian adalah benda-benda bergerak dan
berwujud, yang dalam perkembangan praktik selanjutnya sebagaimana dalam
berbagai putusan pengadilan telah ditafsirkan sedemikian luasnya, sehingga telah
menyimpang dari pengertian semula). Seperti gas dan energi listrik juga akhirnya
dapat menjadi objek pencurian.
Benda yang tidak ada pemiliknya, baik sejak semula maupun telah dilepaskan hak
miliknya tidak dapat menjadi objek penggelapan. Benda milik suatu badan
hukum, seperti milik negara adalah berupa benda yang tidak/bukan dimiliki oleh
orang, adalah ditafsirkan sebagai milik orang lain, dalam arti bukan milik
petindak, dan oleh karena itu dapat menjadi objek penggelapan maupun
pencurian. Orang lain yang dimaksud sebagai pemilik benda yang menjadi objek
penggelapan, tidak menjadi syarat sebagai orang itu adalah korban, atau orang
tertentu, melainkan siapa saja asalkan bukan petindak sendiri.
Di sini terdapat dua unsur, yang pertama berada dalam kekuasaannya, dan kedua
bukan karena kejahatan. Perihal unsur berada dalam kekuasaannya telah
disinggung di atas dengan jelas. Suatu benda berada dalam kekuasaan seseorang
apabila antara orang itu dengan benda terdapat hubungan yang sedemikian
eratnya, sehingga apabila ia akan melakukan segala macam perbuatan terhadap
benda tersebut ia dapat segera melakukannya secara langsung tanpa terlebih dulu
harus melakukan perbuatan yang lain. Misalnya ia langsung dapat melakukan
perbuatan seperti menjualnya, menghibahkannya, menukarkannya,
menyewakannya dan lain sebagainya. Untuk melakukan perbuatan tersebut, ia
dapat melaksanakannya tanpa harus melakukan perbuatan lain terlebih dulu
(perbuatan yang terakhir mana merupakan perbuatan antara agar ia dapat berbuat
secara langsung).21
BAB III
Istilah pencucian uang (money laundering) telah dikenal sejak tahun 1930 di
Amerika Serikat, yaitu ketika Al Capone, penjahat terbesar di Amerika masa lalu,
mencuci uang itam dari usaha kejahatannya dengan memakai Meyer Lansky,
orang Polandia, yaitu seorang akuntan, mencuci uang kejahatan Al Capone
melalui usaha binatu (laundry).22 Tindak pidana pencucian uang (money
laundering) secara populer dapat dijelaskan sebagai aktivitas memindahkan,
menggunakan atau melakukan perbuatan lainnya atas hasil dari tindak pidana
yang kerap dilakukan oleh kejahatan terorganisir (organized crime) maupun
individu yang melakukan tindakan korupsi, perdagangan narkotika dan tindak
pidana lainnya.23Hal ini bertujuan menyembunyikan atau mengaburkan asal-usul
uang yang berasal dari hasil tindak pidana tersebut sehingga dapat digunakan
seolah-olah sebagai uang yang sah tanpa terdeteksi bahwa uang tersebut berasal
dari kegiatan ilegal.24
Pencucian uang (money laundering) sebagai suatu tindak pidana telah menjadi
pusat perhatian sejak tahun 1980-an, terutama dalam konteks kejahatan peredaran
obat-obat terlarang (psikotropika dan narkotika).25 Munir Fuady mengatakan
kegiatan TPPUsecara universal dewasa ini telah digolongkan sebagai suatu tindak
21
Ibid., h.213
22
Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi,
dan Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 17.
23
Yunus Husein, “PPATK: Tugas, Wewenang, dan Peranannya Dalam Memberantas
Tindak Pidana Pencucuian Uang”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 Nomor 3, 2003, h. 26
24
Ibid
25
Yunus Husein, Bunga Rampai Anti Pencucian Uang, (Bandung:Books Terrace &Library,
2007), h. 4.
pidana yang tergolong dalam white collar crime. Dalam kasus TPPU ini untuk
dapat melakukan pemutihan uang dilakukan secara jelas dengan cara illegal.TPPU
dapat ditinjau dari kaidah hukumnya dan dapat ditinjau pula dari segi yuridisnya
yaitu dengan memakai KUHP dan UU No. 8 Tahun 2010.26 Kejahatan pencucian
uang adalah suatu kejahatan yang berdimensi internasional sehingga
penanggulangannya harus dilakukan secara kerja sama internasional, prinsip dasar
pencucian uang adalah menyembunyikan sumber dari segala pencucian uang dari
aktivitas ilegal dengan melegalkan uang tersebut. Untuk melaksanakan hal
tersebut uang diisyaratkan disalurkan melalui suatu penyesatan (imaze) guna
menghapus jejak peredarannya dan orang-orang yang mempunyai uang tersebut
menyalurkan bisnis yang fiktif yang tampaknya sebagai sumber penghasilan.
Ketentuan pasal-pasal dalam UU No. 8 Tahun 2010, yang termasuk unsurunsur
tindak pidana pencucian uang adalah :
26
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, (Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001), h 167
Tindak pidana pencucian uang sudah menjadi sebuah kejahatan bisnis yang
tidak hanya terjadi dalam lembaga keuangan, apakah itu perbankan maupun
lembaga keuangan nonbank dalam lingkup kecil saja ataupun dimungkinkan
dilakukan oleh perorangan maupun korporasi melalui lintas negara (crossborder)
atau tanpa batas tertentu lagi.Hal ini yang menyebabkan betapa sulitnya bagi
negara-negara untuk dilakukan pemeberantasan terhadap hasil kejahatan
pencucian uang ini secara optimal. Secara umum ada beberapa alasan mengapa
money laundering diperangi dan dinyatakan sebagai tindak pidana, yaitu :
27
Nurmalawaty,“Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang (money
laundering) dan Upaya Pencegahannya”, Jurnal Equality,Volume 11 No.1 Februari 2006, h.99.
28
Yenti Garnasih, “Kebijakan Kriminalisasi dalam Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang, Mimbar Hukum”, Vol. 19, Yogyakarta: 2007, hlm. 166.`
BAB IV
Kasus Posisi
Gupta Yamin pada pertengahan bulan Desember 2012 datang ke Kantor Andri
Cahyadi di Wisma Metropolitan I lantai XVI Jalan Jenderal Sudirman Jakarta
Selatan, dalam pertemuan tersebut Andri Cahyadi menyampaikan keinginannya
memperluas usaha di bidang batubara, akan tetapi kekurangan dana, sehingga
membutuhkan dana tambahan, atas keinginan Andri Cahyadi tersebut Gupta
Yamin berkeinginan untuk berinvestasi dan menawarkan kepada Andri Cahyadi
dana tambahan dengan cara melakukan transaksi REPO (repurchase agreement)
atas saham CNKO milik Gupta Yamin yaitu perjanjian jual beli dengan kewajiban
membeli kembali dimana pihak penjual saham berkewajiban untuk membeli
kembali saham yang sudah dijual, dan pihak pembeli berjanji akan menjual
kembali kepada pihak penjual saham selama periode yang telah ditentukan, tidak
boleh dilakukan jual beli saham tersebut kepada orang lain di luar pihak penjual
dan pembeli. Gupta Yamin selang beberapa hari bertemu kembali dengan Andri
Cahyadi di Wisma Metropolitan I lantai XVI Jalan Jenderal Sudirman Jakarta
Selatan yang dihadiri oleh Willy Herlambang yang merupakan rekan Andri
Cahyadi, di dalam pertemuan tersebut Andri Cahyadi menyampaikan kepada
Gupta Yamin bahwa Willy Herlambang memiliki teman yang bernama Hatta
Wijaya alias Alex dan dapat mencarikan Broker untuk melaksanakan penjualan
saham CNKO dengan mekanisme transaksi repurchase Agreement (REPO).
REPO merupakan transaksi jual beli instrumen efek antara dua belah pihak yang
didasari dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan di
kemudian hari akan dilaksanakan pembelian kembali atas efek yang sama dengan
harga tertentu yang telah disepakati.
B. Analisis Putusan
Pada umumnya surat dakwaan diartikan oleh para ahli hukum berupa
pengertian surat akta yang memuat perumusan maupun ditarik atau disimpulkan
dari hasil pemeriksaan penyidik dihubungkan dengan pasal tindak pidana yang
dilanggar dan didakwakan kepada terdakwa, dan surat dakwaan tersebutlah yang
menjadi dasar pemeriksaan bagi hakim dalam sidang pengadilan. 29 Dakwaan
secara kumulatif, yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 141 Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut KUHAP), bahwa” penuntut
umum dapat melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat
dakwaan, apabila pada waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima
beberapa berkas perkara dalam hal :
1) Beberapa tindak pidana yang dilakukan seseorang yang sama dan kepentingan
pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap penggabungannya .
3) Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut satu dengan yang lain,
akan tetapi yang satu dengan yang lain itu ada hubungannya, yang dalam hal ini
penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan. 30 Pada dasarnya,
dalam praktik peradilan terminologi bentuk dakwaan kumulatif lazim disebut
sebagai dakwaan berangkat atau “Cumulatieve ten laste Legging” dan sebagainya.
Dengan titik tolak teoritis, sebenarnya hakikat dakwaan kumulatif diatur dalam
ketentuan Pasal 141 KUHAP yang ditentukan bahwa Penuntut Umum dapat
melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu dakwaan, apabila
29
Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Bandung, Citra Aditya Bakti,
2007, hlm 83
30
Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Bandung, Citra Aditya Bakti,
2007, hlm 83
pada waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa berkas
perkara dalam hal :
1. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama dan
kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap penggabungannya.;
3. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut-paut satu dengan yang lain,
tetapi yang satu dengan yang lain ada hubungannya, yang dalam hal ini
penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan.31
31
Yessy Paramita Samadi, Kajian Yuridis Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam Perkara
Tindak Pidana Korupsi.Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015, h.11.
32
Ibid
(dakwaan kesatu) sebagaimana dalam Pasal 372 KUHP dan dakwaan Kedua yaitu
Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010, dengan demikian, maka jika mengacu pada bunyi
amar putusan tersebut, maka semua unsur tindak pidana yang didakwakan kepada
Terdakwa dakwaan kesatu dan dakwaan kedua semuanya terpenuhi.
B. Analisis Tuntutan
Tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, bahwa Jaksa penuntut
umum harus berusaha membuktikan bahwa Terdakwa Joni Wijaya bersalah dan
melakukan suatu tindak pidana penggelapan dan pencucian uang. Dalam
penyidikan harus ditemukan 2 (dua) dari 5 (lima) alat-alat bukti yang sah.
Perbuatan Terdakwa Joni Wijaya sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa
Penuntut Umum telah terbukti, tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan tindak
pidana.Melepaskan Terdakwa tersebut dari segala tuntutan hukum.Jaksa Penuntut
Umum karena tidak terbukti dan salah dalam menerapkan hukum. Bahwa dengan
tidak terbuktinya unsur-unsur yang terkandung di dalam Pasal 372 KUHP
tersebut, maka perbuatan terdakwa adalah bukan merupakan tindak pidana
melainkan perbuatan yang tunduk pada hukum keperdataan sebagai perbuatan
wanprestasi.
C. Analisis Putusan
Seberat ataupun seringan apapun pidana yang dijatuhkan majelis hakim tidak
akan menjadi masalah selama tidak melibihi batas maksimum dan minimum
pemidanaan yang diancam oleh pasal dalam undang-undang tersebut.
1. Menyatakan Terdakwa Joni Wijaya telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “ Penggelapan” dan tindak pidana “Pencucian
Uang”;
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 8 (delapan) tahun dan pidana denda sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana denda tersebut tidak dibayar, maka
diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan;
4. Barang bukti berupa 1 (satu) bendel asli Surat Perjanjian Jual Beli dengan
kewajiban pembelian kembali (REPO) atas saham antara Gupta Yamin dan Joni
Wijaya PT. Glory Mitra Investex dengan No. 022/REPOCNKO/XII/2012 yang
ditandatangani sdr. Gupta Yamin selaku penjual dengan sdr. Joni Wijaya/PT.
Glory Mitra Investex selaku pembeli. 1 (satu) lembar asli Surat Transaksi REPO
Saham CNKO dengan Nomor 0022/REPO-CNKO/XII/2012 dengan nominal
Rp10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) Gupta Yamin selaku penjual dengan
Joni Wijaya selaku pembeli,……dst.
Putusan Mahkamah Agung ini adalah sebuah putusan yang sangat bijaksana
dan mencerminkan keadilan, karena pertimbangan hukumnya tidak hanya
didasarkan pemenuhan unsur-unsur yuridis tetapi sekaligus memperhatikan fakta-
fakta yang menjadi kausalitas tindak pidana yang terjadi.Tampak disini bahwa
Mahkamah Agung telah melompat dari paradigma supremasi hukum (law
supremacy) kepada supremasi keadilan (justice supremacy) sebagai tujuan dari
hukum. Tidak ada alasan untuk menyatakan perbuatan Terdakwa wanprestasi
dalam pelaksanaan perjanjian REPO Saham Terdakwa mempunyai niat jahat dan
perbuatan melawan hak atau melawan hukum dilakukan dengan cara
mengalihkan, memindahtangankan atau menjual saham milik saksi korban Gupta
Yamin dari PT. Eksploitasi Energi Indonesia (EEI) tanpa persetujuan atau izin
dari Gupta Yamin, Terdakwa mempunyai kesalahan dengan sengaja sebagai niat
untuk menjual saham milik saksi korban yang telah di REPO Saham kepada
Terdakwa guna Putusan nomor 1491 K/Pid.Sus/2016, penulis sependapat dengan
Putusan Majelis Hakim yang menilai bahwa di antara dua dakwaan yang
didakwakan kepada Terdakwa, maka yang terbukti di depan persidangan adalah
Dakwaan Pertama yakni melanggar Pasal 372 KUHP, oleh karena unsur-unsur
dalam pasal inilah yang terbukti sebagai fakta di depan persidangan pengadilan,
sehingga tepatlah Amar/ Isi Putusan Majelis Hakim yang menyatakan Terdakwa
Joni Wijaya telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “ Penggelapan” dan tindak pidana “Pencucian Uang”; Putusan nomor 1491
K/Pid.Sus/2016, proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Majelis
Hakim menurut penulis telah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dan
sesuai berdasarkan dengan alat bukti yang sah, dimana dalam kasus ini, alat bukti
yang digunakan oleh Hakim adalah keterangan terdakwa, keterangan saksi, dan
bukti berupa uang sejumlah Rp117.414.316 (seratus tujuh belas juta empat ratus
empat belas ribu tiga ratus enam belas rupiah); Dikembalikan kepada Antonius
Gunawan GHO. Kemudian mempertimbangkan tentang pertanggungjawaban atas
perbuatan yang dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada saat melakukan
perbuatannya itu, Terdakwa sadar akan akibat yang ditimbulkannya.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah Agung
berpendapat bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Penuntut Umum dalam
dakwaan Kesatu Pasal 372 KUHP dan dakwaan Kedua Pasal 3 UU No. 8 Tahun
2010, oleh karena itu Terdakwa tersebut haruslah dijatuhi pidana; Menimbang,
bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, terdapat cukup alasan untuk
mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Penuntut Umum dan
membatalkan putusan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor
673/Pid.B/2015/PN Jkt Sel , tanggal 21 Januari 2016. Disamping itu, Majelis
Hakim tidak melihat adanya alasan pembenar atau alasan pemaaf untuk menjadi
alasan penghapusan pidana terhadap perbuatan yang dilakukan terdakwa.Hal-hal
yang memberatkan yaitu perbuatan Terdakwa telah menimbulkan kerugian
finansial yang cukup besar terhadap saksi korban Gupta Yamin, hal-hal yang
meringankan Terdakwa Joni Wijaya belum pernah dihukum. Berkaitan dengan
perkara yang penulis bahas, maka penulis setuju dengan Putusan Majelis Hakim
yang menjatuhkan pidana penjara kepada Terdakwa Joni Wijaya selama 8
(delapan) tahun dan denda Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) subsidair
kurungan selama 3 (tiga) bulan dengan perintah supaya Terdakwa segera ditahan,
hal ini mengacu pada hal-hal yang meringankan terdakwa seperti, terdakwa belum
pernah dihukum.
Putusan Mahkamah Agung ini adalah sebuah putusan yang sangat bijaksana
dan mencerminkan keadilan, karena pertimbangan hukumnya tidak hanya
didasarkan pemenuhan unsur-unsur yuridis tetapi sekaligus memperhatikan fakta-
fakta yang menjadi kausalitas tindak pidana yang terjadi.Tampak disini bahwa
Mahkamah Agung telah melompat dari paradigma supremasi hukum kepada
supremasi keadilan sebagai tujuan dari hukum.
BAB V
A. Kesimpulan
1. Tindak pidana penggelapan diatur dalam BAB XXIV (Buku II) KUHP, yaitu
Pasal 372 yang berbunyi barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum
memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena
penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling
banyak sembilan ratus rupiah.
2. Tindak pidana pencucian uang diatur dalam Pasal 3 UU No.8 Tahun 2010 yang
berbunyi Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar
negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau
perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan
dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama
20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
DAFTAR PUSTAKA
Publishing.,2010.
Persada.2014.
Edilius dan Sudarsono, Kamus Ekonomi Uang dan Bank, (Jakarta: Rineka Cipta,
1994
Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Fuady, Munir. Hukum Perbankan Modern, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001.
Gunadi, Ismu dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana,
Hamzah, Andi.Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 2001
Husein, Yunus. Bunga Rampai Anti Pencucian Uang, Bandung, Books
Terrace&Library, 2007.
Bakti, 2007.
Aditama, 2012
Peraturan Perundang-Undangan
Jurnal
Januari 2013.