Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

(Dibuat guna memenuhi syarat Presentasi Peningkatan Pendidikan)


IMPLEMENTASI PREDICATE CRIME (TINDAK PIDANA ASAL)
DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PADA KEJAHATAN NARKOTIKA
(ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR :
650/Pid.Sus/2014/PN.Gpr)

Disusun Oleh :

NAMA : NI LUH PUTU AYU NANDARI,S.H.

NIP : 19881011 201101 2012

JABATAN : PENYIDIK BNN AHLI MUDA

SATKER : DIREKTORAT INTERDIKSI

DEPUTI BIDANG PEMBERANTASAN BNN

JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tindak pidana narkotika telah masuk ke dalam salah satu kejahatan luar biasa
atau “extraordinary crime” selain terorisme dan korupsi karena dampaknya yang begitu
berbahaya, sehingga dapat merusak generasi bangsa. Bahkan tindak pidana narkotika
telah dianggap sebagai kejahatan transnasional dengan melibatkan sindikat
internasional yang terorganisasi secara rapi dan merekrut pengedar, bukan hanya
berasal dari satu negara, tetapi lintas benua. Bisa dikatakan kejahatan tersebut telah
tekonspirasi atau terencana dalam permufakatan jahat.
Karena sifatnya yang terorganisasi, permufakatan jahat dalam tindak pidana
narkotika juga perlu dicermati karena berpotensi berkaitan dengan tindak pidana
lainnya yang salah satunya adalah tindak pidana pencucian uang atau “money
laundering”. Hukum tindak pidana narkotika termasuk dalam kategori yang
bermotifkan “economic gain” atau menghasilkan keuntungan ekonomi, terlebih
dilakukan oleh korporasi atau organisasi kriminal ataupun sindikat. Dapat dipastikan
akan bersinergi dengan tindak pidana pencucian uang untuk mengaburkan hasil
kejahatannya.1
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) merupakan salah satu mata rantai dari
bentuk kejahatan/pidana. TPPU merupakan bentuk penyertaan partisipasi, khususnya
kelanjutan dari suatu tindak pidana. Tindak pidana sebelumnya tersebut dikenal
dengan tindak pidana asal atau “Predicate Crime” atau asal-usul harta kekayaan atau
delik-delik yang menghasilkan “criminal proceeds” atau hasil kejahatan atau delik-delik
yang menjadi sumber asal dari uang haram (dirty money) atau hasil kejahatan (criminal
proceeds) yang kemudian dicuci. Sedangkan untuk menyatakan suatu perbuatan
tersebut termasuk sebagai perbuatan pidana pencucian uang (money laundering)
maka harus dibuktikan bahwa uang tersebut diperoleh dari kejahatan. Kejahatan
sebelumnya yang harus dibuktikan ini yang kemudian disebut dengan istilah pidana
asal (Predicate Crime).2

1
Siswanto, 2012, Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (UU Nomor 35 Tahun 2009), Rineka Cipta,
Jakarta, hal. 32.
2
Dedy Chandra Sihombing, 2012, Penggunaan Instrumen Anti Pencucian Uang Dalam Penanggulangan Tindak
Pidana Korupsi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, hal. 12.

1
Melalui Direktorat Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang ada di BNN
diharapkan pengungkapan dan penangangan kasus TPPU yang berasal dari Tindak
Pidana Narkotika ini lebih optimal sehingga memberikan dampak yang positif dalam
upaya pemberantasan narkoba di Indonesia. Berkaitan dengan penulisan makalah
yang berjudul Implementasi Predicate Crime (Tindak Pidana Asal) Dalam Tindak
Pidana Pencucian Uang Pada Kejahatan Narkotika (Analisis Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor : 650/Pid.Sus/2014/PN.Gpr) diharapkan dapat
memberikan masukan atau saran untuk penanganan kasus TPPU yang ada di BNN
secara lebih baik dan maksimal.
B. PERMASALAHAN
Tujuan dari penyidikan TPPU adalah Follow the money dan Follow the assets.
Follow the money adalah melakukan penyitaan terhadap uang yang disimpan dalam
sistem keuangan (Bank) maupun yang telah dilayering melalui sistem perbankan yang
dihasilkan dari kejahatan narkotika. Sedangkan pengertian Follow the assets adalah
melakukan penyitaan terhadap barang bergerak maupun tidak bergerak yang
dihasilkan dari kejahatan narkotika.3
Berkenaan dengan permasalahan-permasalahan di atas, penulis mengajukan
pokok permasalahan : bagaimanakah kedudukan predicate crime dalam Tindak
Pidana Pencucian Uang di Indonesia ?, bagaimanakah dasar pertimbangan hakim
dalam perkara Nomor : 650/Pid.Sus/2014/PN.Gpr terhadap pelaku tindak pidana
pencucian uang pada kejahatan narkotika sebagai predicate crime, serta upaya
optimalisasi apa saja yang dapat dilakukan terhadap penangangan kasus TPPU di
Badan Narkotika Nasional RI ?

BAB II
PEMBAHASAN
Berkaitan dengan keberadaan atau kedudukan dari tindak pidana asal (predicate
crime), bahwa Mahkamah Konstitusi melalui putusannya yaitu nomor : 77/PUU-
XII/2014 Tentang Uji Materi UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, menjelaskan bahwa terkait dengan
Pasal 69 UU TPPU bahwa tindak pidana asal (predicate crime) tidak harus dibuktikan
terlebih dahulu dalam tindak pidana pencucian uang adalah tidak menjadi masalah. 4
Dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) UU TPPU disebutkan bahwa pencucian uang

3
NHT Siahaan, 2008, Money Laundering & Kejahatan Perbankan (Edisi Ketiga), Jala Permata, Jakarta, hal.3
4
http://kanalhukum.id/bedahkasus/putusan-mahkamah-konstitusi-nomor-77puu-xii2014-tentang-uji-
materi-judicial-review-undang-undang-nomor-8-tahun-2010/11, diakses pada tanggal 12 Agustus 2017.

2
adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang tersebut. Dalam pengertian ini, unsur-unsur yang
dimaksud adalah unsur pelaku, unsur perbuatan melawan hukum serta unsur berupa
hasil dari tindak pidana.
Implementasi Predicate Crime (Tindak Pidana Asal) Dalam Tindak Pidana
Pencucian Uang Pada Kejahatan Narkotika (Analisis Putusan Mahkamah Agung
Nomor : 650/Pid.Sus/2014/PN.Gpr). Adapun Kasus Posisinya sebagai berikut :
Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri yang mengadili perkara pidana dengan
acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama, menjatuhkan putusan sebagai
berikut atas perkara Terdakwa :
Nama lengkap : SAINAL AL ROY Bin Alm JABIR;
Tempat lahir : Palopo ;
Umur/Tanggal lahir : 38 Tahun/28 Agustus 1976;
Jenis kelamin : Laki-laki ;
Kebangsaan : Indonesia ;
Tempat tinggal : Desa Rekesan Rt 09 Rw 02, Kel. Pondok Agung, Kec.
Kasembon, Kab Malang, Jawa Timur
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta ( usaha ternak ayam);
Pendidikan : SD ;
Dalam Putusan Hakim terhadap Terdakwa Sainal Alias Roy tersebut, Majelis
Hakim yang mengadili menyatakan bahwa “Terdakwa SAINAL AL ROY Bin Alm JABIR
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Pencucian
Uang secara bersama-sama sebagaimana Dakwaan Kedua Primair, Menjatuhkan
pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana Penjara selama 6 (enam)
tahun dan Denda sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan
apabila denda tidak dibayar diganti dengan Kurungan selama 3 (tiga) bulan, dan
Menetapkan seluruh barang bukti yang telah diuraikan diatas sebelumnya dirampas
untuk negara”.

Terkait dengan upaya optimalisasi penanganan kasus tindak pidana pencucian


uang di Badan Narkotika Nasional RI, sampai dengan saat ini BNN sudah banyak
keberhasilan dalam hal pengungkapan kasus TPPU baik itu dalam hal penyitaan aset
baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak. Kerjasama antara pihak PPATK
dan BNN juga sudah berjalan dengan cukup baik.
Sinergi antara PPATK dan BNN tertuang dalam bentuk Nota Kesepahaman
pada tahun 2017 lalu. Secara nyata, kolaborasi kedua lembaga telah berhasil
mengungkap jaringan peredaran gelap Narkotika dengan nilai triliunan rupiah. Sejak
tahun 2014 hingga tahun 2018 saja, pengungkapan perkara TPPU oleh BNN

3
menyentuh nominal Rp 6,4 triliun, di mana PPATK turut berperan dalam penelusuran
aliran dana para pelaku dan pihak-pihak terkait. Selain itu khususnya dalam
memberantas bandar dan jaringan bandar dalam peredaran gelap Narkotika secara
sistemik, dimana dalam konteks ini, peranan intelijen, termasuk intelijen keuangan
PPATK akan semakin diperkuat. PPATK akan menggunakan jaringan intelijen
keuangan secara global untuk membongkar jaringan para bandar narkoba ini.
Namun disisi lain masih ada beberapa kendala baik itu kendala salah satunya
monitoring aset yang dimiliki oleh tersangka. Untuk mengatasi hal ini, BNN bersama
PPATK harus terus memantau aset tersebut dari hulu hingga ke hilir, hal ini dilakukan
karena setiap jaringan sindikat memiliki kaki jaringan yang terpecah sehingga
membuat jaringan baru. Kendala lainnya adalah dari sisi personil seperti belum
maksimalnya jumlah penyidik yang ada di TPPU serta masih terbatasnya kemampuan
SDM penyidik TPPU.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tindak pidana asal (predicate crime) dalam undang-undang tentang pencegahan
dan pemberantasan pencucian uang di Indonesia ditempatkan sebagai syarat untuk
dapat terjadinya suatu tindak pidana pencucian uang, namun keberadaannya bukan
sebagai syarat yang mutlak harus ada. Sebab, menurut Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang, harta kekayaan yang menjadi obyek tindak pidana pencucian uang, cukup
“diketahui” atau “patut diduga” merupakan hasil dari suatu tindak pidana
asal (predicate crime).“Diketahui” atau “patut diduga” itu merupakan alternatif, cukup
dipilih salah satu saja, yaitu : “diketahui” atau “patut diduga”.
Hakim dalam perkara putusan Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri No.
650/Pid.Sus/2014/PN.Gpr., telah tepat menerapkan undang-undang No.8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Terhadap Penangangan Kasus TPPU di Badan Narkotika Nasional RI sudah
berjalan cukup baik dan maskimal. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya
keberhasilan pengungkapan kasus TPPU oleh BNN melalui Direktorat TPPU. Selain
itu kerjasama antara BNN dengan PPATK sudah berjalan sangat efektif dalam
memberantas TPPU yang berasal dari kejahatan narkotika.

4
B. SARAN
Badan Narkotika Nasional sebagai leading sector atau focal point dalam
pemberantasan narkotika memerlukan suatu sistem penanganan perkara yang
berbasis teknologi informasi khusus dalam upaya pemberantasan TPPU di BNN
sehingga memudahkan koordinasi antar aparat penegak hukum dalam hal proses
pertukaran data dan informasi terkait pencucian uang.
Terkait dengan pengembangan kualitas pegawai ataupun kompetensi penyidik
BNN perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Penyidik yang membidangi
penanganan perkara TPPU dari TPA Narkotika. Selain itu diperlukan persamaan
persepsi antara petugas BNN dengan pihak lain untuk mengungkap kasus TPPU
sehingga bisa terjalin kerjasama yang baik. Pengoptimalisasian kerjasama dengan
pihak luar seperti Penyedia Jasa Keuangan (PJK) seperti pihak Bank sehingga
percepatan data untuk pengungkapan kasus TPPU dapat dilaksanakan dengan
cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dedy Chandra Sihombing, 2012, Penggunaan Instrumen Anti Pencucian Uang


Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi, Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Medan.
2. TB Irman, Hukum Pembuktian Uang Money Laundering, Jakarta, MQS
Publising dan CV. AYYCCS Group.
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
5. http://kanalhukum.id/bedahkasus/putusan-mahkamah-konstitusi-nomor-77puu-
xii2014-tentang-uji-materi-judicial-review-undang-undang-nomor-8-tahun-2010/11
6. http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54dc6b9dd2083/mk-tolak-permohonan-
akil-mochtar

Anda mungkin juga menyukai