Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
MEDAN
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang1
B. Perumusan Masalah2
C. Tujuan Masalah2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Kesimpulan........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas pencucian uang secara umum merupakan suatu cara
menyembunyikan atau mengaburkan atau menyamarkan asal-usul sebenarnya hasil
dari suatu tindak pidana yang kerap dilakukan oleh organized crime, maupun individu
yang melakukan tindak korupsi,perdagangan narkotika dan kejahatan lainnya. Melalui
tindakan yang melanggar hukum ini, pendapatan atau harta kekayaan yang didapat
darihasil kejahatan diubah menjadi dana yang seolah-olah berasal dari sumber yang
sah atau legal. Modus tindak pidana seperti ini dari waktu ke waktu semakin
kompleks dengan menggunakan teknologi dan rekayasa keuangan yang cukup
complicated.
Undang-undang nomor 8 tahun 2010 tentang telah mengamanatkan
kewenangan dan tugas PPATK dalam proses perputaran transaksi keuangan yang
dalam pelaksanaannya bertujuan untuk mencegah danmemberatas tindak pidana
pencucian uang termasuk perbuatan asalnya (Predicate crime). Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) atau The Indonesian Financial Transaction
Reports and Analysis Center (INTRAC) dibentuk dengan kewenangan untuk
melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan pencucian uang sekaligus
membangun rezim anti pencucian uang di Indonesia. Hal ini tentunya akan sangat
membantu dalam upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan menurunkan
terjadinya tindak pidana asal (Predicate Crimes).
Secara umum keberadaan lembaga ini dimaksudkan sebagai upaya Indonesia
untuk ikut serta bersama dengan negara-negara lain memberantas kejahatan lintas
negara yang terorganisir seperti korupsi, terorisme dan pencucian uang (money
laundering). Sedangkan secara khusus, keberadaan lembaga ini dimaksudkan sebagai
upaya atau strategi dalam memberantas kriminalitas dalam negeri, apalagi kondisi
hukum Indonesia saat ini masih mengalami krisis kepercayaan baik secara nasional
maupun internasional.
Tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana korupsi telah
mengalami perkembangan pesat. Kedua tindak pidana tersebut telah
berkembang menjadi suatu kejahatan transnational yang melampaui batas-batas
1
teritorial negara. Meskipun tindak pidana pencucian uang telah dikriminalisasi sejak
tahun 2002, kenyataannya kasus tindak pidana pencucian uang kerap terjadi dan
dalam beberapa tindak pidana pencucian uang yang terjadi menempatkan pejabat
publik sebagai pelaku. Sebagai contoh : Kasus Irjen (Pol) Djoko Susilo, Kepala Korps
Lalu Lintas Mabes POLRI. Djoko Susilo divonis dengan hukuman pidana 10 tahun
penjara. Irjen (Pol) Djoko Susiolo dinyatakan terbukti bersalah lantaran korupsi pada
proyek pengadaan simulator uji kemudi roda dua dan roda empat tahun
anggaran 2011 serta melakukan tindak pidana pencucian uang. Djoko juga
dianggap melakukan pencucian uang atau hasil korupsinya dari proyek
simulator dengan menyembunyikan hartanya lewat nama-nama orang dekat,
termasuk ketiga istrinya. Adapun untuk perkara sebelum 2010, jaksa berpendapat
Djoko mencuci uang lantaran jumlah harta kekayaan nya tak sesuai dengan
penghasilan nya sebagai anggota kepolisian.
Pemegang peranan kunci dari mekanisme pemberantasan tindak pidana
pencucian uang di Inonesia ada di tangan Pusat Pelaporan Transaksi Analisis
Keuangan selanjutnya disingkat PPATK. Karena, jika PPATK tidak menjalankan
fungsinya dengan benar, maka efektivitas dari pelaksanaan Undang-Undang Tindak
Pidana Pencucian Uang (TPPU) tidak akan tercapai
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan PPATK ?
2. Apa yang dimaksud dengan aktivitas pencucian uang ?
3. Bagaimana Tugas, Fungsi dan Wewenang PPATK ?
4. Bagaimana peranan PPATK dalam pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang menurut UU Nomor 8 Tahun 2010 ?
C. Tujuan Masalah
Mengetahui apa itu PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan), memahami apa yang dimaksud dengan aktivitas pencucian uang dan
mengetahui tugas, fungsi dan wewenangan PPATK serta memahami sejauh mana
peranan PPATK dalam pembernatasan Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Perbankan Bank Indonesia (UKIP-BI). Selanjutnya dengan penyerahan dokumen
transaksi keuangan mencurigakan dan dokumen pendukung lainnya yang dilakukan
pada tanggal 17 Oktober 2003, maka tugas dan wewenang dimaksud sepenuhnya
beralih ke PPATK.
4
upaya penal saja, tetapi justru upaya non-penal yang justru merupakan upaya
terpenting dalam menanggulangi tindak pidana.1
Pada tahun 2013, DPR meloloskan UU no. 9 tahun 2013 Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Dalam UU tersebut,
menjelaskan tentang Transaksi Keuangan Mencurigakan terkait Pendanaan Terorisme
yang wajib dilaporkan Penyedia Jasa Keuangan kepada PPATK. Diatur juga
mengenai kerahasiaan tugas serta adanya kewenangan PPATK untuk memblokir
rekening bermasalah.
5
Dalam praktek intemasional ada empatjenis FIU, yaitu:
a. Police model, model Kepolisian yang biasanya juga diletakkan di bawah
institusi Kepolisian, misalnya NCIS (United Kingdom), Slovakia (OFIS), New
Zealand, Swiss, Hongkong, STRO (Singapura), Di sini laporan transaksi
keuangan yang mencurigakan atau laporan transaksi tunai ditujukan langsung
kepada lembaga ini yang pada umumnya
mempunyai kewenangan penyidikan.
b. Judicial Model, misalnya Islandia dan Portugal. Biasanya laporan transaksi
yang mencurigakan ditujukankepada kantor kejaksaan Agung untuk diproses.
c. Model gabungan, dalam hal ini laporan ditujukan pada joint police/judicial
unit institusi gabungan seperti di Norwegia dan Denmark.
d. Administrative model, dengan variasi: merupakan lembaga independen di
bawahpemerintahan, seperti Austrac (Australia), Fintrac (Canada), Fincen
(USA) atau di bawah Bank Sentral seperti di Malaysia atau di bawah Financial
Service Authority seperti di Jepang.
Keempat macam model FIU tersebut berbeda dalarn hal besar kecilnya, struktur
dan organisasinya serta tanggung jawabnya yang semuanya tergantung pada
pengaturan di masing rnasing negara. Jadi tidak ada satupun FIU di dunia ini yang
benar-benar sama atau seragam dengan FIU di negara lain. Di Indonesia kita memiliki
PPATK yang merupakan administrative model yang merupakan lembaga independen
yang bertanggung jawab kepada Presiden. Model administratif ini lebih banyak
berfungsi sebagai perantara antara masyarakat atau industri jasa keuangan dengan
institusi penegak hukum. Laporan yang masuk dianalisis dahulu oleh lembaga ini
kemudian dilaporkan institusi penegak hukum, yaitu Kepolisian dan Kejaksaan.
B. Pengertian Aktivitas Pencucian Uang
Secara populer dapatlah dijelaskan, bahwa aktifitas pencucian uang secara
umum merupakan suatu perbuatan memindahkan, menggunakan atau melakukan
perbuatan lainnya atas hasil dari suatu tindak pidana yang kerap dilakukan oleh
organization crime, maupun individu yangmelakukan tindakan korupsi, perdagangan
narkotika dan tindak pidana lainnya dengan tujuan menyembunyikan atau
mengaburkan asal-usul uang yang berasal dari hasil tindak pidana tersebut, sehingga
Reconstruction Corporation (BRRC), PPATK, Law Office of Remy and Darus (R&D) dan Jurnal Hukum
Bisnis, di Bank Indonesia, Jakarta, pada tanggal 6 Mei 2003.
6
dapat digunakan seolah-olah sebagai uang yang sah tanpa tindak pidana tersebut,
sehingga dapat digunakan seolah-olah sebagai uang yang sah tanpa terdeteksi bahwa
aset tersebut berasal dari kegiatan yang ilegal. Adapun yang melatarbelakangi para
pelaku pencucian uang melakukan aksinya adalah dengan maksud memindahkan atau
menjauhkan para pelaku itu dari kejahatan yang menghasilkanproceeds of crime,
memisahkan proceeds of crime dari kejahatan yang dilakukan, menikmati hasil
kejahatan tanpa adanya kecurigaan kepada pelakunya, serta melakukan reinvestasi
hasil kejahatan untuk aksi kejahatan selanjutnya atau ke dalam bisnis yang sah.
Black’s Law Dictionary mengartikan money laundering sebagai:
“Term used to describe investment or other transfer of money flowing from
racketeering, drug transaction, and other illegal sources into legitimate channels so
that its original source cannot be traced”.
Konvensi PBB Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perdagangan Illegal
Narkotika, Obat-obatan Berbahaya dan Psikotropika Tahun 1988 (the United Nations
Convention Against Illicit Trafic in Narcotics, Drugs and Psychotropic Substances of
1988) mengartikan money laundering sebagai:
“The convertion or transfer of property, knowing that such property is derived from
any serious (indictable) offence or offences, or from act of participation in such
offence or offences, for the purpose of concealing or disguising the illicit of the
property or of assisting any person who is involved in the commission of such an
offence or offences to evade the legal consequences of his action; or The concealment
or disguise of the true nature, source, location, disposition, movement, rights with
respect to, or ownership of property, knowing that such property is derived from a
serious (indictable) offence or offences or from an act of participation in such an
offence or offences. “
Konvensi tersebut merupakan konvensi yang pertama kali mendefinisikan
money laundering. Dalam konteks pencucian uang, cakupan konvensi PBB tersebut
belum memadai karena hanya mengatur pencucian uang yang berasal dari kejahatan
perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang sedangkan tindak pidana yang dapat
menjadi pemicu terjadinya pencucian uang sangat banyak antara lain mencakup
korupsi, penyuapan, penyelundupan, kej ahatan di bidang perbankan, narkotika, dan
psikotropika.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas pencucian uang secara
umum merupakan suatu cara menyembunyikan atau mengaburkan atau menyamarkan
7
asal-usul sebenamya hasil dari suatu tindak pidana yang kerap dilakukan oleh
organized crime, maupun individu yang melakukan tindak korupsi, perdagangan
narkotika dan kejahatan lainnya. Melalui tindakan yang melanggar hukum ini,
pendapatan atau harta kekayaan yang didapat dari hasil kejahatan diubah menjadi
dana yang seolah-olah berasal dari sumber yang sah atau legal. Modus tindak pidana
seperti ini dari waktu ke waktu semakin kompleks dengan menggunakan teknologi
dan rekayasa keuangan yang cukup complicated. Secara sederhana, proses pencucian
uang dapat dikelompokkan pada tiga kegiatan, yakniplacement, layering dan
integration:
a. Placement merupakan fase menempatkan uang yang dihasilkan dari suatu
aktivitas kejahatan misalnya dengan pemecahan sejumlah besar uang tunai
menjadi jumlah kecil yang tidak mencolok untuk ditempatkan dalam sistem
keuangan baik dengan menggunakan rekening simpanan bank, atau
dipergunakan untuk membeli sejumlah instrumen keuangan (cheques, money
orders) yang akan ditagihkan dan selanjutnya didepositokan di rekening bank
yang berada di lokasi lain. Placement dapat pula dilakukan dengan pergerakan
fisik dari uang tunai, baik melalui penyelundupan uang tunai dari suatu negara
ke negara lain, dan menggabungkan antara uang tunai yang berasal dari
kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah. Proses
placement ini merupakan titik paling lemah dari perbuatan pencucian uang.
b. Layering, diartikan sebagai memisahkan hasil tindak pidana dari sumbemya
yaitu aktivitas kejahatan yang terkait melalui beberapa tahapan transaksi
keuangan. Dalam hal ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa
rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke temp at lainnya melalui
serangkaian transaksi yang kompleks yang didesain untuk
menyamarkan/menyembunyikan sumber uang “haram” tersebut. Layering dapat
pula dilakukan melalui pembukaan sebanyak mungkin ke rekening-rekening
perusahaan-perusahaan fiktif dengan memanfaatkan ketentuan rahasia bank.
c. Integration, yaitu upaya untuk menetapkan suatu landasan sebagai suatu
‘legitimate explanation’ bagi hasil kejahatan. Disini uang yang ‘dicuci’ melalui
placement maupun layering dialihkan ke dalam kegiatan-kegiatan resmi
sehingga tampak tidak berhubungan sarna sekali dengan aktivitas kejahatan
sebelumnya yang menjadi sumber dari uang yang di-laundry. Pada tahap ini
uang yang telah dicuci dimasukkan kembali ke dalam sirkulasi dengan bentuk
8
yang sejalan dengan aturan hukum. Proses integration ini terjadi apabila proses
layering berhasil dengan baik.
2. Fungsi PPATK
Dalam melaksanakan tugasnya, PPATK mempunyai fungsi sebagai berikut (Pasal
40 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010):
1. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
2. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK
3. Pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor
4. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan
yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana lain
3. Wewenang PPATK
Pasal 41 UU No. 8 Tahun 2010 mengatur kewenangan PPATK sebagai berikut :
9
mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum
internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang;
menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan antipencucian
uang; dan
menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pencucian uang.
2. Penyampaian data dan informasi oleh instansi pemerintah dan/atau lembaga
swasta kepada PPATK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) angka 1
dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian data dan informasi
oleh instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) angka 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah.4
1. menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi Pihak Pelapor;
2. menetapkan kategori Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan tindak pidana
pencucian uang;
3. melakukan audit kepatuhan atau audit khusus;
4. menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang
melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor;
5. memberikan peringatan kepada Pihak Pelapor yang melanggar kewajiban
pelaporan;
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Pelaporan_dan_Analisis_Transaksi_Keuangan. Diakses pada Kamis 11
Oktober 2018 pukul 13.00 WIB
10
6. merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha
Pihak Pelapor; dan
7. menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali Pengguna Jasa bagi
Pihak Pelapor yang tidak memiliki Lembaga Pengawas dan Pengatur.
(1) Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan
informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 angka 4, PPATK dapat:
(2) Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) angka 9
harus segera menindaklanjuti setelah menerima permintaan dari PPATK. Pasal
11
45 UU No. 8 Tahun 2010 menegaskan bahwa dalam melaksanakan
kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8 Tahun 2010,
terhadap PPATK tidak berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan dan
kode etik yang mengatur kerahasiaan.5
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Pelaporan_dan_Analisis_Transaksi_Keuangan. Diakses pada Kamis 11
Oktober 2018 pukul 13.00 WIB
6
Utami Triwidayati,2009, peranan dan hambatan dalam menjalankan fungsi pusat pelaporan
dan analisis transaksi keuangan (PPATK) dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang ,
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hlm 10.
12
Jika dalam dunia internasional dikenal adanya Financial Intelligence Unit (FIU),
maka di Indonesia fungsi FIU tersebut tercermindalam tubuh PPATK. Dan di dalam
Pasal 4 Peraturan Presiden RepublikIndonesia No. 48 Tahun 2012 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan menegaskan
bahwa PPATKmenyelenggarakan tugasnya berdasarkan fungsi sebagai berikut:
1. pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang;
2. pengelolaan data dan pengelolaan informasi yang diperoleh PPATK;
3. pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor; dan
4. analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang
berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-UndangNomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan TindakPidana Pencucian Uang.
Kemudian pada pelaksanaaannya Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau
pemeriksaan laporan dan informasi PPATK dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor;
b. meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait;
c. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkanpengembangan hasil
analisis PPATK;
d. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaandari instansi
penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri;
e. meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansipeminta, baik di
dalam maupun di luar negeri;
f. menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenaiadanya dugaan
tindak pidana Pencucian Uang;
g. meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan
dugaan tindak pidana Pencucian Uang;
h. merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya
melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;7
i. meminta penyedia jasa keuangan untuk
7
https://www.academia.edu/19886714/
PERANAN_PUSAT_PELAPORAN_DAN_ANALISIS_TRANSAKSI_KEUANGAN_PPATK_DALAM_PE
MBERANTASAN_TINDAK_PIDANA_PENCUCIAN_UANG. Diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018 pukul
13.00 WIB
13
j. menghentikan sementara seluruh atau sebagian Transaksi yangdiketahui atau
dicurigai merupakan hasil tindak pidana;
k. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikanyang dilakukan
oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidanaPencucian Uang;
l. mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dantanggung
jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan
m. meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.Selama
menjalankan tugasnya PPATK akan memberikan laporan kepada presiden dan
dewan perwakilan rakyat mengenai pelaksanaaan tugas, fungsi, dan
wewenangnya secara berkala setiap 6 (enam bulan).
14
PPATK melalui audit. Hingga akhir ketiga tahun 2015, jumlah penyampaian laporan
kePPATK semakin bertambah. Penerimaan pelaporan terbanyak selama September
2015 terutama terkait Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana dari dan ke Luar
Negeri/LTKL (Swift Bank), Laporan Transaksi Keuangan Tunai/LTKT, Laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan/LTKM, dan Laporan Transaksi Penyedia Barang
dan Jasa/LTPBJ yang selama September 2015 bertambah masing-masing sebanyak
379,4 ribu LTKL, 200,0 ribu LTKT, 5,2 ribu LTPBJ, dan 4,0ribu LTKM. Dengan
adanya penambahan laporan ini, jumlah keseluruhan laporan yang telah diterima
PPATK sejak Januari 2003 telah mencapai 28.068.145 laporan atau meningkat
sebanyak 27,6 persen
dibandingkan jumlah kumulatif laporan per akhir Desember 2014. Bila diamati
perkembangan bulanannya (month-to-month, disingkat m-to-m),penerimaan
keseluruhan laporan di September 2015 bila dibandingkan penerimaan pada bulan
sebelumnya mengalami penurunan, terutama penerimaan LTKL dan LTKM yang
masing-masing turun sebanyak 22,3persen dan 12,0 persen.Terkait fungsi analisis,
selama September 2015,PPATK telah menyampaikan Hasil Analisis (selanjutnya
disebut HA) kepada penyidik sebanyak 20 HA, dengan 11 HA diantaranya
merupakanHA inquiry (permintaan dari penyidik), dan selebihnya sebanyak 9 HA
merupakan HA Proaktif (inisiatif dari PPATK). Berdasarkan jumlah HA selama
periode tersebut, dugaan tindak pidana Korupsi menjadi tindak pidana yang paling
dominan, yaitu sebanyak 10 HA (50,0 persen). Sesuai amanat UU TPPU, selain
melakukan fungsi analisis, PPATK juga memiliki fungsi pemeriksaan. Namun
demikian, selama September 2015, belum
terdapat Laporan Hasil Pemeriksaan (selanjutnya disebut LHP) yang disampaikan
kepada penyidik terkait. Dengan demikian, jumlah LHP telah disampaikan kepada
penyidik maupun Kementerian/Lembaga terkait sejak berlakunya UU TPPU, telah
tercatat sebanyak 58 LHP, dengan rincian 19 LHP diantaranya disampaikan ke
Penyidik Kepolisian, 27 LHP ke Penyidik Kejaksaan, 27 LHP ke Penyidik KPK, 9
LHP ke Penyidik Dirjen Pajak/DJP, 3 LHP ke Penyidik BNN, dan 1 LHP ke Penyidik
Dirjen Bea Cukai. Sementara itu, terkait dengan putusan pengadilan,berdasarkan data
terkini, hingga akhir September 2015 terdapat 98 putusan pengadilan terkait TPPU
sejak berlakunya UU TPPU. Bila diakumulasikan sejak Januari 2005, jumlah putusan
15
pengadilan terkait TPPU tercatat sudah sebanyak 136 kasus dengan hukuman
maksimal 18 tahun dan denda maksimal Rp15 Miliar.8
8
https://www.academia.edu/19886714/
PERANAN_PUSAT_PELAPORAN_DAN_ANALISIS_TRANSAKSI_KEUANGAN_PPATK_DALAM_PE
MBERANTASAN_TINDAK_PIDANA_PENCUCIAN_UANG. Diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018 pukul
13.00 WIB
16
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam bahasa Inggris
memiliki arti Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis
Center/INTRAC) adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah
dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Lembaga ini memiliki kewenangan
untuk melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasaan pencucian uang
sekaligus membangun rezim anti pencucian uang dan kontra pendanaan terorisme
di Indonesia
2. Tindak pidana pencucian uang adalah aktifitas pencucian uang secara umum
merupakan suatu perbuatan memindahkan, menggunakan atau melakukan perbuatan
lainnya atas hasil dari suatu tindak pidana yang kerap dilakukan oleh organization
crime, maupun individu yangmelakukan tindakan korupsi, perdagangan narkotika dan
tindak pidana lainnya dengan tujuan menyembunyikan atau mengaburkan asal-usul
uang yang berasal dari hasil tindak pidana tersebut, sehingga dapat digunakan seolah-
olah sebagai uang yang sah tanpa tindak pidana tersebut
3. Pasal 39 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang, menetapkan PPATK mempunyai tugas mencegah
dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Dalam melaksanakan tugasnya,
PPATK mempunyai fungsi sebagai berikut (Pasal 40 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010): Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang,
Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK, Pengawasan terhadap
kepatuhan Pihak Pelapor, Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi
Transaksi Keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau
tindak pidana lain. Pasal 41 UU No. 8 Tahun 2010 mengatur kewenangan PPATK
sebagai berikut: meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi
pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan
informasi, termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima
laporan dari profesi tertentu,menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan
Mencurigakan; mengoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang
17
dengan instansi terkait, memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya
pencegahan tindak pidana pencucian uang
4. Di Indonesia kita memiliki PPATK yang merupakan administrative model yang
merupakan lembaga independen yang bertanggung jawab kepada Presiden. Model
administratif ini lebih banyak berfungsi sebagai perantara antara masyarakat atau
industri jasa keuangan dengan institusi penegak hukum. Laporan yang masuk
dianalisis dahulu oleh lembaga ini kemudian dilaporkan institusi penegak hukum,
yaitu Kepolisian dan Kejaksaan
18
DAFTAR PUSTAKA
http://iusyusephukum.blogspot.com/2015/11/makalah-peranan-ppatk-dalam-upaya.html.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Pelaporan_dan_Analisis_Transaksi_Keuangan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Pelaporan_dan_Analisis_Transaksi_Keuangan.
https://www.academia.edu/19886714/
Peranan_Pusat_Pelaporan_Dan_Analisis_Transaksi_Keuangan_Ppatk_Dalam_Pemberantasan_Tindak_P
idana_Pencucian_Uang.
https://www.academia.edu/19886714/
Peranan_Pusat_Pelaporan_Dan_Analisis_Transaksi_Keuangan_Ppatk_Dalam_Pemberantasan_Tindak_P
idana_Pencucian_Uang.
Yunus Husein, PPATK: Tugas, Wewenang Dan Peranannya Dalam Memberantas Tindak Pidana Pencucian
Uang. Makalah disampaikan pada Seminar Pencucian Uang yang diadakan bersama oleh Business
Reform and Reconstruction Corporation (BRRC), PPATK, Law Office of Remy and Darus (R&D) dan
Jurnal Hukum Bisnis, di Bank Indonesia, Jakarta.
19
20