pelajaran? Padahal tidak semua anak IPS seperti itu. Aisyah salah satu nya. Dia dikenal dengan
teman teman dekatnya sebagai anak yang rajin. Tidak terlalu kaku seperti kutu buku, namun dia
Ditengah-tengah pelajaran Sosiologi yang dibawa oleh Ibu Ratna, tiba-tiba ,terdengar suara
ketukan pintu kelas yang memberhentikan perkataan Bu Ratna dan seluruh atensi mengarah ke
sumber suara.
“Permisi bu, ada pemberitahuan” ujar sosok lelaki yang mengetuk pintu tersebut.
“Baik bu, izin sebentar ya bu,” jawab siswa yang namanya Adit itu, ia menunda ucapan nya,
salah satunya cerdas cermat. Materi yang akan diujiankan ialah tentang pengetahuan umum
dan matematika. Bila ada yang mau mendaftar, bisa temui saya di kelas XII IPA 1 setiap jam
“Batas pendaftaran sampai 3 hari kedepan. Sekian itu saja, bila ada yang ingin bertanya bisa
chat saya melalui nomor yang tertera di brosur.” Lanjut Adit sembari menempelkan brosur di
“Syah, kamu ikut ga? Denger denger hadiah tunai nya lumayan lohh” bisik Ria, teman sebangku
Aisyah.
Aisyah yang tertarik dengan kompetisi itu mengangguk, “Iya, nanti temenin aku ya ke kelas
Adit.”
- -
Sesampai di kelas Adit..
Aisyah dan Ria telah sepakat untuk mendatangi Adit begitu jam sekolah telah usai. Tidak butuh
waktu lama untuk mereka mencari Adit-ketua kelas XII IPA 1 serta menjabat ketua Olimpiade
itu-karena terlihat ada beberapa orang yang berkerumun di sebuah meja, yang mereka yakini
itu adalah meja Adit, serta orang-orang itu pasti memiliki tujuan yang sama dengannya.
“Kita tunggu sepi aja yuk,” ujar Ria yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Aisyah.
Tak terasa, satu-persatu sudah mulai pergi meninggalkan kelas itu, dan saatnya giliran Aisyah
“Adit kan?” Tanya Aisyah ketika menghampiri sosok yang dikatakan jenius itu.
“Sehhh, baru yang pertama nih ada yang ikut cerdas cermat. Kerenn kerenn.” sambung sosok
lelaki dengan kulit tan, berambut lebat dan berkumis tipis. Sosok itu duduk menyandar di
Kedua sahabat itu diam tak merespon perkataan tadi. Sampai Adit bertanya kepada mereka,
“Namanya siapa? Kelas berapa?”
Sambil mencatat nama mereka, Adit mengeluarkan smirk nya yang terlihat aneh. Ria dan Aisyah
bertanya-tanya dalam batin mereka. Entah kenapa, rasanya smirk itu sengaja ditunjukkan untuk
mereka.
“Ada juga ya, akhirnya anak IPS yang ikut. Gua kira gaada sih,” ujar Adit. Dia memberikan dua
“Emang kenapa? Gaboleh?” Tanya Ria, dengan nada bicara yang menantang perkataan Adit
sebelumnya.
“Hhhhh- bukan ga boleh, takutnya kalian bakal kalah dengan ku.” Mendengar perkataan Adit
yang begitu sombong itu membuat Aisyah dan Ria sempat kesal.
“Jangan sok dulu deh, lagian emang lo bisa tau tentang masa depan? Kalau kami yang menang
gimana?” Tanya Aisyah tak mau kalah. Selain pintar, ternyata Adit ini punya kelebihan lain ya,
sombong sekali.
“Ya… engga sih. Tapi gua udah bisa memprediksi. Liat aja nanti Hahaha.. gua saranin, kalau
“Atau pergi dari ruangan ini” ucap Adit sarkas dan sangat angkuh.
“Ga. Kami gabakal mundur. Kami bakal ikut.” Mendengar ucapan Aisyah yang tegas itu
“Dit, biarin aja toh. Lagian mereka juga mau ikut. Lo jangan sok sok gitu deh, nanti karma loh.”
Ujar teman sekelas Adit yang masih duduk di hadapan Adit, Aisyah dan Ria.
“Hhhhh oke oke. Gua bukan menyombongkan diri Fa, Cuma ngomong sesuai realitanya aja. Biar
ekspektasi mereka tug a tinggi-tinggi amat. Kasian loh, kalau udah jatuh. Sakit” Adit membalas
wahh.. mendengar kalimat itu, rasanya Aisyah ingin mencabik-cabik wajah bermata empat itu.
“Inget, cepat atau lambat, pasti bakal ada karma” ujar Aisyah sembari memberi formulir yang
sudah ia isi. Ria juga menyusul membalikkan formulir nya kepada Adit.
yang dikagumi guru-guru karena prestasi nya di bidang olimpiade, ternyata se-angkuh itu.
“Kita harus menang, yakan? Biar kita buktiin, anak IPS tuh ga semua nya seperti yang di otak
Dan.. saat saat menegangkan telah tiba, semua panitia, peserta, penonton, dan para juri telah
berkumpul di Aula sekolah yang menjadi tempat untuk melaksanakan kompetisi cerdas cermat
itu.
Ternyata, ada 4 tim yang mengikuti kompetisi cerdas cermat. Saingannya tidak terlalu banyak
memang, tapi cukup berat. Dari 4 tim yang ada, 3 tim diantaranya adalah anak IPA unggulan.
Termasuk pasangan Adit dan Rafa. Hanya Aisyah dan Ria sajalah yang termasuk anak IPS.
Suasana menegangkan mulai terasa ketika dua sahabat itu memasuki aula dan melihat kea rah
“Iya syah, baca doa ya, kita pasti bisa kok. Kita bakal lewatin ini bareng-bareng” ucap Ria yang
memberi semangat.
“Kita udah lakukan yang terbaik, semoga kita bakal dapat hasil yang baik pula.” Sambung Ria
yang membuat Aisyah juga ikut merasakan positif vibes yang diberi.
Pertandingan pun di mulai, 40 menit berjalan dan babak satu telah selesai. Aisyah dan Ria
berhasil melewati babak pertama, dan langsung masuk ke babak final dengan tim Adit dan Rafa.
Mereka duduk berhadapan, mata mereka saling memicing satu sama lain, tanda pertandingan
Dengan doa dan usaha nya selama ini, Aisyah bisa mengerjakan soal dengan baik, dan
membantu rekan nya Ria. Mereka mempunyai kerja sama tim yang bagus.
Sedangkan di sebrang sana, terlihat Adit tidak selincah Aisyah yang sudah mengerjakan banyak
soal. Adit tidak mau membagi tugas dengan Rafa, karena ia merasa bahwa ia cukup pintar dan
Dan ketika waktu tersisa 5 menit lagi, Adit terlihat panik. Ia memisuh-misuh kepada Rafa karena
tidak membantu nya. Padahal, ia lah yang menolak bantuan Rafa. Sedangkan tim XII IPS 1,
Kriinggg..
Dan ketika bel telah berbunyi, tanda waktu habis. Adit dan Rafa pun mau tak mau memberikan
Saatnya menunggu hasil akhir. Baik dari kedua tim itu sangat penasaran dan gugup dengan hasil
“Mau ngarep apa lagi? Toh pasti aku yang menang” Adit berkata sombong didepan Aisyah dan
“Baiklah, saatnya pengumuman pemenang dari kompetisi cerdas cermat ini.” Tiba-tiba suara
Tangan Aisyah dan Ria saling menggenggam erat dan berdoa kepada tuhan. Keringat meluncur
“Dan yang menjadi juara pertama di kompetisi cerdas cermat SMA DHARMAWANGSA adalah….
Aisyah dan Ria, dari XII IPS 1! Selamat!” mendengar itu sontak Aisyah dan Ria teriak bahagia.
Mereka tidak menyangka, mereka memenangkan kompetisi itu. Dan juga bisa membuktikan
bahwa tidak semuanya anak IPS bisa dianggap rendah seperti cara nya Adit.
Tentu saja, disisi lain Adit merasa kesal dah resah. Rafa yang disampingnya memeluknya ala
gentle sesame lelaki, “Udah gapapa, mungkin kita belum maksimal.” Ujar Rafa.
“Maaf ya, kalau aku sepele dan merendahkan kalian. Kalian hebat” ujar Adit lagi
“Iyaa, gapapa. Kalian juga hebat. Kita semua hebat!” balas Ria tersenyum manis.