Anda di halaman 1dari 7

Hello!

Karya: Aribatul Hasiib

Jenis cerita: Cerpen Fantasi

Pagi yang cerah, Fisya seorang siswi kelas 1 SMA yang hidup dengan segala
kemewahan bangun dari tidurnya. “Hoaah” ucapnya. Setelah bangun, ia langsung
memasuki kamar mandi dan berendam selama enam menit, tidak ada yang bisa
mengganggunya Ketika ia memasuki kamar mandi.

Tak lama kemudian. “Pukul 06.30 waktunya Fisya sarapan” suara alat pintar
dikamar Fisya. “Bentar” jawab Fisya. Setelah Fisya keluar dari kamar mandi,
Fisya segera mengenakan seragam sekolah. “Luca, perkiraan cuaca hari ini?” tanya
Fisya pada alat pintarnya. “Perkiraan cuaca hari ini, cerah” jawab alat pintarnya.

Setelah keluar dari kamarnya, Fisya langsung menuruni tangga dan duduk
dimeja makan. “Bi, aku mau sarapan sandwich ya” ucap Fisya. “Siap non” jawab bi
Lina. “Papa, aku minta sangu, kemaren sangunya udah habis” ucap Fisya. “Kalau
udah habis, minta bikinin bi Lina bekal komplit aja” jawab papa Fisya. “Yaah
papa…” tambah Fisya.

Setelah makan, “Pa, aku berangkat dulu ya” pamit Fisya. “Iya, jangan lupa baca
do’a” jawab papa Fisya. Sepuluh menit perjalanan menuju sekolah, akhirnya Fisya
sampai di sekolah. Fisya berjalan dari gerbang sekolah menuju kelasnya. Setelah
memasuki kelas, Fisya langsung duduk dikursinya, dan mengeluarkan beberapa
buku novel.

Jaman sekarang masih marak penculikkan, pembunuhan, biasanya berkedok


sebagai keluarga korban, namun sekarang sudah ada metode penculikan lewat
telefon. Korban yang ditargetkan akan mendapat telefon dari pelaku. Pelaku akan
menyapa korban menggunakan kata “Hello!” jika korban menjawab, maka besoknya
korban sudah tewas, biasanya pelaku mengincar organ tubuh korban.

Di dalam kelas, Fisya tampak sedang asik membaca buku novel, sedangkan
teman-temannya sibuk membicarakan tentang kasus penculikan. “Gais, udah baca
berita belom?” tanya Ida. “Belom, emang kenapa?” jawab Lia. “Eh iya, kemarin
katanya ada penculikkan hello, sampai sekarang udah ada lima korban” jawab
Aska.

Mendengar obrolan temannya, Fisya langsung angkat bicara. “Katanya pelaku


cuma ngincer organ korban ya” tambah Fisya. “iya” jawab Lia. “Gais, mulai
sekarang kalau ada telefon yang ga dikenal, ga usah dijawab” kata Ida. “Nah, iya”
jawab Fisya.

Sepuluh menit setelah Fisya memasuki kelas, akhirnya berbunyilah bel masuk,
semua murid yang sedang asik berbincang di lapangan segera memasuki kelas.
“Pagi anak-anak” sapa bu Diva. “Pagi bu…” jawab murid-murid serentak. “Pagi ini,
jamnya bu Diva ya… silahkan buka buku Bahasa inggrisnya halaman 29” kata bu
Diva. “baik bu” jawab murid-murid serentak.

Matahari mulai naik, jam menunjukkan pukul setengah satu siang, bel pulang
berbunyi. “Yang sudah selesai mengerjakan ujikom IPA boleh pulang” kata bu
Risa. “Baik bu” jawab murid-murid serentak. Sebagian murid memilih pulang, dan
sebagiannya lagi pulang telat karena mengikuti bimbel di sekolah.

Ridwan, teman sekelas Fisya tampak sedang membereskan alat tulisnya dan
bergegas pulang dari kelas bimbel. Matahari hampir terbenam, sedangkan Ridwan
yang sedang asik berjalan sambil mendengarkan musik. Menyadari bahwa musik
berubah menjadi nada dering. Ridwan pun segera mengangkat. “Halo?” tanya
Ridwan. Tiba-tiba terdengar suara pria menyapa “Hello!” seketika telefon
terhenti.

“Apaan sih, ga jelas” gumamnya. Sampai di rumah, ia segera berganti baju dan
bermain game sampai larut malam. Tiba-tiba terdengar suara ketokan pintu. “Aah,
pasti ayam” gumamnya. “Ini nak, pesanannya” kata pengantar makanan. “Iya pak,
terimakasih ya” jawabnya. ketika Ridwan hendak menarik gagang pintu, ia pun
didekap dari belakang.

Seperti biasa, setelah mandi Fisya langsung menuju lantai bawah untuk
sarapan. “Pa, kemarin matematikaku dapet nilai seratus, sekarang aku minta sangu
ya” kata Fisya. “Wah, anak papa hebat… iya deh kali ini papa kasi sangu seratus
ribu, setengahnya boleh beli apa aja” jawab papa Fisya. “Yes, makasih pa” jawab
Fisya.

Setelah sampai di sekolah, Fisya menuju kelas dan seperti biasa,


menyelesaikan cerita novelnya. “Eh, dengerin ya gais, kemarin tuh katanya Ridwan
hilang lho, jangan kasih tau siapa-siapa ya!” kata Ida. Mendengar ucapan Ida,
Fisya langsung menyela. “Hah, beneran? Tau darimana? Tanya Fisya. “Rumahku
kan satu kampung sama Ridwan… eh tapi jangan bilang siapa-siapa” jawab Ida.
“Oke siap” jawab Aska.
Karena belum terbiasa dengan sesuatu yang seperti ini, Fisya memutuskan
untuk bergabung dengan Ida. “Berarti, dia belum ketemu ya?” tanya Aska. “Iya
lah, Namanya diculik” jawab Ida. “Eh, gimana kalau kita ikut bantu cari Ridwan?”
tanya Fisya. “Eh, jangan Sya, biarin yang berwenang aja, kita ini masih SMA”
jawab Lia. “Betul… eh besok ke Mall yuk, Fisya ikut?” tanya Ida. “Iya deh” jawab
Fisya.

“Hari Minggu, waktunya ke mall Bersama teman” ucap Luca alat pintar milik
Fisya. Setelah mandi, Fisya segera berganti baju dan langsung sarapan. “Eh mau
kemana? Bukannya libur ya?” tanya papa Fisya. “Aku mau jalan sama temen” jawab
Fisya. “Sama siapa aja?” tanya papa Fisya. “Ida, Lia sama Aska” jawab Fisya.
“Dianterin papa ya, sekalian papa mau ke rumah temen” jawab papa Fisya. “Oke”
jawab Fisya.

Setelah sampai di rumah Ida, Fisya berpamitan kepada papanya. “Hallo Fisya”
sapa Aska. “Eh, mana Lia?” tanya Fisya. “Dia belom dateng” jawab Aska. “Oowh”
tambah Fisya. “Gais, nanti kita dianterin mamanya Lia, untung Lia bilang ke
mamanya kalau kita jalan ke Mall” kata Ida. “Bagus lah” jawab Fisya.

Tidak lama kemudian mobil Lia datang dan siap ke Mall. “Gais, kalian bawa uang
berapa?” tanya ida. “Aku lima puluh ribu” jawab Aska. “Aku seratus” jawab Fisya.
“Aku seratus” jawab Lia. “Owh, cukup lah buat jajan” jawab Ida. “Eh jajan dulu
ato main nih?” tanya Fisya. “Main Roller Coaster yuk!” ucap Lia. “Ayoo” jawab
Aska.

Sampai lah mereka di lantai tiga. “Gais, kita beli kartu dulu” ucap Ida. “Iya”
jawab Lia. Setelah membeli kartu, mereka duduk dikursi Roller Coaster, Ida
dengan Aska, sedangkan Lia dengan Fisya. “Siap yaa, satu… dua… tiga…” ucap mas
penjaga. “Gais, kalian ga papa kan” kata Ida. “Yoi” jawab Lia.

Selesai bermain, kaki mereka gemetar, meski begitu mereka sangat senang.
“Sekarang kemana nih?” tanya Aska. “Makan sushi yuk” jawab Lia. “Yey sushi”
jawab Fisya. “Bentar gais, ada telefon” kata Ida. “Siapa? Ga dikenal itu” kata
Fisya. “Ayo, angkat aja terus kita makan sushi” kata Lia.

Lupa dengan perkataannya, Ida mengangkat telefon tersebut. “Halo, dengan


Ida disini” jawab Ida. Terdengar suara seorang pria mengatakan “Hello!” kepada
Ida. Ida langsung melempar hp tersebut. “Aaaa” teriaknya. “Kenapa da?” tanya
Aska. “P… pe… penculik hello! Telefon aku” ucap Ida sambil terbata-bata. “Hah!!”
kaget semuanya.
Tidak disangka, situasi yang tadinya ceria seketika berubah menjadi tegang.
“I… ini, hari terakhirku sama ka… kalian. Huaa..” ucap Ida sambil menangis.
“Enggak kok Da, kita pasti bisa bantu kamu, sementara ini kamu gak usah pulang
ke rumah” jawab Fisya. “Terus aku kemana?” tanya Ida. “Ke rumahku aja” tawar
Fisya.

Didalam mobil Fisya. “Woah, kamu punya supir? Pasti kamu orang kaya” kata
Ida. “Engga kok, yang kaya cuma yang diatas” jawab Fisya. “Hahaha… ada-ada aja
kamu” kata Ida. “Bener loh” jawab Fisya. “Pak, nanti ke Supermarket dulu ya”
kata Fisya. “Baik non” jawab pak supir. “Kok pucet ya” ucap Ida dalam hati.

Di Supermarket. “Da, kamu mau jajan apa? Kali ini aku yang traktir, tad ikan
kamu udah beliin aku sushi” kata Fisya. “Ah, ngga papa ini?” tanya Ida. “Ngga papa
lah” jawab Fisya. “Ini cukup” kata Ida sambil membawa keranjang belanja. “Iya,
Kripik jagung yang rasa keju itu punyaku ya” jawab Fisya. “Yoi” jawab Ida.

Setelah berbelanja, Fisya dan Ida memasuki mobil dan segera pulang ke
rumah, khawatir terjadi sesuatu karena matahari mulai terbenam. “Widiih, rumah
kamu besar banget Fis” kata Ida. “Makasih, tapi ini gak besar banget kok” jawab
Fisya. “Ke kamarku yuk!” ajak Fisya. “Fis, emang boleh ya aku nginep sini?” tanya
Ida. “Boleh kok, nanti aku ijinin ke papaku, kamu juga harus ijin mamamu” jawab
Fisya.

Setelah berganti pakaian, Fisya langsung turun kebawah menuju kamar


papanya. “Tok… tok..” suara ketukan pintu. “Iya, masuk aja” jawab papa Fisya.
“Papa” sapa Fisya. “Eh anak papa, kenapa sayang?” tanya papa Fisya. “Pa, temen
aku boleh ya nginep sini?” tanya Fisya. “Boleh, asal kamu seneng, siapa Namanya?”
jawab papa Fisya. “Namanya Ida pa” jawab Fisya.

Langit hampir gelap, waktu menunjukkan pukul stengah enam sore. “Pukul enam
tiga puluh, waktunya shalat maghrib” kata Luca. “Eh, ap aitu Fis?” tanya Ida. “Itu
alat pengingat, kalau aku bosen kadang curhatnya sama dia” jawab Fisya. “Wah,
keren banget” jawab ida. “Yaudah, shalat dulu yuk” ajak Fisya. “Yuk” jawab Ida.

Setelah shalat maghrib. “Non Fisya, non Ida makan malam sudah siap” ucap bi
Lina. “Iya bi, tunggu bentar” jawab Fisya. “Ida, aku duluan ya” kata Fisya. “Iya”
jawab Ida. Tiba-tiba telefon Ida berdering “Tereret tereret” dilayarnya tertulis
nomor tidak dikenal. Barangkali telefon itu penting, akhirnya Ida mengangkat.
“Hallo… Ini siapa ya?” tanya Ida. “Kamu dimana? Kamu dimana?” jawab penelfon.
“AAA!!” teriak Ida sambil membanting hp. Fisya yang sedang mengambil nasi
langsung kaget dan berlari menuju tempat Ida. “Kenapa?” tanya Fisya sambil
ngosh-ngoshan. “Su… su.. suara itu!” ucap Ida. “Kenapa suaranya?” tanya Fisya
lagi. “PENCULIK HELLO!!” jawab Ida dengan teriak. “Tiit… tiit…” suara telefon
dimatikan.

Di kamar Fisya. “Huaaa…” tangisan Ida. “Udahlah ida, jangan nangis terus”
ucap Fisya. “Menangis tidak baik, menangis menyebabkan pusing dan tubuh
dehidrasi” ucap Luca. “Di… di… dia lagi nyariin aku, aku takut Fisyaaa” kata Ida
sambil menangis. “Udah, kan ada aku, aku bisa kok bantuin kamu” kata Fisya.
“Makasih Fis” jawab Ida.

Hari Minggu telah berlalu dan berganti hari Senin. “Pukul enam, waktunya
bangun” ucap Luca. “Aaah, kaget!” kaget Ida. “Da, cepetan mandi sana” kata Fisya.
“Ok, tapi aku mau turun kebawah dulu ya” jawab Ida. “Iya” jawab Fisya. Setelah
keliling lantai satu rumah Fisya, Ida menyadari bahwa semua orang tidak ada
dirumah tersebut. “Fis, kemana papamu sama bi Lina?” tanya Ida. “Ga tau” jawab
Fisya.

Tiba-tiba saja terdengar dari bawah “Non Fisya, non Ida sarapan dulu gih”
ucap Bi Lina. “Lah, ada gitu” ucap Fisya. “Lo hiya, padahal tadi sepi banget lho”
jawab Ida. “Kamu salah lihat paling” jawab Fisya. “Ah, udah aku mau sarapan”
jawab Ida. “Eits, inikan rumahku” jawab Fisya. “Hahaha…” Mereka tertawa
Bersama.

Setelah sarapan, mereka berangkat ke Sekolah. “Fisya, makasih ya udah mau


nampung aku, makasih atas semuanya, aku sayang kamu” ucap Ida tiba-tiba.
“Hehe… iya sama-sama. “Pegangan yuk” ajak Ida. “Eh, ko… kok…” ucap Ida.
“Kenapa?” tanya Fisya. “Ah, engga” jawab Ida. “Owh, ayo masuk kelas” ajak Fisya.
“Iya” jawab Ida.

Di kelas, Ida duduk Bersama Fisya. Mereka menghabiskan waktu Bersama-


sama, tertawa Bersama, curhat Bersama, nyemil Bersama, apapun itu dilakukan
Bersama. Waktu berjalan hingga menunjukkan pukul setengah satu siang, bel
pulang berbunyi. Semua siswa tampak sangat senang, termasuk Ida dan Fisya.

Di lapangan sekolah. “Ida, uang kamu sisa ngga?” tanya Fisya. “Iya” jawab ida.
“Jajan yuk” ajak Fisya. “Ayuk” jawab Ida. “Fisya, nanti pas udah sampai di
rumahmu, aku mau ngomong sesuatu” ucap Ida. “Ngomong apa? Sekarang juga
bisa kok” jawab Fisya. “Nanti aja kalau udah sampai dirumahmu” jawab Ida. “Owh,
ok” jawab Fisya.

Setelah membeli makanan ringan, Fisya dan Ida menaiki mobil dan pulang ke
rumah Fisya. “Ayo, kamu mau ngomong apa?” tanya Fisya. “Hmm, maaf kalau
omonganku aneh ya” jawab Ida. “Iya, ada apa?” tanya Fisya. “Tadi, waktu akum au
megang tanganmu, tanganmu itu tembus pandang, aku ga bisa megang” kata Ida.
“Hah, kamu tuh aneh-aneh, coba nih pegang” jawab Fisya. “Ah iya, kayaknya aku
halusinasi, hehehe” jawab Ida.

Di kamar Fisya. “Fisya, aku boleh pinjam selimut kamu ngga? Akhir-akhir ini
badanku dingin banget hehehe” ucap Ida. “Ah, iya biasanya kamu ngga suka pake
selimut. Ini buat kamu” jawab Fisya. “Makasih ya” jawab Ida.

Waktu mulai berlalu, matahari telah tenggelam, langit menjadi gelap pertanda
malam sudah tiba. Fisya yang tertidur lelap, terbangun karena suara benda jatuh.
“Kleng kleng” suara benda jatuh. “Ah bikin kaget aja” kaget Fisya. “Loh, Ida
kemana” gumamnya. Fisya, yang telah menyadari bahwa Ida tidak ada di kamar. Ia
langsung turun kebawah dan menghampiri pintu coklat yang terkunci rapat.
Sepertinya hanya Fisya yang dapat membuka.

Setelah pintu tersebut dibuka, bau anyir darah menyebar keseluruh sudut
rumah. Begitu memasuki ruangan tersebut, banyak darah kering menempel
dilantai. “Wah, kalian disini rupanya… papa, bi Lina, pak Rochman udah pada tidur
ya? Btw Ida kamu dari tadi aku cariin loh, inget gak, kata-kataku yang penuh
makna? Hello!” ucap Fisya pada tubuh-tubuh tak bernyawa tersebut. “Papa,
seandainya papa ngga pernah mukul aku, papa ngga akan tidur disini… papa pasti
tidur dikasur kesayangan papa, hahaha” ucap Fisya dengan tawa jahatnya. “Bi
Lina, Ida, Seandainya kalian ngga tau kalau aku bunuh papa, pasti kalian ngga
tidur disini…” ucapnya lagi. “pfft, gimana kalau aku nyusul kalian?” tambahnya.
“Fix, nanti aku nyusul kalian” ucapnya sambil membawa pisau, dan…

“Ditemukan terlambat dua hari setelah kejadian”

“Kami bergerak untuk memastikan kematian tiga korban serta satu pelaku”

“Sepertinya pelaku memiliki kebiasaan aneh, dirumah baik disekolah”

“Yaitu berbicara sendiri dengan fantasinya”

“Ah, Sepertinya pelaku meninggalkan surat”

“Papa yang aku sayangi… maaf, semua itu adalah tidak sengaja, maaf papa
mengalami rasa sakit karena aku, tapi… itu semua ngga sebanding sama siksaan
papa ke aku. Dan untuk bi Lina, Ida, dan pak Rochman, maaf telah melibatkan
kalian… Hahahaha” Begitulah surat peninggalan Fisya, pelaku pembunuhan…

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai