Anda di halaman 1dari 9

PERSELINGKUHAN

Pada sebuah kampong yang kecil ada rumah yang sederhana. Rumah itu memiliki lingkungan yang luas
ditumbuhi buah-buahan dan sayuran seperti papaya, manga, kacang, dan lain sebagainya. Rumah itu
ditempati oleh suami istri yang bernama Joko dan Dita, mereka bekerja di perusahaan yang berbeda.
Joko bekerja di pabrik roti dan Dita bekerja di supermarket.

“Ma kamu berangkat jam berapa?” Tanya Joko. “Aku berangkat pagi, ada apa?” Jawab Dita. “Oh ya
berangkat sama-sama yuk” kata Joko. Setelah itu mereka berangkat ke kantor bersama-sama
menggunakan sepeda motor.

Stetlah sampai di kantor Dita, dita disapa oleh salah satu karyawan laki-laki di supermarket. “Baru
sampai buk” Tanya karyawan. “Oh iya” jawab Dita, dan begitu pula sebaliknya stelah Joko datang di
pabrik Joko disapa oleh salah satu karyawan wanita. “Baru datang pak” Tanya karyawan, “oh iya” jawab
Joko.

Setelah selesai bekerja, di rumah mereka membicarakan karyawan yang menyapa mereka. “tadi siapa
yang menyapamu?” Tanya Joko. Oh tadi salah satu karyawan” jawab Dita. “kayaknya dia menyukaimu”
kata Joko. “kamu cemburu?” jawab Dita. “nggak” kata Joko.

Pada keesokan harinya, Dita disapa lagi oleh karyawan yang sama. Joko semakin cemburu dan Dita
dituduh dengan salah satu karyawan di tempat kerjanya, dan akhirnya mereka bertengkar dan cerai.

Karya: Erwin S.

Kelas IX C
PERSAHABATAN YANG INDAH

Pada pagi hari yang sangat dingin ada 3 orang anak yang bernama Igit, Aji, dan Wisnu. Mereka semua
berangkat ke sekolah bersama-sama. Mereka berangkat sekolah pukul 05.30 pagi. Mereka selalu
berangkat ke sekolah bersama-sama. Menjelang pukul 6 pagi, mereka telah sampai di sekolah. Lalu
mereka masuk ke ruang kelasnya masing-masing.

Setelah bel istirahat berbunyi, mereka pergi ke kantin bersama-sama. Setelah sampai di kantin ternyata
Aji lupa tidak membawa uang saku karena tertinggal di rumah. Lalu Aji meminjam uang kepada Wisnu,
“Maaf aku tidak mau meminjamkan uang sakuku kepadamu, nanti kamu tidak mau menggantinya” kata
Wisnu. “iya tidak apa-apa kalau kamu tidak mau meminjamkan uang kepadaku” kata Aji. Aji meminjam
uang kepada Igit, “ini aku kasih setengah uang sakuku” kata Igit. “terimakasih nanti akan kukembalikan”
kata Aji. “iya sama-sama” jawab Igit.

Setelah itu mereka pulang sekolah bersama-sama dan kembali ke rumah masing-masing. Menjelang
pukul 16.00 mereka bermain bersama-sama di lapangan dan mereka bermain sangat senang. Setelah itu
Wisnu terjatuh dan kakinya terluka. Aji berkata, “kamu tidak apa-apa?”. “aku tidak apa-apa Cuma luka
sedikit” kata Wisnu. “mari kita bawa Wisnu pulang!” perintah Igit. Setelah sampai di rumah, Wisnu
segera diperiksa oleh dokter dan ternyata hanya mengalami luka kecil.

Dan keesokan harinya, Igit dan Aji ke rumah Wisnu untuk menghampirinya berangkat sekolah bersama-
sama. Setelah sampai di rumah Wisnu, ternyata Wisnu tidak masuk sekolah. Lalu ibu Wisnu menitipkan
surat izin Wisnu kepada Aji. Namun ternyata surat izin itu terjatuh di jalan, Aji pun mencari surat
tersebut dan menemukannya di dekat warung, ia pun segera mengambil surat tersebut.

Setelah sampai di sekolah ternyata Aji sudah terlambat. “kenapa kamu terlambat Aji?” kata bu guru. Aji
berkata, “maaf bu, tadi saya mencari surat izin Wisnu yang terjatuh di jalan”. “Ooo, iya tidak apa-apa.
Tapi jangan mengulanginya lagi” kata bu guru.

Itulah persahabatan yang rela berkorban untuk temannya walaupun Aji tidak dipinjami uang oleh Wisnu.
Jadi kita sesama teman harus saling tolong-menolong teman yang membutuhkan pasti kita akan
mempunyai banyak teman dan hidup bahagia.

Karya: Wisma B.D.

Kelas IX C
Cinta segitiga seorang sahabat

Di pagi hari yang cerah, kupu-kupu berhinggapan di bunga yang amat cantik dan warna-warni. Ada dua
sahabat yang telah lama berteman. Mereka bernama Sifa dan Nadia. Mereka ingin bertemu sekaligus
mengenalkan pacar mereka masing-masing namun pertemuan itu seakan tidak pernah bisa dilupakan
mereka begitu saja.

Awalnya, mereka tidak tahu bahwa laki-laki yang mereka suka adalah orang yang sama. Dan mereka rasa
itu adalah momen yang paling ditunggu-tunggu dan indah karena setelah sekian lama mereka bisa
bertemu kembali dengan pasangan mereka.

Pada saat itu mereka telah bertemu di sebuah taman. Sifa datang lebih awal daripada Nadia. Mereka
masih menunggu Bagas, pacar Sifa sekaligus Nadia. Sifa menceritakan kebiasaan Bagas namun Nadia
merasa Bagas adalah orang yang sama dengan pacarnya. Dan Bagaspun datang. Ia terkejut melihat Sifa
dan Nadia, Bagas hanya bisa terdiam dan bingung spontan.

Sifa sedikit marah ketika Nadia mengenalkan Bagas sebagai pacarnya dan ia minta penjelasan tentang
apa yang dikatakan oleh Nadia. “coba kalian jelaskan ada hubungan apa antara kalian” Tanya Sifa. Dan
Nadia mejawab “kita pacaran”. Sifa semakin marah dan Nadia balik Tanya pada Sifa. Sifa jawab hal yang
serupa dengan Nadia hingga Bagas tidak bisa berkutik. Mereka tidak tahu bahwa Bagas punya pacar lagi
selain mereka yang dapat saat itu ada disana Sifa meminta kepada Bagas agar bisa memilih diantara
ketiganya. Dan Bagas memilih pacar ketiganya, saat itulah pertemuan yang dibayangkan indah tapi
kenyataannya lain. Sifa dan Nadia langsung pergi tanpa berbicara apapun kepada Bagas.

Hingga satu bulan mereka tidak saling menyapa. Nadia merasa bahwa Sifa lah yang mengganggu
hubungannya dengan Bagas tapi Sifa tidak memiliki perasaan yang sama seperti Nadia dan Sifa mencoba
menjelaskan kepada Nadia. Namun awalnya Nadia tidak percaya tapi lama-lama dia tahu bahwa Bagas
tidak memilih antara dia dan Sifa.

Sekarang mereka telah bertanya satu sama lain mereka tahu bahwa persahabatan yang begitu indah
tidak bisa dipecahkan begitu saja hanya karena laki-laki yang playboy. Dan mereka sekarang berteman
baik speerti dulu lagi.

Karya: Maya Sari (18)

Kelas IX D
Ikhtiar

Jakarta, kota yang indah namun penuh dilema. Bangunan-bangunan kokoh menjulang diliputi polusi
udara. Taman kota dengan aneka permainan di antara ppemukiman kumuh tak layak huni. Fasilitas
mewah yang suatu saat akan terendam air hujan akibat penumpukan sampah di sungai. Sudah dua
puluh satu tahun Hana tinggal di kota ini. Wajar saja jika sahabat Hana tersebar dimana-mana. Sahabat
TK, SD, SMP, SMA, Kuliah, Organisasi Umum, hingga liqa.

Sejak SMP, Hana sudah diperkenalkan dengan kelompok pengajian. Ia aktif mengikuti mentoring di
sekolah seminggu sekali. Setelah ia duduk di bangku SMA, ia pun “naik tingkat” ke tahap selanjutnya,
yakni liqa. Sejak dulu hingga sekarang, Hana masih bernaung pada kelompoknya kini berjumlah tujuh
orang, termasuk Hana. Jumlah ini tidak sebanyak dulu saat pertama kali liqa ini terbentuk. Seiring
berjalannya waktu, dengan beragam kesibukan dari anggotanya, personel pun datang dan pergi silih
berganti.

Hari Jumat, hana berkumpul dengan teman-teman liqa. Di saat umat laki-laki berbondong-bondong
pergi ke masjid untuk shalat Jumat, Hana justru baru memulai perjalannan menuju tempat liqa. Jalanan
tampak tak seramai di hari lainnya. Mungkin sopir angkutan umum juga sedang melaksanakan shalat
Jumat.

Hal yang tidak disukai oleh Hana jika harus pergi di saat seperti ini adalah angkutan umum menjadi
langka karena sopirnya tidak ada. Sudah lebih dari lima belas menit hana menunggu di halte, namun
Kopaja yang ia tunggu belum juga datang. Kalaupun ada yang lewat, pasti sudah dipenuhi oleh
penumpang sehingga si sopir memutuskan untuk melanjutkan perjalanan tanpa singgah sejenak.

“Akhirnya datang juga!” Hana melihat bus berwarna jingga dari kejauhan. “Terminal! Terminal!” teriak
sang kernet mengajak beberapa calon penumpang yang sudah menungggu.

Buru-buru Hana dan tiga orang penumpang lainnya naik ke dalam bus, hampir penuh. Ada dua kursi
kosong di barisan belakang dan kursi kosong lainnya di depan, dekat sopir. Hana memilih kursi yang ada
di barisan belakang. Bus mulai berjalan lagi. Sesekali pengamen dan pedagang masuk ke dalam bus,
berharap mendapat banyak rezeki hari ini.

Hana memandangi Kota Jakata yang mulai ramai seusai shalat Jumat. Aktivitas di Kota Jakarta kembali
normal. Pedagang kaki lima yang tadi sempat menutup lapaknya kini menggelar barang dagangannya di
bahu jalan. “Ini baru yang namanya Jakarta, macet seperti biasa” batin Hana.

“Ongkosnya mbak?” kernet bus mengejutkan Hana. Telapak tangannya sudah terbuka tepat di hadapan
Hana sambil memegangi beberapa uang receh. “Oh tunggu sebentar” Hana mengambil uang lima ribu
rupiah dari roknya. Uangnya pas. Sistem dalam Kopaja yang dinaiki Hana seperti subsidi silang, jauh atau
dekat, tarif tetap sama. Untuk yang hanya menempuh jarak dekat mungkin akan sedikit rugi, namun itu
bisa membantu orang yang menempuh perjalanan jauh.

Perjalanan Hana masih cukup jauh. Penumpang pun semakin banyak dan membuat bus menjadi penuh,
taka da lagi kursi kosong. Seorang ibu hamil baru saja masuk, ia sibuk mencari kursi kosong sambil
mengelus pperutnya seolah berkata pada janinnya “Sebentar ya nak, mama cari tempat duduk dulu”.
Penumpang lain hanya menatapnya sesaat, setelah itu mereka mengalihkan pandangannya ke arah
lainnya. Ada juga penumpang yang berura-pura tidur atau sibuk memainkan gadgetnya, tak ada rasa
peduli sama sekali.

“Silahkan duduk disini bu” Hana bangkit dari kursinya.

“Terimakasih dek” jawab ibu muda itu.

Penumpang lainnya yang melihat Hana menghela nafas lega. Ada juga penumpang yang merasa malu
dan menyesal karena kesempatannya untuk berbagi tempat duduk dengan penumpang prioritas telah
hilang akibat keragu-raguannya sendiri. Sekitar sepuluh menit untuk tiba di rumah Bu Hanifah.

“Assalamualaikum” Hana mengetuk pintu rumah Bu Hanifah.

“Waalaikumsalaam” jawab Bu Hanifah dan Finda serempak.

“Eh yang datang baru Finda?” Tanya Hana.

“Iya, yang lain masih di jalan. Ayo duduk dulu Han, ibu mau ke dapur sebentar” jelas Bu Hanifah.

“Iya bu, terimakasih” jawab Hana.

Hana duduk di samping Finda mereka berjabat tangan, mencium pipi kanan dan kiri. Ritual yang biasa
dilakukan saat bertemu. Tak berapa lama kemudian, Nita datang. Duduk di samping Hana, melakukan
ritual yang sama.

“Eh apa kabar dengan adikmu Nit? Apa sekarang sudah baikan?” Tanya Finda.

“Alhamdulillah sekarang sudah lebih baik. Dia sudah isa beraktivitas seperti biasa” jawab Nita dengan
tersenyum.

“Memangnya ada apa dengan adikmu Nit? Apakah sebelumnya dia sakit?” Tanya Hana bingung, tidak
mengerti percakapan Finda dan Nita.

“Iya, setelah pulang dari perkemahan dia mendadak demam dan sering meriang. Diberi obat oleh dokter
tapi tak kunjung sembuh. Setiap hari, oleh ayahku dibacakan doa-doa dan sekarang dia sudah sehat
kembali. Kalau menurut dugaan kami sih dia bukan sakit biasa, tapi dirasuki jin. Soalnya dia juga suka
mengigau dan bicara sendiri, tidak mau sholat dan ibadah lainnya ditinggalkan” jelas Nita.

“Oh begitu” Hana mulai paham dengan pembicaraan antara Nita dan Finda. Satu per satu lengkap sudah
anggota liqa binaan Bu Hanifah. Liqa pun dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an oleh Finda
dan kegiatan dibuka oleh Hana yang mendapat tugas sebagai MC disusul dengan tausiyah dari Bu
Hanifah.

Karya: Dewi Nofian


Kepergian Sahabatku

Di pagi hari yang cerah, aku dan sahabatku berjalan bersama ke sekolah. Di setiap perjalanan kami selalu
tertawa dan bercanda. Hari-hariku pun kujalani bersamanya. Di setiap aku sedih dia selalu menghiburku,
dia pun selalu bercerita kepadaku. Dan dial ah tempatku mencurahkan isi hatiku.

Ia sangat baik dan pengertian, berbeda dengan teman-temanku yang lain. Mereka tidaklah menyukaiku,
mereka selalu mengejek aku, itu karena aku pendek atau apapun. Tapi sahabatku tidak seperti itu,
bersyukurlah aku.

Dia sering mengajak aku ke rumahnya, dan akupun sering mengajaknya ke rumahku. Ia berama Maira
dan aku bernama Disty. Aku suka bercerita tentang hidupku kepadanya, itu karena ia bisa memberiku
nasihat dan membuatku semangat biarpun diejek temaan-temanku. Maira adalah tipe orang penceria, ia
selalu ceria biar ada yang nakal kepadanya ataupun jail, tidak seperti aku cuma diejek saja sudah
merasa… eeehh

Pada suatu hari Maira mengajakku jalan-jalan ke tempat bermain, aku sangat senang, kami bermain
sepuasnya, semua permainan kami coba, mulai dari komedi putar hingga roller coaster. Sampai-sampai
kami lupa waktu sekarang sudah sore, akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing. Selama aku tetap
bersamanya, hidupku akan terasa tenang dan bahagia, biar diejek teman-temanku, karena ada Maira
yang selalu menghiburku.

Tapi, pada suatu hari ia tak hadir ke sekolah, sehabis pulang sekolah aku ke rumahnya. Tapi apa, di
rumahnya pun kosong, aku sangat bingung, kenapa hari ini Maira tak ada. Biasanya kalau ia mau pergi ia
selalu memberitahuku. Tapi kali ini tidak, aku bingung sekali. Besok harinya, di sekolah Maira masih tak
hadir. Aku pun kembali lagi ke rumahnya dan masih lagi tak ada. Setiap hari aku menunggunya di
sekolah tapi ia tak kunjung hadir. Setiap hari pun aku ke rumahnya dan di rumahnya masih tak ada orang
juga.

Akhirnya, hari-hari kulewati sendirian tidak lagi bersamanya. Hari-haripun berjalan dengan buruk,
teman-temanku tak ada yang mau berteman denganku, mungkin itu karena hidupku miskin. Di sekolah
aku hanya berdiam dan berdiam. Di rumah pun aku melakukannya lagi, berdiam dan berdiam. Sekarang
tak ada lagi yang menghiburku saat aku sedih, seperti ini. Tidak ada lagi canda tawa yang ada hanya
tangis kesedihan.

Setelah dua bulan, hari-hari kulewati sendirian dan berdiam diri tanpanya. Di depan pintu aku
mendapatkan sepucuk surat, kubuka dan kubaca surat itu.

Buat Sahabatku,

Distya

Dis, bagaimana kabarmu? Mudah-mudahan baik-baik saja ya. Aku sudah lama ingin menulis surat ini
kepadamu namun baru sekarang ada kesempatan. Maaf ya, waktu itu aku tidak memberi kabar atas
kepergianku, Karena malam itu aku dan keluargaku jalan-jalan ke taman malam. Tapi, saat aku mau
menyebrang aku tak tahu bahwa di sebelah kiriku, mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi. Dengan
cepat aku tertabrak dan orang yang menabrak itu tak tahu entah kemana. Pada saat itu juga aku dibawa
ke rumah sakit, kata dokter aku mengalami luka yang sangat parah. Jadi aku harus dirawat di rumah
sakit sampai sekarangpun aku tetap di rumah sakit. Semenjak aku terbaring di rumah sakit, aku kesepian
tak ada lagi canda tawa darimu dan tak ada lagi curahan-curahan hatimu. Aku sangat bosan di rumah
sakit ini.

Dah dulu ya Dis..

Salam manis slalu,

Sahabatmu

Maira.

Aku tak menyangka, ternyata dia tabrakan. Aku sangat sedih, air mataku mengalir rasa sedih mengalir di
hati aku akan mendoakanmu agar kita bisa bersama-sama lagi, ucapku dalam hati. Waktu terus berjalan
aku tak pernah lagi tau akan kamar dari Maira. Sudah 5 bulan Maira dirawat di rumah sakit dan tak
kunjung sembuh, aku sangat sedih, kenapa Maira tak kunjung sembuh.

Pada suatu hari aku diajak ibuku untuk menengok Maira. Aku sangat senang, karena aku bisa bertemu
Maira. Setelah sampai di rumah sakit hati terasa senang sekali. Setelah tepat di ruang rawat Maira,
hatiku terasa sedih, Maira tak sadarkan diri ia hanya terbaring di tempat tidurnya, lalu aku bertanya
kepada ibunya “Bagaimana keadaan Maira saat ini bu?”. Ibu Maira menjawab “Maira koma.”

Hatiku langsung sedih dan tak berdaya. Akhirnya ibuku mengajak aku pulang, di rumah aku hanya
merenung dan melamun. Setelah berbulan-bulan hingga setahun, aku mendapat kabar tak gembira.
Maira telah meninggal dunia. Aku sedih banget. Apa yang aku lakukan setelah tak ada di dunia ini. Aku
sadar bahwa dunia ini tak selamanya ada, dan hidup ini pun hanya sementara. Jadi aku akan
mengulanginya dari awal, bagaimana hidup ini tanpa orang lain. Tapi aku ingin hidup dan mati aku akan
tetap bersahabat dengan Maira. Semoga kamu bahagia disana Maira.

Karya: Eva Devita Sari


Lupa itu bikin gelisah

malam hari begitu indah, seakan bidadari menampakkan dirinya di langit biru. Ia begitu menawan dan
elok dipandang. Semua orang takjub kepadanya. Pada saat itu, ada seorang bidadari kecil sedang
melihat bintang-bintang dan berharap dapat memegang bintang tersebut. Ia adalah Husna, siswa kelas
VI SD Negeri Lampung 25. Ia sering sekali melihat bintang di angkasa dan menurutnya itu seperti
kembang api saat Ramadhan.

Ketika Husna membuka pintu kamar, ia baru ingat kalau ada tugas matematika. Dengan wajah panick ia
langsung mengambil buku tugas dan mengerjakan dengan teliti dan benar. 30 menit kemudian, tugas
yang dikerjakan sudah selesai. Ia pun menghubungi Aisyah, sahabatnya untuk mengingatkan.

“Halooo, apakah kamu sudah tidur Aisyah?” Tanya Husna.

“Hai Husna. Belum, belum tidur kok. Emangnya ada apa sih, kok tumben telpon malem-malem?” jawab
Aisyah.

“Nggak ada apa-apa sih. Aku Cuma ngingetin aja, kalau ada tugas matematika. Besok dikumpulkan lho!”
sahutku.

Aisyah kaget mendengar ucapan Husna tadi. Ia pun langsung lari mengambil buku dan mengerjakan
tugas yang diberikan Bu Lola, guru matematika. Sebenarnya Aisyah sudah mengantuk, tetapi ia masih
memaksakan diri menyelesaikan tugas tersebut. Karena kecerobohannya ia pun tertidur pulas di atas
meja belajar.

Keesokan harinya, ketika mentari sudah datang ke rumah dan memancarkan cahaya seakan
membangunkan Aisyah yang masih tidur cantik. Tak lama kemudian, Ibu Rita lewat di depan kamar
Aisyah, Ibu Rita langsung membuka pintu dan masuk ke dalam. Aisyah tidak mengetahui bahwa ibunya
ada di kamarnya.

“Aisyah, nak. Ayo bangun, lihat nih udah jam berapa. Kalau kamu tidak segera bangun, nanti kamu akan
telat lho masuk sekolah” kata ibu.

“Iiiiiih, ibu ini ganggu aja orang lagi tidur palingan masih jam 6” jawab Aisyah.

Ibunya Aisyah, Ibu Rita langsung menjawab dengan nada tinggi. Ibu rita mengatakan kalau Aisyah tidak
segera bangun tidur, hari ini dan besok tidak akan diberi uang jajan. Mendengar perkataan itu Aisyah
pun segera bangun dan bergegas mengambil seragam sekolah dan berlari menuju kamar mandi. Setelah
selesai mandi dan ganti baju, ia lalu pamit kepada ibunya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 27 menit, sampailah di depan pintu gerbang sekolah.
Namun karena gerbangnya sudah ditutup ia berfikiran untuk masuk lewat gerbang belakang yang tidak
dikunci oleh satpam. Dengan hati-hati, ia berjalan menuju ke kelas. Ketika sudah sampai di kelas, ia tidak
berani masuk karena takut dimarahi Bu Lola. Ia berdiri di samping pintu dengan badann sekeras batu
goa.

5 menit kemudian, Bu Lola keluar dari kelas. Alangkah terkejutnya Aisyah ketika melihat Bu Lola. Bu Lola
menghampiri Aisyah dan bertanya mengapa ia datang ke sekolah terlambat. Aisyah pun dengan hati
gelisah menceritakan semuanya Bu Lola akhirnya memperbolehkan Aisyah masuk ke dalam kelas untuk
mengikuti pelajaran. Bu guru menyuruh semua siswa untuk mengeluarkan buku tugas. Semua tampak
tenang-tenang saja, tapi lain halnya dengan Aisyah, ia merasa gelisah. Ternyata buku yang ditaruh meja
belajar tadi malam lupa dimasukkan ke dalam tas.

“Semua sudah mengeluarkan buku tugas?” Tanya Bu Lola.

Semuanya saling menatap, tujuannya untuk mengecek apakah semuanya sudah mengeluarkan buku
tugas atau belum. Toni mengacungkan tangan dan mengatakan bahwa Aisyah belum mengeluarkan
buku tugas. Bu guru pun mendatangi meja atau tempat duduk Aisyah.

“Aisyah lain kali kalau ada tugas itu dikerjakan dulu baru main handphone. Ini kan jadinya kalau tidak
disiplin waktu” ucap Bu Lola.

Mendengar hal itu Aisyah tidak bisa apa-apa, ia hanya bisa terdiam dan termenung.

Bel istirahat berbunyi, seakan mengagetkan hati semua siswa. Tetapi Aisyah hanya duduk-duduk di
depan kelas sambil melihat pepohonan yang rindang dan subur. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan
kedatangan Husna, Husna bertanya kepada Aisyah mengapa melamun terus. Aisyah tidak merespon
pertanyaan sahabatnya itu. Tidak lama kemudian, Toni menghampiri kedua perempuan tersebut.

“Hei kalian, lagi ngapain sih? Boleh ikutan nggak” Tanya Toni

“Boleh kok” sahut Husna.

“Kalau boleh tahu kalian kenapa sih kok pada sedih? Ada masalah ya? Perlu aku bantu?” Tanya Toni

“Nggak kok, nggak ada masalah. Cuma kepikiran omongan Bu Lola tadi” jawab Aisyah.

Perkataan tadi membuat hati Toni terketuk untuk memberi masukan ataupun saran kepada Aisyah.

“Aisyah kamu harus bisa mengatur waktu untuk segala kegiatan yang kamu lakukan. Jangan
mendahulukan suatu kepentingan yang dirasa kurang atau bahkan tidak penting” ucap Toni.

“terimakasih ya Ton atas saran yang kamu berikan. Semoga aku bisa lebih disiplin waktu” ucap Aisyah.

“Sama-sama ini semua kan demi kebaikan kamu juga” Jawab Toni.

Sejak saat itu, Aisyah lebih bisa membagi waktu dan selalu mengerjakan tugas dahulu baru bermain.
Sejatinya manusia yang ada di dunia ini tidak ada yang sempurna. Namun jika ada kelebihan pasti ada
kekurangan. Sama halnya dengan manusia, manusia pasti mempunyai daya ingat yang berbeda-beda.

Karya: Nur Fadilah (23)

Kelas IX A

Anda mungkin juga menyukai