Anda di halaman 1dari 4

Cerpen

BERSAMA SALING MELENGKAPI


Nama: Amelia Puji Fatika Sari

Pelajar Usia: 15 tahun

Pagi hari yang cerah ,Aku berjalan di kampus tempatku kuliah . Saat Aku sedang
berjalan di area kampus, tiba-tiba Aku bertabrakan dengan seorang wanita, tubuhku terpental
ke tanah.

“Dobrak...aduhhh“, aku mengeluh kesakitan.

“maaf ya... aku tidak sengaja!, Maaf saya lagi buru-buru” kata wanita itu sambil
tergesa gesa. Dia membantuku berdiri dan meminta maaf kepadaku.

“Sekali lagi aku minta maaf ya... aku enggak sengaja”

“Iya enggak apa-apa, kenapa kamu buru- buru ?”aku bertanya kepadanya.

“Oou iya ,aku telat masuk kampus...!” katanya sambil pergi tergesa-gesa meninggalkan
ku.

Belum sempat ku tanyakan namanya udah pergi duluan, aku berpikir siapa sih dia...?.
Penampilannya sederhana ,tapi dia sepertinya orang baik dan pasti dia pelajar yang juga kuliah
di sini. Pikirku sambil berjalan menuju gerbang kampus untuk menunggu jemputan dari ayah,
hari ini aku di jemput karena ini adalah hari pertama aku masuk kuliah. Aku menunggu cukup
lama ,sepertinya ayah telat menjeputku, itu wajar karena profesinya sebagai kepala sekolah di
salah satu SMA, yang membuat ayah lebih sibuk ,dan telat menjemputku. Tak lama ,mobil ayah
sudah datang untuk menjemputku.

“Kanza...ayo masuk mobil,” seru ayah memanggilku.

“Iya yah...uuuh ayah telat jemputnya, udah hampir setengah jam aku nunggunya”
sahutku yang kesal karena sudah lama menunggu.

“maaf...Kanza, ayah tadi sibuk di sekolah, lagi ada banyak urusan”, jelasnya padaku.

Sesampainya di rumah seperti biasa bunda udah masakin makanan untuk makan
malam, karena hari ini ayah gajian, sebenarnya ayah mau ngajak kita makan di luar tapi karena
bunda udah masakin banyak makanan, ya... kita enggak jadi makan di luar. Tapi jujur, kalo aku
lebih suka makan di rumah karena sehat dan juga masakan bunda enak banget. Malam waktu
untuk kita istirahat setalah kepenatan hari ini ,dan juga tidur untuk mengisi energi kita kembali
.

Kring kriiing.....kring! Suara alarm jam wuker berbunyi dan pagi sudah mulai
tersenyum dari ujung timur, aku bangun dari tempat tidurku dan segara mandi. Setelah mandi,
seperti biasa kita sarapan bersama, bedanya hari ini aku berangkat kuliah naik motor sendiri
tidak di antar ayah.
“Assalamualaikum, bun...” aku dan ayah mengucap salam untuk berpamitan pada
bunda.

“Walaikumsalam, hati-hati di jalan” jawab bunda.

Saat aku di jalan aku enggak sengaja ketemu wanita kemarin yang menabrak
ku ,sepertinya dia sedang menunggu bus untuk pergi kuliah, dari pada dia telat kuliah, lalu aku
ajak dia berangkat bareng ke kampus.

“Hai kita ketemu lagi..., ayo bareng aku aja ke kampusnya, udalah enggak usah
nolak...ayo naik!” seru ku mengajaknya.

“Benaran ... makasih ya...tumpangannya” jawabnya kepadaku.

Saat di jalan aku mulai menanyakan tentang siapa dia.

“Ngomong-ngomong kita belum kenalan lo..., kenalin aku Kanza dari fakultas teknik,
siapa namamu...?” aku bertanya kepadanya.

“Namaku Firda dari fakultas Ekonomi” jawabnya dengan singkat.

Menurut ku dia orang yang baik dan kalem, tapi sepertinya Firda itu orang yang kurang
terbuka dengan orang lain dan juga Aku sedikit tertarik untuk berteman dengannya. Dari
tatapan matanya sepertinya Firda sedang ada banyak masalah, kataku dalam hati. Saat kita
sampai di kampus ,kita masing-masing menuju kelas...sebelum Firda masuk kelasnya ,

“nanti setelah selesai kelas kuliah, kita bisa ke temuan di taman dekat kampus ya...”
pesanku pada Firda.

“Iya tapi jangan lama-lama ya...” Lalu Firda mengangguk, yang menandakan dia
menyetujuinya.

Setelah matahari mulai tepat di atas kepala, ternyata kelasku udah selesai duluan, dari
kelasnya Firda dan aku yang lebih dulu datang ke taman. Sekitar 15 menit aku menunggu Firda,
akhirnya datang juga.

“Kanza...,ada apa?” dia datang memanggil namaku, dia beda saat pertama aku
melihatnya ,Firda terlihat lebih ramah.

“ya...aku mau tahu aja tentang kamu, ingin menjadi temanmu ,boleh kan...!”

“kamu udah jadi temanku kok...dan aku ya...seperti ini” jawabnya dengan penuh
kebahagiaan di wajahnya.

“kamu lebih bahagia dari lusa kemarin, ada apa gerangan?” gurauku menggodanya.
Dia hanya tersenyum malu mendengar godaanku. Di situlah kita banyak menghabiskan waktu
bersama dan saling mengenal lebih jauh lagi dan saat kami sadar, ternyata matahari sudah
mulai di telan bumi yang membuat langit tampak berwarna oranye .

Aku mengantarkan Firda pulang ke rumahnya dan mampir ke rumahnya sebentar, saat
itulah aku tahu kondisi kehidupan Firda. Ibunya juga bercerita, dia hanya seorang pedagang
nasi uduk yang mengidap penyakit Asma , Ayah Firda sudah wafat lima tahun yang lalu, dan
Firda juga punya adik dua yang duduk di bangku sekolah Dasar dan Menengah Atas. Ibu Firda
yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga dan juga menjadi orang tua tunggal yang
mengurus semua kebutuhan anak-anaknya. Firda sebagai anak sulung dia sangat tahu peranya,
dia tidak ingin merepotkan Ibunya dan dia juga ingin mengejar cita-citanya untuk
membahagiakan keluarganya, meskipun biaya menghalanginya tapi dia tetap berusaha belajar
dan mencari uang untuk membantu Ibunya.

Ibu Firda bertekad agar semua anak-anaknya berpendidikan tinggi ,ibunya memiliki
semangat Kartini masa kini, meskipun ibu Firda hanya lulusan SD tapi semangat untuk
pendidikan anak-anaknya sangat besar dan nyawa pun dia pertaruhkan untuk kesuksesan
anaknya. Begitu juga dengan Firda ,ternyata benar buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, Firda
juga terus berusaha belajar dan berusaha mengejar pendidikan demi impian ibunya dan
kesuksesannya. Firda juga ingin adik-adiknya mengenyam pendidikan setidaknya sampai
menjadi sarjana. Saat Aku mendengar cerita ibu Firda, Aku merasa salut pada beliau yang
menjadi tulang punggung keluarga untuk pendidikan anak-anaknya, sekali lagi memang benar
kasih ibu sepanjang masa.

Keesokan harinya, Aku menjemput Firda di rumahnya ,meskipun hari ini enggak ada
jam kuliah tapi Aku ingin membantu Firda untuk membayar uang kuliahnya .

“Assalamualaikum...”

“Walaikumsalam, eeh nak Kanza ... sini masuk !, Firda buruan udah di tunggu Kanza
ni...” seru ibu Firda.

Dan akhirnya Firda sudah siap, lalu Aku mengajak Firda pergi berbelanja bahan
makanan.

“kita mau pergi ke mana ?”

“Aku mau ngajak kamu belanja ke pasar ” jawab ku dengan singkat. Firda hanya
terheran tapi wajahnya seperti terheran-heran. Akhirnya sampai juga di pasar .

“kita mau belanja apa sih...mau masak apa?” bertanya kepada ku.

“ya...udah deh Aku jujur, kita mau belanja bahan-bahan buat bikin kue bolu, terus
nanti kita jual dan untungnya kita bagi dua” penjelasanku

“ha... beneran kita mau jualan...tapi Aku enggak punya uang buat modalnya!”

“pakai uang Aku dulu aja...”

“kamu baik banget sih...makasih ya Kanza” dia terlihat bahagia dan bersemangat .

Setelah kita belanja lalu kita menuju rumah Firda, karena ibunya Firda jago banget
masak kue. Saat kita membuat kue penyakit asma Ibu Firda kambuh. Lalu beliau beristirahat
sebentar, Aku dan Firda berlanjut membuat kue, dengan resep ibunya Firda akhirnya jadi juga
dan kita bungkus kuenya, lalu kita jual, dan Alhamdulillah kuenya ludes terjual semua.
Untungnya pun cukup lumayan sehingga bisa buat bayar uang kuliahnya Firda.

Hari seterusnya kita tetap berjualan. Kemudian pada suatu hari, saat malam hari ,
Bunda dan Ayah bertanya padaku ...

“Kanza kok uang di ATM kamu cepat habis ? Buat apa?” tanya Bunda padaku.
“itu bun, maaf Aku lupa bilang kalo aku lagi bantuin teman aku yang lagi
kesusahan ,Namanya Firda ,Ayahnya udah meninggal dan ibunya sakit-sakitan ,dia juga punya
dua adik yang masih sekolah ,Firda itu orangnya baik banget lo...bun jadi aku kasihan sama dia,
makanya sekarang aku lagi bantuin dia, ya... kayak usaha jualan kue gitu bun, jadi aku
ngebantuinya enggak Cuma-Cuma” jelasku sambil memegang tangan bunda.

“Ya udah enggak apa-apa kalo buat kebaikan, tapi lain kali kamu harus izin dulu ke
Ayah atau Bunda, dan satu lagi kapan-kapan ajak Firda main kesini..!” Sahut ayah memberikan
pesan untukku.

Tahun demi tahun kami lalui bersama dan akhirnya kami bisa wisuda bersama. Dan
aku sudah bekerja di salah satu perusahaan di Surabaya, begitu pula Firda yang sekarang sudah
bisa membahagiakan dan bisa membantu ibu dan adik-adiknya.

Dari cerita di atas kita dapat belajar tentang perjuangan seorang ibu untuk Pendidikan
anaknya, begitu pula sebaliknya anak tersebut memperjuangkan hak dirinya, semoga cerita di
atas dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi banyak orang.

Anda mungkin juga menyukai