Anda di halaman 1dari 17

AKU MENJADI GURU

Karya Lutfi Rismahani

Di semester tiga ini jadwal belajarku semakin padat. Aku pun mendapat amanah untuk mengajar
di Sekolah Dasar sebagai guru agama untuk sementara. Bertemu dengan anak-anak kecil nan
lucu membuatku semakin bersemangat dalam belajar dan mengajar. Kebetulan sekolah yang
kuampu adalah salah satu sekolah untuk orang-orang kurang mampu. Anak-anak yang
bersekolah di situ kebanyakan berpakaian ala kadarnya. Walau begitu semangat mereka untuk
terus belajar patut diacungi jempol. Subhanallah.. melihat mereka begitu antusias dalam belajar
aku pun ikut bersemangat dalam mengajar mereka.

Dari pagi hingga sore kuhabiskan waktuku untuk mendidik mereka. Semakin hari semakin besar
rasa cintaku terhadap mereka. Mereka sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri. Setiap kali
aku bosan, kusempatkan untuk menemui mereka belajar dan bercanda bersama menghabiskan
sisa waktu yang ada. Rasanya menyenangkan sekali berada di dekat mereka. Aku ingat sewaktu
pertama aku mengajar di sana. Suasana kelas waktu itu terasa sepi sekali bagaikan kuburan di
siang hari. Selama satu jam aku berdiri menyampaikan materi tidak ada yang berani bergerak
apalgi mengeluarkan suara. Hanya sekali terdengar suara berisik. Barulah setelah berjalan
beberapa hari aku mulai akrab dengan mereka. Aku mencoba mengenali mereka satu persatu.

Aku Menjadi Guru


Belajar menjadi sosok teman bagi mereka bukan guru yang selalu mengharapkan ini dan itu.
Mereka jauh lebih baik dari anak-anak kota pada umumnya. Mereka patuh dan taat setiap kali
aku minta untuk maju dan menjawab pertanyaan. Kuajari mereka cara bertutur kata yang sopan,
cara bertingkah laku yang santun. Kutanamkan kebiasaan baik pada mereka sejak awal aku
masuk. Senyum, salam, sapa, sopan, dan santun kini menjadi budaya kami sehari-hari. Sudah
hampir satu bulan ini aku mengabdi di sekolahan ini. Aku ingin meninggalkan jejak-jejak yang
nantinya akan mereka ikuti di kemudian hari.

Sore itu sepulang dari mengajar aku melewati jalan kecil di sekitar sekolah. Aku mendapati
selembar kertas jatuh di hadapanku. Kuambil dan kubaca itu. Ternyata kertas itu berisikan
perlombaan cerdas cermat yang diadakan esok hari pukul 9 pagi. “Masya Allah, besok,?” ucapku
kaget. Kebetulan peserta perlombaan tersebut adalah perwakilan salah seorang anak dari tiap
sekolah. Aku berpikir sejenak, “Oh yaa… Siti.. yaa Siti.. dia anak yang tepat untuk lomba ini,
ucapku yakin. Siti merupakan salah satu muridku yang cerdas di kelas. Dia aktif bertanya dan
maju ke depan kelas. Di saat teman-temannya kebingungan menjawab pertanyaan yang aku
ajukan, Sitilah yang dengan cepat dan tepat menjawab pertanyaanku. Tapi, masalahnya sekarang
adalah di mana Siti tinggal? Pertanyaan ini muncul kemudian. Hari sudah semakin malam, tidak
mungkin jika aku harus mencari rumahnya sekarang. Sangat tidak sopan jika aku bertamu lewat
jam. Besok pagi-pagi sekali aku akan kembali ke sini mencoba mencari rumahnya. “Iya, itu lebih
baik”, ucapku mantap.

Dring…dring…dring… It’s time to Qummm.. (bangun) Aaghh… (sambil menutup mulut) suara
dering alarm pagi itu membangunkanku. Tubuhku pagi itu terasa berat sekali. Mungkin karena
kelelahan, sepanjang hari aku bekerja tanpa istirahat. Tanpa sadar mataku mulai menutup
kembali. Dan… “Mbak… Upicccc ( kebetulan di rumah panggilanku Upic)…..bangunn..!!!!
udah jam 7 nie.. mau tidur sampai kapan ? ayoo buruan!!!”, teriakan adikku pagi itu
membangunkanku. “Masya Allah..jam 7 nda?” kataku tak percaya. “Astaghfirullah… mbak upic
belum shalat subuh nda!!” “Gaswat darurat ini!” teriakku panik. Langsung aku menuju kamar
mandi dan di saat aku ingin mikturisi (BAK) ohh ternyata … ( kataku sedikit lebih tenang karena
pagi itu aku berhalangan) syukurlah.. aku tidak perlu panik sekarang. Segera kubersihkan diri
dan berganti baju putih dan rok hitam, tak lupa kerudung putih kukenakan. Hari ini adalah hari
istimewa jadi aku harus bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang ada. “Ibu, nanda
mbak Upic merangkat dulu, Assalamu’alaikum”…pamitku sambil terburu-buru.

Di perjalan menuju sekolah tempat aku mengajar ternyata ada Siti yang duduk di pesisir pantai.
Tampaknya ia sedang memikirkan sesuatu. Langsung saja aku temui dia dan mengajakanya ke
tempat perlombaan, tanpa kujelaskan terlebih dulu padanya. Dia yang pada waktu itu berpakaian
ala kadarnya terlihat bingung melihatku tiba-tiba meraih tangan mungilnya dan membawanya
menaiki sepeda motor. “Ibu Rima (panggilanku di sekolah) mau mengajak Siti ke mana?” “Kok
terburu-buru sekali?”, tanyanya sewaktu di jalan. Aku yang pada saat itu berada di jalan raya
yang ramai dengan kendaraan mencoba menjelaskan. “Siti maafin Ibu yaa.. tiba-tiba
membawamu secara paksa”, ujarku singkat. “Kita akan menuju tempat perlombaan cerdas
cermat yang diadakan 1 jam lagi, jadi Ibu tidak bisa menjelaskan lebih jauh kepadamu”, jelasku
dengan tergesa-gesa. “Apa?? Cerdas cermat?” jawabnya tak percaya. “Tapi..bu…(belum selesai
dia bicara lalu kupotong) tapi, kamu harus siap bagaimanapun keadaannya karena ini penting
sekali. Oke”, ucapku singkat.

Sesampainya di tempat, kami menuju tempat registrasi dan … perhatian-perhatian, dimohon


semua peserta perlombaan cerdas cermat segera mempersiapkan diri di area yang telah
disediakan. Aku yang mendengar hal itu, segera mendorong-dorong Siti untuk maju ke depan
memasuki area mengikuti peserta yang lain. Terlihat sekali rona kebingungan yang tampak dari
wajah Siti. Dia hanya menggaruk-garuk kepala karena tidak tahu harus berbuat apa. Aku pun
mencoba memandunya. “Siti…siti… kamu sekarang fokus aja ke pembawa acara yang
menyampaikan pertanyaannya… ya.. semangat.. Bismillah selalu .Allah with you”, bisikku
kepada Siti. Dia pun hanya mengangguk mengiyakan. “Baiklah adik-adik kita mulai yaa
soalnya”, kata pembawa acara mengawali. Jantungku waktu itu berdetak kencang luar biasa.
Pikiranku melayang ke mana-mana. “Ya Allah bantulah Siti, permudahkanlah dia dalam
menjawab semua pertanyaannya dan tenangkanlah dia Ya Allah”, doaku dengan khusyuk.
Tenyata pertanyaan yang disampaikan bukanlah pertanyaan seputar pendidikan melainkan
pengetahuan umum yang belum pernah diajarkan di sekolah sebelumnya. Soal pertama adalah
logika.

Soal itu berbunyi demikian,


Kenapa sopir bus ketika mengemudikan bus berada di sebelah kanan dan tidak berada di sebelah
kiri? Dan kenapa pula kita disarankan untuk duduk di sebelah kanan?
Aku yang mendengar soal tersebut sedikit bingung, karena yakin Siti pasti tidak dapat menjawab
soal tersebut, Siti sama sekali belum pernah mendengar soal transportasi darat apalagi sopir bus.
Di telinganya, itu semua terdengar asing. Namun, di luar dugaan ia dapat menjawab pertanyaan
tersebut dengan tepat sekali. “Emm….saya… saya…menurut saya”,.. ucapnya sambil terbata-
bata. “Menurut saya sopir berada di sebelah kanan karena pemakai jalan itu biasanya berada di
sebelah kiri jadi kalau sopir itu duduk di sebelah kiri akan menyulitkan orang yang mau duduk di
sebelahnya, jadi harus memutar jalan dahulu baru kemudian dapat masuk ke bus, karena itu
sopirnya duduk di sebelah kanan. Dan juga, di saat sopir ingin berbelok ke arah kiri, dia akan
kesulitan karena jauh dari jangkauan kaca spion yang digunakan untuk melihat keadaan di
belakakangnya. Tapi, jika dia berada di sebelah kanan dia akan dengan mudah berbelok ke
kanan, dengan mengikuti warna lampu lalu lintas. Jika lampu merah, bus tidak perlu berhenti
untuk berbelok ke kiri”.

“Kemudian, kita disarankan duduk di sebelah kanan karena jika suatu saat terjadi kecelakaan, si
sopir yang duduk di sebelah kanan akan mencoba memutar kendali ke arah kiri supaya dirinya
dapat selamat sewaktu terjatuh ke jurang atau sungai sewaktu bus dalam keadaan terbalik, jadi
penumpang yang berada di sebelah kanan dapat terhindar dari kecelakaan atau benturan dan
dapat menyelamatkan diri lewat kaca atas. Mungkin begitu jawabannya”,,, jelasnya panjang
lebar. Aku yang mendengar hal itu, sangat terkejut. Karena selama ini tak pernah sekalipun aku
mengajari hal-hal yang berhubungan dengan transportasi, lalu lintas bahkan keamanan dalam
berkendara. “Subhanallah… Siti,” ucapku bangga dan tak percaya.
Memasuki pertanyaan kedua aku semakin gugup setengah mati. “Apa lagi soal yang akan keluar
nanti”, pikirku semakin cemas. Soal yang kedua ini sebenarnya mudah tapi ternyata itu
menjebak. Soal itu berbunyi demikian,

Di suatu danau terdapat sekumpulan burung camar yang berjumlah 17 ekor, lalu datang seorang
pemburu membawa pistol dan dia berhasil menembak 2 ekor, jadi berapakah berapa ekorkah
burung yang tersisa? Semuanya peserta berebut menjawab dan hampir seluruhnya menjawab sisa
15 ekor namun, tet.. tot… ternyata buka itu jawabannya. Dan Siti adalah peserta yang belum
menjawab, dia terlihat serius memikirkan soal tersebut. 3…2…(hitung mundur oleh sang
pembawa acara) “Tunggu”… teriak siti menghentikan penghitungan. “Menurut saya,
jawabannya adalah tidak ada!” ucap Siti yakin. Aku yang mendengar jawabannya sedikit heran.
“Tidak ada?? Mana mungkin?? Yang tertembak kan 2 jadi” ….batinku mulai bertanya-tanya.

“Begini, pemburu itu berhasil menembak 2 ekor jadi,,, burung-burung yang lain jadi terbang
kembali melarikan diri, takut karena mendengar suara tembakan dari pemburu. Jadi tidak ada
burung camar pun yang tersisa”, jelas Siti optimis. Masya Allah… aku semakin kagum pada Siti
karena dia memang benar-benar anak yang pandai. Sayangnya pada pertanyaan ke-3 dan ke-4
Siti tak dapat menjawab dengan benar, karena soal yang diajukan dalam Bahasa Inggris dan Siti
lemah dalam Bahasa Inggris. Nah, sekarang Siti dan salah satu murid dari sekolah lain
kedudukannya seimbang. Untuk itu diadakan soal tambahan untuk menentukan siap juaranya.
Pertanyaan ini cukup sulit karena aku pernah mengetahui sebelumnya sewaktu aku duduk di
bangku SMA.

Beginilah pertanyaanya,
Ada sebuah keluarga yang meninggalkan warisan untuk ketiga putranya, isi warisan itu adalah
pembagian ayam sejumlah 23 ekor. Bagian anak pertama adalah ½ bagian, anak kedua 1/3
bagian dan anak terakhir 1/8 bagian. Bagaimana cara kita membagi ayam-ayam tersebut tanpa
memotongnya menjadi dua?

Aku perhatikan Siti sedikit kebingungan dan mencoba membuat coretan-coretan di kertas yang
sudah disediakan. Begitu pun juga dengan anak tersebut, dia terlihat bingung dan ….
5..4…3…2..(hitungan mundur kembali)… “Saya tahu jawabannya”, teriak Siti gembira. Setelah
dipersilakan Siti mulai mengutarakan jawabannya, angka 23 tidak bisa di bagi dengan penyebut
2, 3, dan 8 jadi di sini saya akan menambahkan 1 angka lagi menjadi 24. Dari pembagian inilah
saya dapatkan bagian anak pertama adalah 12 ekor ayam, anak kedua 8 ekor ayam, dan anak
ketiga 3 ekor ayam. Jika dijumlahkan akan diperoleh 12 + 8 +3 = 23 ekor. Jadi satu ayam tadi
adalah ayam bohongan. “Itu mungkin jawabannya”, jelasnya sedikit takut. Aku yang
menyaksikan langsung apa yang diterangkan oleh Siti merasa takjub. Anak semuda dia dapat
menjawab pertanyaan yang mungkin tak semua orang dewasa dapat menjawabnya.

Pembawa acara yang mendengarkan langsung jawaban dari Siti juga tak kalah takjubnya.
“Benarrrr sekali…selamat kepada Siti. Kamu menjadi juara pada perlombaan kali ini. Sebagai
tanda penghargaan, Siti mendapatkan sertifikat, piala, dan sejumlah uang pembinaan. Siti pun
langsung sujud syukur mengetahui bahwa dirinya kini menjadi juara. Siti langsung berlari
menghampiriku dan memelukku erat. Dia menangis, tapi bukan karena sedih tapi karna bahagia
luar biasa. “Selamat ya Siti.. kamu memang anak yang cerdas. Sekali lagi maafin Ibu yaa…
melibatkan kamu secara paksa”, kataku sambil mengusap air mata. Setelah perlombaan usai,
kami lantas kembali pulang.
Kedatangan kami disambut baik oleh teman-teman Siti. Dia berlari menghampiri teman-temanya
menceritakan pengalaman singkatnya yang sangat berkesan. Aku pun juga ikut senang dan
bahagia memiliki murid sepertinya.

Piala ini menjadi piala pertama yang mengisi kelas tempatku mengajar. Siti kau satu-satunya
anak perempuan yang berhasil mengalahkan peserta lain yang semuanya adalah laki-laki Semoga
prestasimu dapat ditiru dan menjadi teladan bagi teman-temanmu.
Harapanku kelak, mereka dapat menjadi anak-anak yang berguna bagi bangsa dan negara. Anak-
anak yang cerdas bukan untuk dirinya sendiri namun untuk seluruh insan di bumi. Anak-anak
yang tak kenal putus asa senantiasa berusaha walau kegagalan berulang kali menghampirinya.
Anak-anak yang optimis yakin bahwa mereka juga layak bersaing dengan anak-anak dari kota.
Kehidupan yang serba terbatas bukanlah menjadi penghalang bagi kita untuk terus berkarya.
Yakinilah itu.
PROFIL PENULIS
Assalamu'alaikum..
Perkenalkan, nama saya Lutfi Rismahani. Saya adalah mahasiswa di Perguruan Tinggi (IAIN
SKA). Lahir 16 Juni 1994 di Sukoharjo. Tempat tinggal masih di area Solo.Selain aktif di
kampus saya juga aktif mengajar di berbagai sekolah. Walaupun hanya mengampu beberapa
siswa dan pada hari tertentu saja saya mengajar. Selain di sekolah saya juga menjadi guru privat
di beberapa rumah. Kebetulan saya mendapat tugas dari dosen saya untuk mengirimkan
karyanya, syaratnya adalah karya tersebut dapat dimuat di media cetak ataupun elektronik.
Semoga karya saya ini dapat termuat sebagaimana mestinya. Terimakasih.
Wassalamu'alaikum ...
Kebetulan saya hanya memilki gmail dan blog
upichoney@gmail.com dan http://luphoney.blogspot.com/
No. Urut : 298
Tanggal Kirim : 29/12/2012 12:07:41

Baca juga Cerpen Motivasi yang lainnya.

MASIH MUNGKIN
Karya Fauziah Khalifah

Ziah, memiliki paras cantik, lugu, dan manis tapi dibalik semua iitu dia memiliki sifat yang
buruk, keras kepala, sombong dan semua keinginannya harus dipenuhi walupun terselip sedikit
hati yang lembut. Selama ini dia selalu hidup bahagia dengan adiknya anisa, disaat ulang
tahunnya yang ke 5 dia harus menerima suatu berita yang buruk dan yang seharusnya belum
pantas untuk ziah dengarkan dan ketahui yang sekejab mengubah semua kebahagiaannya yang
membuncah menjadi kesesakan penderitaan, dia harus menerima kabar bahwa di dalam tubuhnya
terdapat penyakit yang sulit disembuhkan. Hidupnya selalu diisi dengan kesedihan, senyuman
yang manis diharinya sekejab berubah menjadi kesuraman. Hari demi hari ziah lewati dengan
kesedihan dia tahu bahwa kapan saja penyakit itu bisa membunuhnya hari-hari yang seharusnya
ziah lewati untuk bermain semuanya terkuras oleh keperluan berobat.
Masih Mungkin
Waktu terus berjalan, seiring berjalannya waktu ziah bersekolah di sebuah sekolah dasar swasta
dijakarta. Ziah sama sekali tidak mempunyai teman untuk bermain, banyak alasan yang membuat
ziah tidak mempunyai teman salah satunya adalah kesombongannya. Hingga suatu saat ada
seorang gadis lucu’ cantik dan baik menyapa ziah dan duduk disebelahnya “ziah...selamat pagi”
perkataan spontan yang keluar dari mulut sigadis lucu. “ kakakakamuuu dhilah kan? Kamu tau
namaku? Dasar sok kenal.” Jawab ziah dengan gugup dan sombongnya. “ aku tahu namamu.
Karena kamu juga tahu siapa namaku. Bagaimana jika kita berkenalan? Atau kita berteman?”
ucapan yang keluar dari mulut dhilah dengan ramahnya. Jawaban yang diberikan dhilah sekejab
membuat ziah terdiam, ziah termenung dibawah pohon dengan tiupan angin sepoi-sepoi. Lama
sekali ziah belum menjawab pertanyaan yang dhilah berikan, mereka sama-sama diam dibah
pepohonan itu. Setelah lama terdiam ziah menjawab pertanyaan dhilah “ kau mau berteman
denganku? Buat apa ? aku tidak pernah punya teman? Tidak ada yang mau menjadi temanku.
Semuanya berlaku jahat kepadaku. Semuanya tidak ingin aku bahagia, aku tidak perlu teman,
pergi kau jauh-jauh” jawaban dari mulut ziah dengan disertai tetesan air mata dari sudut pipi
chubbynya. Dhilah tersenyum seraya berkata “ semuanya ingin bahagia, sayangilah semua orang
untuk disayangi, bertemanlah denganku untuk mempunyai teman. Aku milikmu dan kamu
milikku ziah” jawaban dhilah membuat ziah tersentuh dan ziah memeluk dhilah dengan erat.
Ucapan dhilah sekejab membuat perasaan sedih dihati ziah berubah menjadi kebahagiaan
membuncah ziah sekejab lupa akan penyakitnya.

Ziah dan dhilah menginjak usia 15 tahun mereka duduk dikelas XI IPA. 9 tahun sudah ziah dan
dhilah menjalin persahabatan tetapi dhilah tidak tahu sedikitpun tentang penyakiit ziah suatu
ketika saat ada acara sekolah ziah tak sadarkan diri dan ditolong oleh seorang kakak kelas yang
bernama kek deo, kak deo membawa ziah ke ruang uks dan melihat keadaan ziah kepanikan
dhilah membuncah. Tidak lama kemudian ziah pun terbangun “ aku di uks yah? Siapa yang
mengangkatku?” ucap ziah dengan lemasnya “iyah ziah kamu diuks tadi kak deo yang
menggendong kamu, kamu kenapa bisa pingsan yahy? Pasti kamu belum sarapan lagi,” dhilah
dengan ramahnya. “ hahhhhh kak deo...kak deo yang kamu sukain itu yahhh? Cieee dhilah gak
cemburukan yahh?” jawab ziah dengan mengolok-olok.”haaaahh ziah malah ngolokin, yaa aku
gak mungkin cemburu. Kan dia angkatin temanku. Ohiya kamu tadi kenapa pingsan coba? Ucap
dhilah. “ aku tadi belum sarapan dhil, tenang gak usah kawatir gitu dong” jawaban yang keluar
dari mulut ziah. Selama 3 bulan ziah dan dhilah bersama ziah sering mengalami pingsan
disekolah dan dhilah merasa ada yang tidak beres dengan ziah. Berulang-ulang kali dhilah
bertanya kepada ziah alasan mengapa dia sering tidaki sadarkan diri dan berulang kali pula ziah
menjawab baik-baik saja. Dan akhirnya dhilah percaya begitu saja atas apa yang dikatakan ziah
walaupun sebenarnya ada sesuatu yang disembunyikannya.

Class meet adalah acara sekolah yang selalu ditunggu-tunggu para siswa dimana semua siswa
dapat bebas satu minggu dari belajar dan waktu diadakannya pertandingan-pertandingan antar
kelas. Kak deo sebagai anggota osis adalah salah satu panitia class meet, ziah dan dhilah
mengikuti lomba bernyanyi dan saat turun dari panggung deo segera menarik tangan dhilah
mengajak dhilah untuk pergi kesuatu tempat , ziah kehilangan jejak dhilah dan ziah duduk di
bawah sebuah pohon karena kebingungan mencari dhillah.

Dhilah sangat senang perasaan dhilah bagaikan membelah atmosfer Kak deo membawa dhilah
kesuatu tempat dan mengajak dhilah untuk duduk lalu mereka mengobrol “ dhilah kamu
temannya ziah sejak kecilkan?” tanya kak deo. “iya kak. Kok nanyain ziah? Ada apa kak?” tanya
dhilah dengan bingungnya. “ gini dhil kakak udah lama suka sama ziah tapi kakak gak berani
ngomong kamu bisa bantuin kakak nggak? Perkataan dari mulut kak deo membuat dhilah
terkejut sekaligus membuat dhilah sedih yang membuncah dhilah menjawab dengan spontan
“tidak” dan berlari dhilah berlari dengan perasaan sedihnya, dhilah tidak pernah menyangka
bahwa semuanya akan seperti ini, rasa sayang dhilah kepada ziah sekejab berubah menjadi
perasaan benci dan gusar. Kebetulan dhilah melihat ziah dan dhilah segera mendatangi ziah dan
berkata “ persahabatan kita berakhir by” ziah bingung dengan apa yang dikatakan dhilah, dan
setelah itu dhilah pergi meninggalkan ziah.

Dhilah pulang kerumah dengan perasaan sakit, dhilah merasa sangat sakit ternyata orang yang
dia sukai menyukai sahabatnya sendiri. Sementara itu dirumah ziah, ziah pingsan dan dibawa
kerumah sakit dan ternyata dokter yang selama ini merawat ziah mengatakan “ ziah kamu harus
bersabar yah? Tumor mu semakin lama semakin parah. dan jarang sekali ada orang yang hidup
dengan penyakit separah ini selama lebih dari 5 bulan. “Ziah tau dok, ziah bakalan kuat dan ziah
akan kuat” jawab ziah.

2 minggu sudah ziah dan dhilah tidak saling menyapa dan ziah sangat bingung apa yang
membuat dhilah seperti itu kepadanya. Saat tugas berkelompok dhilah tidak mau sekelompok
dengan ziah sehingga ziah harus masuk kekelompok lain dan ziah tidak bisa sama sekali ikut
berkerja didalam kelompok itu karena setiap pulang sekolah ziah harus kontrol akan
penyakitnya. Semua orang tidak menerti keadaan ziah, mereka malah memaki ziah karena ziah
tidak ikut kerja kelompok ziah hanya terdiam mendengar cacian-xcacian itu dan lebiih parahnya
dhilah sama sekali tidak memperdulikan ziah karena seorang kak deo dhilah menjadi membenci
ziah walaupun didalam hati dhilah masih terselip rasa kasihan kepada ziah. Semakin lama
penyakit yang ziah derita semakin parah semuanya membuat ziah semakin rapuh, dhilah tidak
ingin berteman dengannya, orang tua dan saudaranya selalu sibuk dengan urusannya sendiri,
dokter yang hanya menasehati dan memberi obat-obat yang memuakan dan semua orang yang
sama sekali tidak memperdulikannya.

Semakin lama ziah semakin rapuh dan semakin hancur dengan penyakit yang mengerogoti
tubuhnya. Ziah duduk dibawah sebuah pohon yang bertiup angin sepoi-sepoi tiba-tiba muncul
sosok kak deo disampingnya sungguh ziah terkejut kak deo tiba-tiba muncul. “ziah, ziah untuk
apa kamu duduk disini, dhilah mana?” tanya kak deo sambil senyum-senyum. “dhilah sudah
lama marah kepada ziah kak tidak tahu ada apa dengannya” jawab ziah dengan lesunya. mereka
terus mengobrol dengan asiknya dan sejenak membuat ziah lupa akan penyakitnya yang
menyedihkan itu dan pada suatu ketika keluar suatu ucapan dari kak deo yang membuat ziah
terdiam dan terkejut “ ziah kakak menyukaimu, apa dhilah sudah mengatakan ini kepadamu.
Dula u kakak pernah meminta kepada dhilah untuk memberi tahumu. Bagaimana?” mendengar
perkataan itu ziah termenung dan terdiam suasana nyang awalnya ceria dan asik sekejab berubah
menjadi suram dan senyap.

Akhirnya ziah mendapat jawaban atas marahnya dhilah kepadanya dan ternyata penyebabnya
hanyalah seorang kak deo, ziah segera pergi meninggalkan kak deo tanpa mengucapkan satu
katapun dan itu yang membuat kak deo merasa sakit dan galau karena sama sekali tidak
diberikan jawaban apapun dan kakdeopun pulang dengan perasaan sakit dan membara karena
ziah pergi meninggalkan nya tanpa satu katapun. Sementara itu ziah pergi menemui dhilah
dengan perasaan bersalah ziah pergi kerumah dhilah tetapi dhilah sama sekali tidak mau
menerima ziah untuk masuk kerumahnya, ziah berdiri didepan pintu rumah dhilah sampai ziah
merasakan kelelahan tapi itu semua tidak membuat dhilah merasa tersentuh walaupun
sebenarnya ada sedikit perasaan yang menggetok-getokan hatinya tapi tetap saja dhilah tidak
ingin menemui ziah. Karena sudah larut malam ziah berdiri di depan pintu rumah dhilah, ziah
memutuskan untuk pulang.

Belum sampai dirumah ziah terduduk dijalan dan tidak sadarkan diri. Sementara itu suasana
dirumah sedang panik karena ziah belum juga ada dirumah sungguh perasaan ziah selama ini
salah, ziah selalu menyangka bahwa orang dirumah tidak ada yang peduli kepadanyaternyata
mereka sangat sayang kepada ziah dan sangat peduli kepada ziah. Keluarga ziah menelepon
dhilah dan menanyakan ziah yang belum pulang kerumah hingga saat ini kepada dhilah.
Dhilahpun dihantui perasaan bersalah karena sudah keterlaluan kepada ziah. Dengan paniknya
dhilah pun mencari ziah. Dhilah mencari ziah kesemuatempat yang di tau dan dhilah menemukan
ziah tergeletak di tengah jalan yang sepi dan senyap dhilah segera mengangkat ziah dan
mengantarnya pulang. Sesampainya dirumah dhilah bertanya kepada orang tua ziah tentang
keadaan ziah sebenarnya, dhilah benar-benar penasaran dan curiga kepada ziah.
Akhirnya dhilah mengetahui suatu fakta yang menyakitkan dan selama ini disembunyikan ziah
darinya. Dhilah benar-benar merasa bersalah perasaan dhilah benar-benar kacau. Sementara itu
ziah belum sadarkan diri juga.

Keesokan harinya ziah sadar dan melihat dhilah yang terbaring didekatnya, ziah menggenggam
tangan dhilah dengan kuat dan membuat dhilah terbangun. Melihat ziah terbangun dhilah segera
memeluk ziah dengan erat dan dhilah meminta maaf kepada ziah kerena sudah
memperlakukannya dengan baik “ ziah, aku minta maaf, nggak seharusnya aku
memperlakukanmu seperti itu. Hati emang gak bisa dipaksain. Aku paham itu?” “ndapapa dhilah
kita tetap teman oke?” kata ziah dan mereka kembali akur seperti biasanya hari-hari mereka lalui
bersama kembali dan ziah kembali lupa akan penykitnya yang kapan saja bisa membunuhnya. 5
bulan setelah vonis dokter, ziah benar-benar melemah tapi dengan dhilah disisi ziah, ziah benar-
benar tidak ingat akan penyakitnya, lalu bagaimana dengan kak deo yang dulu pernah merasakan
sakit hati karena sikap ziah?.

Sementara itu dirumah orang tua ziah sedang menyiapkan barang-barang untuk persiapan
pinadah ke singapur guna pengobatan penyakitn ziah yang semakin parah. sesampainya dirumah
ziah terkejut dengan keadaan rumah yang sudah rapi dan kosong semua barang-barangnya
dimasukan kemobil dengan bingungnya ziah bertanya kepada mamanya “mah ada apa ini kenapa
barang-barang kita dimasukan kedalam mobil?, kita gak bakal pergi jauh dari dhillah kanmah?
Gak mungkinkan mah? Ziah masih sayang sam dhilah. Ziah gak bisa jauh dari dhilah, dhilah
udah jadi daging ziah mah?” tanya ziah dengan air mata yang menetes dari sudut pipinya yang
menunggun jawaban dari mamanya. “ziah, ibu tau ziah sayang sama dhilah. Tapi, mamah juga
sayang sama ziah, mama mau ziah sehat, mamah gak kuat liat kamu begini terus nak” ucap
mamah ziah.” Mamah ziah gak papa sakit, ziah sudah biasa. Ziah gak perlu umur panjang, ziah
Cuma mau dekat sama mamah, sama papah sam dhilah mah. Umur panjang nda menjamin hidup
bahagia. Hidup bahagia bisa ziah cari sama dhilah” perkataan yang keluar dari mulut ziah
dengan air matanya yang semakin lama semakin deras tetessannya. “ ziah, mamah tau perasaan
kamu. Tapi, apa kamu tau perasaan mamah? Kita berobat kesingapur setelah kamu sembuh kita
kembali kesini” jawab mamah ziah dengan Suasana yang panas dirumah ziah.

Ziah pun menyetujui perkataan dan keinginan mamahnya walaupun didalam hati ziah terselip
perasaan tidak yakin bahwa dia akan sembuh. Oleh karena itu, dia membuat surat kepada kak
deo dan dhilah yang isi surat untu dhilah adalah sebagai berikut:

To dhillah

Dhillah aku sayang banget sama kamu, kamu adalah teman terbaik yang pernah aku punya. Yang
perlu kamu tahu gak selamanya kita bakalan sama-sama aku tahu itu dan aku harap kamu juga
tahu. Semoga kita bisa bertemu lagi lain waktu setelah aku berobat kesingapur. Oiya kamu yang
bai yah sama kak deo, kalian pasangan yang serasi. Kalian cocok banget. Nanti kalo aku balik
aku mau lihat kalian berdua sama-sama yah? Aku mau lihat temanku yang tersayang bahagia?.
Kalo aku nggak balik-balik ingat aja kalo aku pasti bahagia ngeliat kamu bahagia dhil okeh by.

Dan surat untuk kak deo:

To kak deo
Hai kak deo. Aku haraap kak mau baca surat ini karena aku sudah pernah nyakitin hati kakak.
Waktu itu aku bukan niat nyakitin kakak tapi waktu itu aku terlalu kaget dan gak bisa
berkomentar apa-apa jadi aku ninggalin kakak gitu aja tanpa stu kata pun oh iya kak selamat
tinggal yah aku titip dhilah sama kakak aku percaya kakak bisa ngejagain dhilah. Dan kalian
pasangan yang serasi sekali kalian benar benay cocok. Okeh kak by.

Setelah membaca surat itu, kak deo dan dhillah bersama dan ziah bisa pergi dengan tenang untuk
berobat. 5 tahunn sudah kak deo dan dhilah bersama mereka menikah dan memiliki anak, anak
mereka diberi nama fadhillah ziah azzahra. Sementara itu bagaiman dengan ziah di singapur.
Ternyata setelah 5 tahun menjalani pengobatan ziah berhasil sembuh dari penyakitnya dan
perasaan ziah bahwa dia tidak akan sembuh semuanya salah buktinya ziah bisa sembuh dan
kembali keindonesia.

Sementara itu diindonesia Kak deo dan dhillah masih menunggu kedatangan dan kepastian dari
ziah apakah ziah bisa kembali dan hidup atau sebaliknya. Disore hari ketika mereke sedang
bermain bersama anak mereka, muncul sesosok wanita cantik berkacamata yang tersenyum dan
berjalan menuju rumah mereka dan ternyata itu adalah orang yang mereka tunggu-tunggu selama
5 tahun. Kek deo dan dhillah sangat senang karena terjawab sudah pertanyaan mereka selama ini,
ziah kembali dan dhillah langsung berlari dan memeluk ziah dengan erat seraya berkata” ziah
kamu kembali” .

Akhirnya mereka semua hidup bahagia dan ziah berkerja sebagai penulis muda yang berhasil
melawan penyakit mematikannya oke Bersabarlah jika ada sesuatu yang buruk menimpamu
yakinlah bahwa Allah selalu bersamamu.

PROFIL PENULIS
Nama saya : Asma Fauziah
Umur : 16 tahun
Sekolah : SMAN 1 Tanah Grogot

KEJUJURAN
Cerpen Karya Budi Purwanto

Saat aku berkerja, tiba-tiba aku nerima pesan SMS dari bibiku yang di Jakarta. Gak pake lama
aku langsung ngebuka apa isi pesan singkat itu. Soalnya kemaren si bibi udah pernah bilang ke
aku kalo bibi mau transfer uang ke rekeningku buat ngebayar sapi yang rencananya mau buat
kurban saat idhul adha besok. “jang, bibi udah transfer uang ke rekening kamu..”.(isi dari SMS
bibi barusan). “iya bi, nanti coba aku cek ke ATM yah.. emangnya bibi transfer
berapa?”.(Balesan SMS ku sama si bibi). Terus beberapa menit kemudian si bibi ngebalas SMS
ku, “80juta jang.. nanti kamu bilang ke bapa mu yah, itu buat DP dulu.. kekurangannya nanti
kalo bibi pulang”.(Jawab si bibi).

Kebetulan di HP ku ada aplikasi yang bisa buat nge-cek saldo direkening, jadi aku langsung aja
nyoba nge-cek saldonya via HP. Selang beberapa proses akhirnya aku dapet konfirmasi dari
SMS Banking. Dan ” Haaaahhhh..!!!”,(reflek karena aku saking kagetnya ngeliat jumlah saldo
yang ada di rekeningku). “sisa saldo anda saat ini sejumlah: Rp.107.000.000,- “. Badanku
serentak gemetar kenceng banget dan keringet dingin ku pun langsung ngalir deres disebagian
muka ku setelah aku ngebaca isi SMS Banking itu tadi.
Kejujuran - Cerpen Motivasi
Karena masih belum percaya, aku nyoba ngepastiin sebenernya aku yang salah ngebaca isi SMS
Banking tadi atau apa aku yang salah liat yah... akhirnya aku ngebuka SMS Banking itu lagi, dan
lebih cermat sambil ngeja digit angka satu per satu dan ternyata emang bener. Ternyata Jumlah
saldo yang ada di rekeningku sekarang menjadi 107juta lebih yang tadinya saldo ku yang hanya
3jutaan.
Badanku hampir gak ada henti-hentinya bergetar, di tambah detak jantung yang berdetak lebih
cepat dari biasanya dan keringat dingin terus mengguyur seluruh muka ku. “bibi katanya kan
cuma transfer 80juta, kok saldo rekeningku jadi banyak banget yaah??? Padahal saldo
sebelumnya kan cuma 3jutaan. Berarti kalo bibi transfer 80juta dan saldo ku sebelumnya 3jutaan,
harusnya kan saldo sekarang jadi 83jutaan. Kok ini ada saldo 107juta lebih..??”.(itulah
ungkapan-ungkapan dalam hatiku saat itu).

Karena saking penasarannya, akhirnya aku langsung ngeluarin kalkulatorku buat ngitung rincian
saldo itu. “jumlah saldo sekarang – uang dari bibi – saldo rekening sebelumnya”. Itu rumus yang
aku pake buat ngitung jumlah saldo diluar uang transferan dari bibi dan jumlah saldo ku
sebelumnya. Alhasil “ 24juta” adalah saldo yang diluar dari uang transferan dari bibi dan saldo
ku sebelumnya. “Lantas, uang siapakah itu????” (tanda Tanya besar buatku).
“ya Alloh,, apa maksud dari semua ini?? Uang 24juta itu terlalu banyak buat ku. Apakah ini uang
bibi yang salah transfer??, tapi gak mungkin.. bibi kan tadi Cuma bilang 80juta. apa kah ini uang
orang lain yang nyasar ke rekeningku yahh??, hadduuuhhh… aku gak bisa berkata-kata lagi deh
pokoknya.. atau jangan-jangan ini yang namanya rejeki tak terduga buat ku?? Kalo emang ini
rejeki ku, dengan uang sebanyak ini aku mau beli motor baru lahh.. (fikiran jahatku mulai
datang)
Karena masih belum 100% yakin, aku pun mampir ke ATM terdekat buat nge-cek saldo
rekeningku lagi. Sambil masukin kartu ATM ke mesin ATM, aku ngucapin
“bismillaahirrokhmaanirrokhiim”. Dan selang beberapa detik info saldo pun muncul dan
hasilnyapun sama seperti SMS Banking yang aku terima via HP tadi. Tertera sisa saldo
Rp.107.000.000,- lebih uang yang ada di rekeningku waktu itu.
“Astaghfirullahal’adziim..” begitulah cara aku nenangin diriku. Tapi terkadang hati kecilku
bener-bener ngarepin kalo uang itu mudah-mudahan jadi rejeki tak terduga ku. “ya Alloh..
mudah-mudahan ini menjadi rejeki tak terdugaku ya Alloh..” tak henti-hentinya aku ngucapin
ungakapan itu bekali-kali dalam hatiku.
Karena kondisi kebingungan yang amat sangat akhirnya aku mutusin buat mampir ke masjid
terdekat karena pas kebetulan waktu sholat dhuhur telah tiba. Setelah sampai di masjid, aku
melepas sepatu dan kaos kakiku dan kemudian aku duduk di teras masjid sambil ngembusin
nafas panjang tanda aku sedang rileksasi. Dan secara seketika fikiranku langsung mengacu sama
bibiku.
“kayaknya aku harus nyoba nanya sama si bibi deh tentang ini buat mastiin kalo ini uang bibi
atau bukan..”. karena saat itu yang terkait dalam masalah ini hanya antara aku dan bibi.
Kemungkinan kecil ada kaitannya sama orang lain. “Tapi kalo aku bilang masalah ini sama bibi
takutnya bibi manfaatin situasi, lagipula si bibi bilangnya kan transfer 80juta”. Kata-kata itulah
yang selalu terbayang dalam fikiranku. “andai aku diam aja alias ga ngomong sama siapa-siapa
termasuk sama si bibi kemungkinan besar uang yang 24juta pasti jadi milik ku”.(Fikiran jahatku
mulai kambuh lagi). Huffffftttt…!!!
“Ya Alloh.. apa yang mesti aku lakukan kalo keadaannya seperti ini?? Apakah aku harus diam
seolah gak terjadi apa-apa?? Atau apakah aku harus jujur ke bibi tentang kejanggalan ini?? Ya
Alloh, berikanlah petunjuk-Mu..” itulah kalimat yang ku lantunkan saat aku bener-bener harus
memilih antara dua pilihan, -DIAM atau JUJUR-.

Kemudian aku terdiam sambil berfikir dan memilah-milah gimana sih baiknya. “Kalo aku diam
mungkin uang itu akan jadi milikku, kalo aku jujur berarti aku harus ngilangin semua harapan ku
buat ngedapetin uang itu”. (Motor baru.. motor baru.. dan motor baru..!!) kalo aku diam aku pasti
ngedapetin uang itu dan bisa ngebeli motor baru. (Jujur.. jujur.. jujur..!!!) kalo aku jujur, aku gak
mungkin ngedapetin uang itu dan bayangan buat ngebeli motor baru itu pun udah pasti pupus.

Tiba-tiba aku inget apa kata orang, “barang siapa memakan hak milik oranglain yang belum
sepenuhnya menjadi hak miliknya, sama saja orang itu sedang mengambil haknya sendiri yang
kelak akan menjadi haknya dimasa yang akan datang”. Logikanya.. seandainya Alloh
memberikan jatah rizki-Nya selama hidupku sebanyak tujuh buah biji kurma berarti aku harus
berkerja apa adanya supaya ke tujuh biji kurma itu bisa buat mencukupi segala kebutuhanku dari
aku lahir sampai aku mati. Tapi jika aku ambil biji kurma itu tanpa berfikir berapa lama lagi aku
hidup didunia ini maka apa yang akan terjadi??? Yang ada ke tujuh biji kurma itu pun akan habis
sebelum sisa hidupku habis.. terus kira-kira apa yang akan aku gunakan buat ngelanjutin sisa
hidupku selanjutnya?? Astaghfirullaah hal’adziim.. aku bener-bener harus jujur sama bibi
kayaknya nihh.. aku yakin itu uang bibi yang nanti mau dipake buat ngebayar sapi kurban..
Akhirnya tanpa pikir panjang aku langsung aja nelpon bibi.
Aku : assalamualaikum, bi..
Bibi : walaikumsalam.. ada apa jang??
Aku : ini bi..
Bibi : kenapa jang???
Aku : heemmm, bibi kemarin kirim uang nya berapa sih??
Bibi : emangnya kenapa??
Aku : bi, sebenernya yang transfer uangnya bibi sendiri langsung ke banknya atau siapa?? (aku
yang
balik nanya sama si bibi)
Bibi : yang transfer paman jang, emangnya kenapa sihh???
Aku : anu bi.. anu,,??? (sambil berfikir kira-kira mau jujur atau gak..) heemmm, begini bi..
kemaren
katanya bibi kan transfer 80juta.. kok sekarang saldo yang ada direkening ku lebih dari 80juta
yahhh bi???(terpaksa harus ngomong, tapi yaa udah lahh)
Bibi : emang yang ada di rekeningmu sekarang jumlahnya berapa??(dengan nada penasaran)
Aku : kan uang yang dari bibi Cuma 80juta,terus saldo yang direkening sebelumya ada 3juta..
harusnya saldo sekarang kan 83juta.. tapi ini kok ada banyak banget yahh???
Bibi : terus emangnya berapa???
Aku : ….107juta, bi..
Bibi : (dengan santainya bibi menjawab) ohhh.. mungkin itu uang paman yang transfer jang..
coba
nanti bibi telpon ke paman dulu yah soalnya sekarang paman lagi ada di china..
Aku : oh, gitu yah bi.. ya udah, aku Cuma mau ngomong itu aja kok bi..
Bibi : iya.. (dan obrolan aku sama bibi di telpon kemudian terputus)

Aku semakin tambah yakin aja kalo uang itu pasti emang sengaja paman yang transfer dan
paman mungkin cuma bilang ke bibi kalo dia cuma transfer 80juta sama si bibi. tapi aku masih
bertanya-tanya sebenernya uang siapakah itu.. dan tiba-tiba aku ngedapetin jalan keluarnya.
Yaitu, “kalo aku ngambil langsung uang itu dari bank pake buku rekening pasti di rekening kan
ada bukti pengirimannya. Patokannya, kalo seandainya nanti di kolom kredit tertera nominal
104juta berarti uang itu memang mutlak transferan dari paman buat bayar sapi kurban.. tapi
seandainya di kolom kredit tertera 80juta dan 24juta secara terpisah kemungkinan besar uang
yang 80juta adalah uang transferan dari paman, dan yang 24juta aku gak tau itu uang siapa..

Hari esoknya pun aku langsung ke bank buat ngambil uang itu dan ternyata emang bener..
setelah aku liat di buku rekening kolom kredit ternyata tertera nominal 104juta… itu beranti
paman emang transfer 104 juta. dan kini aku pun sangat yakin seyakin-yakinnya kalo uang itu
emang mutlak uang transferan dari paman buat bayar sapi kurban.. jujur, aku hanya bisa ngambil
nafas panjang sambil agak sedikit ngerasa frustrasi karena uang itu belum bisa jadi rejeki ku..
tapi mau gimana lagi, emang itulah kenyataannya… Dan kemudian aku hanya bisa bilang, “yaa
sudahlahh.. aku ikhlaskan semua ini.. ini memang bukan hak ku.. aku percaya suatu saat nanti
aku pasti bisa ngedapetin hikmah dari semua kejadian ini..”

Akhirnya masalah pun selesai.. uang itu udah aku ambil dan aku kasihin ke bapa buat ngebayar
sapinya. Dan selesainya masalah ini berarti cerita ini pun ikut selesai..
Semoga bermanfaat dan ambil sisi positifnya.
Sekian.

PROFIL PENULIS
Namaku budi purwanto, aku biasa di panggil sama temen-temenku "budi". Aku asli kelahiran
cilacap-jawa tengah. umurku saat ini menginjak 25th. tujuanku membuat cerpen ini karena aku
ingin berbagi pengalaman hidupku tentang kejadian yang pernah aku alami. mudah-mudah apa
yang terkandung dalam isi cerpen ku ini bisa bermanfaat buat kalian semua dan ambil sisi
positifnya..
Thanks,

Email : b.purwanto49@yahoo.co.id

Baca juga Cerpen Motivasi yang lainnya.


Cerpen Karya Astrid Shabrina

Hari ini aku benar benar mendapat pelajaran yang berharga tentang prinsip belajarku. Hari demi
hari kulewati dengan percuma.. tanpa kemajuan. Teriakan dan omelan guru terasa sering
didengar ditelinga. Seperti pagi tadi,tentang nilai ulanganku,tentunya…
Aku merasa takut akan kehadiran bapak dirumah,langkah kaki ku semakin lambat saja. rasa tidak
enak di hati,kulewati dengan rasa takut yang mendalam mengingat kemarahan si bapak,emak
ditambah lagi ocehan kakak kakakku yang kejam.

Sampailah dipintu depan rumahku. Sepeda bapak memang tidak ada di teras,tiba tiba aku
merasakan sesuatu di dalam hati,ya,sudah tiga hari yang lalu bapak dan emak pergi,entah
kemana gerangan. Mengingat bunga bunga bertebaran di depan teras telah mengingatkan ku
pada orang orang yang mengeluarkan air mata saat mengantar bapak dan emak.
TIDAK, sepeda bapak ada di sana!! Tapi tidak sesuai dugaanku,sepeda itu telah remuk bagai
diinjak,gajah. Mesin motor itupun keluar semua, ban sepeda bapak bagai dirobek robek dengan
emosi yang amat sangat!!! Sekarang aku hanya bisa melihat sisa sisa baju bapak dan emak di
ruang tamu yang habis didapat kemarin. Cairan merah itu masih terdapat dibaju emak dan bapak,
meskipun sudah sedikit kering.

Kebanggaan Diri - Cerpen Motivasi Perjuangan


Hari esok pun tiba. aku lupa akan pr matematikaku kemarin.tentu, kemarin aku Cuma meratap
kain robek dengan cairan merah itu sampai malam,he he he… alhasil aku dimarahi pak
matematika si raja amarah. Namun aku merasa ada yang ganjil…., omongan pak matematika si
raja amarah itu malah menyemangatiku.
“hey!!!apa kamu lihat bapak ibumu disana,hah? Apa mereka senang melihat hasilmu seperti ini?
Apa mereka senang,hah? Kenapa kamu tidak menjawab……. Bapak ibu mu pasti kecewa
melihat kau seperti ini….coba ingat berapa kali mereka mendapat hal yang sama? berapa!!?
Berkali kali bukan..”
Memang persis dengan omongan bapak seminggu lalu… hal itu mengingatkan ku pada
BAPAK!!! Hati ku merasa kecil,kecil,kecil dan kecil sekali…..

Sepulang sekolah aku hanya bisa meratap pakaian robek itu sambil mengingat ingat omongan si
raja amarah, berkali kali? kurasa tidak!bukankah aku pernah mendapat nilai bagus? Meskipun
sekali itu tidak apa bukan!?apa menurutmu aku salah? Siapa yang salah,coba pikirin!?
Apa salah gue!tapi apa mereka sedih…? “Bagiku tidak!!!”
Hari esok pun tiba,aku merasa senang karena tidak ada yang bisa memarahiku atau memukulku
lagi. Sekarang!aku bisa leluasa bermain atau merusak sesuatu,bermain ps sampai
malam,membaca komik,membeli mainan yang sangat banyak, mencoret dinding, bermain bola
sampai sore,bolos dan lain lain!!! Ah,senangnya.

Hari hari terasa begitu menyenangkan tanpa emak tetapi perlahan lahan aku mulai
lapar….lapar….lapar…dan….lapar….. akupun memanggil emak.
“pesen! Telur dadar satu,mak,ama nasi garing aja dech”
Tapi tidak ada sahutan sama sekali,lama lama bosan menerjang. Karena aku tidak bisa bermain
bulu tangkis dengan bapak,main bola dengan bapak dan belajar bersama emak…
Tak terasa hari sudah gelap,segera kuhidupkan lampu lampu sampai terang. Kakak belum pulang
karena ada penginapan pramuka selama 3 hari. Suasana malam itu memang sangat sepi sekali.
Akupun memutuskan untuk bermain ps sendiri. Tiba tiba…
“PET..!” listrik mati.
Kata emak tanggungan pembayaran listrik memang belum dibayar!waduh..kalau begini caranya
pasti akan seperti ini terus!lampunya akan mati terus,dong…mana gak ada duit lagi, gocengpun
takda,sekarang hidupku hanya bergantung pada celengan bapak,emak dan kakak.
Emas emak habis digondol maling,apa salah keluarga ane!apa yang salah..kalau begini aku tidak
bisa melanjutkan sekolah lagi,dong…. Tapi!!yah itu dia itu yang akan meringankan bebanku!!!
Apalagi kalau bukan BEASISWA aku harus bisa mendapatkannya!!mulai
dari…..SEKARANG!!!!!
“Aku menjadi semangat! Ayo maju,aku akan mendapatkanmu BEASIWA. Ayo, banggakan
emak bapak disana cepat ayo!! Semangat! Semangat! Semangat! Ciptakan prestasimu!kejarlah
bakatmu”teriakku.
Pagi,siang,malam aku terus belajar demi bapak dan emak,
”beasiswa!!!aku pasti mendapatkanmu, Percayalah”aku menjadi sangat bersemangat setelah aku
mengucapkan kata kata itu.
Guru amarah menjadi bangga dengan prestasiku,apalagi dengan guru guru yang lain.setiap ada
pengumuman lomba aku akan ikut (woi!!ingat,kecuali nari dan nyanyi)
Sekarang…aku benar benar menemukan bakat asliku yaitu “IPA”alias olimpiade ipa. Robot
robot dan alat alat ilmiah menjadi koleksiku. Aku sangat suka membuat robot sederhana dari
bahan bahan bekas sehingga aku dapat menemukan berbagai macam robot baru yang unik
sehingga aku menjadi terkenal. Dan aku mendapat beasiswa idamanku.
Setelah aku mendapat beasiswa, aku merasa bagga akan diriku sendiri. Aku masih berumur 15
tahun (tidak naik 2 kali pas SD) tapi sudah mendapat penghargaan seperti itu. kakak kakak ku
merasa bangga padaku,sekarang kami tinggal dirumah mewah yang ada kolam renangnya.
Hidupku benar benar terbalik 180 derajat.
Setelah bertahun tahun,aku telah berusia 20 tahun. Aku menjadi penemu robot Indonesia penjual
jamu. Meskipun lucu tetap saja popular. Robot itu biasa menjual berbagai macam barang selain
jamu.mulai dari kue,barang elektronik dan sebagainya. Sekarang aku semakin terkenal sampai ke
luar negeri. Wawancara,program tv, dan berbagi tips tips ke masyarakat, menjadi makanan sehari
hariku.
“AKU BERJANJI PADA DIRIKU SENDIRI!!TENTANG APA YANG KULEWATI BESOK
HARI AKAN BERJALAN MAKSIMAL…..”
Aku merasa bangga atas prestasi yang kuraih. Tentu saja bapak dan emak pasti bangga!!!
Sekarang aku harus memberi hadiah kepada bapak dan emak serta bunga bunga harum yang
semerbak baunya, kulemparkan keatas gundukan tanah dengan membacakan hadiah yang special
kepada bapak dan emak.

Lantunan lantunan yang enak didengar seta senyuman bapak dan emak selalu kuingat dihati..
“selamat jalan bapak…emak….”
Huh! Aku semakin tua saja,aku bahkan belum mendapat istri dan anak! Meskipun sudah 10
tahun bertempat tinggal pada rumah mewah nan megah ini, tidak ada satupun gadis yang
mendekatiku kecuali anak kak Rahmat kakaku yang masih berusia tiga tahun. Ya sekarang
umurku sudah 25 tahun. Setelah bertahun tahun membanggakan nama Indonesia,sekarang saya
perlu harga diri dan bayi mungil tentunya…he he he.
Aku memohon pada teman teman dan kakakku untuk dicarikan jodoh. Dan akhirnya..!!
“ENG ING ENG!!!” Bayi bongsor datang
Aku merasa senang SEKALI.
Bayi itu kudidik dengan sungguh sungguh. Sampai akhirnya ia bisa melakukan apapun dengan
cepat. Beranjak dewasa aku semakin kagum akan bayi yang sekarang terlihat lebih besar dari
sebelumnya mendapat prestasi prestasi lomba ke mancanegara. Entah mengapa,setiap saat hatiku
tergugah untuk mencari bapak dan emak,tapi aku akan menunggu sampai anakku duduk di
bangku kuliah.

Anakku bernama Farhan yang paling kubaggakan itu,sekarang telah duduk dibangku SMP.
Hatiku semakin goyah nafsu ini sangat kuat sekali! Tetapi aku telah berjanji untuk menunggu
sampai waktu itu. Farhan sekarang telah duduk di bangku SMA. Tambah goyah deh,
hadeeeeh….. Dan setelah itu duduk di SMA lebih ¼ bulan!! Tambah goyah nih, hosh hosh hosh,
lebih 2/3 bulan gr.. gr… gr…..,lebih ½ tahun ha ha ha!!,lebih ¼ tahun huaha haha!!!!!,lebih 1/6
tahun khu khu khu khu khu,lebih 1/9 tahun khi khi khi khi khi,lebih………. “CUKUP!!!!
SINGKAT SAJA,CAPE NIH NGOMONG TERUS”
Farhan sekarang benar benar ada di bangku kuliah. Jantungku berdebar debar,aku harus mencari
bapak dan emak sekarang. Kuputuskan untuk mencari bapak dan emak di lokasi kecelakaan
bapak dan emak,yaitu hutan pinus. Kucari cari sampai malam gak ketemu sampai…..pagi.
akhirnya aku mendengar suara emak.
“wah..k-kita dah punya c-cucu nih pak….”dengan suara parau.
Aku heran bukankah itu suara emak,akupun mendekati suara tersebut. Dan akhirnya…
“anakku….anakku…”suara bapak memanggilku
Heran suara itu berasal dari ngarai!! Suara itu terdengar saja. Aku mendekati ngarai itu.
“tap tap tap”suara hentakan kaki yang lembut itu mendekatiku dan….
“UWAAAAA!!!!”seseorang menarikku ke dalam ngarai yang dalam itu.
Orang itu terus memanggilku. Rupa orang itu menyeramkan mata putih dan tubuh hitam serta
luka luka yang menjijikkan.
“UWAAAAA!!!”aku terus berteriak.
Sampai… teriakanku tak terdengar lagi ketika aku ada di dasar ngarai.
Entah mengapa aku merasa sekarang telah meniggalkan keluargaku.

PROFIL PENULIS
Nama : Shabrina
Sekolah : SMP 19 malang kelas 7c
E-mail : astridshabrina7@gmail.com
Prestasi :
Lomba komik tingkat sekolah
Lomba cergam tingkat kabupaten
Lomba cergam tingkat sekolah
Lomba komik tingkat kota
Blog: keepsmileforfun.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai