Anda di halaman 1dari 4

MERAH PUTIH

Aku bernama Ayumi, Ayumi Sasaki yang berhasil menjadi perwakilan dari provinsi Jawa timur
untuk menjadi salah satu anggota pengibar bendera di istana merdeka jakarta. aku sangat bersyukur
bisa mewujudkan keinginaku sejak aku masih kecil, semoga dengan terpilih menjadi anggota
paskibraka ini bisa membuat Orang tuaku bangga dan semoga bisa mengharumkan nama sekolah.
aku dilahirkan pada tanggal 19 Februari 2005 tepat pada hari selasa jam 11 siang. Aku terlahir dari
keluarga yang mereka semua sibuk bekerja dengan alasan untuk masa depanku nanti. Perjuanganku
untuk bisa menjadi salah satu anggota paskibraka ini sangatlah tidak mudah banyak sekali remehan
dan cacian dari sekelilingku namun banyak juga yang mensupport aku dan memberi banyak motivasi
agar Aku tetap semangat.

Awal mula aku menyukai paskibra ini dimulai sejak aku duduk dibangku sekolah dasar, pada
waktu itu aku dimintai untuk menjadi pengibar bendera untuk kegiatan upacara rutinan hari senin,
awalnya bagiku sangat membosankan membayangkan jika harus berdiri dibawah teriknya matahari
dan juga harus berlatih setiap minggu, namun ternyata manjadi anggota pengibar bendera tidak
seperti yang aku bayangkan. Ternyata kegiatan ini sangatlah seru mulai dari berlatih sampai tiba hari
H untuk melaksanakan upacara kegiatan ini sangatlah asik banyak sekali keseruan.

Pada hari senin aku ingat sekali hari itu merupakan hari terakhir aku menjadi pengibar bendera
karena minggu ini merupakan minggu terakhir aku bersekolah karena minggu depan sudah
dinyatakan lulus dan mulai melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, pada saat upacara selesai aku
berkata pada pendamping pengibar bendera disekolahku “Bu lia, saat aku sudah memasuki bangku
SMP, apa ada pelatihan pengibaran bendera seperti ini lagi ya?.“ Ucapku. Lalu Bu lia menjawab
“Tentu saja bisa ayumi di SMP nanti kamu harus mengikuti ekstrakulikuler paskibraka, Ibu harap
bakat kamu dalam bidang ini kamu kembangkan dan Ibu juga berharap semoga kamu nanti bisa
menjadi salah satu anggota paskibraka di istana merdeka.” Ujarnya dengan wajah yang sumringah.

Pada saat itu aku hanya terdiam diri dan berfikir apakah aku bisa mewujudkan keinginanku dan
mewujudkan kalimat Ibu Lia tadi. Kalimat itulah yang sampai saat ini menjadi motivasiku untuk selalu
bersemangat dan terus belajar dan berusaha, saat aku memasuki bangku SMP aku mengikuti
ekstrakulikuler paskibraka aku bersyukur sekali karena aku sudah memiliki sedikit bekal yang aku
miliki saat aku menjadi anggota upacara kemarin aku menjadi salah satu siswi yang lolos tes
walaupun namaku berada diurutan terakhir namun aku sangat senang dengan hal itu.

Tak terasa waktu berjalan sangat cepat baru kemarin rasanya aku masih SMP aku tidak
menyangka aku sekarang sudah menginjak ke sekolah menengah atas, aku senang sekali aku bisa
bersekolah disalah satu sekolah negri terbaik di kotaku aku sekolah di SMAN 1 Ponorogo, Aku
disekolah baru ini juga mengikuti ekstrakulikuler paskibraka namun, ternyata banyak sekali siswa
siswi dari sekolah yang menurutku sekolah yang terbilang sangat terkenal dan populer beda
denganku yang hanya dari desa, Namun hal itu tidak membuatku putus asa dan menyerah justru
karena itu aku sangat gigih dalam belajar baris berbaris agar aku lolos tes.

Hari tes pun tiba aku sudah siap-siap dari pagi tadi namun sayangnya Ayah dan Ibuku sudah
berangkat kerja sejak pagi tadi, aku berharap semoga nanti aku bisa lolos dan bisa menyisihkan
peserta yang lain “jika nanti aku sudah selesai tes aku akan menemui Bu Lia dan akan bercerita
bagaimanapun hasilnya” Ucapku dalam hati. Sebenarnya sedih sekali jika mengingat dari aku kecil
sampai sudah masuk bangku menengah atas seperti ini Orang tuaku tidak mengetahui bagaimana
kegiatan-kegiatan yang aku ikuti selama ini bahkan mereka sepertinya tidak pernah peduli akan hal
itu.

Saat semua tes sudah selesai aku sudah sangat pasrah akan dengan hasilnya aku tidak berharap
lebih karena semua yang mengikuti tes ini sangatlah bagus apalagi mereka bersekolah di kota sudah
pasti lebih memilih pengalaman yang begitu banyak dengan wajahku yang cemas aku meminum
sebotol teh pucuk dihalaman sekolah tiba-tiba saja ada seseorang yang menghampiriku dan
bertanya “ Hallo, boleh aku duduk disampingmu wajahmu tampak pucat sekali kamu sakit? “ ucap
laki-laki yang berada dihadapanku, aku tidak berkata apapun hanya menggeleng-gelengkan kepala
dan bergeser untuk mempersilahkan dia duduk.

Aku seketika ingat dengan seseorang yang hampir mirip dengan dia namun aku lupa seseorang
itu siapa. “Namaku dio, fernando dio dari kelas 10 ips 2. “ Ucapnya dengan tiba-tiba. mendengar kata
itu aku langsung tercengang dan tubuhku langsung membeku akan ingat sesuatu tiba-tiba dia
berkata lagi “Saki masa kamu lupa sama aku.” Lelaki itu tiba-tiba berucap seakan-akan kita sudah
akrab. Mendengar dia memanggilku dengan sebutan saki aku jadi ingat bahwa ternyata lelaki itu
merupakan sahabat lamaku waktu aku masih SMP hanya dia satu-satunya temanku yang
memanggilku Saki.

“Nando, apa kabar sudah lama kita tidak bertemu.“ Ujarku dengan memalingkan wajah dan
tersenyum. Aku seakan-akan tidak percaya kalau dia benar-benar Nando teman dekatku dulu karena
kita terakhir bertemu waktu kelas 2 semester 2 sebelum dia pindah ke Canada, Nando adalah teman
dekatku dulu rumah kami bersebelahan dia adalah satu-satunya temanku yang mengetahui tentang
semua masalahku terutama tentang ketidak harmonisan keluargaku dia juga teman baikku yang
selalu mendukung, memberi semangat dan juga motivasi hingga aku bisa bertahan sampai saat ini,
aku sangat bersyukur bisa dipertemukan lagi dengan Nando karena hanya dialah yang menjadi
teman dekatku.

“Baik, kamu ikut tes paskibraka kan saki? aku yakin pasti kamu bisa menyisihkan peserta yang
lain.” Ucapnya dengan penuh semangat. “Aku tidak yakin nan aku bisa menyisihkan mereka, aku
melihat anak-anak yang dari Kota lebih bagus tadi tapi semoga saja aku bisa menyisihkan mereka.”
Ucapku dengan sedikit merasa sedih. “Pasti bisa Saki aku yakin kamu pasti bisa, aku aja yakin masa
kamu gak yakin.” Ucap Nando dengan tertawa. Aku hanya tersenyum, setelah kurang lebih 30 menit
semua peserta berkumpul di Aula untuk mendengarkan daftar nama-nama yang telah lolos seleksi
lalu betapa terkejutnya aku namaku dipanggil dengan urutan nomer 1 aku sangat terkejut karena
tidak menyangka akan hal itu, apalagi dapat tambahan informasi kalau peserta yang masuk 3 besar
akan ikut mengibarkan bendera pusaka di Istana Merdeka. Setelah pengumuman selesai aku segera
keluar aula dan segera ingin menemui Bu lia dan ditemani oleh nando.

“Nando, coba tebak hasilnya bagaimana?.” Tanyaku dengan wajah sumringah. “Pasti kamu lolos
kan? gak mungkin kalau engga aku aja yakin kalau kamu lolos.” Ujar Nando dengan tatapan serius.
“Aku seneng banget, aku lolos tidak hanya itu aku juga berada diurutan pertama aku gak nyangka
banget bisa menyisihkan peserta lain.” Ucapku dengan penuh semangat. “Dengar-dengar yang
masuk 3 besar akan menjadi anggota pengibar bendera pusaka diistana merdeka ya?.” tanya Nando
sambil berjalan kearah parkiran sekolah. “Iya, minggu depan kita sudah diikut sertakan latihan
dengan anggota paskibraka inti yang lain.” jawabku sambil mengambil helm dipos tukang parkir.

Setelah aku dan Nando sampai dirumah Bu Lia aku bercerita banyak hal mulai awal dari aku
mendaftar tes sampai dengan hari ini “Ibu sangat bangga kepadamu akhirnya keinginan kamu sejak
kecil sudah tercapai sukses selalu ya ayumi pasti Orang tuamu sangat bangga.” Ucap Bu Lia. Dan aku
hanya tersenyum mendengar kata itu andai saja Bu Lia tau kalau sebenarnya Orang tuaku tidak
pernah memberi apresiasi atau hanya sekedar mengucapkan kata bangga saja mereka tidak pernah.
Saat itu aku hanya bisa tersenyum dan Nando menatapku dengan tatapan yang menguatkan aku
agar tidak sedih, setelah banyak berbincang-bincang hari pun mulai petang aku dan nando segera
berpamitan untuk segera pulang.

Hari demi hari sudah ku lalui tidak terasa sudah genap satu bulan aku berlatih untuk persiapan
pengibaran bendera pusaka, hari ini merupakan hari pembekalan dimana besuk adalah hari
pemberangkatannya, setelah pembekalan selesai aku segera pulang ke Rumah untuk memberikan
surat undagan wali murid dan berharap orang tuaku sudah ada di Rumah karena tadi pagi mereka
belum pulang pasti siang ini sudah di Rumah pikirku saat itu, aku diantar pulang oleh Nando, setelah
sampai aku mempersilakan Nando untuk mampir dulu ke Rumah namun aku sangat terkejut karena
ada suara bising dari dalam aku yakin itu pasti Ayah dan Ibuku yang sedang bertengkar.

Aku segera berlari kearah dapur dan menghampiri mereka “Sudah cukup jangan bertengkar
terus!.” Teriakku dari hadapan mereka. Aku tau jika aku berteriak seperti ini terlihat sangat sopan
namun Aku sudah tidak tahan melihat Ayah dan Ibuku setiap hari bertengkar. “Kamu jangan ikut
campur urusan orang tua, kamu tidak tau apa-apa saki lebih baik diam saja.” Ucap Ayahku dengan
tatapan yang terlihat sangat menyimpan amarah. “Ayah dan Ibu yang tidak tau tentang apapun.
Kalian hanya memikirkan dunia kalian sendiri, kalian hanya berkerja dan berkerja apa kalian pernah
mencoba mengobrol denganku? Apa kalian pernah sekedar mengucapkan bangga akan prestasiku
sampai saat ini? dari dulu sekedar mengucapkan bangga pun Ayah dan Ibu tidak pernah.” Jawabku
sambil menahan tangis, aku tau membangkang seperti ini perbuatan yang sangat salah namun Aku
sudah tidak tahan dengan semuanya.

“Kapan terakhir kali Ayah dan Ibu berbicara denganku? Sekedar menanyakan cerita tentang
duniaku saja tidak pernah kan? Ayah dan Ibu hanya berkerja, memikirkan dunia kalian saja yang
kalian pikirkan hanya semua bisa dibeli dengan uang, Aku hanya menginginkan kasih sayang yang
cukup.” Teriakku dengan meneteskan air mata dan ditenangkan oleh Nando. Melihat keadaanku
seperti ini Ayah dan Ibuku hanya berdiam diri “Aku hanya ingin itu Aku hanya ingin pencapaianku
dihargai, Aku sangat iri melihat teman-temanku yang sangat dicintai oleh orang tuanya, Aku sengaja
pulang cepat untuk memberikan surat undangan wali murid untuk melihat anaknya mengibarkan
bendera pusaka diistana merdeka, Aku tau pasti Ayah dan Ibu tidak akan datang kan? Tapi Aku
mohon kali ini kalian harus datang ini keinginanku sejak kecil.” Ucapku disertai dengan isak tangis.

Aku sudah tidak tahan aku langsung berlari kearah kamar dan meninggalkan Nando begitu saja,
aku tidak sadar kalau disitu masih ada Nando yang menemaniku. Nando mungkin juga sudah faham
dengan keadaan ini mungkin waktu aku berlari kearah kamar Dia juga langsung pulang. Keesokan
harinya aku sengaja bangun pagi-pagi sekali dan segera berangkat karena aku tidak mau bertemu
dengan orang tuaku dan aku juga tidak ingin datang terlambat.

Disaat semua anggota bercerita jika orang tua mereka sudah akan datang, Aku hanya berdiam
diri dan berfikir didalam hati semoga Ayah dan Ibuku juga datang “Semoga saja ayah dan Ibuku hari
ini datang walaupun itu sangatlah tidak mungkin” Batinku dalam hati. Bohong rasanya jika hatiku
tidak tergores melihat anggota yang lain seperti sangat disayang oleh orang tuanya beda sekali
denganku. Tidak lama kemudian kita diberangkatkan dan acarapun berjalan dengan lancar, Semua
anggota menghampiri Orang tuanya masing-masing saat itu aku hanya terdiam diri dan menatap
kosong disekelilingku dan berharap orang tuaku akan datang.
Tiba-tiba saja ada yang memanggil namaku dari belakang saat aku menoleh sejenak ternyata itu
Nando dan disertai oleh Orang tuaku, betapa terkejutnya Aku melihat Ayah dan Ibuku datang dan
membawa buket bunga dan buket uang, Aku menangis dan meminta maaf karena sudah
membantah mereka kemarin. “Maafkan aku ya Ayah Ibu, Aku sangat menyesal kemarin
mengucapkan seperti itu.” Ucapku dengan menahan tangis. “Ayah dan ibu juga minta maaf karena
sudah lalai dan mungkin sudah membuat kamu kesepian selama ini” Ucap Ibuku sambil memeluk
aku. Akhirnya setelah itu hubungan kami mulai sangat erat, Ibuku sudah berhenti bekerja dan setiap
akhir pekan kita selalu menghabiskan waktu bersama, Railah cita-citamu setinggi langit jangan
pernah menyerah dan berputus asa.

Anda mungkin juga menyukai