Anda di halaman 1dari 4

“ARTI”

ARTI”

Tepat pada tanggal 16 juli 2001, di Metro, Lampung. Aku dilahirkan, seorang gadis
 jangkung yang diberi nama oleh ayahnya dengan penuh harapan yaitu Risky
Risk y Aulia Nugraha
atau singkatnya bisa dipanggil Riris. Aku tumbuh begitu cepat dengan banyak faktor faktor
yang memengaruhi tumbuh dan berkembangnya organ organ yang ada didalam tubuhku.
Awalnya, aku tinggal di wilayah Metro Lampung hingga aku berusia 2 tahun, lalu
memutuskan untuk pindah ke wilayah Kota Bandar Lampung sampai usiaku 15 tahun. Ya,
aku dibesarkan oleh keluarga yang memiliki sekelumit alur hingga sulit dipahami. Ayahku
 bekerja luar daerah dan harus tinggal berjuahan dengan aku dan bundaku, jadi wajar kalau
aku tidak begitu dekat dengan ayahku.
a yahku. Walau begitu, aku tumbuh dengan penuh kasih sa yang
yang diberikan secara maksimal oleh bunda, kakek dan nenekku, terlebih lagi aku memiliki
sepupu sepupu yang usianya hampir sama denganku, itu membuatku lebih dari cukup untuk
merasakan tidak kesepian. Walau aku tunggal selama 15 tahun aku di didik oleh bundaku
untuk selalu mandiri, tidak merepotkan oranglain apalagi mudah untuk menyalahkan
oranglain. Bundaku adalah perawat disalah satu rumah sakit swasta di wilayah Kota Bandar
Lampung, jadi tak heran aku sering ditinggal bekerja karna rumah sakit menggunakan shif
 bekerja, belum lagi ketika bundaku harus merujuk pasien ke pulau sebelah, mau tak mau aku
memberanikan diri ditinggal sendiri walau ada kakek, nenekku dan itu menjadikan aku
 pribadi yang lebih mandiri.

Riwayat pendidikan ku, aku bersekolah di TK Al-Azhar 2 dan lanjut ke SD Al-Azhar


2 pula. Dari aku taman kanak kanak aku selalu dilarang oleh kakek dan nenekku untuk
melakukan aktivitas diluar ruangan, karna katanya fisikku terlalu lemah untuk melakukan
aktivitas berlebihan,padahal tidak, aku adalah salah satu siswi yang aktif disekolahku dengan
 bukti aku selalu menjadi pinru diacara pramuka, menjadi ketua tim basket dikelas 3 dan 4,
dan menjadi ketua kloter manasik haji dikelas 5 dan 6, menurutku itu sudah membuktikan
 bahwa fisikku sama seperti yang lain. jadi waktu aku Sd, tidak banyak yang aku lakukan,
hanya masuk sekolah jam 07.00 sampai 11.00 kelas 1, jam 07.00 sampai 13.00 kelas 2 dan 3,
 jam 07.00 sampai 15.00 kelas 4 dan 5 di kelas ini aku sering
seri ng mencuri curi waktu untuk ikut
kegiatan ekstrakulikuler, dan di kelas 6 aku masuk jam 07.00 sampai 16.30 karna ada
tambahan belajar untuk mempersiapkan un.

Setelah aku lulus SD aku melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama pilihanku yaitu
SMPN 29 B.Lampung, alasannya selain karna sekolah itu merupakan salah satu sekolah
favorit adalah karna sekolah itu dekat dengan rumah sehingga aku tidak perlu naik turun dan
gonta ganti angkot, serta di sekolah itu terdapat kakak sepupuku yang juga bersekolah
disitu.awal masuk dikelas 7 semua nampak baik baik saja, aku mengikuti banyak kegiatan
ekstrakulikuler di sekolah hingga tugas tugas dikelas banyak yang tertinggal, keluar kelas
untuk hanya berkumpul di ruang sekre hingga pulang sekolah, memanjat pagar karna ingin
membeli peralatan lomba yang tidak mendapatkan persetujuan dari pihak sekolah, hingga lari
dari ulangan serta tugas tugas sekolah dan bersembunyi di ruang sekre. Saat itu aku
merasakan keluarga baru, aku merasa sangat nyaman saat bersama mereka walau aku tau
yang aku lakukan itu sangat merugikan keluargaku apalagi bundaku. Sampai akhirnya
 pembagian lapor kenaikan kelas pun tiba, aku mengajak
me ngajak bundaku untuk mengambil lapor di
walikelasku, dan apa yang terjadi? Aku tidak lulus 5 mata pelajaran dan aku harus naik
 bersyarat. Jangan ditanya apakabar selanjutnya, hp disita, uang jajan dipotong, langsung
dimasukan kesetiap lembaga pengajar dari senin sampai sabtu dari pulang sekolah sampai
malam. Tapi yang aku herankan kakek nenekku hanya tertawa singkat saat mendengar aku
naik bersyarat padahal mereka juga melarang keras untuk aku mengikuti kegiatan sekolah.
“sekarang kakak pik ir, apa untungnya ikut kegiatan semacam itu? Iyaa iya nenek paham,
kakak dapat banyak pengalaman, kakak dapat teman baru, kakak dapat melihat apa yang
 belum kakak lihat, kakak bisa tertawa lepas” dengan suara yang serak nenek menenangkanku
dari bunda yang merasa mukanya sekarang terlempar kotoron sapi “malu bunda kak, bunda
kerja banting tulang sekolahin kamu, kamu malah ikut kegiatan yang bikin menjatuhkan
kamu. Kamu itu berpendidikan udah harus tau mana yang harus kamu dekatkan dan kamu
 jauhkan” kata bundaku yang nadanya sangat lemah sampai menyayat daun telingaku. Saat
itulah perasaanku seolah olah di tampar dengan ribuan badan badan sapi, dan saat itu pula lah
aku sadar bahwa yang aku inginkan belum tentu apa yang aku butuhkan. Untung saja pada
kelas 8 aku tidak masuk kelas yang terlalu terbelakang, Aku mulai belajar dengan giat
menyelesaikan tugas tugas yang tertinggal, privat sana sini, dan tak ditinggalakan juga
ekskulku untuk latihan dan lomba lomba. Sampai akhirnya pembagian lapor kenaikan pun
tiba, kali ini tidak begitu memalukan, aku mendapat peringkat 2 dan masuk kekelas unggul 2.
Tak jauh berbeda dari kelas 8 yang menambahkan hanya, aku diajak untuk bergabung
keanggota band sekolah mempersiapkan lagu lagu perpisahan kelas 9 nanti. Di kelas 9 juga
aku merasakan menjadi interpreneur atau pengusaha kecil kecilan disekolah, aku berjualan
 berbagai macam makanan bersama teman teman dekatku, bukan karna aku kekurangan uang
 jajan, tapi mencoba adalah salah satu cara kita untuk mendapatkan pengalaman yang selama
ini hanya kita dapat dari mendengar kisah orang saja.

Masa putih abu abu pun tiba, dengan sangat bersyukur aku masuk kesalah satu
sekolah terpandang di kotaku, SMAN 3 B.Lampung. Awalnya, aku sangat kesulitan
 beradaptasi disekolah ini, karna aku mendapat teman sekelas yang sangat aktif dibidang
akademik dan nonakademik. Di sekolah ini jugalah aku belajar artinya berjuang, salah
satunya karna jarak yang cukup jauh dari rumahku, aku harus berangkat lebih awal karna jam
masuk sekolah yang cepat, harus rela tiap bulan kena tilang karna belum melengkapi
 peraturan bermotor, aku masih 15 tahun jadi belum memiliki SIM tapi aku sudah membawa
kendaraan kesekolah, jika aku naik kendaraan umum contohnya angkot, saat pergi sekolah
aku harus 2 kali naik angkot dan waktu pulang 3 kali naik angkot, itu sangat menghabiskan
 banyak waktu, dan uang jajanku. Aku juga harus rela diterpa kondisi alam, panas, hujan dan
 badai karna harus melengkapi tugas tugas yang begitu banyak, kata guruku kami harus
dipersiapkan mental dan fisik dengan tugas tugas yang banyak agar terbiasa di perguruan
tinggi nanti. Membuat film pendek, pulang larut dan kehujanan, membuktikan percobaan
 percobaan yang mengharuskan kita membawa hewan atau bahan bahan yang jarang
ditemukan, hingga harus mencari kedaerah daerah yang takpernah aku temui. Belum lagi
dibidang nonakademik atau ekskulku. Aku menjadi deputi administrasi pasis (pasukan inti
siswa) yang tugasnya mengkoordinir segala kegiatan ekskulku, aku juga menjadi anggota inti
tim PBB Variasi 1 Paskibra Kota B.Lampung yang mengharuskan aku untuk bisa membagi
waktu, karna kalau tidak jadwal belajar, dan ekskul lainnya akan bertabrakan. Mengadakan
event event sekolah yang menugaskan aku untuk mencari sponsor ke perusahaan perusahaan
yang ada. Saat itu, aku menemukan banyak pengalaman, banyak teman, yang tidak
menjatuhkan aku menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Dan saat itu pula kakek dan nenekku
mulai percaya bahwa aku dapat melakukan tugas luar ruanganku dengan baik tanpa harus
mengkhawatirkan mereka

Sampai waktu yang tak disangka sangka, bundaku mengambil keputusan yang sama
sekali aku tak mengerti pada awalnya, mengambil keputusan yang takpernah aku duga
selama aku hidup, dan memang ini keputusan yang sama sekali aku tak mengerti alur
hidupnya. Aku harus pindah. Ketika semua yang telah aku capai, ketika aku sangat amat
nyaman dengan keadaanku, dan ketika aku sedang merasakan apa yang sering orang bilang
yaitu masa putih abu abu ku. Aku harus pindah. Meninggalkan semua yang ada di kota
kelahiranku, kakek nenekku, sepupuku, sahabat, teman temanku, sekolahku, dan semua yang
telah membuatku nyaman. Dan aku pindah. Awalnya aku sama sekali tidak setuju dengan
keputusan ini sampai sampai aku berencana untuk tinggal dengan nenekku, berhari hari aku
memikirkan hal ini, “untuk apa aku pindah? Aku sudah sangat nyaman dengan ini”  tanyaku
kebundaku dengan nada yang sangat ketus. “kita harus berkumpul nak, harus ada yang
mengalah, ikut dengan ayah atau malah tinggal berjauhan begini, kasihan koko masih kecil
tapi kurang mendapatkan kasih sayang dari ayahnya nanti, kamu juga sudah beranjak dewas a,
harus diawasi dengan lebih teliti agar tidak terjerumus kepergaulan yang salah. Ini keputusan
yang sudah bulat. Bunda ingin kakak berubah, berubah menjadi wanita yang sempurna
dengan mental dan fisik yang sesungguhnya bukan hanya kuat dibawah sinar matahari atau
malah hembusan air hujan saja. Kamu masih harus banyak belajar dan mengenal tempat
tempat baru, mengenal apa arti hidup dan perjuangan yang sesungguhnya, ini belum apa apa
kak. Orang yang sukses adalah orang yang berani keluar dari zona nyamannya. Kamu harus
maju” kata bundaku yang meyakinkan. Saat itu aku memang sudah melepas status tunggalku
selama 15 tahun karna adikku lahir, dia seorang bayi laki laki mungil yang diberi nama
Muhammad Qowwiyan Abdullah atau yang sering aku panggil koko. Sebelum aku pindah
terjadilah haru biru yang amat sangat menyedihkan, perpisahan selamat tinggal dari teman
temanku, dan perpisahan selamat tinggal dari kakek nenekku. Aku sangat percaya dengan
mereka dan apa yang mereka katakan “kita pasti ketemu dengan keadaan sehat walafiat” kata
kakekku sambil mengelus kepalaku. “hati hati” itulah yang terucap dari bibir nenekku dengan
 bergetar. Aku hanya bisa menganggukan kepalaku karna menahan bendungan air mata ini
keluar.

Aku pindah ke Provinsi Jambi tepatnya di Kabupaten Sarolangun. Masuk kesekolah


rujukan dan adiwiyata nasional yaitu SMAN 7 SAROLANGUN. Mendapatkan teman baru
dan tentu saja lingkungan baru. Gaya hidup dan gaya bahasa yang sangat berbeda dari tempat
tinggalku sebelumnya. Untung saja kali ini aku tidak begitu sulit untuk beradaptasi. Beberapa
 bulan aku sekolah aku terpilih menjadi anggota Paskibraka Kab Sarolangun. Dan dikelas 11
semester kedua aku mengikuti Olimpiade Sains Bidang Kebumian Tingkat Provinsi Jambi.
Sampai tak terasa aku kenaikan kelas 12 dan aku sama sekali tidak pernah pulang ke kota
kelahiranku. Aku rindu, rindu akan semua apa yang ada disana, kakek nenekku, tempat
tinggalku, sahabat sahabatku, aku rindu. Aku tau aku harus bersabar karna aku percaya akan

Anda mungkin juga menyukai