Kabupaten Wajo, 27 Januari 1992. Anak dari seorang
wiraswastawan yang bernama Andi Sahib dan ibunya seorang guru Taman Kanak-Kanak di TK. Pertiwi Cab. Sengkang Kabupaten Wajo yang bernama Andi Asmarani.
Sejak kecil saya gadis yang sangat manja karena
saya adalah cucu pertama yang dilahirkan. Apa yang saya minta, nenek, kakek dan orangtuanya pasti mengabulkannya. Kalau tidak, dalam beberapa pasti saya sakit.
Sewaktu kecil saya sering sakit-sakitan. Setelah
pergi ke dokter periksa ternyata saya kena penyakit paru-paru basah alias bronkhitis. Sejak itu saya sangat diperhatikan secara mendetail tentang kesehatan saya. Lambat laun, penyakit itu juga sembuh dan saya sehat kembali.
Pada saat itu juga saya bercita-cita menjadi dokter
karena menolong orang yang sedang memerlukan pertolongan medis.
Saya masuk Taman Kanak Kanak sekitar umur 4
tahun. Masa kecilnya lumayan indah. Teman sepermainan sewaktu kecil adalah sepupu saya yang bernama Desy, Almi, dan Ika. Permainan yang selalu dimainkan adalah masak-masak dan bermain boneka.
Pada saat saya TK, saya pernah mendapat
kecelakaan di perosotan. Hidung saya berdarah dan sayapun menangis selayaknya anak kecil yang sedang terluka dan merasakan sakit. Dan akhirnya, saya diantar pulang ke rumah oleh guru saya yang cantik.
Sesampainya di rumah, ibu saya sangat kaget
melihat anak gadisnya terluka dan menangis tak henti- hentinya. Ibu saya langsung menenangkan saya supaya tidak menangis lagi. Ternyata ibu saya berhasil.
Umur ± 5 tahun, saya mendapatkan seorang adik
perempuan. Saya sangat senang karena pipi adik saya tembem dan enak dicubit. Adik perempuan saya bernama Andi Yepita Deviyanti.
Pada saat adik saya di aqiqah, saya sangat senang
karena rumah ramai oleh orang-orang. Keluarga, kerabat, dan lain-lain baik di luar kota maupun dalam kota Sengkang berkumpul semua.
Tapi sayangnya, semua itu hanya sementara. Setelah
acara aqiqah selesai semuanya kembali ke keadaan semula. Rumah cukup lumayan besar tapi penghuninya cuma 6 orang. Diantaranya ayah, ibu, kakek, nenek, saya dan adik saya. Mau gimana lagi memang itu yang harus terjadi.
Tibalah waktunya perpisahan di Taman Kanak
Kanak. Saya ditunjuk sebagai salah satu pengisi acara tersebut. Pada saat itu saya dipercayakan membawa tarian anak bersama teman-temanku yang lain. Yah,, inilah salah satu keinginan saya karena saya suka seni yang berunsur tari.
Ternyata, acara perpisahan Taman Kanak Kanak itu
sukses. Pada akhirnya, saya dan teman-temanku berpisah. Kami berpencar ke Sekolah Dasar yang ada di Sengkang.
Saya masuk di SDN 1 Padduppa di jalan Jenderal
Ahmad Yani karena di sana nenek saya yang berprofesi sebagai salah satu staf pengajar di sekolah dasar itu.
Alhamdulillah saya mendapat banyak teman baru di
sekolah itu. Saat kelas 1, saya diajarkan baca tulis oleh guru, tapi saya tidak kesulitan lagi karena di Taman Kanak Kanak saya sudah diajarkan baca tulis. Tinggal mempermantap saja pada saat itu.
Kelas 2 SD, saya ditinggal merantau oleh ayah dan
ibu saya. Saya sangat sedih karena kasih sayang yang diberi sudah tidak maksimal lagi. Saat itu saya berontak karena saya tidak terima ditinggal pergi begitu saja. Padahal saya sangat butuh kasih sayang dari kedua orangtua. Tapi, tak ada daya karena saya tidak boleh meninggalkan sekolah saya. Sejak itu saya dirawat oleh nenek dan kakek saya. Mereka dengan sabar merawat saya dan memberi saya kasih sayang seperti orangtua saya berikan. Semuanya itu tak sama dengan kasih sayang seorang ibu. Perbedaannya saat jauh. Saya mencoba untuk menerimanya. Lambat laun saya bisa kembali bersemangat lagi tanpa kesedihan seorang anak.
Selama setahun perantauan orangtua saya kembali
karena di kampung itu terjadi pemberontakan antar suku dan desa. Saya sangat senang, orangtua saya kembali lagi.
Waktu terus bergulir. Jenjang demi jenjang
pendidikan saya lewati bersama teman-teman sekelas. Suka duka dilewati bersama-sama. Dimana ada pertemuan disitu ada perpisahan. Lagi-lagi perpisahan. Tetesan air mata terus mengalir. Sepertinya saya dan teman-teman tidak ingin berpisah. Tapi semuanya itu tetap harus terjadi karena kami ingin melanjutkan lagi pendidikan yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Ada 2 pilihan SMP yang ingin saya masuki antara
SMPN 1 Sengkang dan SMPN 6 Sengkang. Pilihan saya tertuju pada SMPN 6 Sengkang karena di sana merupakan sekolah unggulan yang ada di Sengkang. Tapi, sayangnya hal itu tak terjadi karena jarak rumah dan SMPN 6 Sengkang sangat jauh. Akhirnya, SMPN 1 Sengkang adalah pilihan terakhir saya. Tapi, SMPN 1 Sengkang tak kalah bagusnya dengan SMPN 6 Sengkang. Dua SMPN ini memang dari dulu bersaing untuk mendapatkan dan menghasilkan siswa-siswa yang terbaik.
Kehidupan sekolah saya pada saat SMP sangat tidak
menyenangkan karena setiap saya ingin memasuki suatu organisasi seperti PMR dan PRAMUKA pasti selalu dilarang oleh orangtua. Kata mereka tidak ada gunanya, di akademik tidak ada hubungannya, dan pastinya selalu keluar kota. Padahal saya sangat suka dengan traveling. Orangtua saya sangat khawatir kalau sering keluar kota. Apalagi katanya saya perempuan. Tapi, alhamdulillah pergaulanku dengan teman-teman tidak dikekang asalkan tahu batas-batas pergaulan bagaimana.
Lanjut cerita, pada kelas 1 SMP teman-temanku dan
sahabat-sahabatku sudah mengenal yang namanya dunia percintaan tapi dunia cinta monyet jaman SMP alias pubertasi pertama. Tapi, saya belum tertarik dengan dunia itu karena sebelum memasuki dunia SMP saya bertekad kalau saya tidak akan pacaran sebelum tamat SMA dan . Prinsip itu terus berjalan dengan baik meskipun banyak hal dan rintangan yang harus saya lalui. Sahabat-sahabatku selalu mempengaruhi saya untuk pacaran tapi semua itu tidak ada gunanya. Dan satu hal yang perlu diketahui adalah “Jomblo bukan berati gak laku”. Pada saat itu tepat valentine’s day, para sahabatku sudah punya pasangan kecuali saya sendiri. Mereka menertawai saya dan mengolok-olok saya karena tidak memiliki pasangan pada hari kasih sayang itu. Tapi aku tidak peduli akan hal itu. Saya bawa santai saja. Nikmatin hidup dengan kesendirian. Tidak ada bisa ngatur-ngatur kehidupan saya. Saya juga tidak dipusingkan dengan pacar yang selingkuh, dibohongi, dikhianati, dan lain-lain.
Hingga pada suatu saat, sekitar ± 2 minggu, salah
satu sahabat saya cerita katanya dia sudah putus dengan pacarnya. Katanya dia sudah bosan dengan pacarnya itu. Dia pengen cari yang baru lagi. Padahal hubungan mereka belum cukup 1 bulan. Ternyata, dia menjalani suatu hubungan hanya sekedar main-main saja. Sungguh teganya dia berbuat begitu. Memang belum waktunya pacaran mereka pada pacaran.
Kehidupan SMP berakhir, dan lagi- lagi perpisahan.
Kesedihan tak terlalu menyelimuti perpisahan kami karena kami sebagian besar lanjut di jenjang pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) yang sama. SMAnya yaitu SMAN 3Sengkang.
Kelas 1 SMA saya menempati kelas yang
pertamanya saya sangat tidak sukai karena kelas tersebut hanya kelas reguler. Ada salah satu kelas yang saya inginkan, namanya kelas ICT. Dimana di kelas itu fasilitasnya lumayan sangat lengkap. Dalam proses belajar mengajar, setiap siswa memakai laptop. Mereka juga diberikan pembelajaran khusus tentang kemajuan tekhnologi saat sekarang. Sungguh menarikkan siswa yang terdaftar namanya dalam kelas itu.
Sayapun mengadu ke orangtua kalau saya ingin
pindah di kelas itu. Ternyata mereka sangat setuju. Saya dan ayah saya ke rumah kepala sekolah dan memberitahukan kalau saya ingin pindah di kelas itu. Kepala sekolah saya mengijinkan tapi bukan untuk saat ini. Alasannya kelas ini baru didirikan, dan saya sudah bisa pindah kalau fasilitas-fasilitas yang ada di kelas itu sudah bisa berfungsi dengan baik. Dan sayapun mengiyakan hal itu.
Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan juga
berlalu. Ternyata kelas itu tidak terlalau berfungsi selayaknya. Kelas itu berjalan seperti kelas regular lainnya. Saya juga sudah lebih enjoy dengan kelas yang dulunya saya tidak sukai. Karena teman-teman di kelas itu pada gokil-gokil. Apalagi wali kelasnya sangat baik dan keibuan banget. Hal yang sangat diinginkan oleh teman-teman. Tidak ada yang bisa menandingi wali kelas yang lain. Wali kelasku is the best_lah.
Setahun telah berlalu, ternyata kelas ICT itu tidak
berjalan lancar. Tapi, biarlah. Untungnya saya tidak pindah karena rata-rata siswa kelas ICT banyak yang terlibat masalah.
Kelas 2 SMA, dimana jenjang pendidikan itu adalah
pemilihan kejurusan. Pemilihan jurusan terdiri dari 3 jurusan, yaitu IPA, IPS, dan BAHASA. Karena sejak kecil saya bercita-cita menjadi dokter, yang pastinya saya memilih jurusan IPA.
Saya menempati kelas XI IPA 3. Saya sangat
bersyukur ditempatkan di kelas itu karena teman-teman SD saya di kelas itu juga. Kekompakan dan kebersamaan kelas XI IPA 3 sangat terkenal tapi sayangnya siswanya nakal-nakal. Tapi nakalnya, wajar sebagai siswa. Sukanya ngejailin teman-teman, ngejek teman, dan lain-lain. Prinsip kelasku adalah “Bukan DWIPATI (Dua IPA Tiga) kalau tidak jail.”
Hingga suatu hari, saya dan ayah saya sering ke
bank untuk mentransfer uang, menabung uang, mengeluarkan uang dari bank. Tak di sangka cita-cita dokter saya sedikit pudar karena saya sering melihat pegawai bank yang bekerja sangat formal. Pakaiannya rapi, kerjanya cukup menarik dilihat. Pokoknya saya tertarik akan hal itu.
Hal yang ditunggu-tunggu oleh para kelas XI, baik
jurusan IPA, IPS, maupun BAHASA. Hal itu adalah study tour. Meskipun study tournya di Makassar, tapi disini kita melihat kebersamaan kita jalan-jalan bareng. Kapan lagi kita bareng bersama-sama kalau bukan study tour ini.
Dalam study tour ini, kita pergi ke salah satu
Universitas Negeri yang ada di Makassar yaitu Universitas Hasanuddin Fakultas Pertanian. Kami mendengarkan materi tentang pertanian di Lt.6. tapi ternyata pada saat itu sangat membosankan dan teman- teman banyak yang mengatuk. Tapi, g papalah,,,!!!
Tempat study tour yang dikunjungi lagi adalah
Benteng Sumba Opu dan Sekolah Penerbangan yang ada di Makassar dan pada akhirnya kita pulang ke Sengkang lagi. Tapi semuanya itu study tour yang tak terlupakan. Meskipun capek kami tetap semangat.
Kelas 3 SMA adalah saat-saat yang sangat sibuk
dimana saya dan teman-teman menyiapkan diri untuk menghadapi UN. Hal itu yang membuat siswa stress. Tapi, saya tak pernah menyerah untuk menghadapinya dan semua bisa dilalui dengan baik. Hasil UN pun alhamdulillah memuaskan.
Ada hal yang sangat sulit saya lakukan yaitu
berpisah dengan teman-teman SMA karena diantara jenjang pendidikan yang saya lalui yaitu TK, SD, SMP, dan SMA, yang paling berkesan, menyenangkan, seru, dan segalanya adalah masa-masa di SMA.
Benar kata orang, masa SMA_lah yang paling
paling dan paling menyenangkan. Dimana pada masa itu kita dituntut untuk penbentukan jati diri, baik masalah percintaan, pendidikan, pergaulan, dan lain- lain. Sungguh nikmatnya masa SMAku.
Saatnya, melanjutkan pendidikan di Perguruan
Tinggi Negeri yang ada di Makassar. Pada awalnya, saya ingin melanjutkan pendidikan di kota pendidikan yaitu kota Jogjakarta, tapi orangtua tidak mengijinkan karena terlalu jauh. Apalagi keluar pulau Sulawesi.
Kukurungkan niatku untuk melanjutkan kuliah
disana. Saya mendaftar di Universitas Hasanuddin. Saya mengikuti jalur SNMPTN. Pilihan I saya adalah Pendidikan Dokter, pilihan II adalah Agribisnis, dan pilihan terakhir adalah Manajemen.
Sebelum saya menjalani ujian SNMPTN, saya
sempat bimbingan belajar di salah satu bimbingan ternama di Makassar selama 1 bulan. Cukup singkatlah
Hingga pada akhirnya, SNMPTN pun tiba. Tapi,
saya sudah mengira kalau saya tidak lolos dipilihan I. Saya sempat putus asa. Tapi, mau gimana lagi kalau takdir berkata lain.
Pengumuman hasil SNMPTN pun keluar. Saya
sempat kecewa saya tidak lolos di pilihan I. Tapi alhamdulillah saya lolos di pilihan II yaitu agribisnis. Apa yang diberikan oleh Allah, kita harus syukuri.
Sekarang, saya sudah berada di fakultas Pertanian
program studi agribisnis. Pada saat ini saya sedang menjalani pengkaderan SA.