Anda di halaman 1dari 7

Malem yang dingin dipenuhi bintang di langit yang gelap.

Tiba-tiba
fikiranku melayang tentang masa lalu Ku. Nama ku Nisa Maesha, usiaku 18
tahun. Aku sekarang berkuliah di salah satu pendidikan akademi kimia di Bogor.
Teringat oleh ku masa kecil ku yang lucu, aneh, dan malu-maluin mungkin.
Bisa timbul pertanyaan, kapan pertama kali seseorang jatuh cinta? Mmmm
bingung mungkin menjawab real pertanyaan itu. Seingatku, aku mulai pertama
kali jatuh cinta di masa kelas 1 SD. Aku bisa dikatakan anak yang tidak terlalu
manja dan brani. Saat aku masuk kelas 1 SD aku disekolahkan ditempat yang
jauh dari rumahku, yaitu dirumah Kakek dan Nenek ku. Dirumah itu banyak om
tante ku yang tinggal disana. Mereka semua adalah adik dari Mama ku karena
mama ku adalah anak pertama dari keluarga itu, mereka ada 5 bersaudara. Yang
mungkin menurutku saat aku masih kecil mereka sangat akrab. Sejak kecil aku
suka menginap di sana, hanya saat aku mulai masuk Taman Kanak-kanak aku
harus bersekolah dan tinggal dirumah papa dan mama ku. Saat aku lulus TK aku
didaftarkan untuk bersekolah di dekat rumah kakek nenek ku. Aku sangat senang
bersekolah disana, tapi hanya seminggu untukku bersekolah disana dikarenakan
papa ku tidak setuju untuk itu semua. Akhirnya aku dipindahkan untuk
bersekolah di sekolah Kakak ku Sasya dan abang ku Rangga. Saat itu kakak ku
masih kelas 6 dan abang ku kelas 4 sementara aku baru menginjak kelas 1 dan
harus beradaptasi lagi dengan teman-teman baruku.
Aku sangat care dengan semua siswa/i dikelasku. Semua nya aku ajak
bermain dan berkenalan tapi tentu saja aku masih diawasin dengan kakak ku.
Hari-hari biasa saja saat itu hingga akhirnya datang teman baru pindahan dari
kota Yogyakarta, di bernama Parno. Di benakku aku harus berkenalan dengannya
karena dia baru disini dan ternyata dia tinggal 1 blok disamping kanan rumah ku.
Jadi kita jadi lebih deket karena semua anak komplek rumah ku selalu main
bersama di saat pulang sekolah maupun sore hari.
Disekolah aku sering dijodoh-jodohkan dengan Parno , tapi aku tidak
menganggap itu semua karena aku menyukai temen kakak ku yang bernama
Steven. Aku sering menitipkan salam ku untuknya kepada kakak ku. Kata kakak
ku bayu hanya senyum-senyum saja dan mngirim salam balik untukku. Sampai
akhirnya liburan pun tiba, aku tetap memikirkan steven. Saat aku kelas 1 SD aku
belum bisa baca dengan lancar hanya bisa mengeja saja, padahal aku ingin
mengirim surat cintaku kepada steven. Aku akhirnya meminta bantuan abang ku
Rangga untuk menuliskan surat itu.
Dear Kak Steven
Semenjak pertama kali aku melihat kak Steven, aku suka sama kakak.
Kakak itu ganteng, putih dan pinter lagi. Aku selalu nitip salam buat kak Steven.
Kak Steven mau ga jadi pacar aku, soalnya aku suka banget sama kakak.
Nisa
Selesai mendiktekan isi surat itu ke abangku Rangga, aku langsung
melipat surat itu dan memasukkannya kedalam amplop berwarna merah

pasangan dari kertas surat itu. Usai sudah liburan sekolah, saat mulai masuk
sekolah aku langsung menitipkan surat itu ke kakak ku. Aku dengan senang hati
menunggu jawaban dari kak Steven. Seperti biasa aku belajar di kelas dan
menunggu waktunya istirahat. Akhirnya waktu istirahat pun tiba, aku pun bersiap
untuk langsung pergi ke kelas kakak ku. Tapi kakak ku sedang tidak ada dikelas
sepertinya dia sedang jajan dikantin. Akhirnya aku berniat menyusul kakak ku
dikantin tapi aku bertemu kakak ku dijalan menuju kantin. Aku langsung saja
menanyakan surat itu kepadanya.
Kak surat ku udah dikasihin belom ke kak Steven? Tanyaku penasaran.
Udah kok, malahan dibacain di depan kelas.
Trus apa kata kak Steven?
Stevennya senyum-senyum aja.
O gitu.
Ya udah yuk maen dikelas kakak aja.
Oke.
Perasaan sangat senang sekali saat itu, Aku pun pergi bejalan kekelas
kakak ku dengan rasa senang. Parno pun diajak kakak ku untuk pergi ke kelas.
Sampai kelas kakak ku. Semua orang melihat ku dengan ekspresi girang dan
berkata Cie Nisa itu tuh ada Kak Steven Aku senang semua orang bilang
begitu. Tapi aku sedih karena Kak Steven hanya diam saja. Setelah puas
meledek-ledek ku semua anak kelas 6 pun diam dan kemudian berkata Nisa
mah cocoknya sama Parno. Aku diam saja mendengar hal itu tapi Parno
senyum-senyum dan semua nya berkata lagi cium cium cium Parno pun
mencium pipi ku. Tapi aku hanya diam saja menganggap semua itu angin lalu.
Setelah 2 semester berlalu aku pun sudah tidak menginginkan Steven lagi
untuk jadi pacar ku dikarenakan sifat Steven yang cuek banget sama aku. Aku
menjadi rangking ke 3 di kelas ku. Saat itu aku belum mengerti apa-apa tentang
rangking. Padahal aku kelas satu belum bisa membaca selama 1 semester dan
aku baru bisa membaca saat aku melihat tetangga sebayaku Joni membaca
sebuah komik. Aku memperhatikan dia dengan seksama dan keesokan harinya
aku pun lulus tes membaca di depan kelas. Aku sangat bangga sekali karena
ingat kemarin-kemarin aku masih mengeja dan hari itu aku langsung lancar
membaca. Aku bisa mengalahkan temanku Sasa yang duluan bisa membaca dari
ku dan diapun juara kelas saat itu.
Malam itu sambil melihat bintang sejenak, Aku pun tertawa kecil
mengingat tingkah laku ku yang dulu. Masih polos, belum tau mana yang
seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan, itu sangat memalukan bagi ku kalau
saat ini aku masih seperti itu. Saat ini fikiranku tertuju saat aku mulai kelas 4SD.
Saat aku SD aku mengikuti TPA di masjid dekat rumahku. Setiap sore aku
berangkat mengaji dengan kakak, abang dan teman-teman sekomplek

perumahanku. Di TPA ku banyak murid yang berasal dari komplek perumahanku


tapi ada juga yang berasal dari komplek tetangga. Sampai akhirnya ada
penambahan guru ngaji. Guru ngaji yang baru ini mengajarkan hal baru kepada
kami semua, yaitu menulis kaligrafi arab dengan ukiran-ukiran yang indah.
Aku bersama kakak dan abangku keesokan harinya langsung membeli
peralatan untuk menulis kaligrafi arab seperti stabilo dan buku gambar. Tapi aku
juga membeli spidol permanent marker karena saat diajarkan pak Mansur
memakai spidol hitam itu. Tapi saat aku menuliskannya dibuku gambarku tidak
sebagus yang dibuat pak Mansur. Aku langsung melaporkannya pada pak
Mansur. Ternyata kendalanya adalah ujung spidol nya belum dipotong seperti
bentuk ujung stabilo. Pantes saja gambarku sangat jelek. Aku mencoba
memotong spidolku dirumah dan hasilnya pun tak sebagus yang kukira karena
pisau yang kugunakan untuk memotong ujung spidol tumpul. Saat mengaji Pak
Mansur menanyakan spidolku dan aku bilang aku tidak bisa memotongnya.
Akhirnya Pak Mansur menawarkan untuk memotongkannya untukku. Pak Mansur
juga menawarkan untuk membuatkan kaligrafi arab nama ku di sampul buku
gambarku. Aku mau saja dan akhirnya aku sntri terakhir yang pulang dari masjid.
Keesokan
harinya
Pak
Mansur
meminjam
pulpen
ku
untuk
menandatangani daftar ayat yang sudah dibaca santri-santri hari ini. Sampai
akhir pertemuan dia mengembalikan pulpen ku dengan berkata Mana Nisa
pacar saya, saya mau mengembalikan pulpennya Semua orang pun tertuju
pada ku. Aku tersiou malu dan ingin menangis saat itu, aku malu. Akhirnya
dihari-hari berikutnya aku tak ingin lagi mengaji dengan Pak Mansur, aku lebih
baik mencari guru lain karena aku tidak suka dengan tingkah laku nya terhadap
diriku walaupun dia sangat baik kepadaku.
Mmmm senang, sedih dan kecewa yang kuingat, tapi saat mengingat
kejadian itu aku rasanya ingin tertawa melihat tingkah laku ku yang terlalu polos
karena ga mungkin juga Pak Mansur suka sama anak kecil. Hahaha, aku dulu
takut saja menjadi ejekan-ejekan teman-temanku karena tingkah laku Pak
Mansur.
Malam pun semakin larut tapi aku masih ingin duduk diam melihat semua
bintang yang ada di langit. Sambil memakan buah mangga yang sudah
disediakan Mama untukku Aku teringat lagi kisahku saat aku SMP.
Akhirnya di SMP aku terpisah dengan teman dekatku di SD waktu itu. Tapi
aku tetap 1 sekolah dengan Parno dan Sasa. Saat aku SMP aku benci banget
sama cowok anak kelas A. Aku ga suka dengan gaya nya yang sok keren,
iiiiiiiiiiiuuuuuuuuuuuuhhhhhhh.
Saat aku SMP, 3 minggu setelah merasakan di bangku SMP tiba-tiba saat
pelajaran Bahasa Inggris dibuku ku ada selembar kertas bersikan puisi yang
diperuntukkan untukku. Inti puisi itu bahwa yang menulis adalah penggemar
rahasiaku. Tapi aku tak merasa ada yang memperhatikanku selama ini. Aku pun
bingung tapi ada perasaan senang karena ternyata aku punya penggemar juga.
Sedihnya sampai hari ini aku sudah masuk kuliah aku tidak tau siapakah yang

menuliskan puisi itu untukku, itu terlalu jadi misteri buat diriku dan aku pun tidak
bisa menebak ke siapapun.
Di SMP bagi tahun angkatan ku, pelajaran komputer sangat baru sekali.
Tapi untungnya Papa ku sudah membeli seperangkat komputer di rumah dan aku
pun menjadi lebih menonjol dalam pelajaran itu. Guru komputer ku masih muda
dan baru lulus tahun itu juga, dia bernama Yadi. Pak Yadi sangat bangga dengan
kepintaranku dalam mengoperasikan komputer sehingga aku selalu ditunjuk
untuk menjadi asistennya untuk mengerjakan sesuatu tentang komputer.
Setelah 2 semester berlalu, akhirnya aku pindah kelas ke tingkat yang
lebih tinggi lagi. Masih dengan guru komputer ku. Aku dan teman-teman ku
senang sekali mengerjai dia dengan sms dan misscaall hp nya. Saat dia sedang
mengajar dikelas lain masih saja aku kerjai dengan misscall hp sang bapak. Saat
bertemu Pak Yadi di kantin, Pak Yadi langsung menelpon nomor hp ku dan hp ku
pun bergetar. Pak Yadi memperhatikan gerak-gerikku dan misscall kedua aku
tidak ingin mengeluarkan hp ku dari kantong karena takut ketahuan kalau aku
dan teman-temanku lah yang iseng dengannya.
Sampai suatu hari aku dan teman-temanku bermain dirumah Sani. Kita
mengerjai Pak Yadi dengan senang dan akhirnya menyuruhnya untuk datang
kerumah Sani. Kami pun mengakui perilaku kami kepadanya. Pak Yadi hanya
tertawa-tawa saja karena dia sudah mengira kalau itu kelakuan kami.
Aku jadi kangen diajar dengan Pak Yadi saat mulai kelas 3 SMP. Kelas 3
diajar dengan guru yang lainnya. Masih inget ga? Kalo aku dulu pernah benci
banget sama anak kelas 1A dan akhirnya aku suka dengan dia. Aku minder buat
ngedeketin dia karena aku ga kenal dengannya tapi temanku pernah sekelas
dengannya. Dia pun bilang ke Hadi kalau aku menyukainya. Tapi aku tau kalau
Hadi suka dengan Zeze. Aku udah pasrah ga bakal pernah bisa jadi pacarnya.
Tapi ternyata Hadi adalah seorang playboy dan aku ga tau itu semua. Suatu hari
dia mengirimiku sms, dan aku senang sekali dengan sms itu. Akupun smsan
dengannya sampai akhirnya dia menebakku dan aku langsung saja mau
menerimanya karena pada dasarnya aku memang suka dengan dirinya. Tapi saat
disekolah aku tidak berani bertemu dengannya aku hanya pacaran lewat sms.
Seminggu berlalu aku melihat dia merayu Zeze didepan mataku dan tidak ada
perasaan bersalah dari raut mukanya dia mengabaikan penglihatanku begitu
saja. Aku langsung mengambil tas ku dan pulang kerumah, untung saja hari itu
hujan grimis jadi air mataku terlihat seperti kena hujan. Sepanjang jalan kerumah
aku menangis karenanya. Aku pun langsung minta putus karena itu semua.
Hari Senin pun tiba, tidak seperti biasanya Pak Yadi memanggilku ke
laboratorium komputer tapi kenapa yang memanggilku adalah Hadi. Akhirnya
aku ikut saja dengan Hadi ke Lab komputer. Aku bertanya dengan Pak Yadi untuk
apa aku dipanggil kesana, tapi jawaban Pak Yadi adalah yaudah ngobrol-ngobrol
saja sambil menghidupkan semua komputer untuk mengajar anak kelas 1. Aku
menurut saja tapi tiba-tiba Pak Yadi meninggalkanku dan Hadi berdua di lab itu.
Aku merasa tidak nyaman sekali. Aku langsung keluar memanggil Pak Yadi tapi
jawaban Pak Yadi kamu di lab saja, ga apa-apa, ngobrol-ngobrol saja. Aku jadi

bingung, apa semua ini rencana Pak Yadi? Apa Pak Yadi tau kalau aku pernah
suka dengan Hadi? Jantungku berdetak kencang karena selama pacaran pun aku
belum pernah sama sekali berdua dengannya untuk mengobrol. Aku berharap
bel masuk cepat berbunyi agar aku bisa langsung masuk kekelas tanpa ketahuan
kalau aku gugup bertemu dengan Hadi. Akhirnya bel pun berbunyi aku langsung
pergi keluar dan meminta izin masuk kelas ke Pak Yadi. Aku sebel banget sama
Pak Yadi, sepertinya di sengaja untuk mendekatkanku dengan Hadi.
Saat lulus SMP aku pun terpisah dengan sahabat-sahabat SMP ku. Aku
sangat sedih karena aku benar-benar sendiri di sekolah itu. Tapi aku berfikir ini
mungkin jalan yang terbaik untukku dan anehnya lagi aku 1 sekolah dengan Hadi
lagi di SMA. Aku merasa sangat-sangat sedih karena aku beneran tidak
mempunyai sahabat disini dan aku harus bertemu Hadi lagi yang seharusnya aku
benar-benar harus menjauh dari dirinya. Aku akhirnya mulai membiasakan diriku
berada di sekolah baru ku ini dengan teman-teman yang benar-benar baru
untukku.
Saat kelas 1 SMA aku pun vakum untuk mencari inceran cowok yang
kusuka. Aku benar-benar fokus belajar karena Mama ku marah dengan nilai tes
masuk SMA ku yang kecil yang akhirnya melemparkanku disekolah ini. Aku tidak
ingin mengecewakan orang tuaku lagi. Tetapi diakhir-akhir semester kelas 1 SMA
aku lagi deket sama ketua kelas ku. Tapi aku ga suka dengan dia aku hanya
menganggapnya sebatas teman saja. Diapun mungkin berfikiran begitu sampai
akhirnya kami pun terpisah oleh jurusan yang berbeda. Aku dijurusan IPA dan
Aan di IPS. Teman baru lagi buat di jurusan IPA. Disini aku bertemu dengan
teman-teman yang benar-benar sahabat yang bisa diajak curhat dan semuanya.
Kisah percintaanku pun bangkit lagi.
Aku pernah melihat Aan berduaan dengan cewek anak kelas IPA 2. Aku
ngerasa BT banget, aku berfikir kemaren Aan baru banget deket sama aku
sekarang sudah pergi lagi ngedeketin orang lain. Akhirnya aku cerita semua
tentang aku dan andi pada sahabat-sahabatku di IPA 1. Sampai akhirnya
sahabatku salah menangkap tentang ceritaku. Aan pun kembali mendekatiku lagi
dan kini lebih dekat sehingga dia sempat menyatakan cintanya untukku. Aku
jelas saja menolaknya, Aan kaget dengan jawaban penolakan dariku. Dia
menjelaskan semua kedekatannya dengan cewek IPA 2 itu. Tapi aku
mengabaikan itu semua. Sahabat-sahabatku pun bingung dengan sikapku yang
konyol itu. Akhirnya Aan pun pasrah dan hanya menjadi teman yang perhatian
dengan diriku tanpa mengharapkan balasan apapun.
Saat SMA aku pun pernah suka dengan kakak tingkat ku bernama Rico.
Dia pemain futsal di sekolah ku, aku pernah menonton permainannya saat di
lapangan, dia sangat pintar memainkan bola dan menggiringnya masuk ke
gawang lawan. Saat sedang asik menonton pertandingan antara kelas 3 dan
kelas 2. Tiba-tiba temanku melihat sesosok lelaki hitam manis yang bermain
dilapangan itu. Kami pun mencari tau namanya, ternyata dia bernama Zaki.
Selesai menonton pertandingan futsal. Aku pun pulang kerumah dengan bahagia
karena senang melihat pangeran pujaan di lapangan futsal.

Keesokan hari nya aku terlambat 5 menit masuk ke sekolah. Aku berharap
guuru pelajaran biologi di jam pertama juga belum memasuki kelas. Aku berjalan
cepat dari gerbang sekolah menuju kelas. Karena sangat cepat tiba-tiba aku
hampir menabrak Zaki yang berjalan berlawanan arah denganku. Tapi tidak
sampai menabrak aku langsung minggir sedikit dan langsung jalan saja ke kelas.
Aku menceritakan kejadian itu kepada teman-temanku di kelas karena
ternyata guru biologi tidak masuk dan hanya memberi tugas kepada kami. Waktu
kosong sambil mengerjakan tugas kami pergunakan untuk bercerita. Saat
istirahat tiba, Zaki datang kekelas IPA 1 yang berada di samping a menemui
kelas ku. Dia sepertinya menemui seseorang untuk menanyakan tentang futsal.
Tiba-tiba teman-temanku langsung saja meledek-ledekku dengan Zaki karena
kejadian tadi pagi. Aku berusaha tenang dengan ledekan-ledekan itu dan tak
menghiraukannya.
Aan langsung bertanya padaku tentang hubungan ku dengan Zaki.
Padahal aku saja belum sama sekali mengobrol dengan Zaki. Aku hanya
melihatnya di lapangan futsal kemaren dan itu pun Mira yang memberitahu
keberadaan sesosok Zaki di lapangan. Hari demi hari berlalu, saat pulang les
tiba-tiba anak futsal di sekolah ku juga baru selesai latihan. Aku sedang
menungg ojek untuk pulang kerumah bersama Yaya yang tinggal di asrama
sekolahku. Lama sekali aku menunggu, akhirnya datang seorang Zaki di depan
kami dan bertanya sedang apa kalian disini aku menjawab sedang menunggu
ojek
Emang rumah Nisa dimana? Biar aku antar
Deket kok hanya tinggal lurus kedepan saja kata Yaya
O gitu, ya udah sini aku antar, sudah sore juga takut tidak ada ojek
Ga usah bentar lagi pasti ada yang lewat kok
Udah ga apa-apa Nisa, cepetan aku juga mau masuk asrama nih, udah ga
apa-apa Zak si Nisa mau dianterin kok
Aku langsung diam dan berfikir kenapa Yaya langsung bilang begitu pada
Zaki, aku kan jadi malu.
Udah naik aja, yuk
Akhirnya aku terpaksa ikut naik motor bersama Zaki pulang kerumah.
Sampai rumah aku langsung menelpon Yaya dan marah-marah dengannya tapi
Yaya hanya tertawa saja. Aku bener-bener kesal dengan tingkahnya. Selesai
menelpon Yaya tiba-tiba ada sms masuk di hp ku.
Hai Nisa
Hai juga, ini siapa ya?
Ini Zaki, kamu tidak apa-apa kan? Selamat sampai rumah? Hehehe

Jantungku langsung beretak kencang, dari mana Zaki tau nomor hp ku. Ya
ampun kenapa ini semua bisa terjadi aku bingung harus berbuat apa, langsung
saja kujawab pertanyaannya.
Oh Zaki, makasih ya atas tumpangannya, aku selamat kok sampai rumah.
Aku mau mandi dulu ya, bye
Aku langsung bergegas mandi berharap tak akan ada balasan lagi dari
Zaki. Tapi ternyata saat aku selesai mandi ada sms dari Zaki lagi. Akhirnya
sepanjang malam aku smsan dengan Zaki sampai aku tertidur. Ternyata
mengasikkan juga mengobrol dengan Zaki Dalam hatiku.
Akhirnya setiap aku bertemu Zaki disekolah aku selalu mengobrol
dengannya dan bila bertemu saat pulang sekolah Zaki selalu menawarkan untuk
pulang bersama dengannya. Tiba-tiba suatu hari Zaki menyatakan cintanya
padaku tapi aku hanya menganggap Zaki adalah teman mengobrolku saja
sehingga aku menolaknya. Zaki kecewa dengan perkataanku dan aku hanya
memberi penjelasan dengannya. Tapi Zaki tetap perhatian denganku dan
sikapnya tetap kepada diriku. Zaki pernah bertanya tentang Aan tapi aku hanya
menjawab aku dan Aan hanya sekedar teman sama seperti dia dan diriku. Aan
dan Zaki ternya pernah bertengkar memperebutkan diriku sehingga akhirnya
merek mengambil kesepakatan untuk tetap menjaga diriku sebagai seorang
teman yang peduli padaku. Sebenarnya aku merasa tidak enak dengan mereka,
teman-temanku selalu menceramahiku dengan sifat ku yang PHP (pemberi
harapan palsu). Bagiku aku tidak bersikap seperti itu karena kenyataannya aku
hanya menganggap mereka teman.
Sampai saat ini pun tetap berteman dengan mereka. Malam pun mulai
larut aku memutuskan untuk tidur karena besok pagi aku juga harus bersiap-siap
untuk kembali ke Bogor melanjutkan kuliahku disana.

Anda mungkin juga menyukai