Anda di halaman 1dari 62

Sebening Ketulusan Hati

PERKENALAN
Pagi itu amat cerah. burung berkicau, embun menetes dari atas dedaunan. Angin berhembus,
menyejukan khalayak insan di muka bumi. Aku siap melewati hariku itu. Aku terbangun, sejenak
ku basuh muka untuk mengambil air wudhu dan kemudian sembahyang. Sejenak ku terdiam, dan
ku ingat bahwa hari ini hari pertamaku duduk di kelas XI SMA. Hari ini aku menjadi panitia
Masa Orientasi peserta didik untuk yang pertama kalinya. Persiapanku sudah matang, aku siap
menjalankan hariku saat ini.

Aku tak sempat masuk ke kelas baruku. Namun saat ku melangkah sibuk, seseorang
memanggilku. "Dilla, nanti sebangku denganku ya. Di bangku paling depan kok, dekat guru"
teriak Nissa saat aku melewat. Aku hanya membalasnya dengan senyuman sambil mengangguk.
Hari itu aku terlalu sibuk, sebagai organisator tentu kesibukan adalah hal yang bukanlah aneh.
Dalam hidup, tak ada kata diam, dan tak boleh ada sedetikpun waktu yang terbuang dengan tak
berarti. Ya, itulah yang selalu kujalani sejak awal masa SMA ku, aku isi hari-hariku dengan
berbagai kesibukan. Aku mencoba aktif di berbagai kegiatan, namun tetap berpacu meraih
prestasi. Aku memang pendiam dan kurang aktif dalam berkata, namun aku berani
membuktikannya melalui perbuatan yang sepenuhnya dapat kulakukan dengan maksimal.

"Bundaaaa kita sekelas lagi", sambut Priliya di kelas baruku. Itulah memang panggilan hangat
dari teman-temanku. Terkadang panggilan keluhan selalu menyapaku. "Ubuuuuuuuun". Hari
pertama, kedua dan ketiga, aku sama sekali tidak masuk kelas. Lagipula pembelajaran masih
belum kondusif. Semua guru harus memberikan berbagai ilmu pengenalan sekolah kepada murid
kelas X yang baru saja masuk. Hari ini hari kamis, dan inilah hari pertama saatnya ku tancap
kembali gasku, sisingkan lengan baju, rapikan hijabku, dan mulai belajar.

Aku bukanlah insan yang begitu mudahnya beradaptasi dengan lingkunganku. Hal tersulit dalam
diriku adalah mengingat nama seseorang. Aku hanya mengingat dengan cepat wajah-wajah orang
yang ada di sekitarku. Bahkan nama guru-guru pun aku tak begitu tahu. Perlu waktu yang lama
untuk mengingatnya. Di sudut ruangan paling kanan, duduk seseorang yang entah mengapa
palinng kuingat raut wajahnya. Entah itu senyumnya, cemberutnya, saat dia terdiam pun aku
amat mudah mengingatnya.

Panas terik, namun sejuk. Keramaian pinggir jalan yang selalu kudengar. Maklum, rumahku
dekat sekali dengan sekolahan SMP maupun SMA. Saat malam hari yang sunyi, suara kebutan
motor terkadang mendenging beberapa detik. Malam ini aku harus belajar, kubereskan buku ku.
ku duduk di tempat ternyaman sepanjang hidupku. Yah, itulah meja belajarku. Sejenak ku
membaca, terbesit di ingatanku wajahnya, seseorang yang kulihat tadi. Terkadang hatiku
berdegup. Entah apa yang kurasakan, namun saat kuingat itu, aku merasa nyaman. Mungkinkah
ini adalah setetes kenikmatan hati dan perasaan dari Sang Pencpipta. Entahlah, yang pasti sampai
saat ku menginjak bangku sma, aku tak pernah mengenal tren masa remaja yaitu berpacaran. Aku
amat menutup diri terhadap isi hatiku, kepada siapapun itu. Mungkin yang tahu tentang
kebenaran perasaan ini hanya Allah SWT. Memang sebelumnya aku sempat mengagumi
seseorang, cinta pertamaku di bangku smp. Selama 3 tahun aku mengaguminya, ya hanya
sekedar mengagumi. Saat bangku kelas X sma pun aku sempat mengagumi siswa yang duduk di
pinggirku, namun hanya setahun aku mengaguminya. Dan kini, kisahku selalu saja sama, ku
kagumi teman sekelas, dan rasa itu muncul secara tiba-tiba dan begitu saja, seperti halnya
pelangi yang indah setelah kegelapan dengan penuh kesempurnaan.

Pagi ituku tiba di sekolah. Saat menyebrang sekolah, bel barulah berbunyi. Itulah kebiasaanku,
aku selalu datang terlambat, walaupun memang belum pernah aku masuk setelah guru pengajar
masuk. Semakin hari ku mulai mengenal teman-teman sekelasku, walaupun memang amat sulit.
Panggilan bunda menyebar hingga ke teman kelas xi ku. Nama itu adalah nama pemberian teman
terbaikku, Santika saat ku masih di kelas X. Dan nama itu terus terbawa ke kelasku, dan tentunya
kepada siswa-siswi di kelas lain. Entah mengapa akupun nyaman dengn panggilan itu. Meja
belajarku berada di ujung paling kiri bagian depan, Ya tepat didepan bangku guru. Bukannya
takut, tapi aku malah senang bila bisa memandang raut wajah guru saat mengajar, karena ku
dapat mengerti dengan apa yang mereka katakan. Namun terkadang, sebagian guru tak mau
hanya sekedar duduk saja. Mereka berjalan di tengah-tengah kelas. Dan walaupun aku berada di
depan, aku tak bisa bila hanya dengan mendengarkan. Aku harus melihat wajah guruku.
pandanganku berbelok 90 derajat bersama badanku. Dan tanpa sengaja, setelah ku berbalik,
kubelokkan pandanganku sebesar 45 derajat ke arah kanan. Dan apa yang kurasakan?

Angin berhembus, dadaku merasakan suatu kesejukan. Indah. Terkadang hatiku tersenyum,
namun senyuman asliku tak ingin kuperlihatkan. Kulihat seorang laki-laki duduk, tepat lurus
didepan pandanganku. Memang dia duduk di bangku kedua dari belakang, di ujung paling kanan.
Tetapi bila sudut pandanganku tepat 45 derajat, aku dapat melihat wajahnya dengan jelas. aku
tertegun dengan kegembiraan hatiku. Konsentrasiku tidaklah buyar, aku tetap dapat mengingat
apa yang dikatakan oleh guru. Beberapa detik terkadang dia menoleh ke arahku, aku tersipu. Aku
merasa salah tingkah. Aku buang pandanganku ke perhatian yang lain. Ketika pandangannya
berubah, kupandang kembali wajahnya yang menyejukan itu. Dan saat dia mengarah kembali
kepadaku, kubuang lagi pandanganku ke arah yang lain. Yah, seperti itulah keseharianku. Amat
indah yang kurasaakn pada saat-saat itu. Apa yang sebenarnya yang kurasakan?
Perjalanan Waktu

Cerpen Karangan: Sofia Octaviana


Lolos moderasi pada: 13 August 2013

Hari-hari tetap seperti biasanya. Matahari masih terbit di ufuk timur dan terbenam di ufuk barat.
Semilir angin masih menghiasi hiruk pikuk dunia yang semakin tua ini. Kicauan burung tiada
henti bersahut-sahutan dari dahan satu ke dahan lainnya.

Matahari perlahan-lahan naik ke puncaknya. Namun, sengatan panas sang mentari itu mampu
diredam pohon akasia besar yang sudah sepuluh tahun berdiri tegak. Seorang gadis kecil duduk
sambil menggenggam secarik kertas usang. Mata mungilnya masih tertuju pada genggaman
sambil sesekali melihat ke langit biru yang terbiaskan cahaya merah matahari. Mulutnya
menggumam ucapan kecil nan pelan yang tertiup oleh semilirnya angin dan terbawa jauh ke
pelosok negeri.

Hey! Sebuah suara dari mulut mungil menyapa gadis kecil berkerudung itu. Gadis kecil itu
menoleh dengan senyum terpaksa.

Kamu kenapa? tanyanya. Si gadis kecil tetap tak bergeming. Aku punya es krim. Mau?

Ya, Jawaban polos keluar dari mulut mungilnya. Mereka lalu terlihat akrab dalam tempo
singkat, sambil menikmati es krim.

Nama kamu siapa? tanya gadis manis berkulit putih itu.

Terserah kamu. Kamu boleh panggil aku dengan sebutan apa aja.

Ya udah. Aku panggil kamu puteri kerudung, ya?

Heem, jawabnya singkat. Kalo gitu, aku panggil kamu teman cantik! Mereka lalu tertawa
renyah sambil bersalaman.

Hari-hari terus dilewati sang puteri kerudung dengan gembira. Teman barunya telah membawa
keramaian dalam hidupnya. Setiap hari sepulang sekolah, mereka bertemu di bawah pohon
akasia yang senantiasa menjadi pelindung mereka. Setiap sore, sang puteri kerudung mengirim
surat dengan balon terbang atas saran sang teman cantik. Menerbangkan surat untuk ibunya di
sisi Allah.

Sembilan tahun puteri kerudung tinggal di sebuah desa kecil. Sembilan tahun itu pula ia hidup
tanpa kasih sayang seorang ibu. Hidup dalam kesendirian dan hanya ditemani seorang ayah.
Ayo terbangin balonnya! teriak temannya kegirangan. Itu yang mereka lakukan setiap hari,
diselingi canda tawa. Mereka lalu bercerita, berlari-larian, dan sesekali menerbangkan cita-cita
keduanya di atas awan. Meski berbeda keyakinan, ini tak menjadi penghalang keduanya untuk
saling bersahabat. Sang puteri kerudung pemegang teguh islam yang kuat tak segan untuk
bermain dan bersahabat dengan seorang protestan.

Puteri kerudung, panggil sang teman cantik.

Ya.

Aku mau pergi.

Maksud kamu? tanya gadis kecil itu sambil merapikan kerudungnya.

Ya, aku harus kembali ke Bengkulu. Tugas ayahku udah selesai. Tapi kamu jangan sedih, aku
pasti sering-sering main ke Lampung, kok.
Keduanya lalu berpelukan, isak tangis mengiringi perpisahan mereka. Si puteri kerudung pun
harus rela hidup dalam kesepian lagi, seperti hari-hari sebelumnya.

Perjalanan waktu begitu cepat. Sepuluh tahun telah berlalu, namun keadaan desa kecil itu masih
seperti sepuluh tahun sebelumnya. Desa yang terpencil, asri, jauh dari keramaian kota. Juga
pohon akasia itu, masih tegak berdiri, masih kokoh tanpa penghalang.

Seorang gadis manis duduk bersandar di bawah pohon akasia yang rindang itu. Gamis yang ia
kenakan dibiarkan mengenai rumput yang basah oleh embun-embun pagi. Buku agenda tak
pernah lepas dari jemarinya yang lentik. Sesekali ia menulis dan membuka laptop pribadinya.

Assalamualaikum Mba Nafira, sapa salah seorang gadis sebayanya. Perilakunya yang
kelihatan sopan dan anggun dengan pakaian tertutup membuat senyum di wajah gadis yang
disapa Nafira. Jilbab coklat sang gadis tertiup angin pagi yang menyejukkan suasana.

Nggak nyangka ketemu Mba Nafira disini. Saya Marisa, ujarnya memperkenalkan diri. Nafira
menyambut tangan si cantik Marisa. Meski mereka baru bertemu, namun sudah terlihat akrab.

Saya suka tulisan Mba Naf, tulisannya memotivasi. Oh ya sebentar, Marisa bergegas menuju
mobilnya dan mengambil sebuah novel. Minta tanda tangannya dong, mba.

Nafira hanya tersenyum dan melakukan permintaan Marisa, menandatangani novel karyanya.
Nggak usah terlalu berlebihan lah. Saya cuma manusia biasa, sama seperti Mba Marisa. Toh
saya bukan artis atau selebritis yang diperebutkan tanda tangannya.

Nggak apa-apa lah mba. Jarang-jarang, loh, ketemu penulis.

Jangan panggil mba, ah. Kesannya nggak akrab, jawab Nafira yang sejak tadi tak luput dari
senyum.

Iya, deh. Ternyata bener kata orang.

Kenapa? tanya Nafira lembut.

Nafira itu orangnya ramah, cepet akrab, nggak sombong pula.

Biasa aja. Saya juga manusia seperti Anda. Jadi nggak ada istimewa, kok. Nafira memang
selalu merendah. Ia tidak terlalu suka dipuji, karena baginya manusia itu sama dihadapan Allah.
Lagipula Nafira bukan berasal dari golongan petinggi, pejabat, atau apapun itu. Ia hanya seorang
gadis yang dibesarkan dengan ketulusan kasih sayang, bukan oleh gelimang harta.

Eh, kok Naf disini? Bukannya tinggal di Jakarta?

Ini kampung halaman saya. Dulu saya tinggal disini, dan ini bisa dibilang tempat favorit saya.
Saya sering kesini, ke bawah pohon akasia.

Marisa terdiam, menatap Nafira lamat-lamat. Oh, ya? Kenapa bisa sama, ya?

Anda tinggal disini?

Dulu saya pernah disini, tapi nggak terlalu lama. Ikut ayah kerja, jawabnya.

Nafira terdiam sejenak. Ayah anda bekerja di Bengkulu?

Ya Kok Naf bisa tau? tanya Marisa bingung, namun segera ia abaikan. Nafira pun segera
menepis fikiran itu. Karena seingatnya, sahabatnya itu berbeda keyakinan dengannya.

Oh, enggak. Cuma ada temen dari Bengkulu. Sudah, lupain aja, Nafira mengalihkan
pembicaraan. Sejenak hening, mereka terdiam dan menatap ke langit, mengulang memori yang
pernah tercipta dahulu.

Apakah seorang Nafira itu puteri kerudung? tanya Marisa tiba-tiba.


Nafira menoleh tak percaya. Namun ini seperti meyakinkannya. Seorang sahabat yang telah
sepuluh tahun pergi, dan sekarang kembali. Sahabat yang mengubah hidupnya dari kegelapan,
yang meyakinkan dan memberi semangat baginya.

Teman cantik, ucap Nafira lirih.

Ya, aku Marisa, teman cantikmu.

Mereka larut dalam tangis haru. Keduanya berpelukan, melepas rindu yang terpendam. Semilir
angin masih seperti dulu, menerbangkan mereka dalam kedamaian.

Tapi, Nafira melepas pelukan Marisa. Maaf, bukannya kamu seorang protestan?

Marisa terdiam dengan senyum mengembang. Aku muallaf.

Alhamdulillah..

Mungkin ini jalan terbaik yang Allah berikan. Aku mendapat hidayah dari sahabatku, sahabat
terbaik yang pernah aku temukan. Dan jalan yang Allah berikan, tidak dapat terfikir oleh akalku.
Aku masih menganggap ini sebagai kebetulan, kebetulan yang berulangdan tak pernah habis.

Alhamdulillah. Tapi, orang-tuamu bagaimana?

Mereka nggak tahu, jawab Marisa santai. Nafira mengernyitkan dahi.


Ya, awalnya mereka nggak mengizinkan aku untuk masuk Islam. Tapi aku pergi, aku
memutuskan sendiri, dan semoga ini pilihan terbaik yang aku ambil.
Aku mulai mendalami Islam saat aku nggak sengaja beli novel kamu. Aku pikir itu novel
motivasi biasa. Tapi ternyata perkiraanku salah. Dari sana aku mulai membeli buku-buku Islam,
mencari artikel-artikel tentang Islam, hingga sampai pada keputusan mutlakku.

Setidaknya kamu memberi tahu orang-tuamu tentang ini.

Aku memang sengaja pergi dari mama-papa, izin untuk dua minggu dengan alasan mencari
bahan skripsi, Marisa tertawa kecil.

Itu berarti kamu membohongi orang-tua? Apalagi ini bukan hal yang main-main, Marisa. Kamu
tahu Islam, kan? Islam membenci kebohongan.

Ya, aku salah. Maaf.

Minta ampun lah pada Allah dan kalau bisa secepatnya pulang, ujar Nafira dengan nada
menasehati.
Ya, deh. Aku besok pulang, aku selesaikan semuanya. Aku janji, Marisa mengangkat
kelingking kanannya. Nafira lekas mengangkat jarinya, menyatukan dengan Marisa. Keduanya
lalu tertawa riang.

Sebuah perjalanan dua anak manusia. Dan kita percaya bahwa sahabat selamanya tetap sahabat.
Sahabat yang sejati, persahabatan yang abadi, akan menyatu dan beterbangan seiring terbangnya
daun akasia terbawa angin. Angin yang membawa mereka berjalan ke tempat abadi, terbang
menuju padang keabadian yang tak akan pernah lenyap termakan waktu.

7
mengarahkannya ke segala arah di sekitarku. Dia pun tersenyum. Seketika aku
berkata, Subhanallah.
Tanpa aku sadari, aku telah berlari jauh dengannya hingga tiba di sebuah taman yang penuh
dengan bunga. Keadaannya yang amat bersih dan asri membuatku terkesima tanpa batas. Aku
tersenyum, terdiam, menengadah ke arah langit biru. Sungguh, inilah salah satu keindahan atas
segala kekuasaanNya yang lain. Fatahmorgana alam yang begitu menyejukkan, jutaan warna
yang berbeda, hidup membentuk sebuah kesatuan yang begitu luar biasa. Renunganku itu
membuatku lupa akan segalanya untuk beberapa saat. Setelah itu aku teringat kembali akan suatu
hal.
Mengapa kau membawaku kemari, Mas? tanyaku pada lelaki berkaos merah itu.

Sudahlah, tak usah banyak tanya. Nikmati keindahan dari Sang Pencipta ini,
ucapnya sambil tersenyum.Dia memegangku dan membawaku lari. Dia tertawa, akupun tertawa.
Aku tak tahu pasti mengapa aku tertawa, mungkin karena di dalam hati kecilku tumbuh perasaan
yang amat membahagiakan. Dia membawaku berlari di sekitar taman, memetik banyak bunga
yang berwarna-warni.
Tunggu, Mas. Saya belum shalat. Bisakah kita shalat dahulu, ucapku.

Astagfirullohaladzim, saya pun lupa Mba. Baiklah kita shalat terlebih dahulu. Di sekitar sini ada
mesjid, ucapnya dengan raut wajah yang menyejukan hati.
Kami berjalan, melangkah di jalan yang penuh dengan pohon. Daun beguguran diterpa angin
yang bertiup dengan begitu lembutnya. Kesejukan hati ini amat dapat kurasakan. Beberapa menit
kami berjalan, kami pun tiba di sebuah mesjid. Subhanallah, mesjid yang megah dan indah. Para
jamaahnya pun banyak, ada yang
sedang membaca Al Quran, ada yang sedang duduk beristirahat, dan masih banyak
lagi. Kami pun shalat berjamaah di sana. Seusai shalat, kami berjalan-jalan kembali. Sesekali
kami membeli dagangan yang ada di sekitar taman, seperti es krim, roti bakar, dan yang lainnya.
Tempat singgah yang terakhir yaitu di bawah pohon yang amat rindang, di sebuah ayunan
sederhana, kami duduk bersama.
Mengapa kau mengajakku kemari? tanyaku padanya.

Tak apa, aku hanya ingin merasakan bisa dekat denganmu saja, jawabnya.

8
Memangnya mengapa? Kau tak mengenalku bukan?, tanya ku kembali.

Tentu saja tidak. Tapi saat aku melihat wajahmu, sepertinya ada suatu hal yang kurasakan.
Perasaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya, jelasnya.

Memangnya perasaan apa?

Kamu itu memang aneh ya, ujarku.

Ternyata kamu itu bawel ya. Tapi bikin asyik juga ucapnya tersenyum kembali.

Maaf ya atas perlakuanku tadi, ucapku menyesal.

Sudahlah, tak usah terlalu difikirkan. Tak usah minta maaf, ekspresi wajahmu saat
kau kesal padaku bukan membuatku kesal padamu. Aku malah ingin tersenyum
sendiri bila mengingatnya, ujarnya.

Yah, gausah ngegombal lah. Eh iya, aku hampir lupa. Aku kan sedang dalam
perjalanan menuju Malang. Ya Allah, tasku masih di dalam kereta. Pasti kereta telah
meninggalkanku sejak tadi! Astagfirullohaladzim, ucapku dengan mata yang
berkaca-kaca. Aku pun berlari meninggalkan lelaki itu. Dia memegang tanganku.
Tak usah terburu
-
buru. Kamu masih punya waktu sekitar satu jam lagi ucapnya
seakan menghiburku.
Satu jam lagi? Bagaimana bisa? Kereta pasti sudah berangkat dari tadi! ucapku dengan nada
cukup tinggi.Memang sudah berangkat ujarnya malah tersenyum.

Terus, aku gimana? Ini dimana? Bagaimana aku bisa sampai ke Malang. Ditambah
lagi barangku masih ada d
i kereta. Aku mau ke stasiun sekarang.
Akupun berlari meninggalkannya. Dia mengejarku, aku berlari lebih kencang lagi sambil
menangis. Aku takut, aku takut tak bisa sampai menuju cita-cita yang kutuju. Lelaki berkaos
merah itu berhasil mengejarku.
Mau kemana, Mba? ucapnya khawatir.

Tentu aku mau ke stasiun. Aku mau ke Malang. Kamu siapa berani mencegahku? Kamu mau
menculikku? teriakku padanya.
Ya Allah Mba. Sabarlah dulu, ucapnya semakin khawatir.

Maaf Mas. Aku ketakutan, ucapku kemudian terdiam.

Tak usah takut Mba. Ada Allah SWT bersama Mba, ujarnya. Aku terdiam.

Jangan khawatir Mba. Barang Mba sudah saya bawa. Pemberangkatan menuju
Malang akan dimulai pukul 17.00. Tiket sudah saya pesankan. Nanti saya antarkan ke

9
stasiun. Untuk sekarang izinkan saya menemani Mba sebelum jadwal pemberangkatan dimulai.
Saya takut terjadi apa-
apa pada Mba, jelasnya dengan
penuh perhatian.
Benarkah?, ucapku. Dalam tangisku aku tersenyum. Dia sungguh lelaki yang baik.
Aku tak tahu siapa dia, tapi aku bisa merasa nyaman dengannya. Dia hanya mengangguk, setelah
itu kami berjalan-jalan kembali ke tempat yang lebih menakjubkan lagi. Hingga akhirnya, jam
menunjukan pukul 16.45. Aku harus segera ke stasiun.
Terima kasih ya Mba atas hari ini, ucapnya dengan wajah yang
berseri-seri.
Justru aku yang berterima kasih. Maaf telah merepotkanmu, ucakpku.
Dia tak berkata apapun, hanya tersenyum kecil. Aku berdiri di pintu kereta. Perlahan kereta
berjalan. Dia memberikan sehelai amplop, entah berisi apa. Senyumnya melebar. Aku semakin
menjauh darinya. Seketika aku lupa menanyakan suatu hal.
Siapa namamu? teriakku. Dia menjawab, namun tak terdengar olehku. Yang ada
hanyalah tersirat senyum manis di bibirnya yang seakan terus mengikutiku saat di dalam kereta
kemudian merasuki fikiranku. Aku melangkah menuju kursi dekat jendela kereta. Kubuka
amplop yang dia berikan. Isi dari amplop itu adalah foto-fotoku saat berdiri di dekat pintu kereta.
Ternyata memang benar, dia mengambil foto-fotoku. Aku tersenyum. Aku bisa merasakannya,
merasakan kehangatan tangannya, lembut suaranya, dan senyuman menawan di wajahnya.
Perjalanan ini akan selalu kuingat, perjalanan terindah di dalam hidupku. Sejak saat itu, aku
semakin merasakan indahnya hari-hariku. Aku tak tahu dia ada dimana. Yang pasti, untuk saat
ini yang harus aku lakukan adalah menggapai cita-citaku. menjadi kebanggaan orang tuaku dan
dapat menjadi manfaat bagi orang lain. Aku yakin, suatu saat dia akan datang kembali. Entah
kapan, tinggal menunggu waktu yang tepat dari Sang Pencipta.
Cerpen Kehidupan : Likunya sebuah perjalanan

Suatu ketika saat dia masih berada didalam suatu kandungan, orang tuanya tak mau dia lahir di
dunia ini karena orang tuanya tahu kalau anak yang dikandungnya itu perempuan. Orang tuanya
hanya ingin meinginkan anak laki-laki. Karena dari dulu orang tuanya hanya di karuniai anak
perempuan.

Orang tuanya sudah memiliki 3 anak perempuan, anak pertama berumur sekitar 22 tahun , yang
kedua berumur 17 tahun, dan yang ke tiga berumur 3 tahun dan yang terakhir masih dalam
kandungan yang masih berumur 4-5bulan. Tapi orang tuanya dari dulu mendambakan seorang
anak laki-laki. Tapi Allah berkehendak lain, Allah tetap memberinya seorang anak perempuan.
Tapi apa yang dilakukan dua orang tua itu, seharusnya mereka bersyukur karena masih
dikaruniai seorang anak, diluar masih banyak orang tua yang menginginkan seorang anak tetapi
sampai saat ini juga belum dikaruniai seorang anak, mereka masih lebih baik daripada mereka-
mereka yang belum dikaruniai seorang anak.
Setelah mereka mengetahui anak yang masih ada didalam kandungan istrinya itu perempuan,
mereka berusaha agar anak itu tidak akan lahir di dunia ini dan tak mempedulikan anak yang
masih adadalam kandungan istrinya itu. (malang bener anak itu) L L. Tetapi Allah masih tetap
berkehendak lain. Seorang anak yang ada dalam kandungan seorang ibu itu masih diberi nafas
untuk merasakan lahir didunia ini.

Dan akhirnya anak itu terlahir di dunia ini dan Allah masih memberikan nafas untuk seorang
anak itu, meskipun beberapa cobaan yang di lalui anak itu didalam masih berada dalam suatu
kandungan ibunya. Meskipun terlahir dengan fisik yang tidak normal dan sempurna yang tadinya
di buat oleh orang tuanya sendiri. (sungguh kejamnya orang tuanya, tega-teganya menyiayiakan
darah dagingnya sendiri). Mungkin dalam hati anak itu berkata bersyukur masih di beri
kesempatan terlahir didunia ini dan juga masih diberi kesempatan tuk menghirup udara di dunia.

Baru saja 1 bulanan hari didunia ini, seorang bayi itu mempunyai cobaan yang harus
diterimanya. Sungguh malang nasip seorang anak itu, yang dari awal dalam kandungan yang tak
penah mendapatkan kasih sayang seorang kedua orang tua sampai akhir dan akhirnya dia lahir
cobaan itu masih saja menimpanya. Hanya sebentar bayi itu dipangkuan ke dua orang tuanya tapi
orang tuanya masih tetap melakuakan suatu hal agar anak itu tidak tinggal bersana orang tuanya.
1 keputusan yang diambil orang tua anak itu yaitu dengan cara memberikan anak itu kepada
soudara perempuan ibunya, keputusan itu benar2 dilakukan orang tuanya anak itu, dan akhirnya
sebagian baju-baju anak itu dikasih kan kepada soudara perempuan ibunya.

Soudara perempuan ibunya menerima seorang bayi yang diberikan kakaknya dengan tangan
terbuka dan penuh kasih sayang meskipun bukan darah dagingnya. Dia dirawat dengan penuh
rasa sabar dan kasih sayang meskipun dengan keadaan fisik yang tak sempurna.
Cobaan yang menimpanya itu juga belum kunjung selesai , sekarang dia sudah besar tetapi dia
sakit-sakitan entah itu disebabakan dari keadaan fisiknya yang tak normal tau bukan.

Tapi ibu angkatnya masih tetap merawatnya dengan sabar dan ikhlas. Dah hampir berumur 1,5
tahun masih belum bias jalan,tapi AlhamduLiLlah dia sekarang sudah dapat bejalan meskipun
belum sempurna seprti teman2nya yang lain. Sungguh malang nasip anak itu semoga nanti dia
bias membuktikan kepada orang tuanya kandung bahwa dengan suatu kekurangan dia biasa
berprestasi dan menjadi orang yang berhasil Amieennnn.
CERPEN "ALUNAN MUSIK CINTA"

Haihaiiii, masih bertemu lagi dengan tulisan tulisan saya di sini. Kali ini entah mengapa
aku ingin sekali menyebarkan cerpen ini. Ya, memang tak begitu bagus dan mungkin alurnya
sedikit membingungkan, namun ini karya aku sendiri. Setidaknya, karya sendiri itu lebih baik.
Bukankah begitu ? dan satu lagi, disini saya juga masih amatiran, jadi minta saran dan kritiknya
ya setelah membaca. Selamat membacaaa ):

Never mind Ill fine someone like you


I wish nothing but the best for you too
Dont forget me I begged, Ill remember you said
Sometimes in lasts in love but sometimes it Hurts instead......

Suara yang sangat merdu dengan lantunan gitar yang sangat nyaman didengar yang baru
saja dimainkan oleh seorang perempuan manis di atas panggung sana. Ia baru saja mengisi acara
Seni yang diadakan di Balai Kota. Ia tak tahu, bahwa di pojok sana, tepatnya di antara penonton
yang melihat, seorang pemuda berwajah tampan sedang memperhatikan perempuan itu dengan
cermat. Mungkin ia sangat suka dengan alunan musik yang dibawakan oleh perempuan tadi.
Namanya Reinita, seorang perempuan berwajah manis dan mempunyai postur tubuh yang cukup
ideal dengan tinggi 160 cm dan berkulit putih dengan rambut yang dibiarkan bergerai begitu
indah.
Lihat, pemuda tadi masih saja memperhatikan perempuan tadi, meskipun ia sudah turun
dari panggung itu. Ia pun segera menghampiri perempuan tadi.
Hey, suara kamu tadi keren. Lantunan gitar kamu juga keren
Makasih jawab Reinita dengan seukir senyum.
Nevan. Pemuda itu langsung mengajak berkenalan dengan Nita dan langsung
menyodorkan tangan kanannya yang artinya mengajak berkenalan.
Reinita. Jawabnya sambil membalas jabatan tangan Nevan.
Maaf, aku tak bisa lama-lama karna aku sudah ditunggu mamahku di parkiran. Jawab
Nita lagi sambil meninggalkan Nevan sendirian di tempat tadi/belakang panggung.
Sosok perempuan yang manis. Gumam Nevan sendiri.
______

Pulang dari Acara tadi, seperti biasa saat di rumah di jam-jam tertentu, Nita harus segera
meminum obat-obatan yang sudah menjadi kewajiban sekaligus kebiasaan nya selama ia hidup
bertahun-tahun.
Sampai kapan mah aku harus minum obat-obatan ini. Aku sudah capek selama 14 tahun hanya
hidup bergantung dengan obat kayak gini. Aku capek mah. Keluh Nita kepada mamahnya.
Sampai kamu bisa sembuh sayang. Kamu gak bisa ninggalin obat-obatan ini. Impian kamu
masih panjang, kamu harus tetap bertahan demi impian kamu. Kata tante Mia, mamah Reinita.

Perdebatan mereka sudah seringkali terjadi, karena Nita yang sejak kecil mempunyai
penyakit jantung lemah akut , terpaksa harus meminum obat-obatan setiap hari untuk tetap
menstabilkan kerja jantungnya.
____

Sore hari, karna Nita merasa jenuh di rumah, ia pun memutuskan untuk jalan-jalan
ditaman sambil mencari inspirasi untuk membuat sebuah lirik lagu. Memang, Nita sangat
menyukai dunia musik dan seringkali ia menulis sebuah lirik lagu. Menurutnya, musik itu
merupakan sebuah obat yang menjadikan hidup seseorang lebih nyaman terutama dengan
lantunan-lantunan alat musik seperti biola, piano dan gitar. Selain itu, sebuah lagu menurutnya
adalah sebuah ungkapan perasaan yang ingin disampaikan oleh seseorang. Maka dari itu, Nita
pun juga sering mengungkapkan perasaannya lewat sebuah lirik lagu. Saat ia sedang duduk di
sebuah bangku di dekat air mancur taman, ia tak sengaja bertemu lagi dengan Nevan yang juga
sedang asyik jalan-jalan di taman. Memang rumah mereka tidak begitu jauh dari taman, namun
jarak rumah Nevan dengan Nita lumayan jauh, karena perbedaan arah jalan menuju rumah
mereka.
Hey, ketemu lagi ya. Kamu Nita yang kemarin nyanyi di acara Seni di Bali kota
kemarin lusa itu kan ? tanya Nevan.
Hm. Iya. Kamu Nevan kan ?
Iya dong, masa kemarin kenal sekarang lupa. Hehe Canda Nevan sambil menyelingi
perbincangan mereka.

Mereka pun berbincang begitu lama, dan satu sama lain mulai tahu segi kehidupan
keduanya, termasuk tentang musik. Ternyata Nevan juga sangat menyukai musik. Nevan mahir
dalam memainkan sebuah gitar, dan juga drum. Suara nya juga tak kalah keren dengan
permainan gitarnya. Bahkan, ia ternyata sering sekali mengikuti acara-acara yang diadakan di
Balai Kota sebagai pengisi acara disana. Menurutnya, musik itu memberi kenyamanan. Hampir
sama seperti pendapat Nita. Saat mereka tengah berbincang-bincang, tiba-tiba langit berubah
menjadi mendung dan menurunkan buliran-buliran air yang sangat deras hingga kedua tubuh
mereka basah kuyup. Nevan pun mengajak Nita berteduh di depan salah satu toko dekat taman.
Nita yang jarang terkena hujan, tiba-tiba tubuhnya merasa tidak enak. Ia pun tiba-tiba pingsan
begitu saja. Nevan yang sebelumnya sempat izin untuk pergi ke toilet, yang baru saja datang
terkejut melihat Nita yang sudah tergeletak di dekat sebuah kursi yang ada di depan toko.
Nita, kamu kenapa ? Kamu sadar dong dengan panik Nevan mencoba membangunkan
Thella. Namun, usaha Nevan tidak berhasil.
Akhirnya, Nevan pun melarikan Nita ke rumah sakit terdekat dan menghubungi orang tua
Nita. Syukurnya, saat jalan-jalan di taman tadi, Nita membawa Handphone sehingga Nevan tidak
kesusahan untuk menghubungi orang tua Nita.
Kamu temennya Nita kan ? Sekarang Nita nya ada dimana ? Dia baik-baik saja kan, nak ?
tanya tante Mia yang sepertinya sangat khawatir dengan keadaan anaknya. Hm, iya saya
temennya Nita tante, Nita nya masih ada di dalam, masih diperiksa oleh Dok-...........ter. tiba-
tiba jawab Nevan terpotong karena tante Mia yang sudah masuk ke dalam ruang rawat Nita dan
meninggalkan Nevan sendiri yang masih menjawab pertanyaan mamahnya Nevan.
____

Keadaan Nita tidak apa-apa. Hanya jantungnya merasa tidak kuat menahan suhu yang
sangat dingin. Ia hanya perlu istirahat dan lebih menjaga kondisi tubuhnya serta pola makan saja.
Mungkin saja Nita juga kecapekan karena berbagai kegiatan. Jelas dokter kepada tante Mia.
Baiklah dok. Kira-kira Nita kapan bisa pulang ?
Mungkin nanti setelah ia sadar, sudah bisa dibawa pulang. Oh iya, saya akan memberi resep
vitamin dan tolong ditebus di apotek. Obat khusus jantungnya harus tetap diminum ya. Nanti
saya akan berikan catatan waktu minum obat dan waktu minum vitaminnya. Jelas dokter lagi
kepada tante Mia.
Baik dok, terimakasih. Jawab tante Mia sambil berpamitan untuk menjenguk Nita lagi.
____

Beberapa hari setelah kepulangan Nita dari rumah sakit, Nevan pun semakin sering
menjenguk Nita kerumahnya meski hanya sekedar menanyakan keadaan atau memberikan
makanan seperti buah-buahan, bubur dll. kepada Nita. Hingga waktu terus berlalu, sudah
beberapa hari, beberapa bulan mereka lalui, mereka merasakan ada sesuatu yang membuat
mereka ingin tetap bersama. Namun, keduanya masih sangat malu untuk mengutarakan
perasaanya. Nita merasa, kalau ia mengutarakan perasaannya, ia takut ia tidak bisa menjadi
seorang pacar yang baik bagi Nevan karena ia sering sakit-sakitan dan juga ia mempunyai
penyakit jantung lemah yang pastinya ia takut menyusahkan Nevan suatu saat nanti.
____

Suatu hari selang kesembuhan Nita, ia mengajak Nevan untuk bertemu di taman tempat
mereka bertemu kedua kalinya setelah di acara musik di Balai Kota jam 7 malam beberapa bulan
lalu. Ia ingin menunjukkan sebuah lirik lagu yang baru ia tulis akhir-akhir ini dan mungkin
belum sampai reff. hanya intro yang berhasil dibuat oleh Nita, oleh karena itu ia meminta
pendapat Nevan tentang lirik lagunya. Nita pun yang pertama datang, menunggu Nevan sambil
duduk dan mencoba menyanyikan intro dari lagu yang ia buat.
Ku mencoba tuk menjaga perasaan
Please understand
Sepertinya ku mengenalmu jauh sebelum
Ku bertemu

Ceritakan semua rahasia


Jalan hidupmu
Bila engkau bersedih aku disitu
........

Nita sudah berulang-berulang menyanyikan lirik intro lagunya sambil menunggu


kedatangan Nevan yang sampai saat ini masih belum datang. Padahal, jarum jam tangan Nita
sudah menunjukkan pukul 9 malam. Sambil menunggu, Nita pun memutuskan untuk membuat
lirik untuk reff nya. Ia masih sabar menunggu Nevan. Semakin malam, keadaan di taman hampir
sepi. Udara disana juga berubah menjadi dingin. Langit pun bergurau mengeluarkan suara
gemuruh yang menandakan akan terjadi hujan. Hingga akhirnya hujan turun dengan derasnya.
Nita masih menunggu kedatangan Nevan meskipun ia sudah basah kuyup. Nita merasa badannya
sudah tak kuat menahan derasnya air hujan yang mengguyur tubuhnya. Lagi-lagi ia jatuh
pingsan. Syukurnya di tempat itu masih ada orang yang berteduh di dekat taman. Ia pun
mengantarkan Nita ke rumah sakit dan menghubungi orang tua Nita.
____

Menurut dokter, penyakit Nita sudah semakin parah. Jantungnya semakin lama semakin
melemah karena Nita jarang meminum vitamin dan obat-obatan yang di sarankan dokter.
Mungkin ia juga capek, setiap hari harus meminum obat-obatan itu.
Apa tidak ada jalan lain dok, agar anak saya bisa sembuh tanpa obat-obatan lagi ? tanya tante
Mia kepada dokter dengan wajah khawatir.
Tidak bisa bu. Kalau pun kita lakukan operasi, tidak akan mungkin. Karena keadaan Nita yang
masih belum sadarkan diri. Kita tunggu saja sampai ia sadarkan diri, baru kita bisa lakukan
operasi. Jawab dokter dengan tegas.
Setelah kurang lebih 2 hari Nita tak sadarkan diri, ia pun terbangun. Dengan terbata-bata,
Nita menyampaikan pesan untuk semua yang menyayanginya.
Mah, aku mau titip surat untuk Nevan. Surat itu ada di tas kecil yang biasa aku bawa.
Aku juga mau minta maaf kepada mama kalau aku masih belom bisa menjadi anak yang baik
bagi mamah. Nita masih sering menyusahkan mamah dan masih belum bisa mencapai impian
Nita untuk mamah. Maafin Nita ya mah. Terimakasih sudah menyayangi dan merawat Nita
sampai sekarang. Titip salam saja dengan semua yang sayang sama Nita ya mah. Selamat
tinggal. Hingga akhirnya, beberapa detik kemudian Nita menutup matanya dan menutup
kehidupannya untuk selama-lamanya.
____

Nevan sedih dan menyesal kenapa saat itu ia harus tertidur dan tidak datang di taman
sesuai janji mereka. Ia pun menangis saat membaca surat yang diberikan Nita kepadanya.

Ini sebuah lirik lagu yang ku buat beberapa hari ini. Coba deh baca, kalo emang bagus
tolong yah nyanyikan lagu itu sekali aja dengan gitar kesayangan kamu pastinya J

Ku mencoba tuk menjaga perasaan


Please understand
Sepertinya ku mengenalmu jauh sebelum
Ku bertemu

Ceritakan semua rahasia


Jalan hidupmu
Bila engkau bersedih aku disitu

Harusnya malam ini bertemu


Aku menunggu but you run and hide
Apakah ini semua salahku
Mungkin kau takut so you run and hide
Run and Hide.......

Nevan pun menangis membaca lirik lagu itu. Ia pun sering menyanyikan lagu itu untuk
mengisi acara di panggung sebuah restoran atau hotel sebagai bintang tamu dan acara lainnya.
Setiap Nevan membawakan lagu itu, penonton yang melihat dan mendengar pasti terkagum dan
menghayati isi lagu itu.

END !!

Tetesan Air Mata Seorang Ibu

Seorang ibu bisa mengurus sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang anak belum tentu mampu
mengurus seorang ibu.

Saudara/i ku seiman..para facebooker yang dirahmati Allah..sungguh tak sekali pun kudengarkan
muhadharah ini kecuali saya dalam keadaan berlinang airmata, saya terjemahkan untuk kita
semua, moga kecintaan pada Ibu selalu diingatkan oleh Allah dalam hati-hati kitaselama
beliau masih bersama kita..

Suatu hari seorang wanita duduk santai bersama suaminya , pernikahan mereka berumur 21
tahun, mereka mulai bercakap dan ia bertanya pada suaminya, Tidakkah engkau ingin keluar
makan malam bersama seorang wanita?. Suaminya kaget dan berkata, Siapa? Saya tak
memiliki anak juga saudara. Wanita itupun kembali berkata, Bersama seorang wanita yang
selama 21 tahun tak pernah kau temani makan malam.

Tahukah kalian siapa wanita itu??

Ibunya



*

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali- kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (Al Isra: 23-
24)

Wanita itu berkata pada suaminya, Selama kita bersama tak pernah engkau bersama ibumu
walau sejenak saja, hubungilah beliau, ajak makan malam berdua..luangkan waktumu untuknya,
suaminya terlihat bingung, seakan-akan ia lupa pada ibunya.

Maka hari itu juga ia menelpon ibunya, menanyakan kabar dan berkata Ibu, gimana menurutmu
jika kita habiskan malam ini berdua, kita keluar makan malam. Saya akan menjemput ibu,
bersiaplah. Ibunya heran, Anakku, apakah terjadi sesuatu padamu? jawabnya. Tidak ibu,
berulang kali sang ibu bertanya.

Ibu, malam ini saya ingin keluar bersamamu.

Mengherankan! Ibunya begitu tak percaya namun sangat bahagia. Mungkin kita bisa makan
malam bersama, bagaimana menurutmu?. Ibunya kembali bertanya, Saya keluar bersamamu
anakku?

Ibunya seorang janda, ayahnya telah lama wafat, dan anak lelakinya teringat padanya setalah 21
tahun pernikahannya. Hal yang sangat menggembirakannya, begitu lama waktu telah berlalu ia
dalam kesendirian, dan datanglah hari ini, anaknya menghubunginya dan mengajaknya bersama.
Seolah tak percaya, diapun bersiap jauh sebelum malam tiba. Tentu, dengan perasaan bahagia
yang meluap-luap! Ia menanti kedatangan anaknya.

Laki-laki itupun bercerita : Setibaku di rumah menjemput ibu, kulihat beliau berdiri di depan
pintu rumah menantiku

Wanita tuamenantinya di depan pintu! Dan ketika beliau melihatku, segera ia naik ke mobil.

Saya melihat wajahnya yang dipenuhi kebahagiaan, ia tertawa dan memberi salam padaku,
memeluk dan menciumku, dan berkata: Anakku, tidak ada seorang pun dari
keluargaku..tetanggakuyang tidak mengetahui kalau saya keluar bersamamu malam ini, saya
telah memberitahukan pada mereka semua, dan mereka menunggu ceritaku sepulang nanti Lihat
bagaimana jika seorang anak mengingat ibunya!

Sebuah syair berbunyi :

Apakah yang harus kulakukan


agar mampu membalas
kebaikanmu? Apakah yang harus kuberikan
agar mampu membalas
keutamaanmu?

Bagaimanakah kumenghitung
kebaikan-kebaikanmu ?

Sungguh dia begitu


banyak..sangat banyak..dan
terlampau banyak!

Dan kami pun berangkat, sepanjang jalan saya pun bercerita dengan ibu, kami mengenang hari-
hari yang lalu.

Setiba di restoran, saya baru menyadari bahwa baju yang dikenakan ibu adalah baju terakhir
yang Ayah belikan untuknya, setelah 21 tahun saya tak bersamanya tentu pakaian itu terlihat
sangat sempit, dan saya pun terus memperhatikan ibuku. Kami duduk dan datanglah seorang
pelayan menanyakan menu makanan yang hendak kami makan, kulihat ibu membaca daftar
menu dan sesekali melirik kepadaku, akhirnya kufahami kalau ibuku tak mampu lagi membaca
tulisan di kertas itu. Ibuku sudah tua dan matanya tak bisa lagi melihat dengan jelas.

Kubertanya padanya, Ibu, apakah engkau mau saya bacakan menunya? Beliau segera
mengiyakan dan berkata, Saya mengingat sewaktu kau masih kecil dulu, saya yang
membacakan daftar menu untukmu, sekarang kau membayar utangmu anakku..kau bacakanlah
untukku

Maka sayapun membacakan untuknya, dan demi Allah..kurasakan kebahagiaan merasuki


dadaku..

Beberapa waktu datanglah makanan pesanan kami, saya pun mulai memakannya. Tapi ibuku tak
menyentuh makanannya, beliau duduk memandangku dengan tatapan bahagia. Karena rasa
gembira beliau merasa tak selera untuk makan.

Dan ketika selesai makan, kami pun pulang, dan sungguh, tak pernah kurasakan kebahagian
seperti ini setelah bertahun-tahun. Saya telah melalaikan ibuku 21 tahun lamanya.

Setiba di rumah, kutanyakan padanya : Ibu..bagaimana menurutmu kalo kita mencari waktu
lain untuk keluar lagi? beliau menjawab, Saya siap kapan saja kau memintaku!

Maka haripun berlalu, Saya sibuk dengan pekerjaan..dengan perdagangan..dan terdengar kabar
Ibuku jatuh sakit. Dan beliau selalu menanti malam yang telah kujanjikan. Hari terus berlalu dan
sakitnya kian parah. Dan(Ya Alloh Astaghfirullohal aladzimIbuku meninggal dan tak
ada malam kedua yang kujanjikan padanya.

Setelah beberapa hari, seorang laki- laki menelponku, ternyata dari restoran yang dulu kudatangi
bersama ibuku. Dia berkata, Anda dan istri Anda memiliki kursi dan hidangan makan malam
yang telah lunas Kami pun ke restoran itu, setiba disana..pelayan itu mengatakan bahwa Ibu
telah membayar lunas makanan untuk saya dan istri.

Dan menulis sebuah surat berbunyi : Anakku, sungguh saya tahu bahwa tak akan hadir
bersamamu untuk kedua kalinya.

Namun, saya telah berjanji padamu, maka makan malamlah dengan uangku, saya berharap
istrimu telah menggantikanku untuk makan malam
bersamamu

Saya menangis membaca surat ibukudimana saya selama ini ?? di mana cintaku untuk Ibu??
Selama 21 tahun. .

dikisahkan kembali dari muhadharah syekh Nabil al audhy- hafizhahullahu taala- () .


Air Mata Terakhir Bunda

Dalam rangka hari ibu, 22 Desember 2011, kupersembahkan


review novel Air Mata Terakhir Bunda, selamat membaca, jk tertarik, baca novelnya dan
dapatkan kisah cinta bunda di novel ini.

[No. 281]
Judul : Air Mata Terakhir Bunda
Penulis : Kirana Kejora
Penerbit : Hi-Fest Publishing
Cetakan : I, 2011
Tebal : 202 hlm

Doa ibu adalah segala hal bagi anak-anaknya. Ibu adalah tuhan kecil dengan ketulusan
cintanya. Dia tak pernah mengharapkan balasan apa-apa dari anak-anaknya. Baginya tugasnya
hanyalah memberi dan memberi. Mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, membesarkan
hingga menghantarkan anaknya menjadi manusia yang berguna adalah kewajiban dari cinta
yang Tuhan titipkan padanya (hal 8)
Itulah gambaraan seorang ibu dimata penulis produktif asal Surabaya, Kirana Key Kejora. Di
novelnya yang ke 9 ini Key mengisahkan bagaimana doa, ketulusan, kasih sayang, dan kegigihan
seorang ibu yang dalam kemiskinannya mampu melewati getirnya hidup dengan tegar hingga
anak-anaknya dapat meraih cita-cita dan impiannya.

Novel yang diadaptasi dari kisah nyata ini menceritakan perjalanan hidup seorang anak bernama
Delta yang dibesarkan oleh seorang ibu yang begitu mencintainya. Sriyani, ibu dari Delta dan
Iqbal adalah seorang single parent yang harus berjuang membesarkan kedua anak laki-lakinya.
Suaminya meninggalkannya begitu saja dan menikah kembali dengan wanita lain sementara
hubungannya dengan Sriyani dibiarkannya menggantung tanpa status yang jelas.

Sementara suaminya hidup berkecukupan dengan wanita lain, Sriyani tertatih-tatih membesarkan
kedua anak lelakinya. Walau hidup dalam kekurangan Sriyani pantang meminta bantuan dari
suaminya yang meninggalkannya. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan membiayai
sekolah kedua anaknya ia menjadi buruh cuci setrika sambil berjualan lontong kupang, makanan
khas kota lumpur Sidoarjo yang ia jajakan sendiri dengan sepeda tuanya.

Walau hidup dalam kemiskinan namun Sriyani mendidik Delta dan Iqbal untuk tidak meratapi
kemiskinan mereka. Ia tidak ingin melihat anaknya sedih dalam kemiskinan, dalam setiap
kesempatan ia selalu menekankan pada kedua anaknya bahwa kemiskinan bukanlah petaka yang
harus diratapi, tetapi harus dihadapi dengan bekerja dan bekerja.

Berbagai kesulitan hidup menerpa kehidupan mereka namun bagi Sriyani kemiskinan bukan
halangan untuk membahagiakan anak-anaknya. Baginya dia selalu berusahan memberikan yang
terbaik bagi anak-anaknya dengan sederhana dan apa adanya. Dari ketegaran, kekuatan doa, dan
cinta seorang ibu yang dahsyat inilah Delta tumbuh dan bersekolah hingga ke jenjang perguruan
tinggi. Ketika gelar kesarjanaannya diraihnya, keinginannya terbesarnya adalah
mempersembahkan gelarnya pada ibunya yang begitu mencintainya tanpa pamrih.

Di novel setebal 204 halaman ini pembaca akan diajak menyusuri kehidupan Delta dan ibunya.
Kisah-kisah yang dihadirkan dalam setiap babnya merupakan mozaik kehidupan keluarga ini
yang harus bergelut dengan kemiskinan untuk bertahan hidup. Dan ketika seluruh bab dalam
novel ini selesai kita baca maka akan terbentuklah sebuah lukisan indah akan betapa agungnya
ketulusan cinta seorang ibu pada anak-anaknya.

Walau menceritakan sebuah keluarga miskin namun novel yang juga mengambil setting
terjadinya bencana lumpur Lapindo ini bukan novel yang cengeng, walau berjudul Air Mata
Terakhir Bunda tidak ada kisah tangisan dalam novel ini karena seperti yang diungkapkan Delta
tentang ibunya dalam novel ini

"Ibu tidak pernah menangis di depan kami, kalaupun ingin menangis, ibu hanya menggigit
bibirnya kuat-kuat hingga berdarah, agar tangisnya tak terdengar oleh kami, anak-anak yang
selalu dikuatkan dengan kata-kata...

jangan pernah menjual kesedihan dan tangismu hanya untuk masa depan, karena masa depan
adalah rancangan, kehidupan adalah sekarang, hadapi!
Novel ini bukan novel yang bertangis-tangisan tetapi novel ini sanggup membuat haru
pembacanya melalui dialog-dialog antar tokohnya. Selain itu novel ini juga menyampaikan pesan
kehidupan tentang ketegaran sebuah keluarga yang tidak menyerah pada keadaannya dan
ketulusan cinta dan pengorbanan seorang ibu yang tentunya akan menginspirasi kita semua.

Diluar kisah Delta dan ibunya, novel ini juga memberikan beberapa hal yang menambah
wawasan pembacanya yaitu uraian kronologis mengenai penyebab terjadinya tragedi lumpur
lapindo, kearifan lokal dari legenda misteri Candi Pari (candi purba di Siring-Porong), sejarah
komedi putar pertama di dunia, hingga lontong kupang yang merupakan makanan khas kota
lumpur Sidoarjo.

Sebagai sebuah novel yang mengangkat kisah perjuangan dan pengorbanan seorang ibu saya rasa
novel ini berhasil mengungkapkan gambaran betapa dahsyatnya kekuatan doa dan cinta sejati
seorang ibu pada anak-anaknya, hanya saja yang agak disayangkan novel ini saya rasa kurang
memberi gambaran yang dramatis tentang tragedi lumpur Lapindo yang merupakan bagian dari
setting kisah di novel ini.

Dampak tragedi lumpur Lapindo memang terungkap dalam novel ini, namun yang diangkat
adalah orang-orang diluar tokoh utamanya, lalu bagaimana dengan dampaknya bagi keluarga
Sriyani? Rasanya tragedi ini seolah tak terlalu menyentuh kehidupan Sriyani dan keluarganya.
Seperinya akan lebih dramatis jika tragedi ini menyentuh langsung kehidupan keluarga Sriyani
sehingga tokoh Sriyani dan keluarganya dapat mewakili bagaimana menderitanya rakyat kecil
akibat bencana yang saat ini masih terus berlangsung namun ironisnya sudah sudah mulai
dilupakan orang.

Terlepas dari hal diatas novel ini tampaknya cukup berhasil menarik minat pembacanya, promo
novel yang dilakukan secara gencar di berbagai kota dan sosial media berbuahkan hasil yang
menggembirakan. Setelah 3 minggu beredar di toko-toko buku sebanyak 5000 ekslempar, novel
ini dikabarkan siap untuk dicetak ulang. Sebuah pencapaian yang luar biasa untuk novel yang
diterbitkan secara indie ini. Kabar terakhir, novel ini juga telah dipesan oleh sebuah BUMN
untuk mendukung program yang berkaitan dengan keluarga.

Akhir kata, semoga dengan semakin banyaknya orang yang membaca novel ini, kegigihan,
ketabahan, kesabaran , dan doa seorang ibu dapat mengguhak kesadaran pembacanya untuk
selalu menghargai peran seorang ibu sebagai pribadi istimewa yang dipercayakan oleh Tuhan
untuk melahirkan dan membesarkan generasi penerus pewaris bumi ciptaanNya.
Kamu Membuatku Merindukan Yogyakarta

untuk kamu, seseorang yang aku panggil dengan sapaan kakak.

Rasa kantuk yang menjadi-jadi setelah aku merampungkan tugas Sosiologi mengenai
revolusi hijau yang terjadi di Indonesia tak urung membuatku memejamkan mata. Hawa dingin
yang terus menusuk tulang-belulangku kian lama kian terasa. Penderita dyscalculia ini diam-
diam masih merindukanmu. Aku memang tak pandai meracik angka dan rumus pada setiap
pelajaran matematika dan beberapa rumus di mata pelajaran geografi, tapi percayalah aku masih
bisa menghitung berapa kali dalam sehari aku memikirkanmu.
Aku merindukan pangeranku. Aku tahu kamu kini tengah sibuk dengan segala urusan di
kampusmu; membuat laporan, analisis data, diskusi kelompok dan semacamnya. Untuk lelaki
terkasihku, mungkin kau mencari perempuan tercerdas, terpandai dan mempunyai pengetahuan
yang banyak tentang agama. Namun, tak tahukah kau bahwa aku akan selalu berusaha menjadi
perempuan tersempurna untukmu? Aku memang tak secerdas dirimu, tak sedewasa kamu tapi
percayalah di dalam penantianku, aku akan selalu berusaha menjadi perempuan sempurna
untukmu.
Sekarang, aku terbaring lemah di ranjangku, dan hanya bisa membaca ulang percakapan
kita beberapa hari yang lalu. Mungkin, kamu tidak tahu di tengah kelelahanku aku sangat
mengharapkan kehadiranmu walaupun hanya melalui beberapa baris aksara. Kamu selalu
berhasil membuatku semakin merindukan Yogyakarta. Akhir-akhir ini pascakepergianmu ke
Yogyakarta aku selalu berusaha untuk tak mencari tahu kabarmu lagi, karena percuma bagiku
walaupun aku berlutut-lutut, mengemis, manangis, bahkan bercerita di dunia mayatidak akan
membuatmu mengerti bahwa aku merindukanmu. Aku merindukanmu dan merindukan
percakapan kita hingga larut malam. Aku sadar aku bukan perempuan tipemu, aku memang tak
pantas bersanding dengan lelaki sehebat dirimu.
Aku memang salah mencintaimu. Pascatigabelas tahun kita tak berjumpa dan akan sangat
bodoh jika aku mengatakan aku mencintaimu hanya dalam hitungan hari pertemuan kita. Orang-
orang tentu akan menyalahiku, menghardikku mati-matian, mengumpatku, mencemoohku karena
terlalu cepat mencintaimu. Aku jelas jatuh cinta, sayangnya (mungkin) kamu tidak merasakan
perasaan yang sama. Aku hanya berani diam, menunjukan rasa cintaku dengan samar-samar.
Jelas, doa kita tak pasti sama, di saat aku mendoakanmu, kau tengah asyik mendoakan yang lain.
Tapi, percayalah dari jutaan gadis yang menggilaimu hanya ada satu gadis yang selalu meminta
pada Tuhan agar kau dipeluk erat, seerat rasa rinduku yang tak pernah habis untukmu.
Kamu pernah mengatakan padaku bahwa kau tak percaya gadis kecil yang dulu
tangannya selalu kau genggam untuk kau ajak berlari kini tumbuh dan berkonspirasi menjadi
penulis muda. Sayang, aku tak sehebat pikirmu. Apakah kau lupa bahwa kau adalah lelaki hebat
yang mampu merebut segela perhatian ibuku dan membuatnya selalu membaggakanmu di
hadapanku? Itu adalah hal terhebat yang aku kagumi dari sosokmu.
Aku rindu genggaman tangan kecilmu itu. Aku rindu tawa renyahmu, aku rindu
semuanya tentang dirimu. Tigabelas tahun silam, tak banyak kenangan yang aku ingat. Namun,
yang aku ingat kau adalah lelaki pertama yang mengenggam tanganku erat, membersihkan darah
di lututku saat aku terluka, menghapus air mataku saat keinginanku tak terpenuhi. Kau lelaki
pertama yang menggandeng tanganku ke ibuku dan bersikap seolah kau adalah pahlwan untuk
putri kecilnya.
Sayang, aku sangat merindukanmu. Apakah kau masih ingat bahwa tigabelas tahun silam
kau adalah kekasihku? Nyatanya, hanya kau lelaki yang aku kenal, hanya kau lelaki yang
dipercaya ibuku untuk menjagaku, hanya kau lelaki yang aku anggap sebagai penjaga hatiku.
Namun, rasanya sangat mustahil untuk mengulang masa-masa itu, karena sekarang kau
menjelma menjadi lelaki hebat dan menjadi idaman banyak perempuan. Aku percaya di Kota
Pendidikan sana kau sudah memiliki tambatan hati dan aku hanya akan sebagai kekasih kecilmu
yang perlahan-lahan akan terhapuskan oleh waktu.
dari perempuan yang diam-diam merindukanmu.
Saat Hujan (end)

Dua hari pascakejadian siang itu. Aku masih dengan rasa penasaranku pada sosok lelaki
misterius itu. Setelah kubiarkan perhatianku terbawa olehnya lelaki itu seakan hilang tertelan
bumi. Sudah dua hari ini, aku sengaja menunggunya di halte tempat pertama kami bertemu.
Seperti biasa, sudah dua hari ini aku selalu membawa jaket lelaki itu berharap ia segera datang
dan kembali menyita perhatianku. Aku memadangi langit berkali-kali, hawa dingin sejak tadi
sudah menusuk tulang belulangku. Aku berharap hujan akan segera turun lalu dengan begitu
lelaki misterius itu dapat aku jumpai lagi. Tak peduli ia akan datang, tak peduli jika aku harus
sendirian menunggu. Aku rasa menunggu adalah hal yang manis dan elegan daripada harus
memendam sendirian tanpa tahu kejelasan. Aku tak peduli ia akan datang dengan membawa
perempuan lain dirangkulannya, aku tak peduli jika ia datang dengan seribu satu macam
kesakitan. Aku tak peduli jika ia datang ataupun tidak.
Pasangan kekasih yang dua hari lalu aku perhatikan kini muncul lagi setelah dua hari ini
mereka tak terlihat dalam pandanganku. Rasanya akan begitu istimewa jika aku bisa merasakan
menjadi perempuan itu. Mataku masih terus memperhatikan pasangan yang berada di sebrang
jalan sana.
Apa kabar? Suara lembut itu kembali mengelitik daun telingaku.
Aku menoleh. Keasyikan memperhatikan pasangan itu membuatku tak mengetahui
keberadaan lelaki yang sedari tadi aku tunggu. Detak jantungku mulai tak karuan, aliran darahku
mulai tak terkontrol. Lelaki itu benar-benar datang.
Ini jaketmu, terima kasih. Memberikan jaket.
Kamu tidak mencariku selama dua hari ini?
Tidak! Untuk apa? Menyembunyikan fakta.
Aku pikir sinyal rinduku sampai kepadamu, sambil tersenyum.
Jangan membuatku besar kepala. Aku bukan tipe perempuan yang suka rayuan.
Aku tahu tentangmu tanpa perlu kamu kasih tau, menatapku.
Aku terdiam terpukau. Mataku melihat gamblang wajah sempurna itu. Rahangnya yang
tegas dengan mata bulat dan hidung mancung. Lelaki itu masih terus membuatku penasaran,
hingga saat ini ia belum juga mengizinkanku mengetahui namanya. Kutundukan wajahku, tak
kubiarkan dia terlalu jauh meracuni pikiranku.
Masih saja diam,
Harus bicara apa? Tanyaku tolol.
Kamu tidak mau berbagi tips agar bisa menjadi penulis hebat sepertimu?
Aku kembali terheran. Lelaki ini seperti tahu semua tentang diriku. Dia membuatku
merasakan dunia nyata dan dunia mimpi bersamaan. Dia tak membiarkanku mencerna apa pun.
Perkataannya bagaikan bom yang setiap kali siap meledakkan relung hatiku.
Bagaimana kamu bisa mengetahui semua tentagku?
Siapa orang yang tak mengenalmu, aku hanya tahu sedikit tentangmu. Tidak seperti
fansmu yang mengetahui banyak hal,
Kamu berbohong! cetusku.
Terserah kamu mau menganggapku apa.
Siang ini tepat pukul 14.00 WITA hujan tak kunjung juga turun. Padahal, jauh di dalam
hatiku aku masih ingin berlama-lama di tempat ini dengan lelaki misterius yang mulai
menyenangkan ini. Penampilan sederhananya mampu membuat setiap pasang mata terpesona
dan mengilainya.
Siapa namamu? Tanyaku mulai memberanikan diri.
Tak perlu. Kamu juga tidak akan ingat.
Ya, mungkin. Kamu juga bukan orang yang special, jadi untuk apa aku ingat? Balasku
dengan nada sedikit jengkel.
Kupikir kamu sudah mencerna perkataanku. Ucapnya.
Ternyata buang-buang waktu saja berbicara denganmu! Berdiri.
Tunggu! Mencegat lenganku.
Aku berdiri membelakangi lelaki itu. Hatiku bergetar hebat, syaraf otakku tak berfungsi
ketika lelaki itu menyentuh lenganku. Aku masih terus berdiam tak menoleh sedikitpun.
Apa perlu kamu mengetahui namaku? Tanya lelaki itu.
Kamu selalu membuatku bingung,. Kamu tak mengetahui bagaimana aku menunggumu
dan memikirkanmu sejak dua hari yang lalu!
Kamu tak tahu bahwa aku selalu memperhatikanmu lebih dari hari yang kamu gunakan
untuk memikirkanku, Berdiri di hadapanku.
Kamu lelaki pengecut! Membuang muka.
Aku memang pengecut, tapi itu semua karena aku menggilaimu.
Menggilaiku dengan cara seperti ini? Bulshit! Menatap mata itu lekat.
Lelaki itu terdiam. Kulihat ada penyesalan di raut wajahnya. Wajah yang semula terlihat
bersinar itu nampak sedikit berkabut siang ini. Kubiarkan ia mencerna setiap perkataanku,
kuberikan jeda agar dia mengerti bahwa sejak dua hari lalu aku sudah menyimpan rasa untuknya.
Maaf. Lirih lelaki itu seraya mengenggam tanganku.
Cuaca seakan mengerti. Air mataku yang sejak tadi surut dan tak kunjung jatuh kini
mulai turun satu-satu. Langit yang awalnya cerah kini berubah keabuan. Hujan mulai turun
membasahi bumi, angin lembut mulai berbisik lirih.
Maaf aku mencintaimu. Ucapnya lagi.
Mataku membulat. Jantungku berdetak sangat hebat, Kamu mencintaiku sementara aku
tak mengetahui namamu. Bodoh!
Ya, aku memang bodoh mencintai perempuan sepertimu. Namun, apakah cinta pernah
memilih pada siapa dia menjatuhkan pilihan?
Aku tersenyum miris. Kamu lelaki tak penting!
Aku memang tak penting untuk perempuan sekelasmu, Dewi.
Suara itu menggema di telingaku, membuatku tak berani menatap lekat-lekat sosok itu.
Bahkan kau sungguh-sungguh mengetahui namaku
Aku seperti tak bernapas. Rohku melayang-layang di udara. Nampaknya, dia memang
mengetahui semua tentangku. Tanganku bergetar hebat, dan aku berusaha keras
menyembunyikan kecemasan dan ketololanku. Mataku menangkap sinyal yang tak biasa dari
matanya.
Lelaki itu memelukku. Sangat hangat.
Aku Radit, simpan namaku dalam memorimu.
Kamu bukan orang yang penting bagiku. Tak perlu aku mengingat namu.
Sejak peristiwa kemarin siang, apa aku belum juga menjadi sosok penting bagimu?
Ya, tidak penting!
Tidak penting sampai kamu rela menunggu berjam-jam sejak dua hari lalu di sini?
Tatapannya tajam.
Aku kembali membisu. Tatapan matanya semakin tajam semakin menghangatkan.
Tangannya mengenggam jemariku erat. Aku mencintaimu. Jadi, ingatlah aku lekat dalam
ingatanmu.
Aku tak langsung mengubris perkataan Radit. Aku mengulum bibir, membiarkan
semuanya berjalan seperti air mengalir. Hujan pun mulai turun dan membasahi tubuh kami
berdua. Aku tak berbuat apa-apa lelaki itu memelukku erat.
Aku juga mencintaimu, ucapku lirih.
Ia melepaskan pelukannya. Memandangku dan aku dapat melihat setiap jengkal dari
wajah sempurnanya. Jemarinya menyentuh daguku, bibirnya mendekat. Dalam beberapa detik, ia
menciumi bibirku hagat. Aku mencintai kamu lebih dari kamu mencintaiku, Dewi.
Aku menikmati saat hujan seperti ini. Seakan-akan hujan dapat mempertemukanku
dengan lelaki yang istimewa ini. Dan, akhirnya perasaanku memang ditakdirkan untuk mencintai
lelaki ini dan di dalam pelukannyalah aku merasa utuh untuk menjadi diriku sendiri. Saat hujan
aku menemukan kita di setiap bulirnya yang jatuh membasahi bumi.
End.

Menemukan Penggantimu

Edisi teman masa kecilku...


Sebagian perempuan mungkin sudah tertidur lelap di atas ranjang mereka karena takut
kulit kusam, jerawat dan mata panda yang akan menghampiri kulit dan memperburuk
penampilan. Namun, hal itu tak berlaku bagiku, malam adalah sahabatku dan keheningan adalah
kekasihku. Tepat pukul dua dini hari, tanganku masih sibuk beradu dengan keyboard sahabatku
yang pendiam tapi senantiasa mendengarkan keluh-kesahkulaptop. Keheningan malam
kembali membuatku teringat sosokmu yang pernah hadir walaupun tidak tinggal dalam hidupku.
Sayang, apakah ada kata yang lebih tepat dari kata kangen untuk mendeskripsikan
kerinduanku pada seseorang yang kini telah menjadi kekasih temankukamu. Aku kembali
merindukanmu.
Selang lima bulan perpisahan kita, takdir membawaku ke babak baru kehidupan. Sabtu,
25 Juli 2015, Tuhan kembali mempertemukanku dengan salah seorang teman masa kecilku. Tak
banyak yang berubah darinya; dia tetap menjadi sosok yang sederhana dan selalu bersahaja. Dia
mampu membuatku merasa nyaman saat duduk di sampingnya. Dia sosok lelaki yang cerdas,
sama sepertimu. Saat ini ia tengah menempuh pendidikan sudah sampai semester lima di salah
satu universitas ternama di Indonesia dan mendapat beasiswa karena kecerdasannya. Hanya saja
dia bukan orang yang akan senantiasa bergelut dengan dunia medisia akan menjadi seorang
ahli sosiologi dan tidak sepertimu yang memutuskan untuk mengambil fakultas kedokteran saat
kita kuliah kelak.
Usiaku terpaut tiga tahun darinya, ia mampu membuatku merasa nyaman sama seperti
kamu. Sayang, maafkan aku jika aku benar-benar akan berhenti mencintaimu pasca kau lebih
memilih dia yang kukatakan sebagai teman menjadi pengisi hatimu. Aku takut, Sayang. Sangat
takut. Bahkan, sudah beberapa hari ini aku tak memikirkanmu seperti hari-hari sebelumnya,
seolah-olah cinta yang dulu mengendap sekarang menguap percuma. Aku menyesali
perjumpaanku dengan teman masa kecilku itu, dia benar-benar membuatku melupakanmu. Lima
bulan pasca perpisahan kita, aku tidak pernah lagi merasakan letupan-letupan kecil dalam dadaku
sampai akhirnya aku bertemu dengan sosok teman kecilku itu.
Jantungku deg-degan, nadiku berdenyut sangat kencang saat mataku dan matanya saling
bertatapan. Sungguh, Sayang dulu hatiku hanyalah milikmu sejak kau menjelma menjadi sosok
motivatorku. Namun, entah mengapa laki-laki yang baru saja aku temui ini mampu membuat aku
melupakan sejenak rasa sakit hatiku karenamu, dia mampu mengobati luka hatiku yang
berdarah-darah bahkan hampir bernanah ini, dia mampu membuatku termotivasi kembali. Dia
sangat mirip denganmu.
Dahulu dia adalah sosok pahlawan bagiku, teman masa kecilku ini sangatlah baik hati.
Aku tak memungkiri ada rasa yang tak biasa saat aku kembali bertatap muka dengannya. Ia
tumbuh menjadi lelaki tampan yang cerdas, ia menyukai ilmu sosial sama sepertiku. Dia tak
sehebat dirimu yang sampai mampu membuatku jatuh sakit berhari-hari karena obsesiku akan
dirimu yang kandas karena kebohonganmu. Dia sangat bersahaja, dia membuatku merasa pantas
untuk melupakanmu. Sayang, maafkan aku jika dititik ini aku mulai benar-benar jenuh
mencintaimu. Kurang kuat apa aku untukmu? Aku selalu terlihat bahagia di hadapanmu saat kau
jalan berdua dengan kekasihmu, kurang setia apa aku menunggumu? Jika setiap hari kau selalu
kutemukan menebar kebahagiaan dengan kekasihmu di atas kekecewaanku. Aku perempuan
psikopat yang kapan saja bisa melukai diriku sendiri tanpa rasa bersalah, jika kau lihat di sekujur
tubuhku sudah ada beberapa sayatan silet dan gunting yang sengaja aku goreskan hanya untuk
meredam amarahku padamu. Aku membencimu, tapi juga teramat mencintaimu.
Aku pernah terlalu konyol mencintaimu dengan sangat, aku pernah terlalu egois
menahanmu agar tetap bersamaku, tapi sekarang mataku terbuka bahwa bukan hanya kau yang
selalu aku cintai. Mencoba melupakamu sudah aku lakukan, mengikhlaskanmu pun sudah aku
upayakan tapi nyatanya itu tak kunjung berhasil sampai akhirnya laki-laki ini datang dan
menglengkapi serpihan hatiku karena mencintaimu.

dari perempuan psikopat yang mencintaimu,

Insiden 13 Maret, Aku Mulai Berhenti Mencintaimu


surat terakhir untuk Tuan Motivatorku...
Terhitung sudah lima belas bulan perkenalan kita. Perkenalan yang tercipta hanya melalui
beberapa baris aksara yang terangkai dalam beberapa kalimat percakapan. Percakapan sederhana
itu mampu membawa kehangatan luar biasa dalam diriku, sejak saat itu aku mulai sering
memperhatikan lini facebook dan twittermu hanya untuk mencari informasi kabar terbarumu,
tak tanggung-tanggung akupun duduk termangu di bangku sekolah hanya untuk melihat
sosokmu.
Namun, sejak insiden tiga belas Maret lalu, semua aktivitasku yang berkaitan denganmu
pun aku kurangiaku mencari kesibukan sendiri untuk melupakanmu. Terlebih sejak aku tahu
kau adalah kekasih dari seorang temanku, ku coba untuk mengikhlaskan, memaafkan bahkan
merelakan semuanya; yang aku katakan itu sebagai wujud kedewasaanku. Aku mulai mengobati
luka hatiku, mulai menata baru harapanku, mulai menyusuri kembali jalan setapak hidupku. Ya,
tanpa kamu separuh hatiku yang pergi tanpa permisi.
Aku mungkin bahkan tak pernah ada dalam pikiranmu, tak pernah diingat dalam
memorimu disaat kau selalu menjadi galaksi dan semestaku. Dulu, kita pernah sedekat nadi
sebelum berjauhan seperti matahari. Aku tak mau memungkiri bahwa kau pernah ada walaupun
tidak tinggal. Aku tidak akan membencimu hanya karena kau pergi dengan alasan yang aku
benci. Setiap hari bahkan setiap aku melihat langit, bayanganmu selalu datang bersaama rinduku
yang dingin tanpa gubrisanmu. Kau sempurana meskipun bukan ciptaan seniman kelas dunia.
Mataku masih dirundung kabut sejak lima bulan lalu. Setahun lalu, kita masih dalam keadaan
baik-baik saja; banyak bercerita, saling memberikan perhatian dan saling merindukan. Ah bukan!
Tidak ada kata saling diantara kita, karena nyatanya hanya aku yang bejuang hanya aku yang
merasakan cinta. Di saat rindu mengulurkan tangan dingginnya, di sana pulalah cinta yang aku
endap menguap percuma. Aku benci mengatakan aku masih merindukanmu, pasca hatiku kau
buat berdarah-darah bahkan hampir bernanah. Selamat untuk kebahagianmu. Aku tak pernah
berubah, tetap menjadi perempuan melankolis sejati yang hanya mencurahkan semuanya melalui
tarian jemariku. Di titik inilah aku berhenti mencintaimu, terima kasih pernah hadir dan
memberikan warna baru dalam hidupku. Kini saatnya kita berjalan masing-masing. Kamu,
dengan semua obsesi dan kebahagianmu bersama wanitamu dan aku dengan cita dan harapku
yang kau hempas percuma. Terima kasih pernah menjadi lelaki teristimewa dalam hidupku.
dari wanita yang sudah menemukan titik kejenuhan untuk mencintaimu
Semoga Bahagia Bersama Kekasih Barumu

masih, untuk tuan motivatorku...


Pagi ini aku kembali dapat melihat sosokmu di koridor kelas. Namun, hari ini tak seindah
hari-hari sebelumnyaaku melihatmu bersama kekasih barumu. Mataku tak sesembab tiga
bulan lalu, sakitku tak sesakit setelah kepergianmu. Aku mulai muak menulis kisah ini, mulai
muak dengan semua tentangmu. Dahulu, tiga bulan sebelum perpisahan kita, aku masih baik-
baik saja, aku masih bisa bernapas tanpa rasa sesak.
Sayang, aku masih tak bisa melupakanmu, masih terlalu sulit untuk menghilangkan setiap
kenangan yang kini mengendap dalam memoriku. Aku terlalu naif jika mengatakan aku
membenci sosokmu secara gamblang, aku terlalu munafik jika mengatakan aku sudah
melupakanmu. Sakit hatiku semakin menjadi-jadi saat aku mengetahui sosok kekasihmu adalah
seorang yang aku kenal. Aku masih sering memperhatikanmu, tapi sekarang bukan hanya kamu
yang menjadi objek pandanganku tetapi kamu dengan kekasih barumu. Dia sangat serasi
berdampingan dengan sosokmu yang sangat sempurna di mataku, kau dan dia begitu serasi
dengan kebahagian yang kalian nikmati di atas penderitaanku karena perasaanku padamu.
Hariku tak seceria hariku sebelum kepergianmu. Ragaku tak seremuk ragaku saat aku
melihatmu bersama kekasih barumu. Sayang, jika boleh aku katakan, kau adalah sosok sempurna
dalam pandangaku. Sosok yang sewaktu-waktu dapat menjadi apa saja yang aku inginkan, aku
semakin rapuh mengetahui bahwa aku dan kamu hanya tinggal lembaran lalu. Napasku seakan
tercekal setiap kali mengingat kesalahan yang kau lakukan padaku, luka hatiku semakin
berdarah-darah saat aku kembali mengingat semua prilaku manismu padaku. Aku pernah
menganggap kisah kita dalah kisah paling sempurna di dunia.
Pasca tiga bulan kepergianmu. Aku tak pernah mencoba untuk melupakanmu, bahkan
sosokmu masih menjadi penghuni hatiku. Sayang, aku tak memungkiri sakit hatiku yang
ditinggalkan olehmu saat sedang cinta-cintanya. Tentu kau tak tahu rasanya kecewa, padahal saat
itu kau mengatakan kau ingin fokus dengan sekolahmu tapi tiba-tiba aku melihat sosokmu orang
yang aku cintai bersama orang lain. Aku marah, sakit hati, kecewa. Setiap malam, aku masih
terus memikirkanmu aku pun tak mengetahui bagaimana bisa sosokmu tak bisa keluar dari
otakku. Aku masih mejadi wanita manja cengeng yang membutuhkan motivatornya, aku masih
menjadi gadis dengan segala ketololannya masih mencitai lelaki yang dengan terang-terangan
mencintai wanita lain.
Sayang, entah sudah berapa bulir air mata yang melewati pipiku. Sudah berapa kali aku
menghardik diriku karena masih saja terus mencitaimu. Untuk lelakiku yang kini menjadi milik
wanita lain, aku masih mencintaimu, masih berharap padamuaku masih menyimpan kenangan
kita. Bagaimana mungkin aku pura-pura tak mengenal lelaki yang sangat aku cintai? Setiap hari
bahkan setiap saat aku melihatmu, aku tak bisa meredam hasratku untuk memilikimu. Aku
mencintaimu beribu-ribu kali lipat dari cinta kekasihmu kepadamu.

Aku Salah Menilai Kita

Pagi tadi aku membuka mata dengan tatapan dan perasaan kosong. Ku tatap langit-langit
kamar yang terasa semakin kosong. Aku tak yakin bisa melewati ini semua. Jujur, sejak tahun
pertama mengenalmu, sejak tahun pertama aku mendengar suara adzanmu, sejak tahun pertama
kita saling bebicara; sejak saat itu aku menjadikanmu salah-satu sosok yang istimewa dalam
hidupku. Sayang, sejak saat itu aku mencoba menolak setiap letupan-letupan kecil dalam dadaku,
tapi semakin aku sanggah letupan-letupan itu semakin besar.
Untuk kamu, seseorang yang aku kira adalah sosok yang tepat untuk menggantikan dia
yang lebih memilih wanita lain daripada aku. Aku pikir kamu adalah sosok yang akan membuat
wanita melankolis bisa ceria, aku pikir kamu bisa meggantikan sosok dia untuk menjadi tokoh-
tokoh di novel selanjutku. Sayang, aku sudah terlalu muak dengan semuanya; muak dengan
ketidakpastian, muak dengan kata-kata manis yang sebenarnya sangat tolol jika harus aku
rasionalkan. Aku pernah mencintai seseorang dengan sangat, semua aku dedikasikan padanya.
Semuanya, semua musikalisasi puisiku, semua prestasiku, semua tulisan-tulisanku bahkan novel
pertamaku pun aku dedikasikan dan berikan untuknya. Namun, dia mencampakan aku begitu
saja, dia meninggalkan aku di persimpangan, dia lebih memilih wanita yang aku rasa akan sangat
beruntung memilikinya.
Aku hanyut terlalu jauh, pertemuan kita benar-benar meyakiniku bahwa kamu adalah satu
sosok yang akan menggantikan dia untukku. Tentu kau sangat tahu siapa aku, wanita yang selalu
menunggumu, yang selalu menantimu setelah sekian kali kau berganti pasangan. Sejak kau
berpacaran dengan si A, B, C bahkan hingga D. Aku tak pernah bosan untuk menunggumu, aku
tak menyangka bahwa ternyata setiap kata yang terlontar dari mulutmu adalah bisa yang
melumpuhkan seluruh badanku. Seharusnya, kutolak saja semuanya; semua kata manismu,
rayuanmu, perhatianmu bahkan sampai nasihat dan petuahmu. Namun, aku bukan siapa-siapa,
aku hanyalah senggok daun kering yang diterbangkan hawa. Aku hanyalah tikus kecil yang
terpesona pada singa dengan tatapan kucing manja. Aku kalah dengan perasaanku sendiri. Aku
pikir patah hati tidak akan berdampak separah ini pada tubuhku; sangat sakit dan menyiksa.
Sekarang, aku masih di sini. Di depan laptopku yang pendiam namun mampu menjadi
pendengar yang baik. Aku ceritakan semua padanya; semua tentang cerita kita yang sudah
menjadi abu. Kamu begitu manis dan sempurna di mataku, karena alasan itulah aku bahkan rela
menunggu dan memperjuangkanmu, tapi seakan-akan semuanya tak berarti di matamu. Kau
abaikan aku, kau acuhkan semua perhatianku, kau tak menangkap sedikit pun sinyal yang aku
kirim untukmu. Kau bahkan tak pernah tahu bahwa setiap malam kuhabiskan untuk menulis
semua tentangmu. Aku tahu semua tentangmu, tahu tanggal lahirmu, tahu musik favoritmu, tahu
klub bola kesukaanmu tahu siapa saja mantanmu tahu semuanya yang bahkan kamu tak ketahui.
Namun, jika aku bertanya padamu apa yang kau ketahui dariku? Aku yakin, kau tak menetahui
secuil apapun dari aku. Aku hanya menjadi wanita persembunyianmu yang kau datangi saat kau
butuh dan kau lupakan saat kau sedang bahagia.
Harusnya aku memang tak perlu menghubungimu, tak perlu merendahkan diriku padamu.
Sayang, kau tidak akan merasakan dalamnya perhatian yang aku berikan padamu, tidak akan
merasakan perhatian sekuat perhatian yang aku punya, kau tak akan mendapatkan cinta setulus
cinta yang aku berikan padamu. Sejak kau memutuskan untuk pergi, kau tidak akan pernah lagi
menemukan wanita yang sudi merendahkan dirinya demi lelaki biasa sepertimu. Sekarang aku
merasa sangat tolol telah mencintaimu degan sangat. Namun, percayalah bahwa aku memang
benar-benar mencintaimu. Aku pikir kita baik-baik saja, aku pikir cinta saling membahagian, tapi
hanya aku yang berjuang, hanya aku yang bertahan untuk kita.
Terlalu mudah bagimu untuk mencampakan gadis bodoh sepertiku, gadis yang setia
mencintaimu tanpa menghitung apa saja yang telah dia berikan padamu, gadis yang tak
menghitung seberapa banyak bulir air matanya yang mengalir hanya untuk mempertahankan
kamu, gadis yang tak meminta balasan apapun darimu. Ada banyak kenangan yang tidak bisa
aku lupakan. Kamu telah menjadi bagian diriku dan sangat munafik jika aku mengaku tidak
kehilangan kamu. Kamu humoris,menyenangkan, meneduhkan, dan hal sederhana itu selalu
berhasil membuatku jatuh cinta berkali-kali. Semakin aku memaksakan diri terlihat baik- baik
saja, semakin aku mendapati diriku yang tak lagi "bernyawa". Aku kehilangan kamu, separuh
diriku yang pergi tanpa bilang- bilang.

Aku Semakin Sayang Kamu

....... mungkinkahku jadi pilihan hatimu? Tiada henti keselalu berharap. Andai dirimu memilih
hatiku, kan kuserahkan cinta tulus di hatiku. Meski kau tak pernah tahu ketulusan hatiku ini,
biar kusimpan dalam mimpi ..... Maudy Ayunda Kusimpan Dalam Mimpi

Aku mengatakan bahwa aku sangat ingin dan sudah siap untuk pergi darimu. Tapi Tuhan
mengatakan lain, cinta dan rasa itu masih membekas dalam hatiku. Entah sampai kapan, aku
masih terus berharap kau mengerti dan memahami perasaan sayangku padamu. Mengingat, kau
pernah menaruh hati pada sahabatku dan aku pernah menjadi milik sahabatmu tapi apakah hal
tersebut salah?
Aku pernah mengatakan, bahwa aku tipe seseorang yang tak percaya akan kata kebetulan.
Kenapa ada Tuhan jika semuanya dianggap kebetulan? Dan apa kau menganggap pertemuan kita
sebuah kebetulan? Aku berbeda Tuan, aku menganggap pertemuan kita adalah cara Tuhan untuk
membuat kita saling mengenal dan merasa. Awalnya aku tak mengira kamu akan menjelma
menjadi sebuah tokoh motivator dalam hidupku, yang senantiasa memberikan semangat dan mau
mendengarkan curhatanku. Sampai akhirnya kamu menjauh dan meninggalkan aku yang masih
dengan rasa sayangku padamu. Tuan, aku ingin kamu mengerti aku sayang kamu, aku tak perlu
kau jadikan kekasih karena cukup dengan dekat dan mendapat perhatianmu saja sudah
membuatku bahagia.
Selasa, 23 September 2014. Mungkin tanggal itu tidak akan membekas dalam ingatanmu,
tapi itu sangat membekas dalam memoriku. Saat itu, sekitaran pukul sepuluhlebihduapuluhlima
sesuai janji kita, aku dan kamu bertemu di perpustakaan sekolah. Awalnya, aku takut menegur
apalagi mendekati sosokmu yang jauh lebih tinggi dari aku. Tuan, aku masih sangat ingat
tajamnya sorotan matamu yang aku tatap, aku masih sangat ingat bagaimana rona wajahmu yang
entah karena malu atau karena kamu memang kelelahan; merah jambu. Aku juga masih ingat
kata-kata yang keluar dari mulutmu. Saat itu aku merasakan ada getaran yang aneh dalam
dadaku, getaran itu meletup secara tiba-tiba entah menandakan apa, yang pastinya aku menjadi
salah tingkah setelah itu. Aku juga melihatmu seperti gerogi, apakah ada rasa yang sama dalam
dadamu? Atau itu hanya perasaanku saja, Tuan?
Semenjak pertemuan singkat itu, aku semakin sulit melupakanmu. Semakin sulit
menyeret bayangmu keluar dari otakku, aku takut jika aku benar-benar jatuh cinta padamu. Aku
takut. Karena mana mungkin seorang sepertimu sudi memberikan hati, perhatian dan sayangnya
untuk wanita kelasan aku. Jadi, aku memutuskan untuk memendam rasa ini sampai aku benar-
benar sadar bahwa kamu hanyalah sebuah ambisi seperti seseorang yang dulu pernah aku cintai.
Untuk Bengelku, aku cinta kamu.

Hujan Tak Selalu Hadir Bersama Pelangi


Minggu 19 April 2015. Untuk kamu yang masih mejadi salah satu orang terkasihku.
Kamu adalah sebuah kesalahan yang aku banggakan. Aku masih mncintaimu, cinta yang dapat
aku lihat sendiri dari mataku. Aku mencintaimu, dan kamu tak pernah tahu bahwa sosokmu
selalu ada dalam setiap tulisan yang aku buat. Aku mencintai dunia tulis-menulis, sama halnya
dengan aku mencintaimu sedemikian dalamnya. Sayang, ingatkah kau peristiwa kemarin saat
aku duduk di depan koridor dan memandangimu? Mustahil kau tak mengetahui hal itu, aku
percaya pada hukum ketertarikan. Apakah setiap getaran yang aku sampaikan padamu itu
berhasil kau rasakan?
Sayang, rasanya aku menyesal pernah kenal denganmu. Kamu menawarkan banyak
sekali hal yang seharusnya aku tolak. Aku pikir aku sekuat karang, ternyata aku hanya setangkai
bunga yang mampu tergoyahkan oleh hawa. Kamu sederhana, tak ada sesuatu yang dapat aku
gambarkan tentang sosokmu. Bodohnya, aku mencintaimu, sangat dan terus mencintaimu,
perasaan itu masih sama meskipun aku berusaha sekuat mungkin untuk meghindarimu.
Sekarang, aku merasa menjadi perempuan tertolol yang masih saja mencintai lelaki tak
punya hati sepertimu. Aku merasa menjadi gadis yang sangat rapuh yang tiba-tiba lemah karena
tersakiti cinta. Kamu pergi disaat aku sudah merancang semuanya, disaat aku berharap semua
mimpi-mimpi kita menjadi nyata. Kamu tidak pernah tahu rasanya jadi aku. Jadi seseorang yang
selalu menantikan pesan singkatmu. Kamu tidak pernah tahu rasanya jadi perempuan yang setiap
saat selalu memikirkanmu, bahkan kau tidak akan pernah tahu rasanya menjadi seseorang yang
mecintai dengan tulus mengetahui kebohongan yang kau lakukan. Kamu tidak akan pernah tahu
dan tidak akan pernah mengerti, karena hati dan juga nalurimu sudah tak kau fungsikan dengan
baik.
Aku masih mencintaimu dengan semua ketololanku. Aku tidak bisa melupakan caramu
memandaniku, tak bisa melupakan senyuman yang melukis raut wajahmu dan aku tak akan
pernah bisa lupa leluconmu yang sebenarnya tidak pernah lucu, tapi entah mengapa selalu bisa
menarik kedua sudut bibirku untuk tertawa. Aku ini perempuan melankolis, yang hanya bisa
meluapkan semua isi hatiku, kekesalanku, kekecewaanku, tangisanku, bahkan amarahku melalui
tulisan. Dan kau tahu itu.
Rongga pernapasanku selalu sesak karena menangisimu, mataku selalu dirundung kabut
karena penuh dengan mendung. Kamu sosok yang mampu mengubah duniaku, aku tak mengerti
bagaimana bisa kau menjunkibalikan semuanya, membuat hitam menjadi putih, mengubah pahit
menjadi manis. Kamu tak akan pernah tahu rasanya jadi aku, seseorang yang menunggu kabarmu
seharian. Aku mencintaimu, sayangnya kau memperlakukanku seperti perempuan bodoh yang
hidup-matinya bergantung padamu. Bayangkan saja, perempuan ini sudah berbulan-bulan
menantimu, mempehatikan sosokmu dan kamu tak membiarkannya menjelaskan apa yang
sedang mengendap dalam hatinya, memang hujan tak selalu hadir bersama pelangi.
***

Lelaki 13 Maret, Izinkan Aku Menyayangimu

Aku tak pernah tahu, hal istimewa dan special apa yang ada dalam dirimu. Aku pun tak punya
alasan mengapa aku mencintai dan menggilaimu dengan sangat. Satu hal yang aku tahu adalah
aku mencinai dirimu.
Ingatanku mencoba memutar ulang peristiwa kita, mengingat kamu yang dulu sempat
hadir dan belum sempat aku miliki. Wajahmu bukan pahatan seniman kelas dunia ataupun
bikinan pabrik; nyaris sempurna, aku kembali terbayang wajahmu, perhatianmu bahkan segala
macam tentang dirimu. Kamu berbeda, sederhana dan selalu punya cara untuk menyita
perhatianku. Aku kira aku sudah berhasil melupakanmu. Aku pikir aku siap untuk membuka
hatiku untuk orang yang baru. Semakin kuat aku menepis rasa ini, semakin sulit aku membunuh
perasaanku untukmu. Kamu sosok sederhana yang membuat aku mati rasa dan buta dengan hal
yang lainnya. Kamu sudah menjadi bagian dari hari-hariku, setiap hari aku melihatmu. Rentetan
bulan yang kita lalui bersama rasanya sungguh manis, walaupun berada dalam ketidakjelasan.
Revolusi yang terjadi antara kita membuatku sulit menerima bahwa kita tidak lagi sama; kita
yang banyak berbincang kini banyak diam. Aku melihatmu setiap hari, dan sungguh mengakui
bahwa kita tak pernah punya kedekatan dan perasaan yang special adalah sesuatu yang sangat
berat.
***
Kamis, 12 Maret 2015 satu hari lagi, sebelum kau genap berusia tujuh belas tahun. Aku
sudah mempersiapkan semuanya, kado istimewa, kata-kata indah untuk ucapan di hari specialmu
bahkan mental yang cukup untuk berani menyuarakan isi hatiku. Sedari pagi tadi hingga dini
hari, aku tak henti-henti melihat jam yang tak urung menunjukan pukul 24.00 WITA aku resah,
berkali-kali ku ubah posisi tidurku, kadang ke kanan kadang ke kiri. Tak lama setelah itu,
lonceng jam dinding rumahku berdentang kencang. Tak ku habiskan waktu lama untuk mengirim
ucapan selamat ulangtahun untukmu yang sedari siang telah aku siapkan. Sembari menuggu
balasanmu, aku menyempatkan untuk melanjutkan tulisan tololku ini untukmu. Sayang, aku
ingin sedikit bercerita.
Masih ingatkah kamu, saat kita masih bertukar kabar melalui pesan singkat? Sejak saat
itu dapat kukatakan bahwa kau pernah menjadi sosok yang hadir dalam hidupku. Setiap malam,
bahkan setiap hari selalu kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu. Sapaan
renyahmu, tawa kecilmu dan semangat yang hanya berbentuk tulisan itu selalu mampu membuat
aku tersenyum. Hingga akhirnya, aku sadar bahwa aku mencintaimu dan memilih untuk
memendam perasaan ini untukmu.
Jatuh cinta, kata yang mungkin orang pikir akan melewati suatu proses yang cukup
panjang; berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun lamanya. Tapi
itu sebuah teori yang tak berlaku bagiku, bahkan sejak pertama kali kau menyapaku lebih dulu
melalui pesan singkat. Sejak saat itulah rasa penasaranku mulai membuncah, terlebih saat kau
hadir dan menjelma menjadi sosok yang mengisi kekosongan hatiku.
Aku menyimpan rasa ini sendirian, awalnya aku berpikir ini akan indah, tapi nyatanya
aku semakin lelah. Setiap kali melihat sosokmu aku merasakan sesak yang seakan-akan selalu
siap untuk menyerang rongga pernapasanku. Sejak awal, saat aku pertama kali dapat menatap
matamu lamat-lamat, aku semakin yakin bahwa perasaan yang aku miliki bukanlah sekedar cinta
biasa; cinta yang akan mudah pergi. Ku gantungkan harapanku pada sosokmu, kucurahkan
seluruh perhatianku untukmu, tapi seakan-akan semuanya tak kau gubris, seakan-akan semuanya
hanya selingan di matamu. Lalu apa yang harus aku lakukan untuk dapat menyadarkanmu bahwa
aku sungguh-sungguh mencintaimu?
Sekali lagi, semuanya hanya harapku. Aku memberikan perhatian, kasih sayang bahkan
cinta tapi semuanya seolah menguap tak berbekas. Apakah kamu benar-benar tak memikirkanku?
Padahal katamu kau adalah sosok pria yang senang merenung dan tipe lelaki melankolis. Lalu
apa yang kau ragukan lagi? Jika perhatian, sayang bahkan cintaku semuanya sudah kau bawa
tanpa sisa. Kau lelaki yang cerdas, bahkan nyaris sempurna jadi sangat mustahil kau tak tahu
perasan yang berkecambuk dalam dadaku setiap kali berhadapan denganmu. Getaran yang aku
berikan seakan tak sampai padamu, seakan tak benar-benar kau rasakan.
Kekasihku yang tak sempat menjadi milikku, kau mugkin berpura-pura bodoh untuk tak
menetahui perasaanku padamu. Sejak awal perkenalan kita, aku hanya ingin melihatmu bahagia,
aku sempat berharap aku dapat menjadi sosok yang menjadi alasan dan sumber bahagiamu, tapi
nyatanya aku salah, aku tak lebih hanya menjadi sosok yang menikmati bahagiamu tanpa
menjadi zat apa pun untuk itu. Perjuangkanku terhenti, saat aku tahu bahwa saat ini kau tengah
mencintai perempuan lain. Karena aku sudah tak pantas lagi berada di sisimu, dan karena kau
sudah menemukan sosok yang jauh lebih sempurna daripada aku; wanita pesimistis dan
melankolis sejati. Tentu saja, jika aku lebih sempurna kau akan menjadikanku satu-satunya
bagimu.
Setelah tahu semua itu, aku selalu beusaha untuk melupakanmu. Berusaha untuk
mematikan getaran yang kerap kali aku rasakan jika bertemu sosokmu. Namun, setelah kau
kupikir mengetahui semuanya, tetap saja tak pernah mau tahu tentang bagaimana aku
memperjuangkanmu dengan sangat. Aku pemeran terbaik, dan pelakon paling bodoh, aku
mampu menyembunyikan semuanya darimu hingga sebelas bulan perkenalan kita. Apakah kau
tak merasakan ketakutan yang aku rasakan? Kita yang dulu sempat dekat walaupun tak memiliki
status apa pun, dan sempat menjalani status tanpa kejelasan kini seakan-akan saling berjauhan,
tanpa salam perpisahan ataupun lambaian tangan.
Sekitar pukul enam pagi. Enam jam setelah aku mengirim pesan singkat beisikan ucapan
selamat ulangtahun untukmu, aku melihat layar ponselku. Di sana tertuliskan inbox yang baru
saja kau kirim untukku. Aku tak sabar membuka apalagi membacanya, lekas ku raih dan kutekan
tombol read untuk membacanya. Alhasil, semuanya tak seperti yang aku bayangkan, semuanya
tak semanis yang aku terka. Kau membalas pesan singkatku dengan sikap dingin dan kaku yang
membuat aku selalu jatuh cinta denganmu.
Makasih untuk ucapannya. Amin.
Hanya sebaris tulisan itu yang aku temukan dalam penantian enam jam yang aku
lakukan? Bodoh! Tapi kenapa aku masih saja berharap kau akan menjelma menjadi pangeran
yang aku biasa temukan dalam serial animasi barbie kesukaanku? Melihat hal tersebut, sudah
kupastikan bahwa aku tak mungkin dapat menemuimu untuk membeikan hadiah yang jauh-jauh
hari telah aku siapkan untukmu. Lantas, aku menitipkan hadiah itu pada salah seorang teman
kelasmu, yang saat ini menjelma menjadi teman curhatku.
Di sekolah, keramaian kelas tak lantas membuatku merasa bahagia, tak lantas
membuatku merasa berteman. Aku kesepian. Sayang, sepulang sekolah aku mendapati ucapan
terima kasih lagi darimu karena aku telah memberikanmu hadiah sebagai kado ulangtahunmu.
Aku benar-benar muak, padahal di dalam audio yang aku berikan sebagai kadomu aku sudah
sangat terang-terangan megatakan bahwa aku sangat mencintaimu. Namun seakan-akan
semuanya menguap, semuanya berubah menjadi abu-abu. Aku lelah. Akhirnya, kuputuskan
untuk menghubungimu via telepon untuk menyelesaikan semuanya.
Maafin aku, yang sering buat kamu risih, yang sering ganggu kamu, yang dengan
lancang sudah mencintai kamu. Tapi aku juga bingung, kenapa aku bisa menjadi begini. Aku
sudah berusaha menyimpan ini dalam-dalam. Namun, pada akhinya aku lelah sendiri. Maafin
aku. Ucapku lirih.
Iya, gak apa-apa. Aku sudah maafin kamu kok. Aku juga selama ini bingung bagaimana
cara menghadapi kamu, karena itu aku selalu menghindar setiap kali melihat kamu. Aku juga
bingung dengan diriku sendiri.
Seketika, setelah mendengar hal itu aku benar-benar merasa hancur. Aku benar-benar tak
dapat membayangkan semuanya. Semua yang aku pikir akan manis, nyatanya berubah menjadi
kepedihan. Kamu yang aku pikir memberikan bahagia, nyatanya memberikan luka yang cukup
mengiris.
Jangan buat aku bertnya-tanya terus tentang sikap kamu selama ini. Aku tidak bisa
mengerti kamu. Kadang aku takut mengartikan semua. Takut cinta aku semakin dalam
kepadamu. Terisak-isak.
Aku melakukan semua ini agar kamu bisa melupakan aku. Karena itu, aku seolah-olah
gak kenal kamu. Jangan perduli dengan aku sekarang, biar kamu lupa bahwa aku pernah hadir di
dalam hidup kamu.
Itu semakin sulit buat aku. Aku terbiasa ada kamu, terbiasa ngeliatin kamu, tebiasa sama
kamu. Aku hancur sekarang, cuma kamu yang bisa membuat aku jatuh cinta dengan sebenar-
benarnya. Sekarang bagaimana bisa aku tak perduli dengan seseoang yang aku sayangi? Kamu
membuat aku hancur, ini mengiris hatiku! Menahan air mata, yang sebenarnya tak lagi dapat
terbendung.
Sendainya kau tahu perasaanku setelah kau mengatakan semua itu, seandainya kau
mengerti apa yang sedang terlintas dalam otakku apakah kau masih beniat mengatakan semua itu
padaku? Kau tak mengetahui hancurnya hatiku, tak mengetahui kerisauan batinku. Aku benar-
benar patah hati, Sayang. Kau bahkan tak bisa mendeskripsikan apa yang sekarang tengah aku
rasakan, sebanyak apa pun kosakata yang akan kau siapkan untuk menggambarkan hatiku,
semuanya tak akan mampu. Hatiku adalah suatu ruang yang akan sulit kau pahami, tapi kau akan
menemukan kebesaran cintaku saat kau sudah mengerti bahwa aku mencintaimu dengan
ketololan yang masih saja aku lakukan. Aku lelah, aku menyerah. Itulah perasaanku.
Setiap hari, setiap waktu bahkan setiap aku melihatmu. Aku berusaha untuk meyakinkan
diriku untuk membencimu, aku membayangkan semua perasaan dan perhatian yang dulu
tercurah akan hilang perlahan setelah aku tahu kau memiliki kekasih. Aku memimpikan semua
luka yang sekarang tengah bedarah-darah akan segera kering tanpa bekas. Tapi apakah aku bisa?
Setelah semunya kita lewati bersama-sama. Kamu adalah sosok yang hadir, walaupun pada
akhirnya tak benar-benar tinggal. Dalam mimpiku, aku ingin kau tahu bahwa perjunganku yang
bersifat magis ini benar-benar hanya dan akan tetap untukmu.
Terus aku harus bagaimaa? Sudahlah aku minta maaf, tolong jangan buat begini.
Rasanya aku selalu salah, tadi pacar sekarang kamu. Tolong kamu ngerti. Aku capek!
Okay, salam buat pacar kamu. Dia beruntung dapat cowok seperti kamu. Semoga
pacarmu adalah perempuan terbaik, yang tidak pernah membuat kamu sakit hati.
Ya sudah, terima kasih banyak untuk semuanya. Kamu selalu mampu membuat aku
terkejut.
Suatu saat kamu akan tahu rasanya mencintai tapi bertahan untuk tidak memiliki. Mulai
dari sekarang, kamu akan kehilngan orang yang selalu membuat kamu terkejut. Terima kasih,
Arka. Mengakhiri percakapan.
Sejak percakapan kita itu, aku benar-benar depresi. Hari ulangtahunmu yang aku gadang-
gadang akan indah berubah menjadi petaka. Aku hancur, semalaman suntuk aku tak bisa
membendung bulir airmata yang selalu mengalir melewati pipiku. Aku benar-benar gambaran
orang yang tengah patah hati. Sungguh!
Maafkan Kelancanganku Mencintaimu

Kau adalah konsonan setiap aksara-aksara Tuhan yang aku rindukan, kamu adalah
setiap notasi dalam lagu yang aku nyanyikan; kau adalah setiap keindahan yang aku lihat
Seandainya kau tahu, lelakiku. Setengah tahun memendam rasa tak semudah yang kau
bayangkan. Apakah kau tahu rasanya sakit yang menjalar dalam dadamu setiap kali melihat
orang yang kau sayang, itu sudah aku alami setengah tahun ini. Aku bukan penderita amexilimia,
bukan juga seorang penguntit yang senantiasa memperhatikan setiap gerikmu. Aku hanyalah
seorang yang dengan ketololannya masih menantimu dalam kerisauan. Bukan salahmu yang
membuatku teramat mengilaimu, dan juga bukan salahku yang tak tak mampu menyuarakan isi
hatiku padamu. Aku terbiasa dengan keadaan ini, cinta secukupnya pun sudah aku lakukan.
Namun, apakah ada seorang yang merencanakan mencintai seseorang dengan teramat-sangat?
Sekali lagi, aku masih terus mencintai teman curhatku. Masih terus memimpikan yang
seharusnya tidak aku impikan. Aku belum bisa mengentikan semuanya, masih belum bisa
menerjemahkan semuanya. Kamu narkotika yang tak mampu lagi aku hindari. Jika mencintaimu
adalah sebuah kesalahan, maka sejauh ini aku masih menikmati kesalahanku. Kamu tidak pernah
menghargai keberanianku mengatakan semuanya padamu. Kau bahkan tak pernah mau tahu
seberapa besar mental yang aku siapkan hanya untuk mengatakan aku menyayangimu.
Sayang, kau bahkan tak pernah berpikir bahwa aku bahkan tak memiliki keberanian
seperti ini sebelumnya. Namun, karena kamu aku memberanikan diri, tapi mengapa kau tak
pernah melihat usahaku? Kenapa kau selalu abaikan setiap perhatianku, mengacuhkan setiap
perkataanku, kenapa kau tak mau menatap mataku? Aku tahu, tidak akan ada ruang untukku
dalam hatimu. Tidak ada jalan untukku dalam lintasan memorimu, tapi pernahkah kau berpikir
bahwa kau adalah dunia dan semestaku.
Sebentar lagi ujian semester. Itu tandanya waktuku untuk tetap bisa melihatmu semakin
sedikit. Ini adalah salah hal yang aku takutkan. Berhari-hari, berminggu-minggu bahkan
berbulan-bulan seolah saling belarian. Bukannya aku tak mau mengatakan aku mencintaimu
secara gamblang. Tapi aku takut, aku takut kau jauhi, aku juga takut menganggu pikiranmu yang
saat ini sedang terfokus pada obsesimu. Minggu, 23 November 2014, waktu dimana aku sibuk
dengan catatan-catatan, dan beberapa buku paket yang segera harus aku hafalkan. Kau
bayangkan saja, aku akan menghadapi tiga ulangan harian sekaligus. Aku harus menghafal
banyak sekali macam teori-teori hari ini, mulai dari teori tentang nasionalis hingga artikel
tentang heroisme di Indonesia. Kau pasti berpikir ini adalah konsekuensiku sebagai anak sosial,
dan aku mengakui itu.
Selain ditemani banyak teori, hari ini aku juga akan ditemani satu halaman cerita Bahasa
Jerman yang harus segera aku masukkan kedalam otakku. Tentu kau masih ingat saat aku
meminta bantuanmu untuk menyelesaikan tugasku ini. Sabtu malam, aku mengirim inbox
untukmu.
Bantuin ngerjain Bahasa Jerman, ya.
Aduh, aku sudah lupa semua.
Oh gitu ya? Ya udah gak apa-apa kok.
Maaf ya.
Kau pasti ingat percakapan itu, di sana aku meminta bantuanmu untuk membantuku
merampungkan tugas Bahasa Jerman yang sebetulnya tidak begitu aku sukai. Kau mengelak, kau
mengatakan sudah lupa dengan semua tata cara kepenulisannya. Aku pikir kau tak berbohong,
kau mengatakan itu dengan jujur. Aku percaya, Sayang. Jujur aku tak sanggup jika harus
menghadapi senin besok, aku belum sanggup untuk melewati ini semua. Namun, aku akan sangat
bersemangat jika aku bisa melihatmu lagi di koridor kelas. Kamu mungkin tak pernah
memperhatikanku yang setiap saat mencari celah untuk dapat melihat sosokmu dengan
gamblang.
Kamu adalah pria yang mengunci tatapanku, kamu membuat aku jatuh cinta dengan
segalanya. Aku sadar, aku mencintaimu tanpa alasan dan sebab, aku mencintai setiap detail
tentang dirimu, walau aku tahu aku akan sangat sakit untuk tetap bertahan dalam kondisi seperti
ini, dan harus melihatmu mencintai wanita lain. Setiap hari, memandangimu menjadi sebuah
keharusan yang aku lakukan, walaupun kau terus saja mengabaikan dan tak perduli dengan
semua usahaku untuk dapat membuatmu mengerti bahwa aku menyimpan rasa yang begitu
dalam untukmu. Sejauh mata memandang, sedalam itu hati memendam perasaan yang semakin
lama, semakin membuncah. Aku tak mengerti, mengapa ini semua bisa berlanjut sejauh ini.
Selama ini, mungkin kau hanya melihat aku sebagai seseorang yag hanya bisa menganggu
kenyamananmu, yang hanya bisa merusak harimu bahkan sosok seorang yang hanya bisa
membuat masalah dalam hidupmu.
Semakin kau menjauhiku, semakin sulit aku melupakanmu. Kamu benar-benar berbeda,
berbeda dari setiap lelaki yang aku jumpai. Sayang, aku terlalu susah melupakanmu, terlalu ingin
kau sayangi seperti aku yang menyayangimu. Tuhan mengetahui semuanya, Tuhan mengetahui
aku mencintaimu dengan teramat-sangat. Mungkin sampai di titik ini kamu sedah mulai jenuh
membaca tulisanku ini, aku yakin kau bingung mau mengambil kesimpulan apa dari ini. Tapi,
sungguh sayang aku tak pernah menyesal pernah mencintaimu, tak pernah menyesal
mengenalmu sampai akhirnya aku benar-benar mengerti bahwa kau adalah yang terbaik untuk
aku cintai.
Untuk semuanya, untuk perhatianmu yang hanya bisa aku jabah melalui tulisan, untuk
semangatmu yang hanya bisa aku artikan dari beberapa karakter. Aku sungguh mencintaimu,
mencintai setiap jengkal dalam dirimu.
***

Mungkin Aku Masih Berhrap


Aku percaya bahwa cinta yang akan menuntunku menyusuri trowongan gelap dan mengarungi
samudra. Aku percaya pada cinta akan membawa aku ke plabuhan yang terindah; bermuara di
hatimu.

Kau masih dengan sikap dinginmu. Sikap yang sejujurnya membuat aku merasa berhak
memperjuangkanmu. Terhitung lima hari sudah kau tak memberi kabar, kau tak memberi izin
padaku untuk mengetahui apa aktivitas terbarumu. Apakah kau sedang berolahraga, membaca
novel atau bergelut dengan rumus-rumus kesukaanmu. Aku tak tahu. Sejujurnya, aku hanya ingin
mengetahui jawaban atas pertayaan sederhanaku itu, aku sudah berulang-ulang kali mengatakan
bahwa dengan melihat pesan singkamu saja mampu membuat aku lebih bahagia menjalankan
hari. Kau bahkan tak pernah menyediakan waktumu untuk mendengarkan keluh-kesahku lagi,
berbeda dengan kamu yang aku kenal bulan Juni lalu.
Aku merindukanmu.
Aku terlebih lagi, sangat merindukanmu.
Seandainya percakapan tersebut ada disela-sela percakapan kita. Kau pasti tak tahu
bahagianya hatiku. Aku sangat bahagia, sekali lagi jika itu memang benar-benar terjadi. Kaulah
yang pertama memberikan arti cinta yang sebenar-benarnya, aku nyaman, aku merasa aman, aku
merasa bahagia bila berada di sekitaranmu. Aku merasa kau adalah seseorang yang benar-benar
aku cari. Aku tahu kau akan bedalih, dan mengatakan bahwa kita masih terlalu belia jika
membicarakan masalah seperti ini. Aku sudah tahu, kau masih sangat sibuk merancang masa
depanmu sama denganku, aku pun sibuk merancang masa depanku. Wanita yang ingin menjadi
psikolog ini benar-benar sedang dalam khayalan tinggi. Aku pun tak mampu menggunakan teori-
teori yang aku baca dalam buku keperibadian. Teori itu seolah-olah tak berlaku saat ini, bertemu
dan berenalan denganmu membuatku sulit menebak diriku sendiri, membuatku sulit
mendeskripsikan perasaan yang berkecambuk dalam dadaku. Pertemuan ini benar-benar
petemuan yang aneh; mampu membasahi pelupuk mataku.
Aku masih saja mengingat bentuk dan pola matamu dalam pikiranku. Aku masih sangat
jelas melihat raut wajahmu di mataku. Aku benar-benar masih mengetahui setiap detail tentang
fisikmu. Mungkin dititik ini kau mulai jenuh membaca tulisanku yang tak jelas plot dan alurnya,
tapi percayalah tulisan ini memang menceritakan tentangmu dalam hidupku. Pada tubuh yang
melemah, ada satu hal yang semestinya harus kau pahami; bahwa aku akan menjaga hati ini
kuat-kuat untukmu. Aku ingin menjadi udara yang kau hirup, ingin menjadi air yang kau
butuhkan, aku ingin menjadi jalan yang akan kau lalui saat kau berjalan menikmati hujan. Aku
ingin menjadi semuanya yang kau butuhkan. Aku adalah angin yang akan memeluk dan
membisikan kabar bahagia saat kau merasakan kesedihan. Percayalah.
Aku mencintaimu sepanjang hari, sepanjang aku masih bisa bernapas dan cintaku tak
akan dapat kau terjemahkan. Cintaku seperti triliunan juta butir padi yang dipanen pada setiap
harinya. Sangat banyak dan selalu tercurah untukmu. Hanya untuk kamu. Rabu, 05 November
2014, aku mendengar bahwa kau sedang menyukai seorang wanita, hal tersebut membuatku
sedikit trauma. Aku sudah yakin ini akan terjadi, aku yakin. Tuan, aku membayangkan betapa
bahagianya menjadi seorang wanita itu, betapa beruntungnya ia dicintai oleh laki-laki sepertimu.
Aku merasa cemburu.
Patah hati, menjadi hal yang biasa aku alami. Tapi kal ini, aku benar-benar patah hati.
Berkali-kali aku mencoba menjadi seseorang yang setegar-tegarnya berdiri diatas kesakitan yang
kurasakan. Mungkin kau berpikir terbuat dari apa otakku sehingga yang ada dalam pikiranku
hanyalah masalah percintaan, kau salah Tuan, kau sangat salah jika berpikir seperti itu. Masalah
ini hanyalah secuil dari apa yang kapasitas otakku tampung, masalah ini tak lebih banyak
mendapat porsi daripada masalah masa depan yang sekarang aku sedang rajut.
***

Menemukanmu Berupa Patahan Hati


Pernahkah hatimu terluka dan mencoba untuk sembuh? Pada akhirnya kamu akan terluka
sekali lagi dan lagi di tempat yang sama, yang penuh dengan bekas luka.
-Rosa Park-
Andai pun di ujung tahun penantianku kau tetep menjadi hati yang dingin. Kau tetap
membiarkan aku yang mencintaimu tanpa pernah perduli dan membalas cinta. Aku akan
bersungguh-sungguh, aku tak akan apa-apa. Meski aku sudah menduga rasanya akan begitu
menyesakkan setiap ruang dalam dada. Tapi percayalah, aku tak akan menunggumu selama ini,
tak akan menantimu sejauh ini jika aku tak sungguh-sungguh mencintai. Jika pun harus
menerima pahit dari penantianku, setidaknya aku pernah menunggumu yang aku anggap sebagai
manusia tanpa celah. Aku sudah cukup bahagia, menjadi wanita yang pernah jatuh cinta padamu
dan menjadi sosok wanita yang setia menantimu. Aku hayalah sosok wanita yang dengan
senantiasa mengagumimu dan bukan wanita yang akan memaksamu mencintaiku. Bukan juga
wanita yang hanya penasaran akan pengabaianmu. Aku hanyalah wanita yang jatuh hati dengan
sebenar-benarnya.
Hari ini tepat lima bulan perkenalan kita. Aku rasa tak ada perkembangan yang begitu
menonjol dari hubungan yang kita berdua jalani; aku masih sibuk mencintaimu dan kamu masih
sibuk dengan dirimu sendiri. Aku seakan tak pernah tahu apa yang sebenarnya sedang aku dan
kamu jalani. Kita masih sama-sama dengan impian kita masing-masing; aku bermimpi
memilikimu dan kamu masih memimpikan segala obsesimu. Mungkin ini akan menjadi sangat
konyol, jika kau tahu yang sebenarnya. Aku mencintai motivatorku sendiri. Lucu? Memang! Tapi
apakah setiap rasa yang dikaruniai Tuhan adalah salah untuk aku nikmati juga? Aku mencitaimu
sangat dan teramat.
Aku sempat beberapa kali ingin memungkiri ini semua, menjauh dan perlahan ingin
mengabaikan perasaanku padamu. Aku sadar sampai kapan pun aku menunggu akan sama saja;
tak terbalaskan. Tuan, apakah kau masih ingat saat aku mengirim pesan singkat untukmu? Di
sana aku menceritakan rasa yang sedang bergejolak dalam dadaku, aku menceritakan semuanya
padamu. Semuanya tanpa cecer dan terpisah-pisah. Aku mencintai seseorang. Aku bercerita
padamu, aku seolah-olah tak menyimpan angan apa pun kala itu. Aku hanya ingin tahu apa yang
sebenarnya ada dalam benakmu. Sangat sederhana bukan?
Mungkin akan banyak orang yang berfikir lima bulan kenal untuk apa jika tidak menjadi
sepasang kekasih? Tapi aku berbeda. Aku merasakan aku benar berjuang di jalan ini, aku benar
bertahan untuk mencintaimu. Tapi jika terus begini siapa yang akan tahan, Tuan? Siapa yang
akan sanggup kau perlakukan dingin, bahkan tak kau anggap sama sekali. Memang benar aku
mencintaimu, tapi apakah aku bisa menjamin rasa ini akan tetap ada? Tidak! Aku hanya manusia
biasa, aku kenal saat-saat jenuh, aku pernah merasakan bosan bahkan aku sudah muak
merasakan kesepian karena aku selalu menunggumu. Tuan, aku ingin kau jadikan seseorang yang
dapat kau cintai, menjadi seseorang yang akan kau panggil dengan sapaan sayang dan aku
hanya ingin menjadi seseorang yang beruntung memiliki hati lelaki sepertimu.
Sangat sederhana!
Aku tak begitu mengenalmu, tak begitu tahu banyak tentangmu, sungguh. Tapi entah
kenapa aku tak ingin jauh-jauh darimu? Kenapa aku selalu ingin membaca pesan singkatmu?
Aku bukanlah tipe perempuan pemberani, bukan tipe perempuan yang siap kau tolak mentah-
mentah saat kau tahu aku mengungkapkan rasa cintaku padamu. Aku sadar, aku bukan seseorang
yang menarik di matamu, bukan tipe seseorang yang ingin kau jadikan kekasih tapi apakah salah
jika aku merasakan hal yang orang lain rasakan? Iya, aku jatuh cinta padamu. Tapi aku takut, aku
takut jika cinta yang aku rasakan ini hanyalah sebuah obsesi yang sering kali aku rasakan. Aku
takut mencintai sosok lelaki istimewa sepertimu hanya karena obsesi. Sangat takut, Sayang.
Jumat, 10 Oktober 2014. Terhitung empat hari sudah kau hilang tanpa kabar, sangat
mustahil jika kau tak tahu aku sangat merindukanmu, sangat tolol bagimu jika kau tak sungguh-
sungguh mengetahui aku sedang sibuk memikirkanmu. Kau bermata tapi tak bisa melihat
curahan perhatiaku padamu, kau bertelingga tapi tak kunjung mendengar bisikan sayangku, kau
juga mempunyai mulut tapi mengapa kau tak pernah ungkapkan rasamu padaku dan terlebih lagi
kau mempunyai hati tapi entah mengapa tak kau gunakan hatimu itu untuk mencintaiku. Apakah
seperti ini jika aku jatuh cinta diam-diam? Sayang, kenapa kau tak belajar untuk mencintaiku?
Padahal kau kuberikan seluas-luasnya hatiku untuk kau huni tapi kau bahkan tak menyediakan
satu centimeter pun ruang untukku dalam hatimu. Apa ini adil?
Sungguh tak adil Tuan, sungguh tak adil jika aku hanya menjadi wanita
persembunyianmu. Aku sadar, aku tak akan mungkin bisa menyesuaikan duniamu dengan
duniaku. Kau begitu populer, kau dikelilingi wanita-wanita cantik yang kapan saja bisa kau
jadikan kekasih, tapi apakah aku sungguh-sungguh tak mampu bergaul dalam ruang lingkup
sosialmu? Apakah wanita sepertiku tak bisa berinteraksi dengan teman-temanmu? Aku sadar
Tuan, aku bukanlah wanita yang menggunakan tas, sepatu, baju ataupun perhiasan yang
bermerek bahkan aku juga bukan tipe wanita yang dengan gamblang mengakui bahwa aku
menyukai sosok lelaki sepertimu. Itu bukan caraku, caraku untuk mencintaimu adalah dengan
diam. Jika suatu saat kau tahu aku mencintaimu saat aku sudah benar-benar melupakanmu
apakah pertanyaan tololku yang dulu aku sampaikan padamu masih ingin kau jawab ataukah kau
sudah lupa pertanyaanku itu?
Terbuat dari zat semacam apakah rasa cinta itu? Kenapa dengan dahsyatnya ia dapat
memberikan kebahagiaan hingga kesakitan untuk seseorang?
Apakah kau masih ingat pertanyaan itu Sayang? Apakah setiap perkataanku hanya
berlalu-lalang di telinggamu? Aku bahkan tak mengerti, kenapa aku bisa sangat mencintai lelaki
dingin sepertimu. Sangat dingin. Aku dengan segala kebodohanku masih menyimpan semua
pesan singkatmu, aku takut jika aku dan kamu benar-benar berjarak, jika itu terjadi maka tak ada
lagi yang mampu membuatku tersenyum saat melihat layar ponsel, tak ada lagi yang mampu
membuat hatiku bergetar saat membaca sebuah tulisan. Memang benar, aku dan kamu hanya
berbicara melalui tulisan. Tapi apakah salah dengan begitu aku bisa mencintaimu? Nyatanya,
hatiku selalu bergetar saat membaca pesan singkatmu, perasaan yang semulanya tenang seakan-
akan ingin membuncah saat aku melihat sosokmu di koridor sekolah. Apakah ada kata lain selain
cinta untuk mendeskripsikan rasa yang sedang aku terjemahkan ini, Sayang? Jika ada, lantas
apa?
Aku ingin kau cintai! Gumamku tak terelakkan.
Sudah kubayangkan akan serumit ini, aku mencintai sosokmu yang jauh dan tak mungkin
dapat aku raih. Rumit, dan sangat rumit. Kamu sahabat dari mantan kekasihku, aku adalah
sahabat dari sosok wanita yang pernah kau sukai. Lantas apakah kita masih dapat bersama? Aku
sadar, kamu sangat tahu betul apa yang wanita ini tengah rasakan; mencintai, menyayangi dan
mengagumimu dengan teramat sangat. Tapi kenapa tak kunjung kau buka hatimu untuk aku
huni?
Hari berlalu begitu saja, dan anehnya aku masih terus di posisi yang sama, tak bergerak
dan tak berjalan selangkah pun. Langkah kakiku seolah tertahan dan tak ingin pergi
meninggalkan sosokmu yang sudah terlanjur menghuni seluruh ruang dalam hatiku. Jika
kehidupan adalah sebuah mimpi, maka apakah keinginan dan hasratku untuk bersamamu juga
mimpi? Karena nyatanya, kehidupan pun tak akan pernah terwujud sesuai dengan keinginanku
yang saat ini tengah menjadi tokoh utama dalam hidupku sendiri. Kehidupan seolah-olah
menjadi sesuatu hal yang terkesan membosankan, saat aku tahu aku hidup hanya untuk berandai-
andai tanpa bisa memiliki sosokmu dalam nyata. Aku rasa saat ini Tuhan tengah mempersiapkan
suatu rencana yang sangat indah untuk kisah ini. Rencana yang sebenarnya bisa aku terka-terka
sendiri, tapi sekali lagi aku tak ingin menerka-nerka sesuatu yang belum pasti. Aku takut, aku
takut hal itu akan menjadi sesuatu yang buruk pada akhirnya.
Aku hanyalah sosok wanita yang ingin dengan tulus mencintai lelakinya dalam
penantian. Aku mencintai kamu, hanya kamu. Seseorang yang kini tengah merindukan sosokmu
secara diam-diam ini rasanya sudah putus arah, sudah tak tahu lagi harus menghadapi sikap
dinginmu seperti apa. Seandainya saja kau tahu, aku mencintaimu dengan ketulusan dan
kebesaran hatiku. Aku tak memaksamu untuk mencintaiku, tak menghardikmu karena tak
menaruh hati padaku, aku hanya ingin kau rasakan, rasanya menjadi aku seseorang yang hanya
bisa menatapmu dari kejauhan, seseorang yang hanya bisa merindumu dalam diam, seseorang
yang hanya dapat mengagumimu dengan caranya sendiri bahkan aku ingin kau menjadi aku
seseorang yang hanya dapat menjagamu dalam doa.
Sayang, aku bahkan sangat takut berbicara padamu. Aku sangat takut menorehkan
goresan luka dalam hatimu. Aku takut kau menjauhiku, oleh karena itu aku takut untuk
mengutarakan perasaanku padamu.
Aku mencintaimu!
Apa kau mencintaiku?
Iya, sangat mencintaimu.
Jangan, berhentilah. Aku hanya menganggapmu sebagai temanku saja.
Aku tidak benar-benar siap. Sungguh, aku tak siap jika harus mengutarakan perasaanku
padamu. Aku tak siap kau tolak mentah-mentah, aku tak siap kau hempaskan terlalu keras.
Cukup, aku mengutarakan itu semua dengan bayangmu yang kini bertengger di hatiku. Ini hanya
ilusi, bagaimana mungkin aku bisa selancang itu mengutarakan perasaanku padamu? Nyatanya,
aku dan kamu hanya beberapa kali saja saling bertegur sapa. Seandainya percakapan di atas
benar-benar terjadi, maka aku tidak akan menyalahkanmu karena menolakku mentah-mentah.
Karena di dalam dunia percintaan pun Tuhan sudah begitu adil, Dia merencanakan semuanya,
membuat skenarionya jauh sebelum aku dan kamu dipertemukan. Bisa saja, aku dan kamu saling
melupakan setelah kau menolakku mentah-mentah, bisa saja aku benar-benar melupakanmu
setelah kau berlaku seperti itu kepadaku. Aku percaya Tuhan telah merencanakan ini matang-
matang.
***
Dari balik gelapanya malam, aku selalu berkelana dengan khayalanku. Mencari penyebab
getaran dalam hati, mengumam mengelabui rintihan hati. Mencoba tak mendengar, akan tetapi
seakan berteriak. Malam seakan selalu berbicara padaku, ia seakan bercerita tentang kesepian,
kepedihan bahkan airmata yang selalu aku tumpahkan saat mengingat semua luka yang pernah
aku rasakan. Malam seolah-olah menjelma menjadi kawan sejati dalam hidupku, ia seakan
menjadi pendengar yang baik dalam setiap curhatanku. Masih tentang malam, aku seakan
mendengar percakapan dari benda-benda sekelilingku bisa saja lampu, meja, ceceran kertas
bahkan kotak yang sama sekali tak berbunyi. Apakah sesunyi ini penantianku?
Begitulah aku selalu menjadikan malam kawan setiaku. Tak ada satu pun orang yang
mampu mengusik dan mengangguku setiap malamku tiba. Malam, dunia memang kelam. Tak
ada satu manusia pun yang dapat dijadikan teman curhat atau pun teman berbagi keluh kesah,
karena percuma mereka hanya memberikan solusi yang mereka pun belum tentu dapat lalui.
Mengehrankan. Dunia memang menyimpan begitu banyak misteri, menyimpan bayak cerita
yang tak bisa dijabarkan dengan rumus maupun pikiran rasional. Salah satunya adalah saat aku
jatuh cinta. Jika dipikir-pikir tak ada untungnya aku jatuh cinta jika selalu berakhir luka. Aku
bahkan hampir tak ingin mencintai lagi, tak ingin merasakan cinta lagi karena sudah terlalu lelah,
karena aku sudah tak bisa lagi menahan rasa sakit dari luka yang selalu tertanamkan di tempat
yang sama. Aku pernah juga trauma jatuh cinta, karena selalu dikhianati dan dibohongi. Bahkan
setiap aku jatuh cinta aku selalu meyakinkan diriku sendiri bahwa aku hanyalah terobsesi dan
bukan cinta.
Obsesi, trauma, bahkan tak ingin jatuh cinta lagi seolah sirna. Saat kau menjelma menadi
sosok seorang yang aku kagumi, saat kau tiba-tiba hadir dan menjadi seseorang yang selalu
menemaniku setiap harinya. Selalu mendengarkan curhatan dan keluh kesahku. Aku memastikan
aku jatuh cinta padamu. Sayang, mungkin kau adalah jawaban Tuhan atas semua doa-doaku
selama ini, Dia sering memberikan cobaan berupa patah hati padaku. Tuhan membuat seseorang
patah hati, tapi aku yakin Dia pulalah yang menyimpan serpihan-serpihan patahan itu yang akan
Ia satukan lagi, dan aku percaya serpihan dari patahan-patahan hatiku itu adalah kamu. Kamu
yang menjelma menjadi motivatorku.
Aku sudah tak bisa lagi berpikir kenapa aku bisa jatuh cinta padamu. Jadi, jangan paksa
aku untuk memberikan alasan pasti kenapa itu bisa terjadi, karena pada akhirnya pun jawabanku
sama; aku tidak tahu. Bukankah cinta datang tanpa rasional yang pasti? Tentu kau pun paham,
karena aku yakin kamu juga pernah merasakan indahnya jatuh cinta.
***

Jatuh Cinta Sendirian

Sinopsis:
Sera adalah wanita asal Wonogiri yang mempunyai kesempatan mendapatkan beasiswa untuk
kuliah di fakultas kedokteran. Ia hanya berpikir bagaimana meningkatkan derajat hidup
keluarganya. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan Reynald, anak dari pemilik rumah sakit swasta
ternama. Pertemuan mereka dapat dikatakan cukup unik, dan tak perlu waktu lama untuk mereka
meyakinkan satu sama lain untuk menjalin hubungan asmara. Akan tetapi, Reynald tak pernah
menunjukan rasa cintanya pada Sera. Reynald masih terbayang-bayang akan Princessamantan
kekasihnyayang merupakan wanita blasteran Indonesia-Prancis.

Suatu hari, ketakutan Sera menjadi kenyataan. Cessasapaan akrab Princessatiba-tiba hadir
mambawa cerita lama yang dikemas dalam sejuta cerita baru. Reynald hanyut dalam indahnya
kenangan bersama Cessa. Pada Akhirnya, Reynald menduakan cinta Sera. Namun Sera yang
mengetahui hal tersebut, tak begitu mempermasalahkan. Walaupun Sera harus menelan luka, tapi
ia yakin, suatu saat nanti Reynald akan tahu cinta siapa yang lebih besar.

Pasca sarjana, Princessa menghilang bak ditelan bumi. Beberapa minggu kemudian, Reynald
yang sudah bergelar dokter muda memantapkan pilihan untuk melamar Sera. Sangat romantis,
Reynald menyuguhkan 1001 origami burung di tengah keramaian. Sera benar-benar dibuat
berdecak kagum oleh Reynald. Tak ayal, Sera menceritakan berita bahagia itu kepada
sahabatnya, Lia. Lia yang juga menaruh hati diam-diam pada Reynald, patah hati mendengar
kabar tersebut.

Setelah melamar Sera, Reynald menjadi romantis dan perhatian. Sampai pada suatu ketika, Sera
ditugaskan untuk menangani pasien yang mengidap penyakit skizofrenia tipe polyglandular
addisons. Awalnya, Sera sangat bahagia dapat menjalankan tugas pertamanya menjadi seorang
dokter. Akan tetapi, hal tersebut seketika berubah saat Sera tahu passiennya adalah Cessa.

Sekembalinya Cessa, apakah Sera akan menelan pil pahit untuk kedua kalinya? ataukah Reynald
akan tetap pada keputusannya menikahi Sera? Temukan jawabannya dalam cerita cinta penuh
intrik di dalam novel ini. Selamat membaca!

Lelaki Tigapuluh Juni

Tak ada yang istimewa, sampai akhirnya kau datang dan merubah segalanya. Kau
membawakan matahari untuk hidupku dan mengusir awan-awan kelabu, kau semaikan bunga
cinta yang sempat layu. Semuanya berubah ketika kau hadir dan membuat hari-hariku lebih
istimewa. Kau tetap indah di dalam kesederhanaan. Kau selalu menawan ditengah kerisauan, kau
indah dan akan selalu indah.
Mungkin, seperti itu gambaran sosokmu dalam benakku. Entah, bagaimana caranya kau
tiba-tiba hadir dan merenggut segala perhatianku tanpa sisa. Setidakya kau pernah hadir
membawa sesuatu yang kupikir cinta. Sampai akhirnya, aku tahu kau tak akan menyertai setiap
langkahku, aku terlalu takut kau abaikan di persimpangan. Aku takut, Sayang. Aku tidak begitu
mengenalmu tapi semua tentangmu tak pernah asing diperedaean otakku. Kau istimewa dan tetap
istimewa. Kau tak mengenalku. Mungkin. Dan bahkan lupa sosok wajahku yang beberapa kali
sempat berlalu-lalang di hadapanmu. Setiap kali melihat dua bola matamu yang kutatap secara
diam-diam itu membawa kesan teduh ke dalam dadaku. Aku selalu menatapmu dari lantai dua,
bersembunyi menatap pahatan indah Tuhan dalam setiap jengkal wajahmu; senyum simetris,
wajah oval, mata indah dan hidung mancungmu itu selalu berputar-putar dalam otakku.
Aku hanyalah adik kelasmu, yang sembunyi-sembunyi memperhatikanmu dari kejauhan
dan mencari semua tentangmu secara diam-diam. Tentu aku akan merindukan saat-saat aku
masih melakukan hal-hal tolol, berpura-pura membutuhkan bantuanmu atau sekedar mencari
posisi yang nyaman di balakon kelas hanya untuk melihat sosok indahmu dari kejauhan.
Rasanya sungguh mengasyikan, aku merasakan sesuatu yang berbeda di sana. Tentu aku akan
merindukan masa-masa itu, terlebih saat mengingat kau akan segera mengikuti Ujian Nasional
tahun depan dan melepas seragam putih-abumu. Dimana aku bisa menemukan sosok
sempurnamu lagi setelah itu? Tuan yang aku kagumi, mungkin rasa sukaku ini tak berarti apa-
apa dimatamu Terlebih sekarang, disaat kau sudah memiliki seseorang yang mengisi setiap
labirin dan ruang dalam hatimu. Hatiku hanya bisa meringis, entah karena sakit atau kesal karena
aku tak lebih beruntung dari wanita yang kini mnegisi hatimu. Aku jengkel, sesekali aku
menghardik diriku sendiri kenapa aku tak kunjung membuat kau jatuh cinta padaku.
Jika di dalam Geografi dikenal dengan adanya awan cumulus nimbus, mungkin itu tepat
untuk melukiskan sosokmu yang membawa kesakitan, pedih dan hujan airmata. Aku belum
sempat memilikimu, tapi begitu sakit yang aku rasakan karena sikapmu. Kau sosok yang tak
mudah aku mengerti, sama halnya dengan aku sulit mengerti setiap rumus dan angka dalam
fisika dan matematika; kadang baik, ramah dan tak jarang berubah menjadi dingin. Aku ingin
kau jadikan tujuan akhir dan tempat pulang. Hanya kau yang membuatku terbang dibawah radar.
Hanya kamu.

Untuk lelaki yang bulan lahirnya sama


dengan idolaku.

Surat Cinta Untuk Bambang Pamungkas

Berkali-kali kita bertemu, namun dibatasi oleh layar kaca. Aku melihatmu, tapi kau tak
melihatku. Jelas, aku mengenalmu tapi apakah kau kenal aku? Ah, sudahlah. Aku merasakan hal
aneh yang mencoba menyeruak di dalam dadaku. Aku mengagumimu, sungguh! Dan menyukai
setiap gerak-gerikmu. Aku sering kali mendesah dalam hati, ketika sosokmu kembali muncul
dalam berita olahraga.
Sungguh aku memikirkanmu. Dan berharap bisa menyalami tanganmu seperti orang-
orang beruntung lainnya yang bisa merasakan sentuhan jemari hangatmu. Aku ingin melihat
wajahmu rapat-rapat seperti orang-orang yang bernasib baik. Aku ingin semua tentangmu. Aku
terpaku dan menyudahi obsesi konyolku. Aku tak meminta banyak hal, aku hanya ingin
merasakan kehadiranmu dalam semestaku dan berharap mengorbit dalam galaksiku.
Malam ini saat aku menulis ini untukmu, sudah menunjukan pukul sebelas lewat
tujuhbelasmenit yang artinya empatpuluhtiga menit lagi tepat kau berusia tigapuluhempat tahun,
aku berharap kau bertambah dewasa dengan segala impian dan cita-citamu tercapai ditahun ini.
Entah kau mulai berfikir apa tentangku, gadis berusia eambelastahun yang berobsesi terlalu
tinggikah atau apa? Aku hanya mengagumimu, bukan ingin merusak hari-harimu. Kamu bukan
udara, oksigen, air, ataupun sumber energi. Tapi sehari tak melihatmu rasanya ada yang kurang.
Semenjak aku mengagumimu, sekitar limatahun yang lalu. Aku hanya bisa melihat
sosokmu dari layar kaca, bermimpi suatu saat dapat bertemu dan bercengkrama hangat
membicarakan topik kesukannmu. Sosokmu hanya bisa kurangkul dalam bayang, pelan-pelan
kuseret dalam ingatan dan kudambakan dalam impian. Aku tak bisa melupakan sosok berkumis
itu dengan mudah. Sungguh. Kau yang pertama kali membuatku mencintai dunia sepakbola.
Bahkan, karena mengangumimu aku sempat berkhayal suatu saat nanti Tuhan mengirimkanku
jodoh seorang pesepakbola. Kau tahu? Bila kau masuk dan melihat kamarku, mungkin kau akan
geleng-geleng kepala. Gadis enambelastahun ini terlalu fanatik denganmu, hampir semua
tentangmu ada di dalam kamarku. Mulai dari, dua poster berukuran besar tertempel manis di
sudut-sudut kamarku, boneka-boneka yang berkarakter wajahmu bahkan kalender dalam
kamarku pun bergambarkan wajah sempurnamu itu.
Walaupun kini, tak setiap saat kau hadir di layar kaca. Rinduku sudah cukup terobati
hanya dengan melihat beberapa gambar wajahmu yang tertempel di baliho-baliho sudut kotaku.
Namamu selalu diagung-agungkan serdadu-serdadu desa yang ingin menjadi sosok sepertimu
suatu saat nanti. Kita memang tak pernah bertatap muka, bahkan kau sama sekali tak mengetahui
siapa gadis yang lancang ini. Akan tetapi, semua tentangmu tak asing lagi bagiku. Kau seperti
sebuah planet yang mengorbit di garis edarku; dekat dan selalu dekat.
Ah sudahlah. Apakah kau sudah paham dengan perasaanku sekarang? Apakah kau masih
terdiam tak mengerti? Kamu orang hebat, besar dan dikenal banyak orang. Jalani kewajiban dan
tugasmu aku akan diam-diam mendoakanmu.
Selamat ulangtahun idola, semoga di ulangtahunmu kali ini kau mendapat banyak
kebahagiaan. Semoga Tuhan selalu melindungi dan mengabulkan semua doa yang kau panjatkan
setiap bercakap-cakap dengan-Nya. Tetaplah menjadi bintang yang selalu dikagumi banyak
orang, tetaplah menjadi udara dan oksigen yang selalu dibutuhkan banyak orang. Semoga semua
mimpi dan cita-citamu terwujud dalam satu paket di tahun ini.

dari pengagummu yang berjarak jutaan kilometer deganmu.


Belajar Merelakan

Ku tatap langit yang malam ini tanpa hiasan. Langit kelabu, bintang satupun tidak
berkelip. Disaat-saat seperti ini aku selalu mengingat sosokmu yang dulu pernah mengisi hatiku.
Jelaskan padaku mengapa semua menjadi serumit ini? Disaat kamu telah bersama kekasih
barumu, aku baru sadar bahwa kamu adalah seseorang yang dengan tulus mencintaiku kala itu.
Tolong buat aku lupa, karena aku tak lagi temukan cara untuk kembali padamu. Ini
membuatku tersiksa setiap kali melihatmu dengan kekasihmu. Apakah aku setegar itu? Tidak!
Hanya saja aku tak ingin terlihat bodoh dimatamu. Aku yang dulu menyia-nyiakanmu demi
seseorang yang nyatanya tidak mecintaiku, kini harus merengek-rengek di hadapannmu? Haha
itu gila!
Sekerang kita tak lagi punya waktu untuk kita berdua, semenjak kau menjalin kasih
dengan wanita yang satu tahun lebih muda dariku. Ketahuilah sayang, hampir setiap malamku,
ku habiskan untuk selalu bercerita tentangmu yang kutumpahkan dalam sebuah tulisan yang aku
sendiri yakin kautidak pernah ingin membacanya.
Sayang, masih ingatkah kamu disaat dulu inbox handphoneku dipenuhi oleh pesanmu?
Selalu ada saja topik yang kita bahas. Hingga akhirnya kita berbicara mengenai hal yang paling
sensitive sebenarnya untuk dibicarakan yaitu cinta. Kamu bercerita tentang mantan kekasihmu.
Di sana kau bercerita tentang betapa kamu merindukannya, lalu apakah kau tahu pada saat itu
akupun tenggah merindukanmu? Sebenarnya aku sudah memberikan perhatian yang mungkin
tidak kau ketahui.
Sebenarnya aku tak ingin mengingat ini, karena setiap aku mengingatmu sama saja aku
melukai diriku sendiri. Aku bodoh, yang dulu menyiakanmu. Aku bergejolak, sejujurnya aku
ingin berteriak di depanmu, aku ingin mengatakan aku begitu mencintaimu. Sayang, aku mohon
jangan terus buat aku mencari hal yang sebenarnya tak ada, iya perasaanmu padaku. Apakah
rasamu yang dulu sempat kau ucapkan padaku kini telah hilang? Aapa aku salah membenci
kekasihmu? Iya aku membencinya, sangat membencinya!
Sungguh, aku masih tak percaya semua ini. Ini berjalan sangat cepat, kau melihatnya,
mengenalnya dan jatuh hati padanya. Kemana perasaan cintamu yang dulu untukku sayang? Aku
merindumu dengan semua sapaan renyahmu. Aku berusaha mempercayai bahwa kamu sekarang
lebih bahagia bersamanya daripada bersamaku dulu. Aku tak pernah ingin mengingat kenangan
sendirian, tetapi aku juga tak ingin kau mengingat masalalu kita saat kaubersama kekasihmu.
Bahkan, sekarang hanya untuk meminta pendapatmu saja itu sangat tidak mungkin.
Aku hanya seorang wanita yang takut kehilangan seseorang yang tak ku miliki. Tapi, aku
juga tak salahkan jika berharap kamu akan kembali padaku? Kamu sudah menjadi sebab tawa
dan senyumku , aku percaya kamu adalah kebahagianku. Tahukah kamu, saat kaubercerita
padaku tentang seorang wanita dan memutuskan menjalin kasih dengannya saat itu aku rapuh.
Tapi apakah pantas aku marah? Aku hanya persingahan untukmu. Sekarang, aku tak punya hak
memintamu kembali. Ini bukan salahmu bukan juga salahnya, hanya saja ini salahku yang terus
bermain-main dengan perasaanku dan membiarkan cintaku pergi. Iya itu kamu. Hatiku terlalu
cacat untuk melihat begitu besarnya cintamu padaku saat itu.

bahwa, pada akhirnya cinta yang akan membawamu kembali padaku.

Dari Tuhan Untuk Ku

penulis : Baiq Sandiati Yuliandri


hari/tgl : Kamis, 23 Mei 2013

Tuhan mungkin sengaja menciptakan setiap makhluk berpasangan, untuk saling melengkapi
diantara mereka. Begitupula dengan aku dan kamu. Terkadang aku menyesal kenapa aku menjatuhkan
hatiku untukmu, terkadang aku juga merasa mengingatmu menjadi hal yang paling sempurna. Tak jarang
aku berfikir untuk berhenti mencintaimu, karena aku tahu mencintaimu adalah sesuatu yang menyakitkan.

Tuhan memang tak salah memberikan rasa ini untukku, rasa yang disebut dengan cinta tapi aku
merasa Tuhan salah telah memberikan rasa ini untukku, karena rasa ini sudah terlalu jauh merasuk
kedalam hati ini. Aku takut, aku gelisah jika suatu saat Tuhan mencabut semua rasa ini secara tiba-tiba.
Aku mengerti mungkin kamu tidak mencintaiku seperti aku mencintaimu, tapi salahkah hati ini yang
telah terlanjur bergetar untukmu? Apa hal ini salah? Kita memang sebuah takdir yang telah Tuhan
gariskan dalam hidup kita masing-masing, kita memang sebuah takdir yang tidak ditakdirkan bersama
tapi kita juga takdir yang entah akan sampai mana takdir ini menjadi takdir.

Kamu dan aku mungkin seperti sepasang cincin yang melingkar di masing-masing jari sepasang
manusia, dan tidak akan pernah melingkar di jari yang sama pada manusia yang sama pula. Kita
memang aneh, entah aku atau kamu. Aku tidak tahu akan sampai kapan rasa ini bertahan, walaupun
sebenarnya aku tahu kamu sudah menjadi miliki orang lain. Kamu bukan pribadi yang dulu aku kenal,
kamu bukan lagi seseorang yang selalu mencoba untuk menitipkan seutus rasamu untukku. Semula
aku berfikir kamu adalah dia, seseorang yang sangat aku cintai pada waktu itu dan mungkin juga saat ini.

Tiada yang salah dalam hal ini, hanya saja aku yang bodoh membiarkan rasa ini masuk terlalu
jauh dalam relung hatiku, aku yang bodoh dalam menafsirkan ini semua, aku yang bodoh membiarkan
perasaan ini untuk mempermainkanku. Bertahan dalam situsi seperti ini seperti bertahan diatas puing-
puing kenangan masa lalu yang tidak akan pernah kembali, situasi yang seharusnya tidak pernah hadir
dalam hidupku . Lebih dari cukup untuk melepas ini semua, semua kisah memang akan ada akhirnya,
tapi apakah kisah ini akan berhenti sampai disini? Disaat keinginan untuk mengubur kenangan itu dalam-
dalam, kamu datang kembali kedalam hidupku, mungkin aku yang salah membiarkan takdir ini terjadi
dalam hidupku. Dan jika rasa ini adalah anugerah Tuhan untukku, aku merasa ini adalah anugerah yang
terburuk yang aku pernah dapatkan.

Setiap kali aku berfikir bahwa kamu adalah masa lalu yang tidak akan pernah lagi membuatku
menanti untuk waktu yang lebih panjang, saat itu juga aku berfikir bahwa kamu adalah takdir yang Tuhan
rencanakan untukku.
If you love someone, let him go. Maybe its can make him happy, and if you dont know how to
forget him, dont do it because he is your pass time

Selesai..

Mengisahkan tentang Perjuangan seorang anak yang pernah mendapat penghargaan besar dalam
hidupnya.

Kisah ini cukup sedih dan bisa disebut mengharukan karna pesan didalamnya sangat menyentu
para pembaca. menceritakan tentang Kasih seorang anak terhadap ayahnya dan tetap setia
sampai selamanya.

ZhangdaSeorang anak di China pada 27 Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi dari
pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan Perbuatan Luar Biasa. Diantara 9 orang
peraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar
penduduk China.

Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya,
senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan
rasa simpati.

Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak
tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Dan sejak hari itu Zhang Da
hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.

Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk
mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk
Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang pasti tidak murah
untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.

Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah
salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini.
Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.

Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul
tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan Papanya. Demikian ungkapan Zhang Da
ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.

Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah
harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai
makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui.
Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-
coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak
bisa ia makan.

Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa
tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil
kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.

Hidup seperti ini ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. Zhang Da
merawat Papanya yang sakit. Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat
papanya.

Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia


membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa
tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.

Zhang Da menyuntik sendiri papanya. Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat
Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur
sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.

Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi /
suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa mampu, ia nekat untuk menyuntik papanya sendiri.
Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun,
maka Zhang Da sudah terampil dan ahli menyuntik.

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara
penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC)
bertanya kepadanya:

Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk
terjadi dalam hidupmu..?

Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah..?

Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja,
di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan
juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu..!

Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa.

MC pun berkata lagi kepadanya,

Sebut saja, mereka bisa membantumu.

Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar ia pun menjawab,
Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari
makan sendiri, Mama kembalilah..!

Semua yang hadir pun spontan menitikkan air mata karena terharu. Tidak ada yang menyangka
akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan
papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit
bekal untuk masa depannya..?

Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit..? Mengapa ia tidak minta
sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, pasti semua akan
membantunya.

Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau Mama kembali,
sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi
meninggalkan dia dan papanya.

Kisah di atas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman. Seorang anak
berusia 10 tahun dapat menjalankan tanggung jawab yang berat selama 5 tahun. Kesulitan hidup
telah menempa anak tersebut menjadi sosok anak yang tangguh dan pantang menyerah.

Zhang Da boleh dibilang langka, karena sangat berbeda dengan anak-anak modern. Saat ini
banyak anak yang segala sesuatunya selalu dimudahkan oleh orang tuanya. Karena alasan
sayang, orang tua selalu membantu anaknya, meskipun sang anak sudah mampu melakukannya.

So, Mari maknai kisah ini untuk menjadi semangat hidup kita. Pasti bunda2 nangis baca ny..

Aq aja nangis.

Sumber: http://ibuhamil.com/ngobrol-apa-saja/36735-kisah-mengharukan-jangan-lupa-ambil-
tissue-dulu-bun-siap2-buat-nangis.html
Like us: IbuHamil.com on Facebook - @infoibuhamil on Twitter

Anda mungkin juga menyukai